Taukid, Badal,
dan Isim-Isim
yang
dinashobkan
Kelompok 7
Anggota Kelompok
01 02 03 04
Elsa Putri Prisilla Husna Hani Lestari M. Naufal
195030065 195030082 195030091 195030102
Materi
Taukid Badal Isim-Isim yang
dinashobkan
TAUKID
1. Pengertian Taukid
“ Tabi’ (lafaz yang mengikuti) yang berfungsi untuk melenyapkan
anggapan lain yang berkaitan dengan lafaz yang di-taukid-kan. “
Tauhid menurut bahasa artinya mengetahui dengan sebenarnya
Allah itu Ada lagi Esa. Menurut istilah, tauhid ialah satu ilmu yang
membentangkan tentang wujudullah (adanya Allah) dengan sifat-
Nya yang wajib, mustahil dan jaiz (harus), dan membuktikan
kerasulan para rasul-Nya dengan sifat-sifat mereka yang wajib,
mustahil dan jaiz, serta membahas segala hujah terhadap
keimanan yang berhubung dengan perkara-perkara sam‟iyat,
iaitu perkara yang diambil dari al-Quran dan Hadis dengan yakin
Contoh : = zaid telah datang sendiri
Lafaz Berkedudukan sebagai taukid yang mengukuhkan
makna zaidun, sebab kalau tidak memakai Makna ada
kemungkinan yang datang itu utusan zaid, bukan zaidnya.
2. Lafaz Taukid Yang Terkenal (zaid telah datang
• Lafaz nafsu (diri), seperti dalam contoh:
sendiri)
• Lafaz ‘ain (diri, seperti dalam contoh : (zaid telah datang
sendiri)
• Lafaz kullu (semu), seperti dalam contoh: (kaum itu telah
datang semuanya)
• Lafaz ajma’u (seluruh), seperti dalam contoh: (kaum itu
telah datang seluruhnya)
Selain lafaz taukid yang terkenal ada juga lafaz yang mengikuti
ajma’u’ yaitu : akta’u, abta’u, absa’u (makna sama seperti
ajma’u atau ajma’in).
BADAL
1. Pengertian Badal
Tabi’ (lafaz yang mengikuti) yang dimaksud dengan hukum tanpa memakai perantara antara ia
dengan matbu’-nya
Secara bahasa badal berarti ganti. Sedangkan dalam istilah nahwu, badal yaitu tabi’ yang
menggantikan lafadz sebelumnya yang disebut mubdal.
Contohnya: = Aku telah memakan roti itu sepertiganya. (bukan semuanya).
= Zaid telah datang pelayannya.
2. Macam-Macam Badal
● Badal Syai’ Minasy Syai’
Disebut juga badal kul minal kul atau badal yang memiliki makna yang sesuai
dengan mubdal minhu –nya.
Contoh:
= Zaid telah datang, yakni saudaramu.
= Tunjukilah kami jalan yang lurus (6). Yaitu Jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat
(7).
● Badal Ba’d Minal Kul (badal sebagian dari semua)
Yaitu badal yang hanya menggantikan sebagian saja dari mubdal.
Contoh:
= Aku telah memakan roti itu, yaitu sepertiganya.
• Badal Isytimal
Yaitu lafaz yang mengandung makna bagian dari matbu-nya, tetapi menyangkut
masalah maknawi (bukan materi).
Contoh: = Zaid telah bermanfaat bagikut yakni ilmunya.
• Badal Galat atau badal keliru/salah
Yaitu badal yang tidak mempunyai maksud yang sama dengan matbu-nya, tetapi
yang dimaksud hanyalah badal.
Contoh:
= Aku telah melihat Zaid yakni kuda.
Maksud yang sebenarnya ialah:
= Aku telah melihat kuda.
• Badal Idrab
Bermaksud menyebutkan lafaz (gagasan) yang pertama, lalu setelah
memberitakannya timbul baginya untuk memberitakan lafaz (gagasan) yang
kedua.
Contoh: = Aku telah mengendarai sepeda, bahkan mobil.
Badal idrab ini hampir sama dengan badal galat, hanya saja badal idrab ini
bukan karena kesalahan atau kekeliruan, melainkan karena timbul pikiran
(gagasan) baru yang dianggap lebih penting.
3. Syarat Badal
○ Tidak boleh membuat badal tanpa mubdal minhu.
○ Badal harus mengikuti mubdal minhu dalam segi
i’robnya saja
○ Tambahan : Mubdal minhu bukan hanya berupa
isimsaja, tetapi juga bisa berupa fi’il
ISIM–ISIM YANG DINASHOBKAN
1. Maf'ul bih, seperti dalam contoh :
= aku telah membaca alquran
Lafaz fi’il dan fa’il, sedangkan lafaz berkedudukan sebagai
maful bih, di-nasab-kan, tanda nasab-nya fathah, karena isim mufrad.
2. Mashdar, seperti lafaz pada perkataan :
= aku telah menolong zaid dengan sebenar-benarnya.
3. Zharaf zaman, seperti lafaz pada perkataaan :
= pada hari ini aku telah berpuasa.
4. zharaf makan, seperti lafaz pada perkataaan :
= aku telah duduk dihadapan zaid.
5. Haal, seperti lafaz pada perkataaan :
= zaid telah datang dengan berkendaraan.
6. Tamyiz, seperti lafaz pada perkataaan :
= aku telah membeli dua buah kitab.
7. Mustatsna, seperti lafaz pada perkataaan :
= kaum itu telah datang, kecuali zaid.
8. Isim laa, seperti lafaz pada perkataaan :
= tidak ada pelayan zaid yang hadir.
9. Munada, seperti lafaz pada perkataaan :
= wahai saudara zaid.
10. Khabar kana dan saudara-saudaranya, seperti lafaz pada perkataaan :
= adalah zaid seorang qari atau pembaca qur’an.
11. Isim inna dan saudara-saudaranya, seperti lafaz pada perkataaan:
= sesungguhnya zaid seorang qari
12. Dua maf’ul, yaitu zanna dan saudara-saudaranya, seperti lafaz pada perkataaan :
= aku telah menduga zaid berdiri.
13. Mafu’ul min ajlih, seperti lafaz pada perkataaan :
= zaid telah datang sebagai penghormatan bagi ‘amr.
14. Maf’ul ma’ah, seperti lafaz pada perkataaan :
= pemimpin beserta bala tentaranya telah datang.
15. Tabi' (lafazh yang mengikuti) kepada lafazh yang dinashabkan. Yaitu lafazh yang mengikuti
kepada lafazh yang di nashabkan, yaitu ada empat macam, diantaranya:
a. Na'at, seperti: = Aku telah melihat buku yang bagus
b. 'Athaf, seakan-akan: = Aku telah membuka pintu dan jendela
c. Taukid, seperti: = Aku telah memukul dirinya Zaid
d. Badal, seolah-olah: =ِ Aku telah melihat Zaid, yakni saudaramu
KESIMPULAN
Tauhid ialah satu ilmu yang membentangkan tentang wujudullah
(adanya Allah) dengan sifat-Nya yang wajib, mustahil dan jaiz (harus), dan
membuktikan kerasulan para rasul-Nya dengan sifat-sifat mereka yang wajib,
mustahil dan jaiz. ada 4 lafaz taukid yang terkenal yaitu lafaz nafsu, lafaz ‘ain,
lafaz kullu, dan lafaz ajma’u.
Badal Secara bahasa badal berarti ganti. Sedangkan dalam istilah
nahwu, badal yaitu tabi’ yang menggantikan lafadz sebelumnya yang disebut
mubdal. Badal terdiri dari 4 macam yaitu : badal syai’ minasy syai’, badal ba’d
minal kul, badal isytimal, badal galat atau badal keliru/salah dan badal idrab.
Isim yang dinashabkan. Alasan dinashabkan karena kata-kata
manshub itu menempati kedudukan dalam kalimat yang menuntuk isim
tersebut beri'rob nashab. Terdapat 15 isim yang dinashabkan yaitu : maf'ul bih,
mashdar, zharaf zaman, zharaf makan, haal, tamyiz, mustatsna, isim laa,
munada, khabar kana dan saudara-saudaranya, isim inna dan saudara-
saudaranya, dua maf’ul, mafu’ul min ajlih, maf’ul ma’ah, dan tabi' (lafazh yang
mengikuti).
DAFTAR PUSTAKA
Moch.Anwar, 2015. Ilmu Nahwu Terjemahan Ajurumiyah, Bandung : Sinar Baru
Algensindo.
Hidayat, Nandang Sarip. "Problematika Pembelajaran Bahasa Arab." An-Nida' 37.1 (
2012): 82-88. Diakses pada 10 November 2021
Rosita, Siti. "Analisis Kemampuan Mahasiswa Semester Vi Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Dalam Menentukan Isim Manshub Pada Mata
Kuliah “I’rob Jumal” Tahun Ajaran 2012-2013." Lisanul Arab: Journal
of Arabic Learning and Teaching 3.1 (2014). Diakses pada 10
November 2021
Syaefudin, Achmad. 2016. Pola Pembinaan Tauhid Kepada Anak (Analisis Kisah
Nabi Ibrahim As Dan Isma’il As Dalam Tafsir Al-Ibriz Karya Bisri
Mustafa Qs. Ash-Shaffat: 100-110).
http://eprints.stainkudus.ac.id/105/5/FILE%205%20BAB%20II.pdf,
Diakses pada 7 November 2021
Anwar, Moch. 2021. Ilmu Nahwu Terjemahan. Bandung: Sinar Baru Algesindo
id.scribd.com. Nahwu Bab Badal.
https://id.scribd.com/embeds/434081568/content?start_ page=1&vie
w_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf, Diakses
pada 29 Oktober 2021,
http://digilib.uinsby.ac.id/4345/7/Bab%202.pdf
TERIMA
KASIH