The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by helsafitri21, 2021-08-23 02:18:49

BOOKLET - HT&PMR

BOOKLET - HT&PMR

KENDALIKAN

HIPERTENSI

DENGAN

PMR

gerakan progressive
muscle relaxation

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
2
Pengertian Hipertensi 3
4
Penyebab Hipertensi 5
7
Tanda dan Gejala Hipertensi 8
9
Patofisiologi Hipertensi 9
10
Komplikasi Hipertensi
11
Kegawatan Hipertensi 11
13
Penatalaksanaan Medis 14
15
Hipertensi Emergensi 16
18
Hipertensi Urgensi

Penatalaksanaan Non-Medis

Diet Hipertensi

Progressive Muscle Relaxation

Mekanisme PMR

Indikasi & Kontraindikasi
Gerakan PMR

Daftar Pustaka

1

PENGERTIAN
HIPERTENSI

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90mmHg. Hipertensi tidak hanya
beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah
dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

Sistol adalah tekanan ketika jantung mempompa darah,
sedangkan diastol adalah tekanan pada jantung saat periode
istirahat di antara detak jantung. Sebagai contoh, jika seseorang
memiliki tekanan darah 110/70 mmHg artinya tekanan darah
sistol nya adalah 110 mmHg dan tekanan darah diastol nya 70
mmHg (Aryulina, 2016).

2

hiPpENeYrEBtAeBnsi

Menurut Nurarif & Penyebab hipertensi pada orang

Kusuma (2015) dengan lanjut usia adalah

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terjadinya perubahan-perubahan
dibagi menjadi 2 golongan.
pada:

Elastisitas dinding aorta

menurun

1) Hipertensi primer (esensial) Katub jantung menebal dan

Disebut juga hipertensi idiopatik menjadi kaku

karena tidak diketahui Kemampuan jantung

penyebabnya. Faktor yang memompa darah menurun

mempengaruhinya yaitu: genetik, 1% setiap tahun sesudah

lingkungan, hiperaktivitas saraf berumur 20 tahun

simpatis system rennin. kemampuan jantung

Antigiotensin dan peningkatan Na memompa darah menurun

+ Ca intraseluler. Faktor-faktor menyebabkan menurunnya

yang meningkatkan resiko : kontreksi dan volumenya.

obesitas, merokok, alcohol dan Kehilangan elastisitas

polisitemia. pembuluh darah, hal ini

terjadi karena kurangya

2) Hipertensi sekunder efektifitas pembuluh darah
Penyebab yaitu: penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, sindrom perifer untuk oksigenasi.
cushing dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. Meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer.

3

D A & GEJ

ipertens
TAN

i
ALA

h

Menurut Kemenkes RI (2019), pada umumnya
hipertensi tidak disertai dengan gejala atau
keluhan tertentu. Keluhan tidak spesifik pada
penderita hipertensi adalah:

1) Sakit kepala, pusing
2) Jantung berdebar-debar, rasa sakit di dada
3) Gelisah
4) Penglihatan kabur
5) Mudah lelah, dll.

4

PPAA(peTTrjaOOlanaFnFpIeISnSyaIIkOiOt hipLLertOOensiG)GII

Faktor predidisposisi: usia, jenis ↑Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
kelamin, merokok, stress, kurang keseluruh tubuh sedangkan

olahrga, genetic, alcohol, nutrisi dalam sel sudah
konsentrasi garam, obesitas mencukupi kebutuhan

Kerusakan pembuluh HIPERTENSI ↑Tekanan darah ke
darah seluruh tubuh

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional Metode koping
Kekurangan pengetahuan tidak efektif
Penyumbatan pembuluh Informasi yang minim
darah kecemasan (ansietas) Koping tidak
Hambatan pembuluh efektif
Penyempitan pembuluh darah otak Nyeri kepala
darah (vasokonstriksi) Resiko
↓Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak
jaringan

Ginjal Retina Pembuluh darah

Penyempitan pembuluh Spasme arteriol Seluruh tubuh Jantung
darah ginjal Resiko cedera
Penyempitan pembuluh Kurangnya oksigen ke
↓Aliran darah
darah (vasokonstriksi) jantung (iskemia miokard)

Respon RAA Penurunan curah jantung ↑Tekanan jantung untuk
memompa darah
(Afterload) Nyeri

Merangsang aldosteron Kelebihan volume cairan Kesalahan (fatigue)

Penumpukan natrium Pembengkakan karena Intoleransi aktivitas
penumpukan cairan
(edema)

5

Patofisiologi

Hipertensi merupakan fenomena Pada retina akan menyebabkan
dimana tekanan sistemik darah spasme arteriol dan dapat
meningkat lebih dari 140 mmHg. menyebabkan resiko cidera pada
Peningkatan tekanan sistemik akan penderita. Sedangkan pada pembuluh
menyebabkan peningkatan beban darah dapat menyebabkan terjadinya
kerja jantung yang akhirnya aliran penurunan curah jantung yang dapat
darah makin cepat keseluruh tubuh mengakibatkan pasien mengalami
sedangkan nutrisi dalam sel sudah penyakit jantung koroner.
mencukupi kebutuhan. Hipertensi
sendiri adalah kerusakan pembuluh Faktor predisposisi yang dapat
darah vesikuler yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain
menyebabkan perubahan struktur adalah usia, jenis kelamin, merokok,
atau penyumbatan pada pembuluh stress, kurang olahraga, genetik,
darah sehingga dapat menyebabkan alkohol, konsentrasi garam, obesitas
gangguan sirkulasi menuju ke otak dan masih banyak lagi. Hipertensi
sehingga menyebabkan oksigen atau juga dapat terjadi karena adanya
O2 ke otak menurun, saat oksigen ke perubahan situasi, perubahan situasi
otak menurun maka akan terjadi ini dapat berupa krisis situasional
Resiko ketidakseimbangan perfusi atau respons yang muncul karena
jaringan ke otak yang dapat kejadian yang tiba- tiba dan tidak
menyebabkan pasien merasa pusing terduga dalam kehidupan seseorang
dan pandangan tampak buram. seperti ketakutan, cemas, gelisah dan
lain sebagainya sehngga dapat
Tidak hanya pada otak, gangguan menyebabkan ketidakefektifan dalam
sirkualsi ini juga dapat terjadi pada memenuhi kebutuhan koping. Selain
ginjal, retina, dan pembuluh darah. itu Hipertensi juga bisa disebabkan
Pada ginjal, pembuluh darah akan karena minimnya informasi yang
mengalami vasokonstruksi sehingga menyebabkan masyarakat mengalami
blood flow darah akan menurun dan defisit pengetahuan ansietas atau
menyebabkan kelebihan volume kecemasan saat pertama kali
cairan, akibatnya pasien dapat merasakan gejala hipertensi.
mengalami kebengkakan atau edema.

6

KOMPLIKASI

HIPERTENSI

Menurut Kemenkes RI, (2019) hipertensi
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
seperti:

Penyakit stroke
Penyakit jantung
Penyakit ginjal
Kerusakan pembuluh darah pada retina
mata
Kebutaan
Penyempitan pembuluh darah yang
berasal dari jantung

7

KEGAWATAN

HIPERTENSI

Menurut Bianti, (2015) kondisi kegawatan yang terjadi pada
hipertensi memiliki 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat.

Hipertensi ringan dan sedang meliputi mata, ginjal, jantung
dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.

Hipertensi berat merupakan kelainan yang sering
ditemukan gagal jantung selain kelainan koroner dan
miokard, stroke terjadi karena pendarahan yang disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
terjadinya ketika terjadinya gumpalan darah dan kurangnya
aliran darah ke otak sementara. Gagal ginjal juga sering
ditemui pada penderita hipertensi akut.

Menurut Kemenkes RI, (2019) hipertensi dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi seperti:
1. Penyakit stroke
2. Penyakit jantung
3. Penyakit ginjal
4. Kerusakan pembuluh darah pada retina mata
5. Kebutaan
6. Penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung

8

PENATAMLEADKISSANAAN

HIPERTENSI EMERGENSI

Penatalaksanaan kasus hipertensi emegensi memerlukan
penanganan segera di ruang gawat darurat dengan monitoring
ketat. Pada hipertensi emergensi obat yang diperlukan adalah obat
parenteral. Obat-obatan antihipertensi parenteral yang dapat
digunakan adalah Nicardipine, Clonidine, Nitroglycerin, 94 diltiazem,
Enalaprilat, Esmolol, labetalol, Fenoldopram, Na nitropusside,
Hydralazine, dan Clevidipine.

OBAT DOSIS EFEK SAMPING

Na 0,5 ug/kg/menit ditingkatkan sampai Sakit kepala, mual, kejang,
Nitroprusside 2 ug/kg/menit kulit memerah

Nicardipine 5 mg/jam, dapat ditingkatkan 2,5 mg/jam tiap 5 Sakit kepala, mual, pusing,
menit sampai maksimal 15 mg/jam bengkak, detak jantung
menjadi cepat, kulit memerah
Nitrogliserin 5 ug/menit, dapat ditingkatkan 5 ug/menit tiap 5-
10 menit sampai maksimal 60 ug/menit Sakit kepala, pusing, tafilaksis

Labetalol 20 mg bolus, dapat diulang 20-80 mh bolus atau Bronkospasme, tekanan
Fenoldopam infus 2 mg/menit maksimal 300 mg/24 jam darah rendah, pusing, mual,
Esmolol kesemutan, perasaan geli
Enalaprilat
0,1 ug/kg/menit, dosis inisial, dilanjutkan 0,05-1 Sakit kepala, mual,
ug/kg/menit sampai maksimal 1,6 ug/kg/menit kemerahan pada kulit

500 ug/kg dosis inisial dalam 1 menit, dilanjutkan Mual, kemerahan pada kulit,
infus 25-50 ug/kg/menit dapat ditingkatkan 25 blok jantung
ug/kg/menit tiap 10-20 menit
Sakit kepala, tekanan darah
1,25 mg dalam 5 menit tiap 4-6 jam, dapat rendah, pusing
ditingkatkan 1,25 mg dalam 12-24 jam sampai
maksimal 5 mg

9

HIPERTENSI URGENSI

Pada hipertensi urgensi, penurunan tekanan darah dilakukan secara
perlahan dengan obat antihipertensi oral awitan cepat seperti
labetalol, Nifedipine (extended release), Captropil, Clonidine,
Amlodipine, Prazosin.

OBAT DOSIS ONSET KERJA EFEK SAMPING

Na 20-400 mg 20-120 menit Detak jantung lebih lambat,
Nitroprusside bronkospasme

Nicardipine 10-20 mg 20 menit Risiko tekanan darah rendah
pada pemberian short acting
Nitrogliserin 12,5-25 mg 15-60 menit sublingual

Labetalol 0,1-0,2 mg 30-60 menit Gagal ginjal akut pada pasien
dengan penyempitan arteri yang
mengangkut darah menuju ginjal

Hipertensi yang semakin
meningkat

Fenoldopam 5-10 mg 30-50 menit Sakit kepala, detak jantung
lebih cepat, kulit kemerahan
Esmolol 1-2 mg 2-4 jam
Detak jantung lebih cepat,
pingsan, penurunan tekanan
darah yang tiba-tiba

PENTINGNYA PATUH MEMINUM OBAT!

Kepatuhan minum obat adalah suatu ketaatan dalam mengikuti saran dan
anjuran dalam meminum obat yang telah dikonsultasikan dengan dokter.
Berdasarkan hasil penelitian Dewi dkk. (2015), terapi tidak akan optimal tanpa
kesadaran dari pasien untuk patuh terhadap terapi pengobatannya, apabila
pasien tidak patuh maka bukan hanya menyebabkan kegagalan terapi, tetapi
dapat juga menimbulkan komplikasi yang merugikan bagi pasien. Brown dan
Bussel (2011) menyebutkan kurangnya kepatuhan dalam minum obat merupakan
penyebab kegagalan paling penting dalam mengontrol tekanan darah, dan juga
menyebabkan terjadinya peningkatan risiko serangan jantung, dan stroke.
Keberhasilan suatu terapi ditentukan dengan kepatuhan pasien dalam
menjalankan terapi-terapi antihipertensi (Hairunnisa dkk., 2014).

10

PENATALAKSANAAN
NON-MEDIS
(diet hipertensi)

MEMBATASI ASUPAN NATRIUM / SODIUM

Batasi penggunaan garam dapur (5gr/hari atau
setara 1½ sdt)
Batasi penggunaan soda kue, baking powder, dan
semua makanan yang diolah atau dikemas dengan
instan (roti, makanan kaleng, biskuit)
Batasi penggunaan bumbu yang mengandung
garam (saus, kecap, penyedap rasa, dll.)

PEMBATASAN ASUPAN LEMAK JENUH, TERDAPAT PADA LEMAK
HEWAN, KEJU, MENTEGA, MARGARIN, DAN MINYAK KELAPA.

MENINGKATKAN ASUPAN LEMAK TIDAK JENUH

Lemak tidak jenuh tunggal: kacang-kacangan, minyak kacang, dan
alpukat.
Lemak tidak jenuh ganda omega 3: ikan salmon, ikan tuna, kerang, minyak
jagung, minyak biji kapas, minyak biji bunga matahari, dan minyak
kedelai.

MENURUNKAN ASUPAN KOLESTEROL, TERDAPAT PADA KUNING
TELUR, AYAM DENGAN KULIT, DAGING BERLEMAK, DAN SUSU.

MENJAGA KESEIMBANGAN KALIUM DAN POTASSIUM

Kalium (diurutkan dari kandungan yang tertinggi per penukarannya),
seperti kentang, bayam, jambu monyet, jambu biji, singkong, kacang
kedelai, pisang, durian, kacang merah, kacang hijau, selada, wortel, tomat,
papaya, kelapa, jeruk manis, semangka, alpukat, nasi, mangga, nanas,
kacang tanah, dan anggur
Potasium: potasium bersumber dari buah segar dan sayur-sayuran

11

MENJAGA KESEIMBANGAN KALSIUM

Konsumsi kalsium disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu 800-1200
mg/hari. Makanan sumber kalsium yaitu susu dan hasil olahannya misal
keju atau youghurt, kacang-kacangan dan hasil olahannya misal tempe
atau tahu. Namun pada penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi susu dan hasil olahan segar yang belum diawetkan.

MENJAGA KESEIMBANGAN MAGNESIUM

Magnesium yang dianjurkan yaitu ≥ 200-500 mg/hari. Sumber utamanya
yaitu sayuran hijau, sereal, biji-bijian, dan kacang-kacangan.

MENINGKATKAN ASUPAN SERAT

Serat dapat didapatkan dari sumber karbohidrat kompleks seperti beras
merah, sayur, buah, dan bahan lain seperti agar-agar.

MENINGKATKAN SUMBER PROTEIN DAN SAYUR, KURANGI PROTEIN
YANG BERSUMBER DARI PROTEIN HEWANI, DAN KONSUMSI SAYUR
YANG BANYAK MENGANDUNG PROTEIN

Seperti bayam merah, daun katuk, daun papaya, daun singkong, daun
talas, kacang kapri, nangka muda, dan tauge kacang kedelai.

MENERAPKAN DIET VEGETARIAN

Hal ini dilakukan dengan cara tidak mengkonsumsi semua makanan
yang bersumber dari hewani.

MENURUNKAN ATAU STOP KONSUMSI ALKOHOL.

12

PENATALAKSANAAN
NON-MEDIS

(Progressive Muscle Relaxation)

APA ITU PROGRESSIVE
MUSCLE RELAXATION

2mwmbP0eraee1onk6rrgatte)uur.nleakgskusstsaienavnrtseaugikpkmapi nirumkesilrecoaanlktenodstaadr-sepoailtanadotxektkanaetngsitoueanagnktaoug(nnPegtMrrbaaoRnakl)gaoinamattonmaetsreu(tKnukpgebealecukianeahtmcna&apnssaagPadlkanaaashanyrssiadbaanatutgunu,

apa tujuan dilakukan Progressive
muscle relaxation (PMR)?

Menurut Setyoadi

Tujuan diberikan terapi PMR ini adalah: (2011)

Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan
punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan
laju metabolik.
Mengurangi gangguan irama jantung.
Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi.
Memperbaiki kemampuan untuk mengurangi stress.
Mengatasi insomnia.
Membangun emosi dari emosi negatif.

13

Mekoatnoitsmpreogrreelasikfsasi

Teknik relaksasi otot progresif (PMR) dapat mengendalikan atau
menstabilkan hasil tekanan darah pada penderita hipertensi. Hal ini
sesuai dengan penelitian Rahmawati dkk. (2018) bahwa terdapat
penurunan pada tekanan darah (systole dan diastole) sesudah
dilaksanakan terapi relaksasi otot progresif (PMR). PMR akan
menghasilkan adanya relaksasi pada tubuh sehingga dapat
menghambat peningkatan saraf simpatik yang diharapkan agar
hormon penyebab disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya.
Sistem saraf parasimpatik adalah sistem yang mendominasi pada
keadaan tenang dan santai memiliki fungsi kerja berlawanan dengan
saraf simpatik akan memperlambat atau memperlemah kerja alat-
alat internal tubuh sehingga akan terjadi penurunan detak jantung,
irama nafas, tekanan darah, ketegangan otot, dan tingkat
metabolisme (Praptini, 2014).

ada respon fisiologis terjadi perbedaan karna relaksasi otot progresif
dapat memicu aktivitas memompa jantung berkurang dan arteri
mengalami pelebaran, sehingga banyak cairan yang keluar dari
sirkulasi peredaran darah. Hal tersebut akan mengurangi beban kerja
jantung karena pada penderita hipertensi mempunyai denyut
jantung yang lebih cepat untuk memompa darah akibat dari
peningkatan darah.

14

Indikasi &

Kontraindikasi

Progressive Muscle Relaxation (PMR)

Indikasi relaksasi
otot progresif
(Setyoadi, 2011):

Pada pasien yang mengalami
gangguan tidur (insomnia)
Pada pasien yang mengalami
stress
Pada pasien yang mengalami
kecemasan
Pada pasien yang mengalami
depresi

Kontraindikasi

Kontraindikasi relaksasi otot
progresif yaitu pada pasien
yang memiliki keterbatasan
gerak, misal yang tidak dapat
menggerakkan badannya dan
pasien yang mengalami
perawatan tirah baring
(Setyoadi, 2011).

15

MUSPCRLGOEEGRRREAELKSAASXNIVAETION

1 23

Kepalkan tangan semakin Tekuk pergelangan Kepal tangan kemudian
kuat, lepaskan selama 10 tangan ke belakang letakkan ke pundak dan

detik (lakukan 2x) Tarik dengan kuat

4 5&6 7

Angkat kedua bahu Mengerutkan dahi dan Katupkan rahang, diikuti
hingga menyentuh kedua alis, kemudian tutup mata dengan menggigit gigi

telinga keras-keras

16

8 9 10

Bibir dimoncongkan Tekan kepala ke belakang Benamkan dagu ke dada
sekuat-kuatnya leher dan punggung

11 12 13

Busungkan dada, tahan Tarik nafas panjang, Tarik dengan kuat perut
kondisi tegang Selama 10 tahan beberapa saat kedalam, tahan selama 10
kemudian hembuskan detik, lalu direlaksasikan
detik, kemudian
relaksasikan 14&15

Luruskan kedua telapak kaki,
sehingga otot paha terasa tegang

17

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, D. (2016). Biologi (edisi 2). Kementrian kesehatan RI. (2019). Apa

Jakarta: Penerbit Erlangga. Diambil komplikasi berbahaya dari hipertensi.

dari: Diambil dari

https://www.google.co.id/books/editio http://p2ptm.kemkes.go.id/infographi

n/BIOLOGI_Jilid_2/S29qVUvoU1oC? c-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-

hl=id&gbpv=1&dq=pengertian+sistol+di dan-pembuluh-darah/page/5/apa-

astol&pg=PA134&printsec=frontcover komplikasi-berbahaya-dari-hipertensi

Brown, M. T. & Bussel, J. K. (2011). Kementrian Kesehatan RI. (2018).

Medication adherence: Who cares?. Manajemen program pencegahan dan

Mayo Clinic Proceedings, 86(4), 304- pengendalian hipertensi dan

314. Doi: 10.4065/mcp.2010.0575 perhitungan pencapaian spm

Dewi, M., Sari I. P., Probosuseno. hipertensi. Diambil dari:

(2015). Pengaruh konseling farmasis http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/V

terhadap kepatuhan dan kontrol HcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz0

hipertensi pasien prolanis di Klinik 9/2018/05/Manajemen_Program_Hipe

Mitra Husada Kendal. Indonesan rtensi_2018_Subdit_PJPD_Ditjen_P2PT

Journal of Clinical Pharmacy, 4(4), M.pdf

242-249. Doi: Kementrian Kesehatan RI. (2018).

https://doi.org/10.15416/ijcp.2015.4.4.2 Laporan Nasional Riset Kesehatan

42 Dasar 2018. Diambil dari:

Hairunnisa, Arundina, A., & Armyanti, https://www.litbang.kemkes.go.id/lapo

I. (2014). Hubungan tingkat kepatuhan ran-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/

minum obat dan diet dengan tekanan Kemenkes RI (2020). Waspada

darah terkontrol pada penderita komplikasi akibat hipertensi. Diambil

hipertensi lansia di wilayah kerja dari

Puskesmas Perumnas I Kecamatan http://p2ptm.kemkes.go.id/infographi

Pontianak Barat. Jurnal Mahasiswa c-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-

Fakultas Kedokteran Untan, Januari dan-pembuluh-

(2014), 1-25. Diambil dari: darah/page/7/waspadai-komplikasi-

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jf akibat-hipertensi

k/article/view/6337 Loekman, J. S. (2016). Patogenesis dan

Keliat, B. A. & Pasaribu. (2016). Prinsip managemen hipertensi emergensi.

dan praktik keperawatan kesehatan Jurnal Kedokteran, 241-249.

jiwa stuart. Singapura: Elsevier

18

DAFTAR PUSTAKA

Nuraini, B. (2015). Risk factors of Rahmawati, P. M., Musviro., &

hyepertension. Journal Majority, 4(5), Deviantony, F. (2018). Efektifitas

10-15. Diambil dari: progressive muscle relaxation (pmr)

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/ind terhadap penurunan tekanan darah

ex.php/majority/article/viewFile/602/ pada penderita hipertensi. The

606 Indonesian Journal Of Health Science,

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). 188-193. Doi :

Aplikasi asuhan keperawatan https://doi.org/10.32528/ijhs.v0i0.1547

berdasarkan diagnosa medis & Ramayulis, R. (2016). Diet untuk

NANDA (North American Nursing penyakit komplikasi [e-book]. Diambil

Diagnosis Association) NIC-NOC dari:

(2^nded). Jogjakarta: Mediacton https://www.google.co.id/books/edition

Nurkhalis, N. (2015). Penanganan /DIET_Untuk_Penyakit_Komplikasi/CJ

krisis hipertensi. Idea Nursing Journal, 7ICwAAQBAJ?

6(3), 61-67. Doi : hl=id&gbpv=1&dq=diet+pasien+hiperte

https://doi.org/10.52199/inj.v6i3.6793 nsi&printsec=frontcover

Pikir, B. S., Aminuddin, M., Subagjo, A., Ramayulis, R. (2010). Menu & resep

Dharmadjato, B. B., Suryawan, I. G., & untuk penderita hipertensi [e-book].

Praptini, D. 2014. Pengaruh relaksasi Diambil dari:

otot progresif terhadap tingkat https://www.google.co.id/books/editio

kecemasan pasien kemoterapi di n/MENU_RESEP_untuk_Penderita_HI

rumah singgah kanker denpasar. PERTENSI/KDuQCgAAQBAJ?

COPING NERS (Community of hl=id&gbpv=1&dq=pola+diet+bagi+pen

Publishing in Nursing), 2(3). Doi: derita+hipertensi&printsec=frontcove

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping r

/article/view/10769 Rosidin, U., Sumarni, N., & Suhendar, I.

Pramana, K. D. (2020). (2019). Penyuluhan tentang aktifitas

Penatalaksanaan krisis hipertensi. fisik dalam peningkatan status

Jurnal Kedokteran, 5(2), 91-96. Doi: kesehatan. Media Karya Kesehatan,

http://dx.doi.org/10.36679/kedokteran. 2(2), 108-118. Doi:

v5i2.243 https://doi.org/10.24198/mkk.v2i2.2257

4

18

DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi, K. (2011). Terapi modalitas
keperawatan jiwa pada pasien
psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Medika
Sumiasih, H., Trilestari, Utami, W.
(2020). Hubungan kepatuhan minum
obat terhadap keberhasilan terapi
pada pasien hipertensi di Puskesmas
Prambanan Sleman bulan Januari-
Februari 2020. CERATAJurnal Ilmu
Farmasi, 11(1), 21-27.
Tambayong, J. D. (2014). Farmakologi
keperawatan 2. Jakarta: EGC
Valentine, D. A., Kp, S., Kes, M.,
Saparwati, M., & Kep, M. (2013).
Pengaruh teknik relaksasi otot
progresif terhadap tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi di
Kel.Pringapus, Kec. Pringapus Kab.
Semarang 1. Journal of Science, 4(1), 1–
7.
World Health Organization. (2021).
Hypertension. Diambil dari :
https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hypertension

18

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.

Faktor yang mempengaruhi Hipertensi Primer yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis system rennin.
Antigiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-
faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol
dan polisitemia. Adapula Hipertensi Sekunder penyebabnya
yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Pada umumnya hipertensi tidak disertai dengan gejala atau
keluhan tertentu, Keluhan tidak spesifik pada penderita
hipertensi adalah sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar,
rasa sakit di dada, gelisah, penglihatan kabur, mudah lelah dan
lain-lain.

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI JAKARTA
Jl. Rs. Polri No.5 RT.1/RW.5, Kramat Jati
Jakarta Timur
(021)8007436
https://akperpolpus.ac.id


Click to View FlipBook Version