The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Puisi Karya : Elisabet Wilhelimina Jawa Tukan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by yohaneshalan37, 2022-02-12 19:34:00

" BALADA DI UJUNG ASA "

Puisi Karya : Elisabet Wilhelimina Jawa Tukan

Keywords: Puisi

BUNGA DESA

Bunga Desa
Padamu kulihat sang fajar tersenyum dan rembulan tertawa

Langit desamu selalu biru,tampilkan warna-warni ceria
Perempuan desa tanpa baju

Tubuh indah diselimuti kain kumal,usang tak berwarna
Namun,dari rahimmu lahirlah tunas-tunas muda
Pemilik Negri
Wahai penguasa,dapatkah kau menghitung
Seberapa besar pengorbanannya
Dapatkah kau melihat berapa tetes keringat
Yang mengalir di tubuh indahnya

Dan dapatkah kau hapus peluh di setiap jengkal tubuhnya
Bunga desaku

Marilah bersamaku,melihat musim kembali menjatuhkan daun
Dan menatap bintang pada langit biru kita

Jangan takut pada kumbang liar yang mencoba memburumu
Hai ...perempuanku lukislah masa depanmu bersama pelangi

Sentuhlah ujung langit pada bias asamu
Kuyakin engkau bisa

51

ANGIN BERDEBAR

Angin berdebar pada padang datar
Tempat sang kembang2 liar menebar pesona

Aku diam menatap sepi
Ah...kataku,kembang liar banyak bertebaran,menari-nari di terpa angin yang berdebar-

debar
Pesonamu mampu mengalahkan kembang ibukota,meski ragamu terhempas di padang

datar
Namun kutahu,bayang2mu mampu menerjang kumbang2 yang selalu mengiginkan

madumu,paras liarmu milik alam,kau penakluk sang kumbang kelana,
Wahai kembang2 liar,indahmu tak seindah mimpi2mu,meski pesonamu mampu

memabukkan sang kumbang kelana.jangan smpai.kau terjerat dalam kegilaan
cintanya.biarkan dirimu tetap menjadi kembang liar di padang datar,cukup
dilihat,dikagumi semua orang.biarlah indahmu menghiasi dunia pada alam padang datar

52

RESAH HATI JIWA GELISAH

Jiwaku berkelana pada jiwamu
Menanti jawab pada sunyi malam

Resah gelisah jiwa merana
Raga melayu pada sepi malam
Harap hati meriap-riapkan rindu
Gunda gulana pada nanti yang tak pasti

Kau kekasih desirkan rasa
Bangkitkan Birahi hasrat yang padam
Yahh..gejolak Hasrat rindukan raga
Lambungkan doa ucapkan nada menggema,pada Ilahi pemilik cinta
Biarkan sang Dewi Cinta tumpahkan rasa itu di hatimu
Bukan sekedar hasrat dan rasa tapi yang utama adalah cinta nyanyian kasih kiriman Ilahi
Cinta sejati yah cinta yang sudah tumbuh

Kubiarkan dia berlabuh di hatimu
Terbitkan segala rasa,segala hasrat pada palung jiwamu

Agar nanti bersemi jiwa pautkan hati kita berdua

53

54

TEMA 2

BALADA CINTA
KASIH TUHAN

55

Pulau Waibalun, Flores, NTT

YESUS DIMAKAMKAN

Sepi sekeliling bukit
Suara sorak-sorai telah pergi

Mereka kembali
Kembali dalam kegelisahan
Karena telah menyalibkan Tuhan.

Kini,
Segalanya hening
Semuanya diam membisu
Sunyi-senyap tak bersuara
Dikau dihempas ke liang tanah.

Di sana kau berbaring
Menanti saat kau bangkit
Bangkit dengan kemenangan
Dan pasti membawa suatu kisah

Kisah hidup abadi.

Tuhanku,
Kau pahlawan ulung
Agung semarak dari zaman ke zaman.
Zaman ini dan zaman itu
Kau pahlawan abadi.

56

YESUS DITURUNKAN DARI SALIB

Semuanya telas selesai.
Bunda telah siap

Siap merangkul dan memangku-Mu
Sebelum Kau berbaring di liang tanah.

Penuh kasih bunda memandang
Memandang putra yang tak bernyawa

Tapi,
Suara kasih tetap bergema

Lihatlah,
Inilah suatu kemenangan.

Kemenangan-Mu dengan sorak-sorai
Lagu kemenangan-Mu adalah lagu pasrah

Pasrah kepada Bapa
Pasrah kepada manusia yang Kau tebus

Tuhanku,
Semoga kemenangan-Mu ini
Jadi berarti bagiku setelah aku berjuang
Berjuang dalam ketenangan
Dengan tak mengenal putus asa
Hingga saat aku kau panggil
Panggil pulang kepada-Mu.

57

YESUS DI PAKU PADA SALIB

Ku dengar bunyi paku menembus
tangan dan kaki-Mu
Betapa kau derita

Betapa kejam dan bengisnya mereka.

Di zaman ini dan di saat ini
Aku pun kejam

Ku paku kembali Engkau pada salib.
Karena aku lalai melaksanakan pesan cinta-Mu.

Begitu banyak suara yang memanggilku
Suara-suara rindu

Dari manusia sesama yang menagih kasih dariku
Tapi ku tolak dan ku tinggalkan.

Tuhanku,
Betapa kejamnya aku

Ku paku Dikau lagi
Ku paku Dikau dalam sesamaku

Kini aku sadar
Tanganku gemetar dan hatiku berkata

Ampunilah aku Yesus.

58

YESUS JATUH KETIGA KALINYA

Tiga kali kau jatuh
Dan setiap kali kau bangkit kembali

Terus berlangkah
Sebelum kau jejaki taman idaman Golgota.

Kau jatuh karena kasih
Salib menindih bahu-Mu

Tanpa sayang
Hati-Mu pasti menagih kasihku

Karena hati dan batinku
Telah ku jatuhkan di atas kemewahan dunia

Tak mengenal kasih.

Yesus
Aku jatuh dalam lembah kelam
Lembah kepalsuan yang telah ku renggut jadi milikku

Aku jatuh dan jatuh lagi.

Tuhan.
Tariklah hatiku kepada-Mu

59

Tanamlah kasih-Mu dalam diriku
Agar aku sadar dan bangun kembali.

YESUS DIBANTU OLEH SIMON DARI SIRENE

Di saat awal dia belum menyadari arti salib
Sebab salib ini penuh rahasia
Rahasia cinta yang mendalam
Misteri kasih yang abadi

Dan menuntut penyangkalan diri.

Beban salib-Mu diterimanya
Walau batinnya berontak
Tapi

Rahasia cinta-Mu kau curahkan
Misteri kasih-Mu kau nyatakan
Beban salib-Mu semakin ringan baginya.

Yesus,
Kau langsung membalas cintanya
Dia mengerti dan menerima cintamu

Cinta ikhlas baginya.

60

Tuhanku,
Aku sering menolak cinta-Mu
Cinta yang kau berikan lewat sesamaku

Aku enggan menerima
Tak rela membantu

Betapa lemahnya cintaku Yesus.

YESUS JATUH PERTAMA KALINYA

Kini kau jatuh terhempas tertindih salib
Salib yang berat dan kasar
Namun,

Bagi-Mu lembut dan manis karena kasih.

Tuhanku,
Kau jatuh karena aku
Tubuh kudus-Mu tertimpah derita
Kau terhempas ke tanah
Dan kau kecup bumi ciptaan-Mu.

Tuhanku,
Aku sering jatuh
Jatuh dalam beban dosa dan salahku

61

Beban dosaku terus menimpa diri-Mu
Dan salib-Mu semakin berat.

Yesus,
Sadarkanlah aku bila aku jatuh
Bangkitkanlah aku agar aku terus maju
Mengikuti jejak langkah-Mu.

YESUS MEMANGGUL SALIBNYA

Pohon di rimba yang telah Kau ciptakan
Kini dihantar kepada-Mu
Suatu tindakan yang kejam

Suatu penghinaan yang ngeri.

Bagi-Mu Yesus
Jadi beban paling indah

Manis dan sedap
Kau kucup dan Kau panggul karena kasih.

Tangan-Mu lembut merangkul salib

62

Langkah-Mu Kau ayunkan diterik siang
Semua menatap dan memandang-Mu

Yang datang tanpa diundang
Pergi tanpa pamit

Jadi saksi palsu tak bertanggungjawab.

Yesus
Kau rela menerima salib demi aku

Tapi aku..
Salib dan korban kecil
Dapat membuat aku putus asa
Atau tawar-menawar kehendak-Mu.

PAKAIAN YESUS DITANGGALKAN

Tangan-tangan gana merampas pakaian-Mu,
Pakaian suci yang kau terima
Dari tangan Ibu-Mu

Kenangan dari dia yang kau kasihi.

Saat ini
Melukis suatu kisah tragedi
Membuat pribadi-Mu yang agung

63

Jadi rendah dan hina,
Namun,

Kau tetap unggu dan agung.

Yesus,
Semuanya dirampasi,
Tinggal diri-Mu dan pribadi-Mu
Yang tak mungkin ditampasi
Karena Engkau adalah Engkau.

Tuhanku,
Dikau pemilik segala
Kini tak memiliki sesuatu pun
Dansatu-satuny milik-Mu adalah Cinta

LILITAN PERAK

Saat silam melukis kisah
Kisa hidup di masa itu
Kala sumpah awal mesra bergaung
Triprasetia sakti berkumandang
Menerobosi alam sunyi

64

Menggetari jagat raya
Kini kembali ku kenang
Kenang penuh syukur
Nada dua puluh lima tahun erat ku genggam
Tanpa lepas dari derita
Atau bebas dari korban hidup

Karena,
Dikau mencari tubuh
Berlumuran darah.

65

MALAM KENANGAN

Malam kelam dingin
Bulan bersinar pudar

Aku berlalu
Ku pagutkan senyumku atas udara beku
Hatiku membisik halus, “Dikau sepi sendiri”.

Aku berlangkah ke sana
Ku ingin jumpa wajah itu
Dia yang telah merebut hatiku
Membuat batinku sepi dan kersang
Dan aku berkata, “aku telah datang”.

Malam semakin larut
Udara semakin dingin
Suasana sunyi dan sepi
Batinku mendesak dan hatiku membisik
Ku ingin menagih kasih-Mu di saat ini.

66

NADA SESAL DAN TOBAT

Dalam kehampaan hati aku datang kepada-Mu
Ku ingin menagih kasih-Mu

Kasih yang tak pernah akan berakhir
Walau tubuhmu telah remuk

Oleh tangan dan hati yang tak mengenal kasih.
Bukit kersang Golgota menanti-Mu di saat itu

Menanti tanpa kasih
Menatap dengan kejam dan bengis

Ingin menghabiskan nyawa-Mu
Karena kau mewartakan kasih.

Tuhanku
Senja ini kau kembali menjalani salib-Mu

Melewati lorong-lorong sepi
Melalui wajah dan hati yang dingin dan beku

Hatiku yang tawar dan hampa.

67

SEBUAH CATATAN AKHIR TAHUN

Sedetik lagi dikau pergi
Pergi mengikuti peredaran waktu
Lenyap berakhir dan takkan kembali
Bersama hembusan bayu halus di malam ini.

Malam semakin larut
Ku buka dan ku teliti harianku

Ku nikmati goresanku
Ku tanya diriku, “Siapakah engkau?”

Segala peristiwa hidupku datang membayang
Membuat aku kembali mengenang
Masa lampau pelukis kisah
Kisah hidup penuh perjuangan.

Pada detik akhir tahun ini
Di tengah malam yang sunyi dan sepi

Aku datang menghadapa Dikau
Dengan rasa syukur, sesal dan tobat.

Tuhanku,
Inilah aku dengan masa lampauku
Dengan kelemahan dan kegagalan

Kepada-Mu kupasrahkan segala
Ku pasrahkan diriku seluruhnya.

68

HARAPAN DAN KENYATAAN

Hidupku telah kuperjuangkan
Perjuangan tiada akhir

Harap dan cemas silih berganti
Menatap kenyataan masa lampau.

Dengan kehangatan kerinduan
Ku harapkan kasih dari-Mu

Agar aku tidak hanyut dalam keputusasaan
Tiada binasa oleh pekatnya malam
Takkan hancur oleh situasi diriku.

Batinku kini hampa
Hatiku kini sedang remuk
Beban hidupku semakin menindih
Salib deritaku semakin parah.

Di ujung jalan perjuangan
Sekuntum harapan sedang mekar
Kenyataan hidup berganti warna
Seulas harapan datang menanti.

Tuhanku,
Biarlah hati ini disirami embun yang segar

Biarlah hati ini meratapi dirinya
Biarlah hati ini dibekas hangat

Dalam lembutnya cinta-Mu
Dan manisnya kasi-Mu.

69

KEMBALILAH KEPADAKU

Anakku,
Kembalilah kepadaku

Kaulah pilihanku
Tumpuan cinta dan curahan kasihku

Telah kulimpahkan kepadamu.

Anakku,
Ku tahu batinmu kini retak
Dan kau ingin lari dari sisiku
Karena kesetiaanku kau ingkari
Jejak langkahku kau tinggalkan.

Anakku,
Inilah suatu masa rahmat bagi-Mu

Masa tobat dan sesal
Masuklah hatimu sendiri

Dan selamilah dirimu.

Anakku,
Kembalilah kepadaku

Kaulah pilihanku
Aku telah mencintai dirimu
Sebelum kau mengenal diriku
Janganlah kau tinggalkan aku
Karena aku senantiasa besertamu.

70

KISAH KASIH

Di saat awal aku mengucapkan janji
Janji setia padamu

Dalam lautan kebahagiaan
Karena aku jadi milikmu.

Menanjak hari, waktu pun beredar
Suasana tenang berganti wajah

Tantangan hidup datang menyerang
Menyerang tanpa sayang.

Kisah kasih semakin pudar
Janji setia membayang suram
Korban dan salib melilit tubuh
Batin dan hatin dirasuk bingung

Ingin aku pergi darimu

Dalam kesepian ini
Ku tatap seberkas sinar
Menyinari senja yang semakin kelabu,
Dan aku ingin berlari
Mencari titik tumpuan hidup
Dalam seulas sinar cerah
Sinar kasih dan cintamu

71

SELAMAT TINGGAL MASA LAMPAU

Masa lampau membawa cerita
Masa silam mengukir berita
Di awal tahun kita berjumpa

Di akhir senja ini kita berpisah.

Selamat tinggal masa lampau
Selamat tinggal kenangan lama

Masa setahun telah ku jejaki
Dalam lautan perjuangan hidup.

Dan kini,
Di keheningan senja ini
Rentetan peristiwa datang membayang
Membuat aku ingin kembali
Kembali ke masa lampau.

Suasana hening dan sepi
Aku berjalan seorang diri
Sambil menatap jauh ke laut lepas
Ku bawakan sekelumit kisah untukmu.

Kisah hidup setahun yang silam telah terlukis
Aneka ragam perjuangan telah ku lewati

72

Kenangan di senja itu kita berjumpa
Dan di akhir senja ini kita berpisah

Selamat tinggal masa lampau.

KEMANA AKU

Dalam keheningan malam ini
Aku datang kepadamu

Namun dalam keputuasaanku
Aku ingin lari dari dari-Mu.

Di saat ini pula
Ku dengar rayuan lagu merdu
Membawa aku kembali ke masa lalu
Mengenang saat awal kuungkapkan janji setia

Lewat trikaul suci.

Kini semuanya datang membayang
Alam cerah berganti wajah
Bayu halus membisik lembut

Kembalilah engkau wahai insan
Tuhanmu memanggil

Dirimua telah menjadi milik-Nya.

Tuhanku,
Mengapa hatiku tetap berontak

73

Dan batinku lemah tak bergaya
Lautan perjuangan bertubi menyerang

Menguji batin dan hatiku.

Tuhanku,
Leburkan aku dalam kehangatan cinta-Mu
Tenggelamkan dia dalam lautan kasih-Mu
Biarkan aku tenang dalam rangkulan kesetiaan-Mu.

SYUKUR DAN HARAPAN

Tuhanku,
Dalam keheningan pagi yang cerah ini
Bersama tetesan embun yang bening

Lewat hembusan bayu halus
Ku lagukan nada syukur bagi-Mu.

Ku awali hari ini dengan senyum harapan
Ku buka lembaran baru
Ku ukir hidupku

Dengan irama langkah yang pasti.

Tuhanku,
Aku telah menikmati cinta-Mu
Cinta-Mu yang tak dimengerti
Kasih-Mu yang tak mampu ku kisahkan.

Kisah kasih-Mu abadi

74

Nada cinta-Mu kekal
Memberikan aku suatu harapan
Harapan menuju puncak bahagia.

Tuhanku,
Ku panjatkan syukur bagi-Mu

Di hari ini dan di hari esok
Ke dalam rangkulan kasih-Mu
Ku pasrahkan harapan dan sisa hidupku.

SEKELUMIT KISAH NATAL

Dia telah lahir
Dalam kehampaan milik
Namun memiliki segalanya
Karena dia sumber hidup.

Dia datang karena cinta
Dia ada lantaran kasih
Cinta kasih yang tak akan lenyap
Karena cinta itu abadi.

Dialah pembawa terang
Bagi aku dan mereka

Yang dilanda kekelaman malam
Dan di sengat pekatnya gelap.

75

Dialah pembawa damai
Bagi mereka yang dirasuki bingung
Dikhianati dan ditinggalkan sesama
Dengan aneka ragam ancaman kekerasan.

Dialah pewarta sabda
Dialah sang sabda

Dialah cinta - terang dan damai
Bagiku, bagimu dan bagi mereka.

BALASAN KASIH KRISTUS

Ku dengar derap langkah-Mu
Ku pandang penuh hikmat titik-titik darah bekas kasih-Mu

Timbul niatku untuk membalas kasih-Mu.

Aku bangun
Aku angkat palang berdarah

Yang pernah kau panggul
Sebagai bukti kasih-Mu.

Di jalan berdarah
Tempat kasih-Mu kau nyatakan

76

Ku baca pada bibir-Mu
Perkataan, “Adakah engkau kasih kepadaku?”

Aku maju terus karena kasihmu
Tak mau mundur

Sebelum tujuanku tercapai
Biar pun jarang aku lintasi
Demi kasih-Mu yang sejati.

Kini aku tiba pada tempat
Di mana napas-Mu kau embuskan
Di bawah palang tempat kau bergantung
Pada titik tumpuan akhir kasih-Mu.

Kini kasih-Mu ku balas
Ku balas sekadar kesanggupanku

Bersama Dikau aku bangun
Setiap kali aku jatuh

Dalam mengejar imamat-Ku.

RINTIHAN HATIKU

Saat itu,
Di kala remang senja
Aku kembali ke hatiku sendiri
Hatiku sendiri akan berkata

Kau telah tiada.

Kau lupa dirimu
Kau ingkari janjimu

77

Betapa kau tenggelam
Dalam kekalutan malam

Malam yang gelap
Segelap hatimu.

Ah Tuhan,
Betapa kau kecewa
Kau tatap hingga ke lubuk hatiku
Hatiku yang telah membeku
Karena berbalik darimu.

DOAKU

Ku panggil Dikau
Kala aku sepi

Ku sapa nama-Mu
Di kala aku sunyi sendiri

Tapi bersama-Mu.

78

Aku yakin Dikau hadir
Di kala aku sepi

Di kala hatiku dingin dana batinku kersang.

Tuhan,
Kini aku datang
Dalam kehampaan hati.

Tuhan,
Ini doaku
Doa hati dan batinku
Diriku dan pribadiku seluruh
Aku yakin Dikau tetap setia
Meski aku tidak setia.

PERSEMBAHAN NADA SYUKUR DAN SALAM PISAH

Kau telah merenggut diriku ke taman ini
Kau memanggil-memilih para remaja

79

Kau telah melukis dan mengukir
Memahat dan membentuk suatu pribadi baru.

Lubuk hatiku telah kau selami
Lipatan batinku telah mengorak

Rantai pengikat patah remuk
Aku dan hatiku jadi satu.

Hati yang gersang kini segar
Segar menyiram taman
Taman anggur milik-Mu

Hingga saat panenan tiba
Dan Engkau datang.

Roncalli kau terlalu kuat
Tamanmu indah dan subur
Banyak hasil sudah dipetik
Bagi mereka yang lapar dan haus.

Kau telah turut melukis sejarah hidupku
Namun tak ada kata basalanku

Hanya syukur limpah dan terima kasih
Salam pisah dan selamat berjuang
Dalam doa kita berjumpa.

SUARA YANG MEMANGGIL

80

Hari ini,
Saat ini,
Detik ini,
Mengukir hati paling pedih
Melukis kata paling sayu
Memahat pribadiku
Jadi manusia baru.
Kisah ini tidak terlupa
Cerita ini paling indah
Indah namun pedih
Menyelinap di antara butir-butir air mata.
Tuhan,
Ku dengar suara-Mu penuh cinta
Kau ciptakan aku dalam cinta
Dan kembali kepada cinta.

81

KEMBALI

Kala itu,
Sebutir embun menyelinap segar
Di dedaunan hijau muda bawa berita
Tanah kersang kembali mekar.

Deretan tahun terus maju
Detakan jam terus bergetar

Menerobosi alam sunyi
Sunyi-senyap tanpa suara.
Di antara kehampaan alam
Ku dengar desir suara rindu

Rindu jumpa
Ku dambakan saat itu

Saat kau kembali
Kembali setelah kau menghilang.

82

CINTA DAN PENGABDIAN

Di kala remang senja
Suatu karya biasa

Kau jadikan bukti kasih-Mu
Mencuci kaki mereka

Mereka yang telah kau panggil dan kau pilih.

Bukti cinta kau nyatakan
Kau kumandangkan nada cinta

“Perintah baru ku berikan
Hendaklah kamu saling mengasihi
Hendaklah kamu saling melayani”.

Malam mendatang
Kau siapkan suatu malam perjamuan dan persahabatan

Perpisahan yang membawa kenangan
“Hendaklah kamu lakukan ini sebagai peringatan akan daku!”

Saat hening-tenang penuh misteri.

Kau akan pergi menyongsong maut
Namun, kau tinggalkan dirimu sendiri
Suatu kontradiksi penuh misteri agung

Kau serahkan tubuh dan darah-Mu
Bagi semua manusia sejak awal

Hingga kini dan yang akan datang.

Tuhanku,
Peristiwa penuh misteri kembali berulang di malam ini

Ku dengar suara-Mu menyapa penuh sayang
Hendaklah kamu saling mengasihi
Hendaklah kamu saling melayani
Juga di saat ini Engkau hadir

83

Nada semarak penuh arti
Hiasi setiap generasi

Namun ku terima dengan hati
Berdebar dan jantung berdetak
Karena telah ku dengungkan nada ini
Tanpa bukti nyata dalam tugas dan karya.

TAMASYA SEJENAK

Kala itu,
Angin pagi berhembus segar

Bayu awal pelukis berita
Berita gembira fajar indah
Waktu kami menanjak pergi.

Jalanan lenggang dan sunyi
Pertanda penghuni lelap tertidur

Cuma unggas merdu beraksi
Memuji pencipta penuh cinta.

Di antara deretan pepohonan
Ku tatap fajar pagi kemilau gemilang
Hijau dedaunan segar menerobosi mata dan batin.

Mengukir kata demi kata
Melukis nada-nada di awal pagi

Bahwa kita bersama gembira
Di hari sakti penuh arti

Jalanan semakin menurun
Menuju pantai idaman tunggal

Pantai harapan
Pantai sasaran tamannya.

Aku tenang memandang ke laut lepas
Menatap bisu teluk dan tanjung
Ombak-gelombang memecah ria

Tertumpu di pasir dan deretan batu.

84

Inilah dunia, inilah alam
Aku tak mengerti

Betapa besar keagungan-Mu Tuhan.

Senja mendatang kami beralih
Pantai idaman kembali sepi

Terus menanjak mendaki bukit
Menuju taman panggilan hidup

Tempat tugas telah menanti.
Inilah dunia, inilah bahagia
Namun cuma sejenak karena dikau fana.

85

TANAHKU

Megah bertahta
Mekar berkembang
Meluap kuncup aneka warna
Penghias tanah pujaan massa.
Lembah jurang subur menghijau
Terbentang luas tamanku sakti

Indah terlukis
Penawan rasa.
Dikau tana pujaan massa
Idaman sakti kusuma bangsa
Ingin ku bela hingga tetesan darah terakhir
Indonesia tanah airku.

86

SENI

Kalau nafas seni lalu
Lepas beringas

Menerobosi tiga dimensi waktu
Masa lampau, kini dan masa datang.

Tatapan angan dan cita-cita
Mengungkapkan macam-macam kenyataan

Kepribadian tersentuh jauh.
Tapi

Manusia tak mau mengerti
Dan ... akhirnya

Seni korban ketidakmengertian.

87

88

Epilog

Senja itu seperti tirai pada panggung pentas yang sengaja ditarik (ditutup) untuk
memisahkan dunia keramaian: pagi dan siang dengan segala kesibukan, agar kemudian
orang tersedot kembali - masuk ke dalam keheningan. Bagi penulis puisi ini, senja selalu
menjadi penanda tentang suasana batin yang gundah. Berikut beberapa penggalan puisi
yang menggunakan kata senja. “Rembulan menangis di bibir senja”, “senja kau datang lagi
kini/ hadirmu membawa kesedihan buatku”, “aku mekar di keheningan senja/ senja yang
turut mengukir pribadiku”,”Senja mestinya tak usah kau tiba/dan biarkan aku kerontang
diterik siang/ karena datangmu akan bawa berita”, “Tuhanku/ senja ini kau kembali
menjalani salib-Mu”, “Di awal tahun kita/di akhir senja ini kita berpisah“, “Senja
mendatang kami beralih/pantai idaman kembali sepi.”

Senja memang berlangsung sebentar, sesudah itu gelap akan hadir, tetapi masa
transisi antara siang dan malam, bukan sekedar pergeseran waktu, tetapi pergeseran
suasana batin dengan segala pengalaman yang menggumpal di dalamnya. Nuansa puisi ini
begitu kuat membahasakan hal itu. Jika penulis datang dari latar belakang masyarakat yang
mayoritas beragama Muslim, senja selalu datang bersama datangnya suara Adzan Magrib.
Saat itu anak-anak segera tinggalkan permainan mereka dan mereka segera kembali ke
dalam rumah. Dalam konteks masyarakat non Muslim pun, hal yang sama terjadi. Anak-
anak dipanggil untuk kembali ke rumah, mereka dipaksa untuk tinggalkan kesenangan
mereka. Dalam masyarakat Flores yang mayoritas beragama Katolik, ibu-ibu akan
memanggil pulang anak-anaknya, bahkan dengan mengayun tinggi-tinggi kayu di
tangannya jika anaknya tak mau pulang ke rumah. Senja memang tampaknya merebut
kegembiraan anak-anak.

Senja juga menjadi penanda usia. Mereka yang masuk dalam usia senja, kini
menjumpai uban berlebih di kepala sambil merenung tentang waktu yang telah berlalu.
Tak lama lagi, mereka akan masuk dalam kegelapan (kubur) malam. Saat itu waktu
dipandang sebagai gerak laju yang tak bisa dipanggil pulang. Tak banyak orang yang mau

89

masuk dalam usia ini walaupun waktu akan menentukan kapan seorang masuk dalam usia
senja. Jadi, mereka yang sudah masuk dalam usia senja pun masih memilih untuk menjadi
seperti seorang anak kecil yang tak mau pulang karena ia masih ingin tetap bermain.
Kegelapan dianggap sebagai saat di mana orang berhenti ‘bermain” dengan
kegembiraannya. Ada kecenderungan untuk menjadi seperti anak-anak, saat seseorang
memasuki usia senja. Di balik pengalaman tentang usia senja itu meringkuklah kenyataan
bahwa manusia takut akan kegelapan, takut akan kematian.

Pada jarak senja yang sangat singkat itu, “aku” dalam puisi ini justru “mekar di
sana”. Mekar dalam keheningan pada ujung senja adalah satu gambaran tentang
kehidupan yang harus disembunyikan dalam kegelapan malam yang panjang. ‘Malam’
dibahasakan penulis sebagai waktu yang akrab dengan duka, karib dengan luka. “Kau
tanam duka di ujung malam/kau tabur benih yang menyelimuti malam sang gadis desa.”
Menyembunyikan kehidupan dalam duka dan luka adalah satu pilihan yang tak mudah,
tetapi harus dilakukan sehingga yang terjadi adalah ledakan ratapan karena ada orang yang
tak sanggup melewati senja secara arif. Di situ ada kegetiran yang sengaja dititipkan penulis
puisi. Penulis mafhum bahwa mekar yang diharapkan, mekar yang dirayakan, adalah
mekar saat menyambut mentari yang terbit di ufuk timur bukan saat mentari tenggelam.

Nuansa tentang senja dan malam, menjahit pengalaman penulis dari hari ke hari.
Tiap untaian puisi mendapat perspektif saat mereka terhubung dengan dua pengalaman
tadi. Pengalaman yang tak bersentuhan dengan senja dan malam, itulah yang diimpikan
penulis puisi, sedangkan pengalaman yang besentuhan dengan senja dan malam, penulis
berusaha untuk meminggirkannya. Penulis tampaknya masih belum tega untuk
membalikkan kondisi bahwa senja itu tak selalu buruk dan malam tak selalu identik dengan
duka, segala keburukan atau malum. Senja juga indah- keindahannya patut dirayakan
sebab saat itu mentari berarak dengan anggun, kembali ke peraduannya dengan busana
kuning keemasan. Sedangkan malam hadir dengan penuh wibawa saat bintang-bintang
memilih untuk menemaninya dengan cahaya terang. Pagi dan siang tak harus menjadi yang
paling indah, keluar rumah tak harus menjadi pengalaman yang paling menakjubkan. Senja
dan malam bisa menjadi sahabat yang memanggil anak-anak untuk kembali ke pangkuan

90

ibu, ibu yang adalah rumah – ia yang setia menanti anak-anaknya di rumah. Mungkin buku
puisi kedua dari Helmin Tukan akan lebih banyak mengeksplorasi wilayah ini. (Bill Halan)

91


Click to View FlipBook Version