Mimpi dalam Kumpulan Aksara Mimpi dalam Kumpulan Aksara A Z H A S A L S A B I L A R .
tahun yang lalu, ia hanyalah seorang anak kecil yang baru berusia delapan tahun yang pernah merengek untuk dibelikan kelomang yang pada akhirnya ia namakan Budi. Konon, nama Budi itu terinspirasi dari sebuah kartun yang kala itu ia sebutkan, yang membuat aku mengerutkan dahi. Kala ia di usia itu, setiap melihat hewan yang dijual di pinggir jalan, ia akan merengek untuk dibelikan dan bahkan aku pernah marah padanya, kala ia membeli sebuah ikan cupang yang ia namai dengan nama Udin dan ia taruh di kolam mandi. Dia menangis kala itu dan menekuk wajah, kala aku hukum untuk menghadap tembok sembari memeluk toples tangonya yang berisi Udin. Nama si polos itu Deva namun karena dia anak yang sangat menggemaskan bahkan ketika dia sudah masuk SD, aku memberikannya panggilan sayang, Gumay, plesetan dari kata ‘gemay ’. Masih ada kepolosannya yang lain, ia pernah meminta untuk dibelikan ayam dan merengek kepada ayah. “Ayah, rasa-rasanya Gumay mau ayam warna-warni depan SD, deh, yang warna ungu.” Mungkin kala itu ayah sedang sibuk berbicara dengan teman kerjanya melalui sambungan telepon sehingga ia tak mendengar penuh perkataan Gumay dan ayah berakhir membeli ayam goreng yang telah ditepungi. Saat melihat sesuatu yang dibawa ayah, Gumay menangis hebat, ekspetasinya ia akan dibawakan ayam warna-warni yang biasa dijual depan SD, ia berpikir bahwa ayam yang dibawa ayah adalah ayam ungu permintaannya namun datang dalam bentuk lain. 10 1
Terlihat begitu drama, Si Gumay berjalan ke taman setelah membungkus ayam dengan jilbab mama yang berwarna putih dan menguburnya di taman belakang. Kala itu, satu rumah heboh menertawai Gumay yang polos. Gumay adalah pelangi, Gumay adalah pembawa ceria, Gumay adalah sosok terbaik yang dimiliki keluarga kami, dan Gumay adalah adik satusatunya dan adik terbaikku di dunia. Dia Deva Kala Anggara, adik seorang Alan Cakrawala, adik Deva adalah adikku. Dalam kisah ini, aku akan menceritakan dia yang aku panggil Gumay, dia yang dulunya sangat polos dan cengeng kini berakhir menjadi sebuah permata yang sangat bersinar, permata yang sangat membanggakan. “Mas Alan nanti kalau besar mau jadi apa?” tanya Gumay si anak 8 tahun itu. Aku tersenyum lantas mencubit pipinya. “Kok tiba-tiba nanya?” “Tadi di sekolah, Gumay belajar tentang cita-cita, Gumay bingung cita-citanya apa, Gumay nggak tahu, ” jawabnya. “Kalau Mas Alan sih maunya jadi arsitek, intinya cita-cita itu impian, sesuatu yang ingin digapai dan diwujudkan nantinya, ” jawabku. “Arsitek itu apa, Mas?” tanyanya. “Arsitek nanti bakal ngegambar atau ngedesain bangunan, ” jawabku. “Wah … berarti nanti Mas bisa ngedesain rumah Rudi sama Udin, ” katanya. Aku tertawa lantas mengelus kepalanya. “Kalau begitu, Gumay udah tahu belum cita-citanya?” 2
Gumay mengangguk dengan mata bulatnya yang berbinar. “Gumay mau jadi Gumay selamanya. Mama, ayah, sama Mas bilang mama senang lihat Gumay, Gumay senang lihat semuanya senang.” Hatinya tulus, sama sekali tak ternoda, dia hanya ingin dunia ceria, Tuhan… buat dia selalu berbahagia, jauhkan kesedihan dari hatinya, jangan membuat susah menerpanya, biarkan dunianya tanpa badai dan hanya tentang pelangi. “Tapi, cita-cita itu kayak pekerjaan yang mau kita capai dan kita bakal bahagia kalau pekerjaan itu benar-benar dapat dicapai, ” jelasku. “Oh… kalau begitu Gumay mau jadi penulis aja, kata mama, mama senang saat puisi Gumay dapat 100 kemarin. Dapat 100 artinya Gumay hebat, Mas, ” jawabnya. “Wah… Gumay pernah dapat 100? Kok nggak ngasi tahu masnya?” ujarku. “Rasa-rasanya Gumay udah pernah bilang deh, Mas aja tuh yang nggak nanggepin gara-gara katanya bertengkar sama pacar. Emang pacar itu siapa, sih? Cewek atau cowok? Baik nggak kek Gumay?” tanyanya. Aku menggeleng lantas menggenggam tangan mungilnya. “Kalau begitu sana ambil jaket, Mas beliin Kinderjoy di Indomartsebagai hadiah.” “Wah… Mas beliin Gumay Kinderjoy artinya Mas Alan sudah kaya, ” ucapnya masih dengan polos. Keluarga kami harmonis, sangat harmonis ditambah lagi saat Gumay hadir di dunia ini. Ya, aku dan Gumay selisih 11 tahun sebuah selisih usia yang sangat jauh. Namun, keluarga ini sempat retak akibat kecerobohan mama yang sebenarnya adalah naluri ibunya. 3
Kala itu, mama ditelepon penipu, konon Gumay diculik dan dia minta tebusan uang ratusan juta, tanpa pikir panjang mama langsung mengirim uang tersebut padahal saat itu, Gumay sibuk main monopoli dirumah temannya. Mama sudah memohon namun, nasisudah menjadi bubur. Maaf itu tak akan mengembalikan uang tersebut. Tabungan untuk biaya pendidikanku dan Gumay raib dalam sekejab. Pada akhirnya, mama memilih tidur di kamar tamu dan rumah sontak sunyi tanpa perbincangan ayah dan mama di pagi hari sebelum berangkat kerja. Biasanya, ayah dan mama akan sibuk berbincang perihal pekerjaan di meja makan. Namun kini, mereka bahkan tak berada di meja yang sama kala menyantap sarapan. “Aku nggak bisa kalau diginiin terus loh, ” kata mama kala itu dengan aku yang menjadisaksi perbincangan mereka. Ayah masih diam dan selalu diam. Silent treatment adalah sesuatu yang paling jahat di dunia ini dan hal itu memang nyata adanya. Seminggu mama didiami seminggu pula mama murung dan bahkan berat badannya berkurang. Aku mengelus belakang mama yang kala itu terisak. Mama terus memohon hingga akhirnya ayah angkat bicara. “Itu uang loh, masalah uang tahu kan gimana susahnya dicari? Apalagi itu tabungan buat pendidikan anak-anak.” Lantas, kala itu, Gumay berdiri di depan pintu, dadanya terlihat naik turun namun, bukannya terlihat menyeramkan ia malah sangat menggemaskan. Lantas, ia berlari mendekati ayah dan memukul bokongnya. “Uang? Ayah marah sama mama karena uang jajannya kurang, ya? Kalau kurang, minta baik-baik jangan marah gitu kata mama. Ayah marahin mama sampai nangis, ayah nakal, harus menghadap tembok.” 4
Ayah diam beberapa detik karena ia terpaku. Gumay berdiri sembari mengerutkan wajahnya namun, yang ia dapatkan adalah pelukan hangat. Untuk pertama kalinya saat aku menginjak usia 19 tahun kala itu melihat ayah menangis. Setelah memeluk Gumay, ayah beralih memeluk mama penuh dengan rasa bersalah. Berkat apa yang dilakukan Gumay, semua masalah teratasi lantas ia memberikan secarik kertas buat mama. Aku sempat membaca isi surat tersebut, surat yang isinya. “Mama, jangan nangis, Gumay nanti kalau udah gede bakalan kaya biar ngasi mama banyak uang jajan. Di sekolah pas Gumay ditanyain cita-cita Gumay jawab mau jadi penulis, itu impian Gumay dan impian mama, bukan? Doain Gumay, ya Ma, soalnya Gumay juga sering doain mama sama ayah biar nanti masuk surga, jadi mama doain Gumay ya biar Gumay bisa capai impian Gumay.” Surat itu mungkin terlihat seperti lelucon namun isi surat itu berisi impian besar seorang anak berusia delapan tahun, mimpi adikku yang diaminkan mama. Mimpi yang pada akhirnya terwujud. Gumay yang kini berusia 18 tahun, yang baru saja lulus SMA kini duduk di depan sana sembari menandatangani bukunya yang berhasil meledak di pasaran. Di sampingnya masih ada mic yang tadi ia pakai untuk menyampaikan motivasi sebagai seorang penulis sukses di usia muda. Di sampingku ada mama yang tak hentinya tersenyum sembari merangkul ayah yang sudah menghabiskan puluhan lembar tisu. Aku kini menunduk melihat bukunya, membaca sebuah kalimat di bagian sampul, tepat di belakang buku. Refleks senyumku tercipta kala melihat satu nama yang tertulis di sana. 5
Deva Kala Anggara Dunia memang penuh kejutan. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar ia diberikan kebagaiaan dan benar saja, Tuhan gemar membuat bibirnya itu terangkat. Dunia teramat baik memperlakukan adikku,adik yang selamanya menggemaskan dan akan terus aku panggil Gumay. Mimpi adalah sesuatu yang sakral sebab mimpi adalah tentang doa dan tanggungjawab untuk diwujudkan. Gumay berhasil mewujudkan mimpinya meski terdengar seperti lelucon. Mungkin semuanya juga tentang doa ibu. Memang benar surga berada di telapak kaki ibu, tak heran doa yang ia lepaskan dengan mudah dijabah oleh Tuhan, maka sudah benar cara kerja Gumay kala itu. Atas mimpi yang hendak ia wujudkan, ia lebih dulu meminta doa kepada ibu. Meski sakral, bukan berarti bermimpi adalah hal yang salah, bukan berarti kita harus memiliki satu mimpi. Bermimpi sebanyak-banyaknya, dibarengi usaha dan doa sebuah mimpi pasti akan terwujud. Gumay menunjukkan kerja kerasnya di dunia yang luar biasa, kinerja yang penuh dengan realita, hasil tak akan mengkhianati usaha. Kata Mas aku, cita-cita itu adalah sesuatu yang hendak kita wujudkan dan akan membuat kita bahagia dan dengan aku berada di posisi ini dengan cita-cita yang berhasil terwujud, sudah pasti aku sangat bahagia. Konon, membaca itu jendela dunia, maka aku menciptakan buku ini sebagai bentuk jendela baru yang akan digunakan untuk melihat dunia yang lain. Selamat membaca, selamat menyelam di kumpulan aksara yang menjadi bagian mimpi seorang penulis yang masa kecilnya dipanggil Gumay. 6
Meski gemar tersenyum bukan berarti penulis hebat itu tak pernah menemui kerikil. Ia pernah melewati badai yang hebat dalam perjalanannya, namun mundur adalah sebuah hal yang sangat salah, demikianlah ia berani terus melangkah hingga berhasil mempersembahkan karyanya buat aku, mama, ayah, dan semua pembacanya di luar sana. Itu adikku, Gumay… Deva Kala Anggara yang berhasil mewujudkan mimpinya dalam kumpulan aksara. 7
Mimpi dalam Kumpulan Aksara Mimpi dalam Kumpulan Aksara Gumay, si anak kecil yang memiliki tingkah kepolosannya. Yang menjadi pelengkap keharmonisan keluarga, ditengah terpaan masalah besar yang melanda keluarga. Cita-cita yang ia impikan sedari kecil menjadi seorang penulis, ketika ia berusia 18 tahun cita-cita tersebut akhirnya tercapai. Ia menjadi penulis yang sukses menerbitkan buku hingga berhasil meledak di pasaran. Dengan diiringi usaha kerja keras untuk terus melangkah serta doa yang dipanjatkan oleh mamanya.