The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

AGUS HARI SUTRISNO_LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by agus.harisutrisno, 2023-11-22 12:48:21

AGUS HARI SUTRISNO_LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

AGUS HARI SUTRISNO_LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF

LAPORAN 2 DESAIN PEMBELAJARAN INOVATIF PERAN GURU PENGGERAK DALAM MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN MODEL PBL DAN DIFERENSIASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL DAN EMOSIONAL DI SDN KEDUNGREJO I Agus Hari Sutrisno NIM. ……………. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS PENDIDIKAN UNIVESITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA OKTOBER 2023


i KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan kesempatan sehingga laporan ini telah tersusun dengan baik. Laporan ini merupakan laporan yang disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Profesi Guru program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Terima kasih penulis sampaikan kepada Allah SWT karena tanpa hidayah dan rahmatNya penulis tidak akan mampu menyelesaikan laporan ini dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta yang telah memfasilitasi kami selama pelaksanaan PPG Dalam Jabatan. Terima kasih juga kepada rekan-rekan kelas G1 - 155 - 027 - 2 - Kelas 003 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) yang telah bekerja sama dan berkolaborasi selama pendidikan. Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan mendatang. Probolinggo, 14 Oktober 2023 Penulis Agus Hari Sutrisno, S.Pd. NIM ................................


ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv RINGKASAN ....................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Tujuan Kegiatan............................................................................... 2 C. Manfaat Kegiatan............................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4 A. Pembelajaran Berdiferensiasi.......................................................... 4 B. Pembelajaran Sosial Emosional ...................................................... 5 C. Coaching ......................................................................................... 6 D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran............. 8 E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya ..................... 9 BAB III PENUTUP............................................................................................... 11 A. Refleksi............................................................................................ 11 B. Tindak Lanjut .................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14 LAMPIRAN ................................................................................................ 15


iii DAFTAR TABEL Tabel 1. Kesiapan Belajar Murid Kelas I pada Materi Membaca dan Menulis Kata – kata Sederhana...........................................................................................4 Tabel 2. Alur TIRTA dalam Pelaksanaan Coaching...........................................7 Tabel 3 Sembilan Langkah Pengujian Keputusan...............................................15


iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pembelajaran Sosial Emosional berbasis Kesadaran Penuh ...............6 Gambar 2. Proses Coaching Bersama Salah Satu Murid untuk Mengatasi Permasalahan Belajar............................................................................................8


v RINGKASAN Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, kesiapan, dan gaya belajar murid. Contoh desain pembelajaran berdiferensiasi menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Murid dibagi menjadi kelompok heterogen dan melakukan pencarian informasi, pembuatan peta konsep, dan kunjungan ke kelompok lain untuk berbagi informasi. Pembelajaran berdiferensiasi yang dicontohkan didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan belajar murid. Pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh adalah pembelajaran yang mengutamakan perhatian, rasa ingin tahu anak, dan kebaikan pada kondisi saat ini. Pembelajaran ini dapat mewujudkan kesejahteraan dengan membangun keterhubungan diri sendiri dan kompetensi emosi dan sosial. Contoh desain pembelajaran berbasis kesadaran penuh menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi aku ingin. Coaching adalah metode pembelajaran yang membantu seseorang untuk belajar daripada mengajari. Coaching melibatkan pertanyaanpertanyaan yang reflektif dan mendalam untuk menemukan solusi sendiri atas permasalahan. Contoh penerapan coaching pada pembelajaran menulis hasil laporan dengan bentuk cerita pengalaman. Guru sebagai coach memberikan pertanyaan yang bersifat menggugah dan membantu murid sebagai coachee dapat mengenali potensinya. Pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika adalah proses memilih tindakan yang sesuai dengan nilai – nilai moral yang bertentangan. Contoh sembilanlangkah untuk menguji keputusan dalam situasi dilema etika pada kasus murid yangsering absen. Keputusaan yang diambil harusnya mengandung nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggung jawabkan. Kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya adalah proses mengelola dan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kondisi tersebut memberikan contoh pendekatan berbasis aset dan tujuh modal utama dalam pengembangan komunitas.


1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam program Pendidikan Guru Penggerak adalah mengidentifikasi dan memecahkan masalah di kelas dan di sekolah yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menganalisis situasi pembelajaran secara kritis dan kreatif, serta merancang solusi yang sesuai dengan konteks dansumber daya yang ada. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong guru untuk berkolaborasi dengan sesama guru dan pihak – pihak terkait lainnya dalam menyelesaikan masalah di kelas dan di sekolah (Kemendikbudristek, 2021). Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran yangberkualitas harus dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pembelajaran yang berkualitas juga harus dapat menyiapkan siswa untuk menghadapi tantangan abad 21, yaitu tantangan yang berhubungan dengan perubahan teknologi, informasi, komunikasi, sosial, budaya, dan lingkungan. Untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan peran aktif dan kreatif dari guru sebagai fasilitator dan motivator belajar. Guru harus mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi perangkat pembelajaran yang inovatif, yaitu perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan, metode, media, sumber belajar, dan penilaian yang bervariasi, kreatif, interaktif, dan menyenangkan. Perangkat pembelajaran inovatif juga harus dapat mengembangkan keterampilan abad 21 siswa, seperti berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkreasi. Namun demikian, dalam praktiknya masih banyak guru yang menghadapi masalah dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di sekolah. Masalah – masalah tersebut dapat berupa kurangnya minat dan motivasi belajar siswa, rendahnya prestasi akademik siswa, kurangnya sarana dan prasarana


2 pembelajaran, hingga masalah sosial seperti bullying, kenakalan remaja, dan lainlain. Masalah – masalah tersebut tentunya akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya guru penggerak yang memiliki kompetensi dan motivasi tinggi untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam pembelajaran. Guru penggerak adalah guru yang tidak hanya mengajar sesuai dengan kurikulum yang ada, tetapi juga mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, mata pelajaran, dan konteks sekolah. Guru penggerak juga mampu memberdayakan potensi diri dan lingkungan sekitarnya untuk mendukung proses pembelajaran. Setelah melakukan analisis berbasis masalah yang muncul di kelas pada kegiatan sebelumnya, terdapat beberapa rumusan masalah yang perlu dibahas pada laporan ini. Rumusan masalah tersebut antara lain: (1) bagaimana implementasi pembelajaran berdiferensiasi diterapkan untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda?; (2) bagaimana implementasi pembelajaran sosial dan emosional diterapkan di dalam kelas?; (3) bagaimana praktik komunikasi yang memberdayakan melalui coaching diterapkan di dalam pembelajaran?; (4) bagaimana penerapan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran untuk mendesain pembelajaran inovatif di kelas?; dan (5) bagaimana kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya diterapkan untuk mendesain pembelajaran inovatif di kelas? B. Tujuan Kegiatan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini anatara lain: a. Mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda. b. Mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas. c. Menerapkan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach dalam pembelajaran di kelas. d. Menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran


3 dalam mendesain pembelajaran inovatif di kelas. e. Menerapkan kepemimpinan dalam pengembangan sumber daya aset untuk mendesain pembelajaran inovatif di kelas. C. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat yang didapatkan antara lain: a. Dapat mendesain pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda. b. Dapat mendesain pembelajaran sosial dan emosional dalam lingkup kelas. c. Dapat mendesain pembelajaran di mana terdapat komunikasi yang memberdayakan menggunakan prinsip coaching. d. Dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin belajar. e. Dapat memetakan aset sebagai modal utama dalam mendesain pembelajaran inovatif.


4 BAB II PEMBAHASAN A. Pembelajaran Berdiferensiasi Dewi Kusuma & Luthfah (2020), menyebutkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi sebetulnya adalah keputusan masuk akal yang dirangkai oleh guru dengan berorientasi dengan kebutuhan murid. Menurut Shihab & Komunitas Guru Belajar (2021), diferensiasi adalah modifikasi proses, mendesain berbagai aktivitas untuk membantu murid memahami materi dan memodifikasi produk, serta memberikan kesempatan bagi murid menunjukkanapa yang mereka pahami atau hasil belajarnya dalam berbagai bentuk. Menurut Andini (Kamal, 2021) terapat tiga elemen penting dalam melakukan diferensiasi, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasiproduk Berdasarkan pemetaan yang dilakukan diketahui bahwa minat murid kelasI adalah bercerita, praktik, dan menggambar. Pelajaran yang akan dipelajari adalah pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi Aku Ingin pada bab 7. Pada materi ini, kesiapan murid dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Kesiapan Belajar Murid Kelas I pada Materi Membaca dan Menulis Kata – kata Sederhana Kesiapan Belajar (Readiness) Siswa bisa membedakan keinginan dan kebutuhan Siswa telah memiliki kemampuan untuk mebedakan apa itu ke inginan dan kebutuhan dengan contoh. Siswa telah memiliki kemampuan untuk mebedakan apa itu ke inginan dan kebutuhan dengan contohnya serta artinya. Nama Murid Ahmad Saputra Rionaldo F. F. M. Rafa Afika Putri K. M. Farhan M. Rama Maura Kasih Dwi Anggika Lailatus Sifa


5 Chayra Myesha R. Siti Halimmatus S. Siti Nur Hafizah. M. Renaldy M. Rizqi Chandra Dwi A. Wahyudi saputra M. Alfan M. Jumuah Nabila Putri Joni Romadhoni Hasil pemetaan pada gaya belajar murid menunjukkan bahwa gaya belajar murid kelas I yang terlihat adalah visual, audio, dan kinestetik. Denganinformasi tersebut, pembelajaran didesain menggunakan diferensiasi konten, proses dan produk. RPP dirancang menggunakan model pembelajaran problem based learning. Langkah pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: (1) orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Detil desain pembelajaran dapat dilihat pada RPP DEMONSTRASI KONTEKSTUAL. B. Pembelajaran Sosial dan Emosional Pembelajaran sosial dan emosional yang diterapkan mengacu pada kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning). Penerapan pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness). Minfulness diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang yang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Menurut Ika W et al., (2020) kunci mindfulness terdapat pada kesadaran (awarness), perhatian yangdisengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Mindfulness (kesadaran penuh) berkaitan dengan unsur pikiran, kemauan dan rasa pada kegiatan yang sedang dilakukan. Pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh dapat mewujudkan kesejahteraan (well-being) dengan membangun keterhubungan diri sendiri (selfawarness) disertai dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan seharihari. K. Fort – Catanese dalam Hawkins (2017)menunjukkan bagaimana pembelajaran sosial-emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan kesejahteraan.


6 Gambar 1.Pembelajaran Sosial – Emosional berbasis Kesadaran Penuh Pada pembelajaran tentang membaca dan menulis kata - kata sederhana, salah satu aspek keterampilan sosial yang dicoba untuk diterapkan adalah aspek pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Setiap kelompok bertanggung jawab memutuskan kata – kata sederhana apa yang nanti akan ditampilkan kelompok. Pilihan kata – kata sederhana yang bisa dipilih adalah dengan menuliskan kata di post it, kertas lipat, kertas biasa. Hal ini didasari dengan kesadaran penuh untukmemilih kata – kata sederhanayang nantinya akan di temple di depan sebagai hasil belajar yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok. RPP dirancang menggunakan model pembelajaran problem based learning. Langkah pembelajaran tersebutseperti langkah pembelajaran pada pembelajaran berdiferensiasi. Detil desain pembelajaran dapat dilihat pada RPP DEMONSTRASI KONTEKSTUAL 2.2. C. Coaching Menurut Whitmore (Wijayanti et al., 2020), coaching lebih membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya. Dalam coaching hubungan antara coach dan coachee adalah sebagai mitra, jadi tidak ada yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Proses coaching juga harus memberdayakan, ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam untuk menemukan jawaban – jawaban sendiri


7 atas permasalahannya. Setiap jawaban yang diberikan oleh coachee akan dipastikan oleh coach agar coachee menerapkan jawabannya dalam aksi nyata. Studi empiris membuktikan bahwa metode coaching dapat membuat murid lebih mendalam mengungkap bagaimana murid menjalani proses pembelajaran (Pasaribu, 2021) . Dalam prosesnya, guru sebagai coach akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan menggugah, sehingga murid akan aktif mencari solusi. Bisa jadi, dalam prosesnya, murid akan menyebutkan beberapa alternatif solusi, dan murid sebagai coachee akan dituntun untuk menemukan mana alternatif terbaik yang bisa dilakukan sebagai solusi masalah tersebut. Pada pembelajaran menulis hasil pembelajaran dengan bentuk cerita pengalaman, di dapati murid yang tidak percaya diri dan kesullitan untuk menulis. Guru sebagai coach kemudian menggali melalui pertanyaan – pertanyaan yang menggugah dan reflektif sehingga murid bisa mengurai permasalahannya, kemudian menemukan jawaban – jawaban untuk mengatasi permasalahannya. Alur coaching menggunakan alur TIRTA yang dirinci sebagai berikut dalam tabel 3. Tabel 3. Alur TIRTA dalam Pelaksanaan Coaching Alur Pertanyaaan Tujuan : Menyampaikan tujuan coaching Apa yang ingin kamu capai dari hasil obrolankita hari ini? Identifikasi : Memberikan pertanyaan - pertanyaan dan umpan balik yang mengarah pada identifikasi potensi coachee Apa yang membuat kamu murung? Bisakah kamu menceritakan lebih detil kesulitan yang kamu hadapi saat menulis? Mengaapa kamu merasa tidak percaya diri?


8 Rencana Aksi : Memberikan pertanyaan – pertanyaan dan umpan balik mengenai rencana aksi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya Saat kamu bingung harus memulai dari mana, apa yang bisa kamu lakukan untuk mengatasinya? Siapa yang ingin kamu mintai bantuan? Sudahkah kamu menyampaikan kepada orang yang akan membantumu? Tanggung jawab : memberikan pertanyaan – pertanyaan dan umpan balik mengenai komitmen coachee dalam menjalankan rencana aksinya Kapan kamu akan meminta bantuan oranglain? Gambar 2. Proses Coaching bersama salah satu murid untuk mengatasi permasaalahan belajar D. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran Dalam proses pengambilan keputusan, seringkali guru sebagai pemimpin pembelajaran dihadapkan pada situasi yang membuat dilema. Dilema ini terjadi ketika ada dua nilai yang sama-sama benar secara moral namun di waktuyang sama


9 saling bertentangan. Nurcahyani & Rajasa, (2020) menjelaskan terdapat empat paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yaitu: (1) individu lawan masyarakat; (2) rasa keadilan lawan rasa kasihan; (3) kebenaran lawan kesetiaan; dan (4) jangka pendek lawan jangka panjang. Terdapat tiga prinsip yang sering digunakan dalam membantu menghadapi pilihan – pilihan yang penuh tantangan. Prinsip tersebut adalah: (1) berpikir berbasis hasil akhir; (2) berpikir berbasis peraturan; dan (3) berpikir berbasis rasa peduli. Setiap keputusan dapat diuji dengan sembilan langkah yang disusun untuk menguji keputusan dalam situasi dilema etika. Sembilan langkah tersebut antara lain; (1) mengenali ada nilai-nilai yang bertentangan; (2) menentukn siapa yang terlibat; (3) mengumpulkan fakta – fakta yang relevan; (4) pengujian benar atau salah; (5) pengujian paradigma benar lawan benar; (6) melakukan prinsip resolusi; (7) investigasi opsi trilema; (8) membuat keputusan; (9) melihat kembali keputusan dan merefleksikannya. Pada pembelajaran di kelas, terdapat murid yang semula rajin dan jarang sekali absen (kecuali dalam keadaan sakit), menjadi jarang masuk dan tidak ada kabar. Murid ini mulai sering absen di kelas menjelang kenaikan kelas. Setelah mencari tahu penyebab murid ini sering tidak hadir di kelas, keputusan harus diambil agar murid ini tidak tertinggal namun juga masalah keluarganya bisa teratasi. Penulis mengambil keputusan bahwa murid bisa belajar di rumah sambil keluarganya menyelesaikan masalah yang ada hingga murid bisa kembali belajar di sekolah. Keputusan kemudian diuji dengan sembilan langkah pengambilan keputusan seperti pada lampiran. E. Kepemimpinan dalam Pengembangan Sumber Daya Sekolah merupakan sebuah ekosistem pembelajaran di mana terdapat komponen abiotik dan biotik. Komponen – komponen tersebut akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan satu sama lain (Suharsih & Widiastuti, 2020). Komponen biotik sekolah antara lain murid, kepala sekolah, guru, staf / tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah. Komponen abiotik antara lain keuangan dan sarana prasarana.


10 Seringkali dalam merencanakan pengembangan, fokusnya adalah pada kekurangan atau masalah yang ada (deficit-based thinking). Sayangnya pola berpikir tersebut akan menciptakan pribadi yang akan selalu memandang negatif dan seringkali melewatkan potensi yang tampak. Pendekatan berbasis aset (asset-based thinking) merupakan konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer di mana pendekatan ini merupakan cara praktis untuk menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupandengan menggunakan kekuatan sebagai fokus utama, sebagai inspirasi, dan menjadi kekuatan positif. Alhamuddin et al. (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemberdayaan yang dilakukan kepada sejumlah guru melalui pendekatan berbasis aset efektif meningkatkan kompetensi profesional guru madrasah di era industri 4.0. Di dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa sebuah kemajuan komunitas akan tercapai jika melibatkan masyarakat. Terdapat tujuh modal yang dapat dipetakan menurut Green dan Haines (2002, dalam Suharsih & Widiastuti, 2020) yang menjadi modal utama dalam pengembangan komunitas. Tujuh modal tersebut diantaranya, (1) modal manusia, (2) modal sosial, (3) modal fisik, (4) modal lingkungan/alam, (5) modal finansial, (6) modal politik, dan (7) modal agama dan budaya. Berdasarkan tujuh modal utama tersebut, dipetakanlah modal yang terdapat di sekitar sekolah seperti pada dokumen KONEKSI ANTAR MATERI. Dengan modal – modal yang dimiliki, pembelajaran pada materi membaca dan menulis kata – kata melalui bacaan didesain dengan model pembelajaran Problem Based Learning yang telah disederhanakan. Pada kegiatan ini, murid diminta untuk berkelompok. Setiap kelompok kemudian mendapatkan sejumlah masalah berupa pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut, setiap kelompok memilih tiga pertanyaan yang dianggap paling sulit. Kemudian, tiga pertanyaan yang dipilih ditukarkan kepada kelompok lain, lalu setiap kelompok berusaha memecahkan pertanyaan yang didapat dari kelompok lainnya. Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil pekerjaannya dan diberi umpan balik oleh kelompok lain dan mendapat penguatan dari guru. Detil rancangan pembelajaran dapatdilihat pada RPP AKSI NYATA.


11 BAB III PENUTUP A. Refleksi Setelah mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kelas, beberapa alternatif solusi dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Guru dapat mengakomodasi adanya perbedaan kebutuhan belajar dengan mendesain pembelajaran berdiferensiasi dengan menggunakan model – model pembelajaran yang mendukung terjadinya diferensiasi. Diferensiasi dapat dilakukan pada konten, proses, dan produk. Kunci utama adalah dengan pemetaan dan menggali kondisi awal murid. Hal ini dapat memanfaatkan asesmen diagnostik. Pembelajaran berdiferensiasi memberi pemahaman bahwa perbedaan yang terjadi adalah keniscayaan dan dapat dikelola agar mencapai tujuan yang sama. Setiap murid dapat dilatih komponen sosial dan emosionalnya. Penting bagi guru untuk menumbuhkan kesadaran murid agar murid betul – betul melakukan semua proses belajar dengan penuh kesadaran. Menyadari bahwa setiap proses yang dilaluinya merupakan kegiatan belajar. Menyadari bahwa setiap proses yang dilaluinya adalah pengalaman bermakna. Dengan kesadaran penuh inilah murid dapat belajar bagaimana mengenal dan mengolah emosi. Hal ini penting bagi murid agar lebih siap hidup. Dengan kesadaran penuh, murid juga bisa belajar bagaimana bertanggung jawab, berkomitmen, dan melakukan kompetensi sosial lainnya. Kelak, dalam kehidupan yang sebenarnya, mereka akan membutuhkan kompetensi tersebut. Potensi yang dimiliki oleh murid, dapat digali dan digugah secara maksimal dengan percakapan yang memberdayakan. Bukan hanya sekedar bertanya apa dan mengapa, namun dengan menggunakan percakapan coaching guru dapat membantu murid menggali potensi terbaiknya. Hal ini ternyata sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan sejatinya menuntun segala kodrat yang ada pada anak. Coaching yang dilakukan betul – betul akan menuntun coachee menjawab pertanyaan – pertanyaan yang akan menuntun dirinya menggali satu per satu potensi yang ada. Bagaimana dia memaksimalkan


12 potensinya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Jika coaching ini diterapkan oleh semua guru, pasti tidak akan ada murid yang merasa rendah diri dan tidak percaya diri bahwa dirinya bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru seringkali harus membuat keputusan. Tidak jarang keputusan yang diambil akan membuat dilema karenaada nilai – nilai kebenaran yang saling bertentangan. Guru perlu berlatih agar dapat mengatasi dilema dan mengambil keputusan. Keputusan yang diambil selalu harus mengandung nilai kebajikan universal, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggung jawabkan. Dilema etika yang dihadapi bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dan diatasi sehingga muncullah keputusanyang terbaik. Dalam kondisi dilema etika, selalu ada jalan keluarnya. Namun yang perlu dipahami, setiap keputusan pasti ada konsekuensinya. Keputusan – keputusan yang diambil, selain mempertimbangkan sembilan langkah pengambilan keputusan, juga didasarkan pada pemetaan danpemanfaatan aset yang dimiliki. Masih banyak dari kita yang menggunakan aset berpikir berbasis masalah dan kekurangan. Hal ini mempengaruhi cara berpikir menjadi cara berpikir negatif. Hal ini akan mendorong pesimistis danmenutup peluang – peluang yang dapat diambil. Berpikir berbasis asset memudahkan melihat peluang yang ada, sehingga dengan sendirinya kelemahan dan masalah akan teratasi dengan sendirinya. B. Tindak Lanjut Tindak lanjut dari serangkaian pembahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut: a. Mendesain pembelajaran dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid. Diferensiasi yang dilakukan bukan hanya sekedar membedakan konten belajar, proses belajar, dan produk hasil belajar. Diferensiasi yang dilakukan harus berdasarkan kebutuhan belajar yang ada. Cara untuk memetakan kebutuhan belajar adalah dengan melakukan asesmen diagnostik kognitif dan/atau asesmen diagnostik non kognitif. b. Menguatkan kompetensi sosial dan emosional dalam setiap desain


13 pembelajaran berbasis kesadaran penuh (mindfulness). c. Membiasakan percakapan yang memberdayakan dengan teknik coaching untuk membantu murid sebagai coachee menemukan potensiterbaiknya. d. Membiasakan untuk menguji keputusan yang akan diambil ketika menghadapi situasi dilema etika. e. Mengubah cara berpikir berbasis masalah menjadi cara berpikir berbasis aset terutama dalam mendesain pembelajaran inovatif.


14 DAFTAR PUSTAKA Alhamuddin, A., Aziz, H., Inten, D. N., & Mulyani, D. (2020). Pemberdayaan Berbasis Asset Based Community Development untuk Meningkatkan konpetensi Profesional Guru Madrasah di Era Industri 4.0. International Journal of Community Service Learning, 4(4). https://doi.org/10.23887/ijcsl.v4i4.29109 Dewi Kusuma, O., & Luthfah, S. (2020). Paket Modul 2 Modul 2.1 “Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi.” Ika W, C., Harimukthi, M. T., Kusuma, O. D., Yo, R., & Sari, T. S. (2020). Paket Modul 2 Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional. Kamal, S. (2021). IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 8 BARABAI. Julak Jurnal Pembelajaran Dan Pendidik, 1(Nomor 1), 89–100. Nurcahyani, A., & Rajasa, S. D. (2020). Paket Modul 3 Modul 3.1 “Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.” Pasaribu, N. H. (2021). Penerapan Coaching dalam Program Perkembangan Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Indonesia (Japendi), 2(No. 11), 1928– 1939. Shihab, N., & Komunitas Guru Belajar. (2021). Diferensiasi: Memahami Pelajar untuk Belajar Bermakna dan Menyenangkan (S. N. Andini & B. Setiawan, Eds.). Penerbit Literati. Suharsih, Si., & Widiastuti, Y. (2020). Paket Modul 3 Modul 3.2 Pemimpin dalamPengelolaan Sumber Daya. Wijayanti, M. A., Rafael, S., & Puspitawati, S. (2020). Paket Modul 2 Modul 2.3 Coaching.


15 LAMPIRAN Lampiran 1 RPP DEMONSTRASI KONTEKSTUAL Lampiran 2 LAPORAN AKSI NYATA 2.1 Lampiran 3 Tabel 4. Sembilan Langkah Pengujian Keputusan (1) mengenali ada nilai – nilai yang bertentangan Nilai keadilan lawan nilai kasihan. (2) menentukan siapa yang terlibat Murid, orang tua murid, guru, Kepala Sekolah (3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan Terdapat masalah keluarga yang menyangkut keamanan murid. Jumlah kehadiran dan ketuntasan tugasmenentukan kenaikan kelas (4) pengujian benar atau salah; Tidak ada pelanggaran hukum Tidak ada kode etik yang dilanggar Ada hal yang bisa membuat orang lain curiga bahwa guru pilih kasih karena memberi kesempatan belajar di rumah. Jika keputusan ini dipublikasi, tidak ada rasa tidak nyaman. Tokoh panutan akan mengambil keputusanyang sama. (5) pengujian paradigma benar lawan benar; Rasa keadilan lawan rasa kasihan. (6) melakukan prinsip resolusi; Berpikir berbasis rasa peduli.


16 Lampiran 5 RPP AKSI NYATA Lampiran 6 AKSI NYATA 3.1 Lampiran 7 Laporan Aksi Nyata 3.2 (7) investigasi opsi trilema; Opsi lain yang mungkin bisa diambil: a. Mendatangi murid dan meminta untuk masuk sekolah kembali. b. Meminta orang tua untuk menyediakan antar jemput. c. Meminta murid mengikuti pmbelajaran secara daring dari rumah hingga masalah keluarganya selesai, kemudian belajar kembali di sekolah. (8) membuat keputusan; meminta murid mengikuti pmbelajaran secara daring dari rumah hingga masalah keluarganya selesai, kemudian belajar kembali di sekolah. (9) melihat kembali keputusan danmerefleksikannya. Keputusan tersebut diambil agar keluarga bisa fokus menyelesaikan masalah dan tidak sampai membahayakan keselamatan murid, dengan mempertimbangkan hakbelajar murid.


Aksi Nyata 3.1 : https://youtu.be/7rm


mvO2UWwn4?si=h9EpNMYBLWbMAkb5


Aksi Nyata 3.2 : https://youtu.be/jw


wPsd_mqn_A?si=fxWVWNBi7QYnfWdr


Click to View FlipBook Version