MODUL PEMBELAJARAN
TEMBANG JAWA
“TEMBANG MACAPAT”
                                             SRI GIYANTI
                                         SDN 2 JOMBLANG
                                                         1
KATA PENGANTAR
        Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan begitu
banyak nikmat berupa kesehatan dan keberkahan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan modul pembelajaran Tembang Jawa ini. Sholawat serta salam senantiasa kita
tujukan kepada manusia yang telah menjadi tauladan bagi penulis yaitu baginda Nabi
Muhammad SAW.
        Penyusunan modul pembelajaran Tembang Jawa materi khusus “Tembang Macapat”
ini disusun agar pembaca khususnya peserta didik di kelas 4,5 dan 6 Sekolah Dasar di SDN
2 Jomblang bisa belajar memahami materi serta Tembang Macapat pada Muatan Lokal
Tembang Jawa serta mampu mempraktikan langsung tembang atau lagu Macapat tersebut.
        Garis besar isi dari modul ini adalah sesuai dengan kurikulum Muatan Lokal
Tembang Jawa untuk SD/MI yang sudah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Bupati
Blora Nomor : 420/803/2017 tanggal 8 Agustus 2017. Buku ini berisi mengenai materi
Tembang Macapat yang bisa digunakan untuk pendamping pembelajaran tembang jawa di
sekolah.
        Penulis menyadari dalam penyusunan modul ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Siti Rokhani, S.Pd. selaku kepala sekolah yang selalu memberikan motivasi dan
     bimbingna agar setiap guru mampu menyusun modul pendamping di setiap materi
     pemeblajaran.
2. Rekan-rekan guru SDN 2 Jomblang yang memberikan petunjuk mengenai sumber-
     sumber yang bisa dijadikan referensi untuk Menyusun modul.
3. Semua peserta didik kelas 4, 5 dan 5 SDN 2 jomblang yang selalu semangat dalam
     belajar.
        Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan modul
ini.
        Akhir kata “Tidak Ada Gading Yang Tak Retak”, semoga modul ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, karena kita mengenal “Harapan Itu Masih
Ada.
                                                                                 Blora, Desember 2019
                                                                                          Penulis
                                                           2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
Kurikulum Tembang Jawa di SD ......................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................... 1
BAB II Tembang Macapat .................................................................................................... 2
A. Asal-usul Tembang Macapat......……………………………………………….…... ...... 2
B Aturan dalam Tembang Macapat………………………………….. ............................... 2
1. Guru Gatra ....................................................................................................................... 2
2. Guru Wilangan ……………............................................................................................. 3
3. Guru Lagu.......………………………………………… ……... ..................................... 3
C. Jenis Tembang Macapat……………………………………………................................ 4
D. Contoh tembang Macapat dan Titi Laras........................................................................15
E. Uji Kompetensi ............................................................................................................... 19
Daftar Pustaka
                                                           3
Kurikulum Tembang Macapat untuk kelas SD/MI
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut:
          KOMPETENSI INTI 3        KOMPETENSI INTI 4
          (PENGETAHUAN)            (KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dalam bahasa yang jelas dan logis,
(mendengar, melihat, membaca) dalam karya yang estetis, dalam
dan menanya berdasarkan rasa ingin Gerakan yang mencerminkan
tahu tentang dirinya, makhluk perilaku anak bermain dan berakhlak
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan mulia.
benda benda yang dijumpainya di
rumah dan di sekolah.
          KOMPETENSI DASAR         KOMPETENSI DASAR
3.1 Menguraikan pendapat tentang jenis 4.1 Mengomunikasikan secara lisan dan
tembang macapat, guru gatra, guru  tulisan tentang jenis tembang
wilangan, dan guru lagu.           macapat, guru gatra, guru wilangan,
                                   dan guru lagu
3.2 Menyimpulkan informasi         4.2 Melisankan tembang Macapat
berdasarkan teks tembang Macapat   dengan lagu yang sesuai dan
                                   ekspresi yang tepat
                             4
BAB I
                                      PENDAHULUAN
        Perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat pergeseran di berbagai
bidang salah satu diantaranya yaitu pergeseran budaya. Banyak budaya daerah yang
seakan mulai ditinggalkan oleh para generasi muda. Misalnya tembang-tembang
berbahasa Jawa yang di dalamnya berisikan pitutur luhur nasihat baik bagi semua orang
khususnya bagi generasi muda. Oleh karena itu, melalui Surat Keputan Bupati Blora
Nomor: 420/803/2017 tanggal 8 Agustus 2017 diharapkan semua sekolah dasar di
Kabupaten Blora harus memasukkan pembelajaran Tembang Jawa dalam kurikulum
sekolah dasar sebagai Muatan Lokal khususnya di kelas 4,5, dan 6.
        Penyusunan modul ini sengaja menggunakan Bahasa Indonesia untuk
memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Hal ini
dilatarbelakangi oleh banyaknya sumber belajar yang tersedia menggunakan Bahasa
Jawa kuno yang sulit dipahami oleh peserta didik sehingga dengan adanya modul
pendamping ini diharapkan peserta didik tetap bisa mengambil nasihat-nasihat yang ada
di dalam tembang tanpa mengalami kesulitan bahasa.
        Modul ini merupakan bahan ajar untuk SD/ MI kelas 4,5, dan 6 yang berisikan
tentang Tembang Macapat .Semua materi tersebut disesuaikan dengan kurikulum
Muatan Lokal yang berlaku di Kabupaten Blora.
                                                      1
BAB II
                                    TEMBANG MACAPAT
A. Asal-Usul tembang Macapat
            Dalam buku Mbombong Manah I karya R. Tedjohadisumarto dijelaskan
    bahwa tembang macapat yang terdirri dari 11 macam lagu diciptakan oleh Prabu
    Dewawasesa atau Prabu Banjaransari di Sigaluh tahun 1279 Masehi atau tahun 1191
    tahun Jawa. Dalam sumber lainnyam tembang macapat juga diciptakkan oleh para
    wali dan bangsawan.
            Menurut pujangga Profesor Poerbatjaraka, Tembang Macapat itu sudah ada
     semenjak jaman Majapahit yang diprakarsai oleh Empu Sudamala. Penyebarannya
     mulai jaman Paku Buwana IV sampai Paku Buwana X yaitu setiap Malam Selasa
     Kliwon atau Jumat Kliwon dilaksanakan acara membaca kidung (menyanyikan
     lagu). Lama kelaman lagu tersebut menyebar ke desa-desa sehingga setiap selapan
     atau sebulan sekali diadakan kegiatan menyanyikan kidung atau lagu ciptaan
     pujangga Surakarta.
            Macapat menurut Poerwadarminta memiliki makna sebuah karya sastra
    berbahasa Jawa yang berwujud tembang atau lagu berdasarkan aturan tertentu
    seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
            Menurut buku Sarining Kasusastran Djawa, tembang macapat adalah lagu
    yang dinyanyikan dengan cara dipisah 4 suku kata awal kemudian baru dilanjutkan
    sisa suku kata berikutnya.
            Berdasarkan pendapat tersebut, maka tembang macapat dapat diartikan
    sebagai lagu yang berupa puisi berbahasa Jawa yang didasari dengan aturan baku
    yaitu guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
B. Aturan dalam Tembang Macapat
    Aturan baku yang harus dipatuhi saat membuat dan memahami tembang macapat
    adalah:
    1. Guru Gatra
                Guru gatra berasal dari kata gatra yang artinya larik atau baris. Oleh
         karena itu, guru gatra sering diartikan sebagai jumlah larik atau baris dalam satu
         bait lagu.
                                                      2
Contoh:
Dhuh anak mas sira wajib angurmati   GATRA 1
Marang yayah rena        GATRA 2
Aja pisan kumawani       GATRA 3
Anyenyamah gawe susah       GATRA 4
Dalam contoh tembang tersebut terdiri dari 4 baris dalam satu bait, maka guru
gatranya ada 4.
2. Guru Wilangan
Guru wilangan berasal dari wilangan artinya hitungan. Apa yang dihitung?
Yang dihitung adalah jumlah wanda atau suku kata dalam setiap gatra atau baris.
Guru wilangan dalam bahasa Jawa sering diartikan sebagai cacahing wanda
saben sagatra artinya jumlah suku kata pada setiap baris atau larik.
Contoh:
Dhuh a nak mas si ra wa jib a ngur ma ti             ada 12 suku kata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ma rang ya yah re na        ada 6 suku kata
1 2 3 456
A ja pi san ku ma wa ni     ada 8 suku kata
12 3 4 5 6 7 8
A nye nya mah ga we su sah          ada 8 suku kata
12 3 4 56 78
    Jadi menurut aturan tersebut, guru wilangan tembang di atas bisa ditulis sebagai
    berikut 12, 6, 8, dan 8
3. Guru Lagu
         Guru lagu dalam bahasa Jawa sering diartikan tibaning swara ing
    pungkasaning gatra artinya huruf vocal terakhir atau suara akhir dari setiap
    baris dalam tembang.
                         3
Contoh:
            Dhuh anak mas sira wajib angurmati
            Marang yayah rena
            Aja pisan kumawani
            Anyenyamah gawe susah
         Jadi guru lagu tembang di atas adalah i, a, i, a
       Secara keseluruhan dari contoh yang sudah dijelaskan maka dari tembang tersebut
       diperoleh guru gatra ada 4 guru wilangan dan guru lagu dapat ditulis 12i, 6a, 8i,
       dan 8a
C. Jenis Tembang Macapat
             Tembang macapat ada sebelas warna. Setiap tembang punya aturan atau
    patokan sendiri-sendiri. Kesebelas tembang tersebut berisi nasihat yang
    menceritakan perjalanan hidup manusia dari alam kandungan sampai manusia itu
    meninggalkan dunia ini atau mati.
            Jenis tembang tersebut yaitu, Maskumambang, Mijil, Kinanthi, Sinom,
    Asmaradana, gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung.
1. Megatruh
                                                Gambar 01: bayi dalam kandungan
                                                  Sumber : https://bit.ly/3FxNOzz
            Maskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas dari kata emas
     atau sesuatu yang berharga dan kumambang yang artinya melayang.
     Maskumambang merupakan gambaran bayi yang masih dalam kandungan ibunya
     selama 9 bulan. Dalam hal ini meskipun bayi masih dalam kandhungan, tetapi bayi
     dianggap sebagai hal yang sangat berharga yang menjadi harapan kedua orang
     tuanya.
                                                      4
Contoh tembang Maskumambang
            Dhuh anak mas sira wajib angurmati
            Marang yayah rena
            Aja pisan kumawani
            Anyenyamah gawe susah
                                                                                              Artinya:
                                                Wahai anak mudah, kamu wajib menghargai…
                                                                             Terhadap ayah kamu…
                                                             Janganlah sekali-kali melawannya…
                                 Serta membantahnya, karena akan menyebabkan kesusahan
     Watak dari tembang maskumambang adalah, susah, sedih, prihatin, belas kasih,
     sikap cemas.
2. Mijil
                                              Gambar02 bayi yang baru lahir
                                              Sumber : https://bit.ly/2YvQpce
            Mijil dalam bahasa Jawa juga disebut metu, wiji, wiyos, raras, medal, sulastri
     atau lahir keluar. Temabng mijil merupakan gamabaran seseorang yang baru lahir
     seperti bayi. Lahirnya seorang bayi merupakan wujud syukur atas anugerah Tuhan
     dan sebagai harapan bagi kedua orang tuanya. Meskipun perjuangan melahirkan itu
     susah, tetapi orang tua akan mengusahakan keselamatan bayinya.
     Contoh:
     Poma kaki dipun eling
     Ing pitutur ingong
     Sira uga satria arane
                                                      5
Kudu anteng jatmiko ing budi
     Ruruh satra wasis
     Samubarangipun
                                                                                              Artinya:
                                                                                         Wahai anaku
                                                                   Ingatlah selalu nasihat dari aku
                                                                Dirimu disebut juga sebagai satria
                                                     Harus tenang dan baik hati budi pekertinya
                                                                  Sabar dan pandai atas segala hal
     Watak dari tembang Mijil adalah belas kasih, prihatin, ketabahan, pengharapan,
     dan perhatian.
3. Kinanthi
                                            Gambar 03: anak yang digandheng ibu
                                               Sumber : https://bit.ly/3mCkBeg
            Kinanthi berasal dari kata “kanthi” yang artinya digandeng atau dituntun,
     dibimbing agar bisa melakukan tindakan yang benar dalam menjalani kehidupan.
     Seorang anak itu memerlukan bimbingan dari orang tua supaya menjadi manusia
     yang baik yaitu melakukan sesuatu berdasarkan kebenaran. Anak kecil ketika masa
     pertumbuhan sangat membutuhkan nasihat. Panutan yang paling utama adalah dari
     keluarga baru lingkungan bermain dan lingkungan sekitar
     Contoh
       Padha gulangen ing kalbu
       Ing sasmita amrip lantip
       Aja pijer mangan nendra
       Ing kaprawiran den kaesthi
       Pesunen sarinira
                                                      6
Sudanen dhahar lan guling
                                                                                              Artinya:
                                                                           Latihlah di dalam hatimu
                                                         Tentang suara hati agar menjadi pandai
                                                                    Jangan hanya makan dan tidur
                                                                               Turutilah jiwa ksatria
                                                                 Kendalikanlah anggota tubuhmu
                                                                    Kurangilah makan dan minum
       Watak tembang Kinanthi belas kasih, kemuliaan, senang, suka/cinta, menghibur,
       dan tauladan yang baik
4. Sinom
                                            Gambar 04: pemuda yang penuh semangat
                                                   Sumber: https://bit.ly/3aqknBe
            Sinom merupakan daun dari pohon asam yang masi muda dalam bahasa Jawa
     disebut juga “si anom” atau “sinom” yang artinya baru tumbuh dan mulai
     berkembang. Tembang Sinom merupakan gambaran bagi pemuda yang beranjak
     dewasa, yang masih penuh dengan semangat pantang menyerah dan rasa
     keingintahuan yang tinggi dan sedang mencari jati diri.
     Contoh:
     Nulada laku utama
     Tumrape wong tanah jawi
     Wong agung ing Ngeksiganda
     Penambahan Senopat
     Kepati Amarsudi
     Sudane hawa lan napsu
     Pinepsu tapa brata
     Tanapi ing siyang ratri
     Amamangun karyenak tyasing sesame
                                                      7
Artinya:
                                                          Menirulah perilaku yang paling utama.
                                                                          Bagi orang di tanah jawa.
                                                          Orang besar di Ngeksiganda/Mataram.
                                                                             Panembahan Senopati.
                                                                         Sangat tekun dan berusaha
                                                                Untuk mengendalikan hawa nafsu
                                                                  Dengan berlaku prihatin/bertapa
                                                          Yang dilakukan pada siang dan malam
                                                           Membangun ketentraman hati sesama
     Watak tembang Sinom antara lain ramah, senang, semangat, ingin tahu
5. Asmaradana
                                             Gambar 05: saat mulai mengenal asmara
                                                  Sumber: https://bit.ly/3oJTY9P
            Asmaradana berasal dari kata “asmara” itu cinta dan “dahana”yang artinya
     berapi-api. Tembang ini menggambarkan manusia yang sedang dipenuhi dengan
     rasa cinta (tresna). Rasa cinta ini tidak hanya kepada lawan jenis saja, tetapi kepada
     sesama manusia, makhluk lainnya sehingga dalam dirinya dipenuhi kebahagiaan
     dan kesenangan.
     Contoh:
     Gegaraning wong akrami
     Dudu bandha dudu rupa
     Amung ati pawitane
     Luput pisan kena pisan
     Lamun gampang luwih gampang
     Lamun angel, angel kalangkung
     Tan kena tinumbas arta
                                                      8
Artinya:
                                                                         Penguat dalam pernikahan
                                                                      Bukan hanya harta atau fisik
                                                                  Namun hatilah modal utamanya
                                                                       Apabila jadi, jadi selamanya
                                                              Jika mudah akan semakin gampang
                                                        Jika sulit akan semakin sulit bukan main
                                                                 Tidak dapat ditebus dengan harta
     Watak tembang asmaradana senang, gembira, kasih saying, cinta, kecewa, patah
     hati
6. Gambuh
                                              Gambar 06: mulai kenal dengan sekitar
                                                   Sumber : https://bit.ly/3mDLy18
            Tembang gambuh dalam bahasa Jawa juga disebut “jumbuh” yang artinya
     cocok, tepat, sesuai, sepaham dan bijaksana. Tembang ini menggambarkan
     perjalanan seseorang yang telah menemukan pasangan yang cocok dan sesuai.
     Bukan hanya dalam pernikahan saja, tetapi tembang ini memiliki makna yang luas
     yaitu kecocokan dalam pergaulan dengan lingkungan secara global atau
     menyeluruh seperti teman, keluarga, rekan kerja, tetangga agar tercipta kehidupan
     yang harmonis.
     Contoh:
      Sekar gambuh ping catur
     Kang cinatur polah kang kalantur
     Tanpa tutur katula-tula katali
                                                      9
Kadaluwarsa kapatu
     Kapatuh pan dadi awon
                                                                                              Artinya:
                                                                         Ini sekar gambuh keempat
                                             Berbicara mengenai tingkah laku melewati batas.
                                              Jjika tanpa nasehat maka semakin tak terkendali.
                                                           Akhirnya terlanjur menjadi kebiasaan.
                                                    Kebiasaan yang mengakibatkan keburukan.
     Watak tembang Gambuh adalah sumanak/ramah, rasa persaudaraan yang kuat,
     penuh dengan nasihat, tegas, jelas dan tidak ragu-ragu
7. Dhandhanggula
                                           Gambar 07: kesuksesan setelah perjuangan
                                                  Sumber : https://bit.ly/307EO3P
            Tembang Dhandhanggula berasal dari kata “gegedhangan” artinya cita-cita
     dan “gula” yang artinya manis. Tembang ini merupakan gambaran manusia yang
     telah berhasil meraih cita-cita, harapan dan impian sehingga dia merasakan
     manisnya hasil perjuangan yang telah dilakukan. Seseorang yang bisa merasakan
     manisnya impian adalah mereka pernah merasakan pahitnya perjuangan dalam
     meraih cita-cita.
     Contoh:
     Yogyanira kang para prajurit
     Lamun bisa samiyo anuladha
     Duk ing nguni caritane
     Andelira sang Prabu
     Sasrabau ing Maespati
                                                      10
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
                                                                                         Artinya:
                                                         Sudah sepantasnya seorang prajurit
                                                                Hendaknya dapat meneladani
                                                           Seperti cerita pada zaman dahulu,
                                                                    Kepercayaan Sang Prabu,
                                                                          Sasrabau di Maespati
                                                              Yang bernama Patih Suwondo.
                                                                                    Kebaikannya
                                                           Yang diselaputi oleh tiga perkara
                                                          Berguna dan dapat dipegang teguh
                                                                       Meniru keluarga utama
Watak Tembang Dhandhanggula adalah luwes, menyenangkan, berwibawa, serba
cocok atau bisa bergaul dalam situasi apa pun.
8. Durma
                              Gambar 08: Peperangan antara kebaikan dan kejahatan
                                            Sumber: https://bit.ly/3ap9Lm3
       Tembang Durma dari bahasa Jawa “dur” artinya mundur dan “ma” dari kata
tata krama yang memiliki makna negatif yaitu kemunduran etika atau moral
seseorang. Tembang ini merupakan penggambaran kehidupan manusia yang berada
pada posisi susah membedakan batas antara benar dan salah. Sering kali manusia
yang sudah berkecukupan seharusnya lebih bersyukur, pada kenytaanya manusia
                                                 11
itu malah sombong, angkuh, dan serakah. Dalam cerita pewayangan sering tembang
ini digambarkan dengan adegan peperangan karena menunjukkan peerangan dalam
diri manusia yang tidak mengetahui batas antara kebenaran dan kesalahan. Dan
Tembang ini memberikan nasihat kepada manusia untuk terus bisa mengintrospeksi
diri masing-masing.
Contoh:
Bener luput ala becik lawan beja
cilaka mapan saking
ing badan priyangga
dudu saking wong liya
pramila den ngati ati
sakeh durgama
singgahana den aglis
                                                                                         Artinya:
                         Benar, salah, kurang baik, baik, demikian juga keberuntungan
                                                                      celaka bersemayam dari
                                                                          dalam dirinya sendiri
                                                                          bukan dari orang lain
                                                                       buat itu barhati- hatilah
                                                                        dari banyaknya bahaya
                                                                           menyingkirlah lekas
         Watak tembang durma adalah marah, penuh napsu, galak, emosi dan keras
9. Pangkur
                                         Gambar 09: lebih fokus beribadah
                                            Sumber: https://bit.ly/3oOIUIA
                                                 12
Tembang Pangkur memiliki arti “mungkur” atau mundur. Tembang ini
menggambarkan kehidupan manusia yang mulai mengurangi kesenangan terhadap
urusan dunia dan lebih berfokus pada ketentraman hati dengan memperbanyak
ibadah.
       Contoh:
Sekar pangkur kang winarno
Lelabuhan kang kanggone wong urip
Ala lan becik punika
Prayogo kaweruhono
Adat woton puniku dipun kadalu
Miwah ingkang tatakrama
Den kaesthi siyang ratri
                                                                                         Artinya:
                                                         Tembang pangkur yang diceritakan
                                             Pengabdian yang berguna untuk orang hidup
                                                                              Jelek dan baik itu
                                                                       Sebaiknya anda ketahui
                                                      Adat istiadat itu hendaknya dilakukan
                                                                 Juga yang berupa tata krama
                                                           Yang dilakukan siang dan malam
Watak tembang pangkur adalah kuat, ketulusan hati yang kuat, gagah, poerkasa
dan tidak memiliki keraguan.
10. Megatruh
                                           Gambar 10: Ruh lepas dari tubuh
                                            Sumber: https://bit.ly/303zRcg
       Tembang megatruh berasal dari kata “megat” artinya pisah dan “ruh” yang
artinya nyawa. Tembang Megatruh ini merupakan gambaran ketika ruh/atau nyawa
                                                 13
manusia telah berpisah/meninggalkan raganya. Tembang ini memberikan nasihat
agar manusia memiliki bekal dan kesiapan ketika nyawa sudah meninggalkan raga.
Nyawa itu akan menuju tempat yang benar bergantung kepada Tindakan manusia
selama di dunia.
Contoh:
Kabeh iku mung manungsa kang pinujul,
Marga duwe lahir batin,
Jroning urip iku mau,
Isi ati klawan budi,
Iku pirantine ewong.
                                                                                          Artinya:
                                              Semua itu hanya manusia yang lebih unggul,
                                                                  Karena memiliki lahir batin,
                                                                        Didalam kehidupan itu,
                                                                               Isi hati serta budi,
                                               Itulah bekal kebaikan yang dimiliki manusia
       Watak tembang Megatruh adalah sedih, menyesal, keprihatinan
11. Pocung
                                                   Gambar 11: kematian
                                             Sumber: https://bit.ly/3lrDZLu
       Temabang Pocung dalam bahasa Jawadisebut juga “pucung” yang artinya
ujung/pucuk. Tembang ini menggambarkan perjalanan akhir manusia yang
dibungkus dengan kain kafan. Dalam hal lainkata “cung “dalam Pocung juga
diartikan sebagai sesuatu yang lucu yaitu panggilan orang tua kepada anaknya
sehingga tembang ini juga berwatak lucu dan digunakan untuk bermain teka-teki.
                                                 14
Contoh:
Ngelmu iku kalakone kanthi laku,
Lekase lawan kas,
Tegese kas nyantosani,
Setya budya pangekese dur angkara.
                                                                                           Artinya:
                                                           Ilmu itu dijalani dengan perbuatan,
                                                                      Dimulai dengan kemauan,
                                                          Artinya kemauan yang menguatkan,
                                         Ketulusan budi pekerti adalah penakluk kejahatan
Watak tembang Pocung bisa disesuaikan dengan isi lagunya, diantaranya yaitu lucu,
teledor, teka-teki, sedih, sesuka hati.
D. Contoh Tembang Macapat dan Titi Larasnya
Sebelum melagukan tembang macapat sebaiknya kita mengetahui titi laras
atau tangga nada yang digunakan dalam tembang.
Titi laras/tangga nada dalam tembang jawa dikela ada dua jenis yaitu Slendro dan
Pelog. Titi laras Slendro memiliki 5 (lima) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 dengan
jarak interval kecil sedangkan Pelog memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4
5 6 7 dengan jarak interval besar.
Jenis Titi Laras seperti dibawah ini:
1. Titi Laras Slendro  :1 2 3 5 6 1
                                    ji ro lu mo nem ji
2. Titi Laras Slendro miring : 5 6 1 2 3 5 6 1 2 3
                       mo nem ji ro lu mo nem ji ro lu
3. Titi Laras pelog Nem : 5 6 1 2 3 5 6 1 2 3
                       mo nem ji ro lu mo nem ji ro lu
                       5 6 12                   4 5 6 123
                       mo nem ji ro             pat mo nem ji ro lu
4. Titi Laras pelog barang : 5 6 7 2 3 5 6 7 2 3
                       mo nem pi ro lu mo nem pi ro lu
                                       15
SEKAR POCUNG SLENDRO 9
    Link video https://www.youtube.com/watch?v=cjFfczxtKwk
2 2 2 2 6 6 6 1 5 5 3 2,
Ngel- mu i ku ka- la - ko- ne kan- thi la- ku,
61 5 2 1         6,
Le- kas – e la wan kas,
6 1 1 1 6 6 6 5,
Te- ge- se kas nyan- to- sa ni,
5 6 1 2 11               6 56      6 6 1 1,
Se- dya bu- dya pa- nge- ke- se dur- ang- ka- ra,
SEKAR GAMBUH LARAS SLENDRO MANYURA
Link video tembang: https://www.youtube.com/watch?v=dWe5XjzseOo
2 3 5 5 6 5 3 5 6,
Pi- tu- tur be-  ner i ku,
35  3 2 2 3 5 5 3 5 6,
Sa- yek- ti- ne a- pan- tes ti-                             ni- ru,
2 1 6 1 2 2 2 2 3 1 6 5,
Na- dyan me- tu sa- king wong su- dra pe- pe- ki,
12 2 23          1 2 3,
La- mun be- cik nggon- e ma- ruk,
3 5 5 5 6 3 5 3 2,
    i- ku pan- tes si- ra ang- go,
                 16
SEKAR PANGKUR KASMARAN
      LARAS PELOG PATHET NEM
               Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=1GSqt_m4NAg
6 1 1 1 1 2 3 3,
Se- kar pang- kur kang wi- nar- na,
3 3 2 3 2 16 1                       2 3 21
La- la- buh- an kang kanggo wong nga- u- rip
5 6 1 1 12 2 2
a- la lan be- cik pu- ni- ku
6 55  5 65 3
Pra- yo- ga ka- wruha- na
3 3 2 3 2 1 116 1 2 3
a- dat wa- ton pu- ni- ku di- pun ka- du- lu
2 1 1 11 1 11
mi- wah ta ing ta- ta kra- ma
1 2 3 3 2 2 32 1
Den ka- es- thi si- yang ra- tri
      17
SEKAR KINANTHI-WANTAH
    LARAS PELOG PT. BARANG
23           Link video https://bit.ly/3BxhytT
    3 3 3 3 3 3,
Lu- mrah ba- e yen ka- dye- ku,
3 2 2 2 2 2 3 2 7,
a- ta- tam- ba yen wis bu- cik,
7 2 2 2 2 2 2 3 2,
Du- we- a ka- wruh Sa- bu- dhag,
7 6 6 6 7 5 6 5 3 2,
yen tan nar- ta ni ing kap- ti
5 6 6 6 6 6 6 6,
Da- di ka- wruh- e ki- nar- ya,
5 5 5 5 5 6 5 3 5 6,
Ngu- pa- ya ka- sil lan me- lik,
    18
BAB III
                                         UJI KOMPETENSI
 I. Uji Kompetensi Dasar Pengetahuan
        1. Berapa jenis tembang macapat yang sudah kamu pelajari? Sebutkan dengan arti
             dari setiap tembangnya1
        2. Apa saja aturan yang harus diketahui dalam tembang macapat?
        3. Jumlah baris dalam satu bait tembang disebut….
        4. Suara vocal di setiap akhir baris dalam tembang disebut…
        5. Jumlah suku kata dalam setiap baris dalam tembang disebut?
        6. Apa pesan atau nasihat yang digambarkan oleh tembang Maskumambang?
        7. Mijil memiliki banyak arti diantaranya yaitu…….. dan ……..
        8. Tembang yang menggambarkan kesuksesan seseorang dalam meraih mimpi
             adalah…
        9. Bagaimana penggambaran tembang sinom?
        10. Sebutkan guru gatra, guru wilangan dan guru lagu dari tembang Kinanthi!
II. Uji Keompetensi dasra Keterampilan
        1. Ceritakan di depan teman-temanmu urutan tembang macapat yang benar!
        2. Jelaskan dengan contoh salah satu tembang, bagaimana menentukan guru gatra,
             guru wilangan dan guru lagu?
        3. Nyanyikanlah satu tembang macapat sesuai titi laras yang benar!
                                                            19
DAFTAR PUSTAKA
Jari. 2019. Tembang Jawa untuk Pendidikan Dasar. Makalah disampaikan dalam Pelatihan
              Bahasa Jawa untuk Guru SD Tingkat Kabupaten, 16 Oktober 2019
Keputusan Bupati Blora Nomor: 420/803/2017 tanggal 18 Agustus 2017. Kurikulum
              Pelajaran Muatan Lokal (Tembang Jawa) untuk jenjang Pendidikan SD/MI
              Negeri dan Swasta kabupaten Blora. Dinas Pendidikan Kabupaten Blora
Marnoto. 2018. Muatan Lokal Tembang Jawa untuk SD/MI. Blora: Dewan Bahasa Jawa
              kabupaten Blora.
Poerbatjaraka, R.M.Ng. 1954. Kapustakan Djawi. Djakarta: Djambatan.
Subalidinata, R.S. 1968. Sarining Kasusastran Djawa. Jogjakarta: P.T.Jaker
Artikel oleh tumpi.id https://tumpi.id/
                                                            20
