The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Dunia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by , 2022-03-25 19:07:43

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Dunia

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Dunia

Perbandingan Sistem Pendidikan di Finlandia dan
di Indonesia

Oleh: Dinda Vica Deminda

A. Latar Belakang

Pendidikan ialah kebutuhan seluruh masyarakat karena tanpa
adanya pendikan manusia akan mengalami kesulitan untuk maju dan
berkembang. Maka dari itu pendidikan seharusnya terarah untuk
menciptakan atau melahirkan generasi manusia yang hebat dan mampu
bersaing serta manusia yang berkualitas. Pendidikan terus berubah
mengikuti dengan perkembangan zaman yang ada pada masanya. Bicara
tentang sistem pendidikan, negara maju yang memilik sistem pendidikan
yang bagus dan patut dicontoh serta tidak diragukan lagi ialah Negara
Finlandia. Negara tersebut memiliki kualitas terbaik internasional.
Finlandia mengalami perkembagan yang pesat dalam pendidikan.

Finlandia mempunyai kualitas pendidikan tinggi dan sudah tidak
diragukan lagi bahkan terbaik se-internasional. Finlandia menuntut kerja
sama antar pemerintah, pengajar, masyarkat dan orangtua untuk
membantu perkembangan dan pembelajaran siswa guna memastikan
siswa dapat mengikuti dan menerima serta paham akan pelajaran yang
diberikan. Sistem pendidikan di Finlandia mempunyai tujuan yaitu
mewujudkan high level education for all agar semua masyarakat disana
mendapatkan pendidikan secara merata hingga level tertinggi dengan
kompetensi yang baik (Himami Absawati, 2020).

Di Indonesia pendidikan tidak merata terlihat dari masyakarat di
daerah terpencil yang dimana mereka tidak dapat merasakan pendidikan
yang layak seperti masyarakat di perkotaan. Dikarenakan terbatasnya
segala sesuatu disana contohnya ialah sarana dan prasarana, berkembang
pesatnya pembelajaran di masyarakat perkotaan yang sudah
menggunakan teknologi tetapi di daerah terpencil bahkan susah untuk
menggunakan teknologi dan mengaksesnya.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 195

B. Pembahasan

1. Sistem Pendidikan Finlandia

Negara Finlandia merupakan negara yang tidak memiliki sumber
daya alam yang berkecukupan serta kondisi geografi unggul serta
menguntungkannya. Tetapi, negara tersebut menyadari bahwa sumber
daya yang sesungguhnya ialah otak yang ada didalam manusia. Sistem
Pendidikan di Finlandia dikenal sebagai sistem pendidikan terbaik
sedunia. salah satu penyebab mengapa Finlandia memiliki pendidikan
yang sangat baik ialah karena budaya baca yang sudah ditanamkan sejak
kecil pada anak-anak. Guru yang mengajar di sekolah harus sudah
bergelar master serta mengajar menggunakan metode pembelajaran
kooperatif. Guru bukan hanya sebagai pengajar saja tetapi guru pun harus
ahli dalam bidang kurikulum. Kurikulum yang dijalankan tiap - tiap
sekolah berbeda tetapi tetap dijalankan sesuai dengan panduan yang
ditetapkan resmi oleh pemerintah.

Guru yang ingin mengajar diseleksi dengan sangat ketat, yang
lulus hanya yang berada pada tingkat atau ranking 10 besar dari lulusan
perguruan tinggi atau fakultas keguruan yang pantas diterima menjadi
guru. Mereka yang sudah lulus pun tidak bisa langsung mengajar, mereka
harus melakukan training kompleks dahulu sebelum dinyatakan siap
untuk terjung menjadi guru. Di seleksi seketat itu karena Finlandia yakin
sekali bahwa guru ialah modal utama atau kunci untuk terciptanya
peserta didik yang unggul di negaranya. Pendapatan atau upah guru di
Finlandia sebesar 40 juta perbulan yang merupakan upah guru tertinggi
kelima sedunia.

Kurikulum pendidikan di Finlandia bersifat konsisten maka
kurikulum tersebut tidak mudah berubah. Karakteristik yang dibangun
oleh Finlandia dalam bisang pendidikan yaitu free school, free education
meals dan special needs education yang berpegang teguh pada iklusivitas.
Pemerintah Finlandia memberi kesempatan dan juga menyediakan
pendidikan bagi seluruh rakyatnya. Seluruh rakyat di Finlandia
mempunyai hak untuk menjalani pendidikan tanpa biaya. Biaya
pendidikan tersebut ditanggung oleh pemerintah. Biaya ditanggung
pemerintah yaitu sebesar 200 ribu euro masing-masing peserta didik
sampai menuju ke perguruan tinggi. Maka dari itu keluarga yang memiliki
ekonomi yang kurang pun tidak usah khawatir karena mereka akan
merasakan pendidikan yang setara dengan keluarga yang mampu. Disana
juga orang tua tidak perlu berlomba-lomba memasukkan anaknya ke

196 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

sekolah yang unggul dikarenakan semua sekolah disana sama unggulnya
tidak ada tingkat kebagusan.

Peserta didik mempunyai jam belajar yang singkat yaitu hanya
melakukan selama 4 jam dan terdapat tambahan 2 jam untuk
pengembangan diri yang dilakukan perminggu. Peserta didik pun juga
tidak diberikan beban pekerjaan rumah serta tidak ada sistem ranking.
Karena Finlandia menggap sistem rangking hanya akan menghasilkan
pemikiran siswa tentang jumlah peserta didik pintar dan jumlah peserta
didik yang bodoh. Dengan tidak adanya sistem rangking membuat peserta
didik mentalnya menjadi kuat. Disana juga tidak diadakan kelas unggulan
sehingga tidak ada diskriminasi sama sekali. Guru melakukan penilaian
berdasarkan bagaimana peserta didiknya dalam mengerjakan tugas
bukan dilihat dari benar salahnya jawaban peserta didik tersebut
melainkan dari proses dan usaha mereka dalam mengerjakan tugas
tersebut saat di kelas. Finlandia juga tidak menerapkan sistem tinggal
kelas sehingga semua peserta didik dipastikan naik kelas dengan
kemampuan diri mereka masing-masing (Suardipa, 2019).

Di Finlandia juga disediakan sarana prasarana pembelajaran yang
sangat lengkap pada masing masing sekolah sehingga tidak ada
keteketerbatasan pada sarana prasarananya. Peserta didik disediakan
jemputan yang bersedia mengatar dan menjemput siswanya tanpa pungut
biaya. Peserta didik setiap harinya mendapatkan makan siang gratis yang
disediakan oleh sekolah dan merupakan makanan sehat karena
pemerintah Finlandia mempercayai kecerdasan peserta didik juga
dipengaruhi oleh asupan makanan bergizi.

Sistem pendidikan di Finlandia ini memiliki keunggulan yaitu
sistem pendidikannya rata dan adil bagi seluruh masyarakatnya,
pemerintah yang menaggung biaya pendidikannya, kurikulum yang
dijalankan bersifat fleksibel. Pendidikan inklusi telah diterapkan dalam
pendidikannya sehingga untuk peserta didik yang memiliki kekurangan
akan di bimbing dengan benar berdasarkan karakteristik peserta didik.
Peserta didik yang memerlukan perlakuan sera perhatian khusus akan di
bawa kedalam kelas yang terpisah dan akan diberikan pembelajran
khusus yang sudah terdapat perenacaan pembelajaran secara individual.
Dengan begitu, para orangtua tidak perlu khawatir anaknya yang
memiliki kebutuhan khusus akan tertinggal pembelajaran karena mereka
memperlakukan peserta didik yang berkebutuhan secara istimewa
(Caraka Putra Bhakti, 2018).

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 197

2. Sistem Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia diwajibkan belajar 12 tahun dimulai dari Sekolah
Dasar 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama yaitu 3 tahun dan Sekolah
Menengah Atas 4 tahun. Tujuan pendidikan di Indonesia itu sendiri yaitu
untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual
yang masuk ke dalam faktor kognitif, faktor psikomotor yaitu
kemampuan dan keterampilan serta faktor afektif berupa sikap. Di
Indonesia mewajibkan pembelajaran agama. Peserta didik harus
mengikuti pembelajaran agama yang dianutnya. Kurikulum di Indonesia
berubah ubah. Sekarang ini yang dipergunakan sekolah di Indonesia ialah
kurikulum 2013. (Abdullah, 2007).

Di Indonesia seluruh masyarakat secara adil harus mendapatkan
pendidikan yang layak dan sama tetapi pada kenyataannya di Indonesia
pendidikan yang dilaksanakan tidak merata sehingga tidak semuanya
dapat merasakan pendidikan yang seharusnya. Di pedesaan seperti itu
peserta didik tidak dapat merasakan pendidikan yang layak, sarana
prasarana yang bagus dan segalanya serba kekurangan. Pendidikan di
daerah sangat berbeda di perkotaan. Terlihat bagaimana di perkotaan
dengan mudahnya menggunakan komputer, laptop dan yang lainnya
serta sangat mudah mengakses internet yang bisa diakses dimanapun dan
kapanpun. Sedangkan di pedesaan sangat sulit mendapatkan sinyal dan
juga tidak banyak yang memiliki alat elektronik yang dapat menunjang
pembelajaran, tidak ada lab komputer, perpustakaan yang bagus dan lain
sebagainya. Di pedesaan pembelajaran dilakukan hanya seadanya saja,
memanfaat segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar pedesaan
tersebut sedangkan di Finlandia seluruh peserta didik mendapatkan
haknya dalam mengeyam pendidikan yang layak dan juga dapat
merasakan penggunaan fasilitas yang memadai.

Di Indonesia sekolah terdapat dua macam yaitu sekolah swasta
dan sekolah negeri, berbeda dengan di Finlandia sekolah semuanya sama
bagusnya. Di Indonesia peserta didik yang bersekolah di sekolah negeri
terlihat lebih pintar dibanding dengan peserta didik di sekolah swasta.
Jika ingin bersekolah di sekolah negeri peserta didik harus memiliki nilai
yang tinggi. Maka dalam kegiatan seleksi masuk sekolah perserta didik
berlomba-lomba mendapatkan nilai yang bagus serta unggul agar dapat
masuk ke sekolah negeri impiannya. Dan peserta didik yang gagal atau
tidak berkesempatan bersekolah di sekolah negeri harus melanjutkan
sekolah di sekolah swasta yang biayanya sangat mahal. Maka tidak sedikit
pandangan bahwa sekolah negeri berisi orang pintar dan sekolah swasta

198 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

berisikan peserta didik kurang pintar dan tidak lolos di sekolah negeri.
(Adha, 2019).

Berbeda halnya dengan di Finlandia, Indonesia menerapkan
sistem tinggal kelas dimana peserta didik yang dianggap memiliki
kekurangan dalam kemampuannya pada pembelajaran di sekolah maka
akan tidak dinaikkan ke kelas berikutnya, peserta didik harus mengulang
kembali pembelajaran dikelas tersebut. Hal itu membuat peserta didik
yang tinggal kelas merasa malu, berkecil hati dan pada akhirnya tidak
ingin melanjutkan sekolah. Kebanyakan peserta didik dengan kasus
seperti itu, orangtuanya memilih untuk memindakan anaknya ke sekolah
yang lain tetapi anak tersebut dapat naik kelas di sekolah yang baru.

Indonesia juga menerapkan kelas unggulan dimana isi kelas
tersebut adalah peserta didik yang dinilai sangat mampu dalam
menguasai pembelajaran dan sekolah sangat menfokuskan peserta didik
di kelas itu. Hal tersebut membuat peserta didik mengalami rasa iri dan
juga berkecil hati yang tidak sedikit membuat perselisihan diantara
peserta didik lainnya. Biaya pendidikan di Indonesia juga berbeda terlihat
dari sekolah negeri dan swasta. Yang duduk dibangku sekolah negeri tidak
diperlukan mengeluarkan uang untuk biaya sekolah, fasilitas dan buku
karena ketiganya sudah dibiayakan oleh pemerintah. Namun untuk
sekolah swasta siswa wajib membayar biaya sekolah perbulan, membayar
buku, seragam dan fasilitas yang digunakan.

C. Penutup

Secara keseluruhan sistem pendidikan di Indonesia sudah cukup
baik namun dalam mengimplementasikan sistem pendidikan tersebut
masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan implementasi dari
sistem pendidikan di Finlandia. Indonesia harus mampu memperbaiki
dan melakukan strategi-strategi yang baru untuk dapat mengejar
ketertinggalan pendidikan.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 199

Analisis Perbandingan Sistem Pendidikan di
Finlandia dan Indonesia dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan di Indonesia

Oleh: Fani Rizkiyyana

A. Latar Belakang

Di dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
mendefinisikan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang berarti bahwa
bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan untuk
meraih masa depan. Proses pendidikan sebagai sistem sosial merupakan
kegiatan yang disengaja untuk mencapai kepribadian peserta didik.
Proses pendidikan adalah cara dimana bagian-bagian yang berbeda dari
suatu institusi berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem
merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih bagian dari
sistem itu sendiri dan memiliki interaksi untuk menggapai suatu tujuan.
Sedangkan Sistem pendidikan adalah cara yang digunakan dalam proses
belajar mengajar untuk membantu tercapainya tujuan belajar yang
diinginkan, agar para peserta didik bisa dapat mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya.

Setiap negara memiliki sistem pendidikannya masing-masing.
Sistem pendidikan yang diterapkan saat ini dinilai sudah sesuai dengan
kondisi masyarakat khususnya peserta didik, walaupun telah diterapkan
di suatu negara, bukan berarti sistem pendidikan tidak memiliki
kelemahan dalam pelaksanaannya. jika suatu sistem pendidikan telah
berhasil diterapkan di suatu negara, bukan berarti sistem tersebut juga
dapat berhasil jika diterapkan di negara lain. Masyarakat pada suatu
negara memiliki pedoman hidup yang berbeda-beda yaitu menyesuaikan
dengan sistem negaranya masing-masing. Setiap negara di dunia
memiliki sistem yang dianut hal tersebut berdasarkan pada paham-
paham dominan, budaya serta kondisi demografi negara. Menurut
(Dianawati Ajen, 2006) mengatakan bahwasannya Pemerintah Finlandia

200 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

telah menciptakan sistem pendidikan yang fleksibel dengan prinsip less
teaching and more learning. Hal ini membuat pendidikan Finlandia
menghasilkan lulusan berkualitas yang menciptakan tingkat daya saing
yang tinggi.

Indonesia telah mengatur segala bentuk kegiatan pendidikan
nasional melalui peraturan perundang-undangan. UUD 1945 pada alinea
ke-4 mengamanatkan bahwa pendidikan Indonesia harus mampu
memberikan pelayanan terbaik kepada anak-anak dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Penelitian Ristianti (2019)
menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia berkembang dari era
revolusi industri 4.0 menuju pendidikan sosial 5.0 yang mengandung
makna bahwa penerapan pendidikan harus dilakukan secara demokratis
dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai-nilai agama, budaya nilai-nilai, dan pluralisme
nasional (Parker and Raihani 2011).

B. Pembahasan
1. Sistem Pendidikan di Finlandia

Proses Pendidikan di Finlandia, menekankan pentingnya
diagnosis dini dan intervensi dalam kesulitan yang dihadapi siswa dalam
belajar. Hal ini berbeda dengan banyak negara, yang umumnya
mendeteksi kesulitan dengan melakukan evaluasi yang biasanya hanya
mengukur satu komponen (tes kognitif). Finlandia bekerja secara
berbeda. Pendidikan di Finlandia meyakini bahwa diagnosis atau deteksi
dini dan intervensi dini merupakan bagian dari proses belajar mengajar
yang harus dilakukan. Untuk mendeteksi tanda-tanda awal masalah
belajar pada anak sehingga dapat diberikan bantuan ekstra untuk
mengatasi masalah tersebut. Siswa yang membutuhkan perhatian khusus
akan dibawa ke kelas terpisah dan diberikan rencana pelajaran secara
individu. Ini akan membuat kelas lebih mudah diatur dan anak-anak yang
membutuhkan perhatian ekstra akan tetap dapat menerimanya. Di
Finlandia juga, pendidikan memastikan bahwa tidak ada siswa yang
tertinggal dari pembelajaran. Di Finlandia, seorang guru menghabiskan
maksimal empat jam sehari untuk mengajar dan maksimal dua jam
seminggu untuk belajar sendiri. Guru di OECD ini mengajar rata-rata 703
jam per tahun, sedangkan guru di Finlandia hanya mengajar 592 jam per
tahun (Karppinen, di kutip dalam Himami , 2012). Guru di Finlandia
menggunakan waktu ekstra mereka untuk mendukung siswa yang
membutuhkan perhatian khusus.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 201

Semua masyarakat Finlandia memiliki hak dasar untuk
mendapatkan pendidikan secara gratis. Pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan pendidikan kepada seluruh warga negara,
termasuk pendidikan gratis pada setiap jenjang pendidikan, dan tanpa
memandang latar belakang ekonominya. Hak ini dijamin dan tertuang
dalam Konstitusi Finlandia. (Himami, 2020, 64). Sistem pendidikan
diprioritaskan dengan menempatkan nilai pada kepercayaan dan
tanggung jawab. Guru dan kepala sekolah, dengan bantuan orang tua dan
masyarakat di sekolah, mengetahui apa yang harus diberikan dan
dipersiapkan untuk siswa. Ini ditanamkan oleh pihak berwenang.
Pendidikan Finlandia diusahakan dengan menciptakan budaya saling
percaya dalam mengelola pendidikannya. Budaya saling percaya juga
didukung oleh nilai-nilai profesionalisme, keyakinan, kejujuran, dan
tanggung jawab. (Maulana,dkk, 2019, 149).

Tujuan utama dari sistem pendidikan Finlandia adalah untuk
menciptakan Pendidikan tingkat tinggi untuk semua. Tujuan tersebut
untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menerima pendidikan ke
tingkat tertinggi, merata, dengan kemampuan, keterampilan, dan
kompetensi terbaik. Finlandia memiliki kurikulum yang tidak pernah
berubah, yaitu disesuaikan dengan budaya yang ada di negara tersebut.
Kementerian Pendidikan Finlandia menyatakan bahwa pendidikan
merupakan sektor pembangunan yang paling berpengaruh dalam
perekonomian negara, oleh karena itu negara tersebut berusaha untuk
meningkatkan jumlah penduduk yang terdidik. (Andika: 2015). Siswa di
Finlandia memiliki jam sekolah yang relatif singkat, mereka tidak
dibebani dengan banyak pekerjaan rumah, ujian standar yang
dipertaruhkan, dan tidak ada sistem peringkat. Fokus utama sistem
pendidikan adalah mendukung tingkat kompetensi masyarakat dalam
rangka mendukung pembangunan nasional yang berbasis inovasi.
(Hancock, dikutip dalam Himami, 2011).

Secara geografis, Finlandia merupakan negara di Eropa Utara.
Sebuah wilayah di utara dunia dengan kondisi mendekati kutub. Sebelum
tahun 1990 Finlandia bergantung pada pertanian untuk pendapatan
negaranya, tetapi sekarang Finlandia dikenal sebagai salah satu pusat
teknologi dunia. Dari tahun 2000, siswa Finlandia menempati peringkat
tertinggi dalam peringkat Program untuk Penilaian Pelajar Internasional
(PISA). Pendidikan tinggi di Finlandia 30% siswa melanjutkan di bidang
sains, dalam bentuk perbaikan hutan, penelitian material, ilmu
lingkungan, jaringan saraf, fisika suhu rendah, penelitian otak,

202 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

bioteknologi dan genetika. Hal inilah yang membuat Finlandia terkenal
dengan hasil-hasilnya yang luar biasa di bidang sains. Kemajuan ini
merupakan hasil dari pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah Finlandia. Dengan sumber daya yang terbatas dan anggaran
pendidikan yang lebih kecil ($3.000 dolar), Finlandia mampu
menghasilkan siswa yang lebih unggul dari siswa Amerika dalam sains
dan matematika (I Putu, 2019 ,69).

2. Sistem Pendidikan di Indonesia

Indonesia telah menetapkan peraturan untuk semua bentuk
kegiatan pendidikan nasional melalui undang-undang. UUD 1945 alinea
keempat mengamanatkan bahwa pendidikan Indonesia harus mampu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi anak bangsa dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam penelitian (Ristianti, dalam
Maulana, dkk, (2019) menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia
berkembang dari era revolusi industri 4.0 menjadi pendidikan sosial 5.0
dalam rangka menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai-nilai, nilai
agama, nilai budaya, dan pluralisme bangsa. Menyikapi peraturan
perundang-undangan, kurikulum di Indonesia semakin terbentang untuk
menghadapi tantangan zaman. Di era Industri 4.0 dan Society 5.0
Indonesia akan membekali anak-anaknya dengan seperangkat harapan
dan kurikulum untuk menciptakan generasi baru bangsa Indonesia yang
mampu menjawab tantangan dan tuntutan perubahan. (Judiani, dikutip
dalam Himami, 2010).

Di tingkat sekolah dasar, Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan tematik integratif, saintifik, dan juga penilaian autentik.
Tematik integratif merupakan penggabungan beberapa mata pelajaran
menjadi satu tema, pendekatan saintifik adalah pendekatan melalui
bertanya, mencoba, dan menalar, sedangkan penilaian autentik adalah
penilaian yang mengukur seluruh kompetensi, sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil belajar (Karli, 2014).

3. Keunggulan Dan Kelemahan Sistem Pendidikan Di
Indonesia Dan Finlandia

Adanya keunggulan yang terdapat pada system Pendidikan di
Finlandia menurut I Putu (2019, 73) yaitu:

a. Sama rata dan adanya keadilan pada sistem Pendidikan yang
diberikan kepada seluruh masyarakat.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 203

b. Sudah terlaksananya pendidikan yang berbasis inklusi.
c. Pendidikan merupakan pelayanan publik yang dibiayai oleh

pemerintah.
d. Memiliki kurikulum Pendidikan yang bersifat konsisten dan

fleksibel

Dari keunggulan sistem pendidikan Finlandia terdapat
kekurangan, yaitu sebagai berikut:

a. Hanya bisa diterapkan pada negara kecil.
b. Tidak adanya standar ukuran yang pas untuk melihat

perkembangan anak secara berkala, hal ini dikarenakan tidak
adanya tes secara berkala.

Keunggulan system kurikulum 2013 yang ada di Indonesia yaitu:
(Solekhul, 2013)

a. Siswa dituntut untuk menjadi aktif, kreatif dan inovatif.
b. Terdapatnya pengembangan karakter.
c. Tuntutan fungsi dan tujuan Pendidikan nasional sesuai dengan

kurikulum berbasis kompetensi.
d. Memiliki sifat pembelajaran kontekstual

Adapun kelemahan dalam sistem Pendidikan dan kurikulum 2013
di Indonesia yaitu, (Solekhul, 2013) :

a. Mutu dan relevansi di pendidikan indonesia masih sangat
rendah.

b. Sebagian guru masih belum siap.
c. Banyak guru yang beranggapan bahwa kurikulum terbaru tidak

lagi membutuhkan penjelasan materi.
d. Persiapan materi ajar belum runtut sesuai dengan proses berfikir

siswa.
e. Beratnya beban belajar, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu

lama

4. Perbedaan Sistem Pendidikan antara Indonesia dengan
Finlandia

Putra (dalam Elise, 2015: 47) menyatakan Sistem pendidikan
Finlandia didasarkan pada kesetaraan, kerjasama, tanggung jawab dan
budaya, sehingga dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam

204 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

pengembangan pendidikan yang baik. Finlandia telah berhasil
memberikan dukungan dan fasilitas pendidikan bagi seluruh warganya
dan menjadi pemerataan dalam pendidikan. Finlandia telah membuat
sistem pendidikan di mana semua siswa mampu mencapai prestasi tinggi
dalam pemerataan pendidikan (education for all) sekaligus juga
mencapai beberapa hasil literasi tertinggi di dunia (O.E.C.D. 2016; Ustun
and Eryilmaz 2018; dan Halinen 2018). Salah satu cara dukungan
diberikan kepada sekolah-sekolah di Finlandia adalah bahwa pemerintah
mensubsidi semua pendidikan siswa, membuatnya gratis untuk setiap
warga negara.

Sementara itu di Indonesia kebijakan sistem pendidikan dapat
dilihat dalam peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-
Undang (UU) 1945 dan Undang-Undang Pemerintah dalam kebijakan
Pendidikan UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003. Dalam
UUD 1945 Pasal 31 setelah diamandemen yaitu: (1) Pendidikan
merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara. (2) Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya (3) Pemerintah menyelenggarakan dan mengarahkan
program pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dalam undang-undang (4) Negara memprioritaskan
anggaran pendidikan paling sedikit dua puluh persen dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional dan (5) Pemerintah berupaya memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan rakyat.

Dari uraian pasal diatas dapat dipahami bahwa pemerintah
Indonesia menjamin pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Peraturan
perundang-undangan negara Republik Indonesia secara jelas
menyatakan bahwa negara memprioritaskan pada anggaran dan
pelaksanaan pendidikan. Namun untuk kelancaran pelaksanaanya di
lapangan, negara perlu melakukan pengawasan dan evaluasi yang
transparan berkaitan sejauh mana pelaksanaan program pendidikan di
daerah dapat terlaksana dengan baik (Elise, 2021:47). Baswedan (dalam
Elise, 2014) menyatakan Sistem pendidikan di Indonesia telah
menerapkan kurikulum 2013 yang didasarkan pada kebutuhan siswa.
Tetapi dalam implementasinya, kurikulum 2013 menuntut keseriusan
pemerintah dalam pemenuhan sumber daya manusia sesuai dengan

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 205

bidang atau kompetensi yang dibutuhkan. Kemudian baru-baru ini
Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Makariem memberikan
terobosan baru dalam mengatasi kualitas pendidikan dan pembelajaran
di Indonesia, yaitu melalui program merdeka belajar (Prameswari dalam
Elise, 2020).

Di Finlandia kurikulum pendidikan dasar menekankan pada
keterampilan anak dalam kegiatan bermain dan belajar, dan kurikulum
dirancang untuk diterapkan secara bertahap (Kasihadi, 2016).
Pendidikan di Finlandia didasarkan pada nilai- nilai pendidikan liberal
yang meliputi kesetaraan, kebebasan, dan rasionalitas (Setiawan, 2019:
30). Pemerintah Finlandia sangat memperhatikan kualitas pendidikan
terkait dengan kurikulum, fasilitas, dan kualifikasi pendidikan guru.
Sistem pendidikan Finlandia lebih menekankan pada “learning
community”, yaitu kerjasama antara masyarakat dengan guru dan siswa
yang berperan dalam proses pendidikan Daud (dalam Elise, 2019: 28).

Kemajuan suatu negara ditentukan oleh sejauh mana
masyarakatnya memiliki pendidikan yang baik. Pemerintah di Finlandia
sangat menekankan pada perekrutan tenaga pendidik melalui seleksi
yang ketat. Guru di setiap lembaga pendidikan di Finlandia berasal dari
kualifikasi terbaik yang memiliki gelar master yang memiliki gelar master
di bidangnya dan termasuk 10% dari lulusan terbaik. Selain itu, guru
memiliki hak yang sama dengan dikirim ke sekolah, tetapi guru tetap
perlu mengajar, meskipun mereka sedang melakukan penelitian lebih
lanjut (Faradiba and Lumbantobing, 2020: 68-69). Berbeda dengan
Indonesia, yang dimana tenaga pendidik karirnya tidak sesuai dengan
bidangnya atau bahkan kualifikasi pendidikannya tidak sesuai dengan
persyaratan. Setiawan (dalam Elise, 2019: 27) mengatakan bahwa ada
beberapa penyebab rendahnya kualifikasi guru di Indonesia yaitu:
kualifikasi guru yang tidak sesuai dengan bidang yang diajarkan,
ketidaksesuaian disiplin ilmu yang diajarkan sehingga berdampak pada
penguasaan materi pembelajaran, dan program profesi guru belum
menjangkau seluruh tenaga pendidik.

5. Inovasi yang dapat diambil dari negara Finlandia bagi
negara Indonesia

Ada beberapa inovasi-inovasi yang dilakukan oleh negara
Finlandia dalam mengembangkan system pendidikannya (Kasali,
2006) yaitu:

206 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

a. Di Finlandia anak-anak yang berusia belum genap tujuh tahun
tidak diperkenankan untuk masuk ke sekolah dasar.

b. Sistem pendidikan Finlandia tidak bergantung pada ujian atau
pekerjaan rumah.

c. Di finlandia hanya terdapat satu tes standar yang wajib yaitu
ketika berusia 16 tahun.

d. Tidak membeda-bedakan anak, baik itu pintar atau tidak mereka
tetap belajar di kelas yang sama.

e. 30 persen anak-anak di Finlandia mendapatkan beasiswa selama
9 tahun untuk sekolah.

f. 66 persen anak di Finlandia menempuh pendidikan hingga ke
jenjang perguruan tinggi.

g. Guru menghabiskan hanya 4 jam sehari di kelas. Sementara itu,
dua jam seminggu, guru mengembangkan profesinya.

h. Jumlah guru dan murid yang sepadan.
i. 100% biaya sekolah di danai oleh negara.
j. Seluruh guru di Finlandia harus mempunyai gelar master dan

sepenuhnya juga di subsidi oleh pemerintah.
k. Kurikulum Nasional hanya sebagai pedoman. Sisanya fleksibel.

Dari uraian inovasi yang dilakukan oleh negara Finlandia tidak
terlepas dari masing-masing pedoman negara. Indonesia tidak bisa
langsung menerima bentuk inovasi yang dilakukan hal ini menyesuaikan
dengan kondisi serta kebutuhan masyarakat di suatu negara. Sistem
pendidikan Finlandia semakin baik karena didukung oleh pemerintah,
pendidikan yang fleksibel, dan tenaga pendidik yang handal.

Pendidikan Indonesia ke depan harus menghasilkan tenaga ahli di
setiap bidang keilmuan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem
pendidikan yang memfokuskan peserta didik pada satu bidang keilmuan
tetapi tidak mengabaikan dasar-dasarnya. Untuk mewujudkan
pendidikan yang baik diperlukan kerjasama dengan peserta didik, orang
tua, masyarakat, pemerintah, sosial, dan pihak lain dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia.

C. Penutup

Ada faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas pendidikan
dan diperlukan strategi atau kebijakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas tersebut. Dalam prosesnya banyak program pendidikan yang ada
seringkali menemui kendala dalam proses pelaksanaannya, sehingga
seringkali muncul suatu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 207

yang ada dalam rangka mencapai tujuan tercapainya pendidikan yang
merata dan berkualitas sesuai dengan yang dipersyaratkan di dalam
undang-undang. Sebagai negara berkembang Indonesia dirasa perlu
untuk untuk mengadopsi sistem pendidikan yang sudah berhasil
dilaksanakan di negara lain. salah salah satu negara yang dapat dijadikan
acuan di bidang pendidikan antara lain Finlandia.

Titik berat keberhasilan pendidikan di negara Finlandia adalah
kebijakan yang diterapkan kepada tenaga pendidik. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, namun
ada baiknya mengambil kebijakan atau program yang telah maju
pendidikannya. Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan
yang sesuai dan fleksibel terhadap kondisi masyarakat. Indonesia harus
mampu untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan dengan memperbaiki
sistem pendidikannya saat ini. Ada beberapa aspek kebijakan pendidikan
di Finlandia yang dapat diterapkan di Indonesia. Dengan meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia, diharapkan mampu melahirkan
generasi penerus bangsa yang mampu bersaing di dunia internasional.

208 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Perbedaan Kurikulum yang Mengakibatkan
Tertinggalnya Pendidikan Indonesia dengan

Finlandia

Oleh: Fauzan Juliansyah

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan di Indonesia masih jauh dengan finlandia,
karena pendidikan Indonesia tidak memiliki perhatian yang khusus.
Padahal maju dan mundurnya bangsa dilihat dari sukses pendidikan yang
berlangsung. Kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah, banyak hal
yang menyebabkan itu terjadi. Kita semua berharap supaya pendidikan di
Indonesia bisa atau minimal mendekati pendidikan seperti yang ada di
Finlandia yang dalam beberapa dekade terakhir mentransformasikan
sistem pendidikan di negaranya menjadi yang terbaik diseluruh dunia.
Hal tersebut mengacu pada hasil tes yang diselenggarakan OECD
(Organization for Economic Cooperation & Development) pada tahun
2015 yaitu tes PISA (Programme for International Student Assessment)
Indonesia memiliki hasil dengan kualitas pendidikan terendah dan
negara Finlandia ada dijajaran negara teratas dengan kualitas pendidikan
terbaik dilihat dari science, reading, dan mathematics. Pendidikan di
Indonesia harus mengikuti sistem pendidikan yang ada di Finlandia
supaya bisa menyaingi (Adha et al., 2019).

B. Pembahasan

Kurikulum adalah alat untuk mencapai keberhasilan pendidikan,
oleh sebab itu kurikulum harus mendapatkan perhatian khusus pada
setiap negara. Pemerintah di Finlandia membentuk sistem pendidikan
yang sedikit mengajar namun banyak belajar. (Suardipa, 2019) Sekolah di
Finlandia tidak mendidik siswa dengan jam yang lama, membebani
dengan banyak pekerjaan rumah, disiplin yang tegas, di Finlandia justru
anak-anak telat dalam masuk sekolah, anak-anak di Finlandia baru
sekolah ketika umur sudah siap yaitu umur 7 tahun, dan jam belajarnya
lebih sedikit dari negara yang lain yaitu 30 jam per minggu, pendidikan
yang berkulitas diciptakan dari kualitas guru dan sistem yang dikelola.
(Dofir, 2020) Lalu bagaimana sistem dan guru di Finlandia, sebagai
berikut (Daud, 2019):

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 209

1. Sistem Pendidikan

Sistem pendidikan pada negara Finlandia menekankan diagnosis
dan intervensi dini terhadap kesulitan atau hambatan yang akan dihadapi
oleh peserta didik. Finlandia percaya bahwa diagnosis dan intervensi dini
adalah bagian dari proses belajar yang sangat tetap untuk dilakukan pada
anak yang kesulitan dalam belajar. Sehingga anak yang mengalami
kesulitan belajar akan terdeteksi lebih dini dan diberikan bantuan dengan
cepat secara individu. Hal ini dapat terjadi karena dalam satu kelas guru
yang mengajar bukan hanya satu atau dua orang melainkan tiga sampai
empat orang.

2. Guru

Guru yang ada di Finlandia merupakan profesi yang di hargai dan
gaji yang diterima mencapai 3,400 EUR atau setara dengan 42 juta
rupiah. Gaji yang besar ini tidak semata-mata diberikan kepada
sembarang orang, karena disana untuk menjadi guru sistemnya sangat
ketat, hanya 10 lulusan mahasiswa dengan nilai tertinggi. Di Finlandia
seseorang yang ingin menjadi dokter akan lebih mudah tercapainya
dibandingkan dengan seseorang yang akan menjadi guru, hal ini terlihat
betapa susahnya menjadi guru di negara Finlandia. Bahkan ada penelitian
dengan judul yang menyebutkan “In Finlandia, It’s easter to become a
doctor or lawyer than a teacher” karya dari Muhonen yang terbit di jurnal
Universitas Helsinki. Kurikulum di Indonesia dan Finlandia sangat
berbeda, mulai dari tujuan, isi/materi, media, strategi, proses
pembelajaran, dan penilaian. Berikut adalah perbedaan yang ada pada
kurikulum di Indonesia dan Finlandia (Maknun, L. & Royani, 2019):

a. Tujuan

Pada Finlandia tujuan kurikulumnya adalah untuk mendukung
pertumbuhan peserta didik agar mempunyai nilai kemanusiaan dan
keanggotaan dalam masyarakat yang dapat bertanggung jawab dan untuk
memberi murid pengetahuan dan keterampilan untuk kehidupan sehari-
hari. Lalu pada kurikulum di Indonesia yaitu kurikulum 2013 (kurtilas)
tujuannya adalah mempersiapkan murid agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang kreatif, beriman, inovatif,
produktif, dan efektif, serta mampu ikut serta dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

210 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Dalam tujuan ini, perbedaan yang dilakukan tidak cukup
mencolok. Indonesia dan Finlandia sama-sama ingin menciptakan
generasi muda yang dapat berguna dan berkontribusi di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Isi/Materi

Pada isi/materi yang ada di Finlandia terdapat pelajaran yang
jarang ada pada sekolah di Indonesia, yaitu keahlian dan belajar
lingkungan, sesuai dengan tujuan yang ada Finlandia ingin menjadikan
murid yang dapat berguna dalam masyarakat.

c.Media

Media yang ada pada Indonesia dan juga tidak jauh berbeda,
keduanya menggunakan macam-macam sumber belajar untuk
menambah ilmu, dan pemanfaatan informasi dan teknologi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar.

d. Metode dan Strategi Pembelajaran

Pada Finlandia metode dan strategi pembelajaran yang digunakan
adalah sekolah harus menyediakan kesempatan kepada murid untuk
bereksperimen, eksplorasi, aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dan
bermain. Sedangkan di Indonesia menurut Permendikbud No. 70 Tahun
2013 (Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum) yakni: (1) Strategi
pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran satu arah
(interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif
guru - peserta didik masyarakat - lingkungan alam, sumber/ media
lainnya) pada Pembelajaran Kurikulum 2013. (2) Pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana
saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet) pada
Pembelajaran Kurikulum 2013. (3) Pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains). (4) Belajar kelompok. (5) Pembelajaran
berbasis alat multimedia. (6) Pembelajaran berbasis kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus
yang dimiliki setiap peserta didik. (6) Pembelajaran ilmu pengetahuan
jamak (multidisciplines). (7) Pembelajaran kritis.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 211

e. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang ada di Finlandia menggunakan
kurikulum Transversal yang bertujuan untuk: (a) kompetensi budaya,
interaksi dan ekspresi (b) multi literasi (c) menjaga diri sendiri dan
mengatur kehidupan sehari-hari (d) berpikir dan belajar untuk belajar (e)
kompetensi kehidupan kerja dan kewirausahaan (g) partisipasi,
keterlibatan dan membangun masa depan yang berkelanjutan.
Sedangkan proses pembelajaran pada Indonesia yaitu, pembelajaran
langsung adalah pembelajaran yang dimana siswa mengembangkan
pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik
melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam
silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran meliputi
meliputi kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasikan atau menganalisis, dan mengkomunikasikan
apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Lalu ada
pembelajaran tidak langsung terjadi selama proses pembelajaran
langsung dilakukan tetapi tidak berwujud kegiatan khusus, berkenaan
dengan pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran negara Finlandia mengutamakan bagaimana peserta didik
untuk meng dirinya, bagaimana cara mencari uang, dan cara membentuk
masa yang akan datang. Sedangkan Indonesia mengutamakan
menganalisis materi dan mengutamakan belajar sikap dan moral.

f. Penilaian

Penilaian yang dilakukan di negara Finlandia adalah penilaian
yang memandu dan mengedepankan pembelajaran, siswa dan wali murid
akan sering menerima hasil dari kemajuan belajar. Setiap tahun juga akan
menerima laporan nilai yang mengedepankan kriteria penilaian yang adil
yaitu, “baik” untuk siswa yang sudah belajar dengan benar dan menerima
hasil yang memuaskan. Sedangkan Indonesia banyak penilaian yang
dilakukan, mulai dari penilaian aspek pengetahuan yaitu untuk
menambah wawasan siswa. Lalu ada aspek keterampilan yaitu berkenaan
dengan pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan memiliki karakter yang terampil. Dan yang terakhir aspek
penilaian sikap dan perilaku yaitu penilaian sikap dan perilaku saat
proses kegiatan belajar.

212 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

C. Penutup
Pendidikan Indonesia masih terlihat jauh dengan pendidikan

yang ada di Indonesia, hal ini dilihat dengan perbedaan yang ada pada
kedua negara tersebut. Walaupun ada beberapa hal yang tidak jauh
berbeda seperti tujuan dan media pembelajaran yang ada pada kedua
negara, namun tetap saja masih banyak hal yang masih tertinggal oleh
negara Finlandia. Oleh karena itu, pemerintah dan kita semua khususnya
calon guru harus lebih memperhatikan dunia pendidikan supaya dapat
bersaing dan menjadi pendidikan yang bagus di dunia.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 213

Analisis Komparasi Sistem Pendidikan Indonesia
dan Finlandia

Oleh: Hana Salsabilla

A. Latar Belakang

Pendidikan di Finlandia pada tahun 1980 tidak lebih baik
daripada pendidikan di Indonesia, namun dalam 30 tahun terakhir
Finlandia mengalami kemajuan yang pesat di Pendidikan (Adha,
2019:147). Ada beberapa hal yang membuat Finlandia maju dalam
pengembangan pendidikan, terutama pada saat sekolah dasar
diantaranya adanya dukungan pemerintah dalam memfasilitasi sarana
dan prasarana pendidikan, serta penyediaan pendidikan yang gratis
untuk semua guru. Sistem Finlandia melandaskan pada kesetaraan,
kerjasama, tanggung jawab dan berbudaya sehingga dapat memberikan
hasil yang sangat efektif dalam mengembangkan pendidikan yang baik
(Putra, 2015). Finlandia sukses memberikan dukungan dan fasilitas dan
menjadi negara yang memperoleh pencapaian yang tinggi dalam
pemerataan pendidikan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan
yaitu sekolah di Finlandia diberikan subsidi sejak pendidikan dasar
sampai perguruan tinggi, sehingga setiap warga negara tanpa terkecuali
dapat menikmati Pendidikan gratis di sekolah Finlandia (Adha et al.,
2019). Sistem perkembangan pendidikan di Finlandia berkedudukan di
posisi sistem pendidikan terbaik di dunia. Dan, beda hal nya dengan
Indonesia dalam penerapannya konsep dasar pendidikan Ki Hajar
Dewantara justru tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan kurang
adanya keselarasan antara lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
atau disebut dengan tripusat pendidikan. Indonesia berupaya memajukan
pendidikan melalui program merdeka belajar yang memberikan
kebebasan bagi guru dalam berinovasi, kreatif dan belajar mandiri dalam
melakukan penyelenggaran pendidikan. Konsep merdeka belajar
mengadopsi sistem pendidikan di Finlandia yaitu dengan memberikan
kebebasan guru untuk berinovasi, mandiri , aktif, kreatif, dan inovatif
dalam aktivitas pembelajaran. Disisi lain Indonesia dan Finlandia
memiliki keunikan sistem pendidikan masing masing dan menerapkan
sistem pendidikan yang terbaik untuk kondisi dan kemampuan negara
masing masing (Muryanti & Herman, 1146).

214 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Di era milenial seperti pada situasi saat ini pendidikan menempati
posisi yang sangat penting dalam perkembangan manusia. Kualitas
sistem pada pendidikan di Finlandia menarik jadi kajian karena
keberhasilannya telah diakui dunia. Ada beberapa perbedaan yang
terdapat di dalam pendidikan di Indonesia dan Finlandia yaitu (1)
Indonesia sistem pendidikan banyak beragam kompetensi sedangkan di
Finlandia mengedepankan prinsip kesetaraan, (2) Indonesia ada sistem
tinggal kelas dan perankingan siswa, Di Finlandia tidak memakai sistem
tinggal kelas dan perankingan, (3) Pembelajaran di Indonesia mencapai
setiap seminggu yaitu +/- 30 jam perminggu, (4) Penerapan sistem di
indonesia pembelajaran banyak di kelas , sedangkan Pembelajaran di
Finlandia mengedepankan metode problem solving, (5) Pemberian tugas
di Indonesia hampir menjadi rutinitas saat pembelajaran tatap muka
sedangkan di Finlandia tidak membebani peserta didik dengan tugas yang
banyak, (6) Pendidik di Indonesia biasanya minimal S1 sedangkan di
Finlandia minimal S2, (7) Di indonesia derajat pendidikan peserta didik
memasuki pendidikan dasar minimal 6 tahun sedangkan di Finlandia
derajat pendidikan peserta didik memasuki pendidikan dasar minimal 7
tahun (Kurnianing Ratri et al., n.d.).

B. Pembahasan

1. Prinsip – prinsip Sistem Pendidikan di Indonesia

Indonesia telah membentuk semua aktivitas pendidikan nasional
melalui peraturan UUD 1945 dalam alinea ke 4 memberitahukan agar
pendidikan Indonesia harus mampu memberi pelayanan terbaik untuk
anak bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Secara
terperinci UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menguraikan secara tertata mengenai sistem pendidikan di Indonesia.
Penguraian prinsip - prinsip pada pendidikan di Indonesia ada didalam
pasal 4 ayat 1 hingga 6. Amanah yang terdapat pada undang- undang
SISDIKNAS pasal 5 ayat 2, yang mengumumkan bahwa hanya warna yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial atau tinggal
di daerah terpencil, serta warga negara yang memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan (2003). Sistem
pendidikan di Indonesia yang terjadi pada saat ini seolah olah merupakan
salah satu bentuk dari amanah pasal tersebut, dimana lembaga
pendidikan nasional begitu semangat untuk melakukan kompetisi.
Pemilihan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dibawah rata-rata
dengan siswa yang memiliki potensi atau kecerdasan dibawah standar
menjadi salah satu bukti yang tersirat (Adha et al., 2019).

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 215

2. Prinsip – prinsip Sistem Pendidikan di Finlandia

Faktor yang menjadi pegangan dalam perkembangan ekonomi
dan peradaban modern di Finlandia adalah pendidikan, keseimbangan
antara pendidikan dan budaya merupakan target strategis yang sangat
penting yang ingin diraih oleh pemerintah finlandia tahun 2015.
Pemerintah Finlandia membuktikan kesejahteraan intelektual, fisik dan
ekonomi melalui akses Pendidikan yang diterapkan seluas luasnya bagi
negaranya. Perbedaan dengan sistem Pendidikan di indonesia di negara
ini persaingan tidak diterima, pasal public Finlandia berpengaruh teguh
pada keyakinan prinsip keadilan, warga Finlandia sangat menjunjung
tinggi prinsip kesetaraan (Adha et al., 2019). Para guru di finlandia sangat
menghindari kritik siswa mereka. Karena jika mereka malu atau minder
hal tersebut akan menghambat mereka dalam pembelajaran di dalam
kelas. Setiap peserta didik diperbolehkan membuat kesalahan, mereka
hanya diminta oleh para pendidik untuk membandingkan hasil ujian
mereka dengan nilai sebelumnya begitulah sistem di Finlandia. Karena
sistem disana sangat menerapkan bangga pada dirinya sendiri dan tidak
adanya ranking karena hanya akan membuat guru memfokuskan diri
pada beberapa siswa yang terbaik di kelasnya (346-Article Text-1780-1-
10-20200921, n.d.).

3. Kurikulum pendidikan dasar di Indonesia dan Finlandia

Secara keseluruhan pemerintahan Finlandia sangat bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan Pendidikan yang ada pada negaranya.
Peserta didik akan diberikan kenyamanan serta dukungan fasilitas. Para
calon peserta didik untuk memiliki pendidikan dasar pada tahap ini
pendidikan ditekankan pada usaha membangkitkan keterampilan anak
melalui kegiatan belajar sambil bermain (Adha et al., 2019). Pendidikan
di Finlandia menggunakan sistem kurikulum struktur tunggal.
Pendidikan dasar ditempuh selama 9 tahun. Pendidikan 6 tahun pertama
akan di didik oleh guru yang sama dalam melaksanakan pembelajaran
(anggoro 2017). Sistem saat ini diberlakukan dengan tujuan agar
pembelajaran dapaat difokuskan untuk mengarahkan keterampilan dan
mengasah potensi yang ada pada setiap peserta didik. Memasuki 3 tahun
terakhir masa pembelajaran peserta didik akan dididik oleh guru mata
pelajaran untuk memperkenalkan ilmu dasar seperti matematika,
sejarah, ilmu sosial, ilmu agama dll. Kurikulum di Indonesia juga memuat
beberapa mata pelajaran utama yakni bahasa, pendidikan agama, PKN,
IPS, matematika, IPA, PJOK. Perbedaan yang sangat terlihat jelas adalah

216 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

bahwa di Finlandia lebih banyak menekankan penguasaan di bidang
Bahasa dan sastra termasuk sastra asing.

Pemerintah di Finlandia tidak menerapkan sistem tinggal kelas
seperti yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia. Kesetaraan adalah
alasan utama dalam diberlakukannya sistem ini. Kegiatan pembelajaran
menjunjung peserta yang baik dan berangsur-angsur untuk
meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam mengarahkan ke
lingkungan sekitarnya. Penerapan pendidikan di Finlandia selalu
menerapkan pemahaman terhadap teori melalui kegiatan pemecahan
masalah terutama dalam ilmu sains.

Jika membandingkan sistem pendidikan di Finlandia dengan di
Indonesia sudah jelas cukup berbeda dengan perbedaan di Finlandia
tidak adanya tinggal kelas dan terlihat perbedaan yang mencolok yaitu
dimana hari efektif pembelajaran sekolah di Finlandia sebanyak 190
hari/tahun sedangkan sistem pendidikan efektif di Indonesia mencapai
230 hari/tahun (Adha et al., 2019). Sistem pendidikan di Finlandia
sangatlah akurat dan amat nyaman yang dilaksanakan dengan
menjunjung tinggi konsep mengembangkan inovasi, keterampilan
melalui proses pembelajaran yang baik.

Prinsip pendidikan di Finlandia membangun kepercayaan dan
soft skill merupakan hal yang utama dibangun di sekolah karena di
kurikulum 2013 juga meletakkan karakter sebagai mata pelajaran dasar
dalam praktisnya terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Dari
observasi di Finlandia terlihat bahwa Finlandia sukses dengan
Pendidikan karakternya sangat terlihat bahwa anak – anak disana terlihat
disiplin, kelestarian lingkungan terjaga, mandiri, saling menghargai dan
tingkat kejujurannya tinggi. Sedangkan, di Indonesia program merdeka
belajar merupakan perwujudan dan liberasi dalam pendidikan.

Merdeka dalam arti kebebasan dalam berkarya dan berinovasi
dalam kegiatan pembelajaran (Muryanti & Herman, 1146). Sistem
pendidikan di Finlandia memberikan kebijakan local pada prioritas
Pendidikan seperti kurikulum lokal, alokasi subsidi, ukuran kelas,
rekrutmen guru, evaluasi guru, dan penjaminan mutu (Anon, 2020).

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 217

Tabel 1 perbedaan sistem pendidikan dasar Indonesia dan
Finlandia

Indonesia Finlandia

Sistem pendidikan banyak berbagai Menjunjung tinggi prinsip kesetaraan
macam kompetisi ada sistem tinggal tidak menerapkan sistem tinggal
kelas dan perankingan. kelas dan perankingan.

Beban belajar setiap minggu +/-40 jam Jam pelajaran 30 jam/ minggu

Pembelajaran lebih banyak di kelas Mengedepankan problem solving

Pemberian tugas terhadap peserta didik Tidak menerapkan sistem pemberian
hampir menjadi agenda rutin setiap tatap tugas yang banyak terhadap peserta
muka didik

Kualifikasi Guru minimal D4 Kualifikasi guru minimal S2

Kualifikasi peserta didik memasuki Kualifikasi peserta didik memasuki
Pendidikan dasar minimal 6 tahun Pendidikan dasar minimal 7 tahun

Dari gambaran di atas antara sistem di Finlandia dan Indonesia
sangat berbeda sekali dengan tidak adanya ranking seprti di Indonesia
justru dibanggakan anak anak yang mendapatkan dr para guru di
sekolahannya dibalik itu ada pengkerdilan mental dan karakter anak anak
yang tidak mendapatkan peringkat tidak akan minder atau merasa tidak
dibanggakan hasil usahanya oleh guru gurunya malah yang dijadikan
perhatian adalah mereka yang mendapat ranking saja. Di Finlandia tidak
gampang untuk mengubah sistem kurikulum yang sudah ada, sedangkan
di Indonesia hampir setiap pergantian Menteri Pendidikan, kurikulum
pendidikan nya pun ada peluang akan ikut diganti dan inilah salah satu
faktor penghambat majunya Pendidikan di Indonesia.

218 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

4. Sarana dan prasarana pendidikan Indonesia dan
Finlandia
Kualitas bangunan yang ada di sekolah tidak bisa menggambarkan

sebagai kualitas pendidikan sedangkan di Finlandia telah
membuktikannya. Hal ini dikarenakan siswa tidak belajar di kelas kelas,
mereka boleh belajar di sudut-sudut ruangan dengan mempelajari materi
pelajaran apapun dengan cara seperti itu kita bisa melakukan apa saja
secara bebas. Guru memberi saran kepada siswa bermain jika siswa telah
bosan atau penat belajar didalam kelas saja. Hampir seluruh proses
belajar mengajar diadakan di dalam kelas, siswa hanya duduk manis
dibngkunya dan hanya memerhatikan guru berceramah di depan kelas
(Adha et al., 2019).

Sekolah dasar di Finlandia menyediakan lingkungan yang
nyaman, kondusif dan menyenangkan. Guru anak di Finlandia didorong
untuk berinovasi dan kreatif di dalam pembelajaran. Pendidikan di
Finlandia lebih menerapkan pembelajaran diluar ruangan agar peserta
didik tidak merasa bosan dan monoton, pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja seperti lingkungan sekolah, taman, kebun sekolah untuk
mempelajari pelajaran biologi habitat komunitas tanaman dan hewan
yang ada di hutan (Muryanti & Herman, 1146).

Gambar 1 Kegiatan pembelajaran diluar kelas

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 219

Fasilitas yang terdapat pada bimbingan konseling bagi siswa
diwajibkan oleh pemerintahan Finlandia. Guru akan memberikan
kepedulian yang lebih kepada siswa yang memiliki gangguan psikologis
maupun mental, sedangkan peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus di Indonesia biasanya akan bersekolah di sekolah luar biasa tidak
pada sekolah biasa (346-Article Text-1780-1-10-20200921, n.d.). Di
Finlandia menerapkan sistem di sekolah bahwa siswa di Finlandia
mendapat makan siang secara gratis dengan makanan yang sangat bergizi
tinggi agar kecerdasan siswa dipercaya dipengaruhi dengan asupan gizi
dan protein yang baik. Generasi penerus bangsa di Finlandia sangat
diperhatikan oleh pemerintahannya, berbeda dengan Indonesia, di
Indonesia sekolah yang berkelas tinggi hanya bisa dinikmati oleh anak
yang memiliki orang tua berpenghasilan tinggi, sehingga kesuksesan
untuk melewati pendidikan yang cukup berkualitas bagi masyarakat
sedangkan yang memiliki orang tua dengan berpenghasilan rendah
dinilai cukup memberatkan akses mendapatkan Pendidikan yang
berkualitas inilah juga yang semakin menimbulkan kesenjangan antara
masyarakat (Kurnianing Ratri et al., n.d.).

220 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, H. (2016). Perbandingan Pendidikan di Negara Brunei Darussalam dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hikmah: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(1), 01-
22.

Abdullah, A. (2007). Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah. Pendidikan
Dan Kebudayaan.

Absawati, H. (2020). Telaah Sistem Pendidikan Finlandia : Penerapan Sistem Pendidikan
Terbaik Dunia Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Elementary : Kajian Teori Dan Hasil

Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, 3(2), 64–70.

http://journal.ummat.ac.id/index.php/elementary/article/view/213

Acara. (2021). The three dimensions of the Australian Curriculum. YouTube.Dr. H.
Ahmad Qurtubi, M. . (2020). Perbandingan Pendidikan. CV. Jakad Media
Publishing.

Adha, M. A., Gordinsona, S., Ulfatin, N., & Supriyanto, A. (2019). Analisis Komparasi
Sistem Pendidikan Indonesia dan Finlandia Maulana Amirul Adha Universitas
Negeri Malang. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3(2), 145–160.
http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JSMPI

Afifah, N. (2015). Sistem Pendidikan di Indonesia. Jurnal Auladuna, 2(2), 233–245.

Afriliani, M. (2021). Sistem Pendidikan Negara Indonesia yang Tertinggal dari Korea

Selatan dan Perbandingan Sistem Pendidikannya. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(1), 1534–1543.

Amirin, T. M. (2012). Implementasi pendekatan pendidikan multikultural kontekstual

berbasis kearifan lokal di Indonesia. Jurnal pembangunan pendidikan:

Fondasi dan aplikasi, 1(1). Pendidikan Finlandia.” 2017.
Anggoro, S. 2017. “Keberhasilan

https://www.researchgate.net/publication/321696140_Keberhasilan_Pendidikan_

Finlandia.

Aniswita dkk Sistem Pendidikan Jepang : Studi Komparatif Perbaikan Pendidikan
Indonesia [Journal]. - Dewantara : [s.n.], 2021. - Vol. Vol. XI.

Anwar, C., & Utomo, R. (2012). Key University Di China. Galangpress.

Aslindah, A. (2015). PENDIDIKAN ISLAM DI MALAYSIA: Jenis, Jenjang, Kebijakan,

dan Tujuan Pendidikan. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan, 18(1), 16–26. https://doi.org/10.24252/lp.2015v18n1a2

Asri, M. (2017). Dinamika Kurikulum Di Indonesia. Modelling: Jurnal Program Studi
PGMI, 4(2), 192–202.

Asriati, N. (2012). Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan Lokal

Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora,
3(2), 106–119. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPSH/article/view/3663/3670

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 221

Asril. (2014). Singapura Sebagai Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik Di Asia
Tenggara. Warta Sejarah.

Assegaf, A. R. (2013). Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern (II). Rajawali Pers.

Astawa, I. N. T. (2017). Memahami peran masyarakat dan pemerintah dalam kemajuan
mutu pendidikan di Indonesia. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2), 197-205.

Aulia, S. (2013). Desentralisasi Kebijakan pendidikan (studi tentang pelaksanaan wajib
belajar 12 tahun di kota surabaya pada tingkat pendidikan menengah dan
kejuruan). Jurnal Politik Muda, 2(1).

Aziz, A. (2012). Japanese Education And Japanese Elementary School. Madrasah, 1(2).
https://doi.org/10.18860/jt.v1i2.1847

Azzahra, N. (2020). Addressing Distance Learning Barriers in Indonesia Amid the Covid-
19 Pandemic. doi: 10.35497/309162

Bayar, S. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指
標に関する共分散構造分析Title. 2(2), 505–525.

Berpengetahuan. TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan, 2(1), 355–
377. https://doi.org/10.52266/tadjid.v2i1.107

Bestari, N. (2020). 2020: Pertama Dalam Sejarah, Sekolah Tutup Beralih ke Online.
Retrieved 19 November 2021, from
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20201231175605-37-212819/2020-
pertama-d alam-sejarah-sekolah-tutup-beralih-ke-online

Binkley, C. (2020). How U.S. schools are planning for possible spread of coronavirus.
Time. Retrieved 19 November 2021, from https://time.com/5792377/us-schools-
coronavirus-plans/

Blazar, D, and M Kraft. 2017. “Teacher and Teaching Effects on Students’ Attitudes and
Behaviors.” Educational Evaluation and Policy Analysis 39 (1): 146–70.
https://doi.org/DOI: 10.3102/0162373716670260.

Bogor, M., Bagja Sulfemi, W., Korespondensi, Mp., & Muhammadiyah Bogor, S. (n.d.).
Prosiding Seminar Nasional STKIP Kompetensi Profesionalisme Guru Indonesia
Dalam Menghadapi Mea.

Caraka Putra Bhakti, dan M. A. N. G. (2018). Model pendidikan profesi guru:
perbandingan Indonesia dan Finlandia.

Charlene Tan, Kim Koh, & William Choy. (2016). The Education System in Singapore.
Asian Education Systems, 10.

Churiyah, M., Sholikhan, S., Filianti, F., & Sakdiyyah, D. (2020). Indonesia Education
Readiness Conducting Distance Learning in Covid-19 Pandemic Situation.
http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v7i6.1833

Citra Kukrniawan. (1988). Umpan Balik Gambar 1. Hubungan sistem pendidikan dengan
masyarakat sebagai supra sistem (Sumber : Muhammad Dimyati,1988).

222 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Corwin, Daga, A. T. (2020). Sekolah Dasar Di Malaysia , India Dan Indonesia. Edukasi
Sumba (JES), 4, 24.

Dan Bima Wahyu Widodo, N. E. (2016). Desentralisasi Pendidikan Dan Peran Aktif
Masyarakat Menuuju Pendidikan Berkualitas. Jurnal Penelitian, 10(1), 147–172.
https://doi.org/10.21043/jupe.v10i1.866

Dasar, K. (n.d.). Konsep dasar, kebijakan, dan pedoman evaluasi diri dalam rangka
akreditasi perguruan tinggi.

Daud, R. M. (2019). Sistem pendidikan Finlandia suatu alternatif sistem pendidikan
Aceh. Indonesia: Fakutas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry, 53(9), 21–36.

Dewantara pada Abad ke 21. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 298–303.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i2.299

Disas, E. P. (2017). Analisis Kebijakan Pendidikan Mengenai Pengembangan Dan
Peningkatan Profesi Guru. Jurnal Penelitian Pendidikan, 17(2).
https://doi.org/10.17509/jpp.v17i2.8251

Dofir. (2020). Analisis Kontrastif Pendidikan Di Indonesia, Di Finlandia, Dan Ajaran Ki
Hajar Dewantara. Jurnal Ta’dib, 18(1), 49–62.

Dofir. (2020). Analisis Kontrastif Pendidikan Di Indonesia, Di Finlandia, Dan Ajaran Ki
Hajar Dewantara. Jurnal Ta’dib, 18(1), 49–62.

Don, Y, D. (2006). Kepemimpinan dan pembangunan pelajar sekolah di Malaysia. PTS
Profesional Publishing.

Dwi, K, dkk. Pendidikan Indonesia di Masa Depan : Tinjauan Kesesuaian Pendidikan di
Finlandia dengan Ki Hajar Dewantara. Seminar Nasional - Jurusan Administrasi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Dzudzek, I., & Lindner, P. (2015). Performing the Creative-Economy Script:
Contradicting Urban Rationalities at Work. Regional Studies, 49(3), 388–403.
https://doi.org/10.1080/00343404.2013.847272

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 174–179.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.246

Elise, M. (2021). Studi Perbandingan Sistem Pendidikan Dasar di Indonesia dan
Finlandia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3).

Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, A. N. (2016). Transformasi Pendidikan Abad
21 Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, 1, 263–278.

Faradiba, F., & Lumbantobing, S. S. (2020). Perbandingan Penerapan Kebijakan
Pendidikan Indonesia Dengan Finlandia. School Education Journal Pgsd Fip
Unimed, 10(1), 65. https://doi.org/10.24114/sejpgsd.v10i1.18067

Fatoni, S. (2014). The wisdom of Gus Dur (1st ed.). Imania.
Fauziah, F. (2019). Civic Education Di Negara Korea Selatan Dan
Fawzi, F. R., & Surbiantoro, E. (2021). Analisis Konsep Pendidikan Deschooling Society

Ivan Illich dan Konsep Pendidikan Muhammad Abduh. Prosiding Pendidikan
Agama Islam, 7(1), 74–81.
karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/pai/article/viewFile/26222/pdf
Feisyal, M. A., Bekti, H., Suprayogi Sugandi, Y., & Magister Administrasi Publik, P.
(2020). Manajemen Pendidikan Di Negara Cina. Equilibrium: Jurnal Penelitian
Pendidikan dan Ekonomi. 17(2), 51–60. https://doi.org/10.25134/equi.v17i02

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 223

Firman, H., & Tola, B. (2008). The Future of Schooling in Indonesia. Journal of
International Cooperation in Education, 11(1), 71–84.

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35520130/11-

1Firman_Tola.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires

=1475938043&Signature=fa3vwUN5erzedvhQ3w04pffEKAI=&response-

content-disposition=inline; filename=The_Future_of_Schooling_in_Indonesia.pd

Fitri, S. F. N., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan di Era
Globalisasi dalam Mencegah Degradasi Moral. Ensiklopeia of Journal, 3(3), 96–

102.

Gay, M. (2016, Juni). Tugas Dan Tantangan Guru: Membangun Kualitas Guru :

Membangun Kualitas Guru Menuju Pengembangan Pendidikan Bermutu. Jurnal

Pendidikan, 13, 260-271.

Ginanjar, M. H. (2012). Reformasi pendidikan dan strategi pembaharuan sistem

pendidikan nasional di era global. Edukasi Islami:Jurnal Pendidikan Islam, 1(1),
1–26.

Gleeson, Jim, Klenowski, Looney, V. and, & Anne. (2020). Curriculum change in

Australia and Ireland: A comparive study of recent reforms. Journal of Curriculum

Studies, 52(4), 478–497.

Griffiths, B. (2016). A Faculty’s Approach to Distance Learning Standardization.

Teaching and Learning in Nursing,11(4), 157–162.

https://doi.org/10.1016/j.teln.2016.04.004

Hairani, E. (2018). Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat

Hartono. (2014). Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013 Character Education In

Curriculum 2013. Jnana Budaya. 19 (2), hlm. 259-268.

Haryanto, B. (2015). Perbandingan Pendidikan Islam Di Indonesia Dan Malaysia

Comparison of Islamic Education in Indonesia and Malaysia. Adabiyah Jurnal
Pendidikan Islam, 1(1), 79–96. www.unsika.ac.id

Hasnul, Nirsantono. (2011). Kurikulum Internasional Pendidikan. Jurnal Perspektif Ilmu

Pendidikan. 23(14), hal: 46.

Hewi, L., Shaleh, M., & IAIN Kendari, P. (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme

For International Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada
Pendidikan Anak Usia Dini). 04(1), 30–41.
Hidayat, D. (2004). Kebijakan Desentralisasi Bidang Pendidikan. 022, 334–339.

Hidayat, R., & Patras, Y. E. (2013). Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional Indonesia.
International Seminar on Quality and Affordable Education (ISQAE), 2, 79–88.

Himami Absawati. (2020). Telaah Sistem Pendidikan di Finlandia : Penerapan Sistem
Pendidikan Terbaik Di Dunia Jenjang Sekolah Dasar. 3(64–70).

Hopkins, D., & Harris, A. (1997). Improving the quality of education for all. Jurnal
Dinamika Pendidikan, 12(4), 147–151.

https://doi.org/10.14710/kiryoku.v2i4.48-57

Husan, M. (2019). Jurnal Wahana Pendidikan. Jurnal Informasi Dan Pengembangan
Pendidikan, 5(2), 57–58.

I Putu, S. (2019). Diversita Sistem Pendidikan di Finlandia dan Relevansinya dengan

Sistem Pendidikan di Indonesia. Jurnal Maha Widya Bhuwana , 2(2).

224 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Ilham, D. (2019). Menggagas Pendidikan Nilai Dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(3), 109–122.

Illich, Ivan. 1971. Deschooling Society. New York : Marion Boyars.
Isri, S. (2015). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan

Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 25.
https://doi.org/10.14421/jpi.2015.41.25-47
Izumi, 3(1), 69. https://doi.org/10.14710/izumi.3.1.69-80
Jahroh, W. S., & Sutarna, N. (2016). Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengatasi
Degradasi Moral. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, 395–402.
Johan, T. S. (2018). Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi Dunia.
Deepublish.
Judiani, S. (2010). Impplemnetasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar dan Menengah,
Kemendiknas. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(Pendidikan), 280–288.
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, 2001,(Cet.XV, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia).
K, R. (2015). Pembiayaan Pendidikan Di Indonesia. Jurnal Pendas, 2(1), 43–64.
https://doi.org/10.30659/pendas.2.1.43-64
Kaimuddin. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum 2013.
Dinamika Ilmu. 14 (1), hlm. 47-63.
Kementrian Pendidikan Indonesia . (2021, Jan 27). Pagu Anggaran Kemendikbud Tahun
2021 Sebesar Rp81,5 Triliun. Retrieved from Kementrian Pendidikan Indonesia :
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/01/pagu-anggarankemendikbud-
tahun-2021-sebesar-rp815-triliun
Khatri, H. (2019). Indonesian users in sparsely-populated urban areas connect to 4G more
than 70% of the time. Opensignal.
Khoiri, A. (2019). Meta Analysis Study: Effect of STEM (Science Technology
Engineering and Mathematic) towards Achievement. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 9(1), 71–82. https://doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2937
Koh, A. (2014). Doing class analysis in Singapore's elite education: unravelling the
smokescreen of ‘meritocratic talk’. Globalisation, Societies and Education, 34.
Korucu, A. T., & Alkan, A. (2011). Differences between m-learning (mobile learning)
and e-learning, basic terminology and usage of m-learning in education. Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 15, 1925–1930.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.029
Kosim, M. (2011). Pendidikan Islam di Singapura. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam,
11(2), 433. https://doi.org/10.21154/al-tahrir.v11i2.43
Kosim, Mohammad. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter. Karsa. 11 (1), hlm. 85-92
Kristien, A. (2019). Pembelajaran STEM di NYPi Singapura sebagai Inspirasi Pendidikan
di Indonesia. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 4(1), 1–11.
Kurnianing Ratri, D., Supriyanto, A., & Yusuf Sobri, A. (n.d.). Seminar Nasional-Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19 Pendidikan Indonesia
Di Masa Depan: Tinjauan Kesesuaian Pendidikan Di Finlandia Dengan Ki Hadjar
Dewantara.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 225

Kurniawan, C. (2017). Wawasan Pendidikan : Studi Komparatif Sistem Pendidikan di
Beberapa Negara Maju ( Korea Selatan dan Jepang).
https://doi.org/10.31227/osf.io/27x6s

Lase, B. P. (2016). Pendidikan dan nilai-nilai Budaya: Perbandingan pendidikan antara
Indonesia, Australia, USA, dan Jepang. Jurnal Didaktik, 10(2), 1813– 1824.

Leni, N. (2019). Faktor yang Membuat 7 Negara (Finlandia, Korea Selatan, Hongkong,
Jepang, Singapura , Belanda, Kanada) Diakui Memiliki Sistem Pendidikan
Terbaik di Dunia dalam Kajian Antropologi dan Matematika. Prosiding Seminar
Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, 219–229.

Lu’luil Maknun, A. R. (2018). Telaah Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Sekolah
Dasar Di Finlandia Serta Persamaan Dan Perbedaannya Dengan Kurikulum 2013
Di Indonesia. Prosiding Seminar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar, 64-70.

Maknun, L. & Royani, A. (2019). Telaah Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Sekolah
Dasar Di Finlandia Serta Persamaan Dan Perbedaannya Dengan Kurikulum 2013
Di Indonesia. Prosiding Seminar Dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar 2018,
64–70. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/psdpd/article/view/9947

Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta, INIS, 1–16.
Maulana, A, dkk. (2019). Analisis Komparasi Sistem Pendidikan Indonesia dan

Finlandia. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3(2)
Michie, M. (2019). Perbandingan Kurikulum 2013 Indonesia dengan Kurikulum

Australia dengan Fokus pada Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 19(2), 257–268. https://doi.org/10.17509/jpp.v19i2.19770
Montanesa, D., & Firman, F. (2021). Perbandingan Sistem Pendidikan Indonesia dan
Jepang. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 174–179.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.246
Morgan, H. (2020). Best Practices for Implementing Remote Learning during a
Pandemic. The Clearing House: A Journal Of Educational Strategies, Issues And
Ideas, 93(3), 135-141. doi: 10.1080/00098655.2020.1751480
Mu’ammar, M. A. (2016). Gagasan Pendidikan Ivan Illich (Sebuah Analisis Kritis). At-
Ta’dib, 3(2), 141–161.
Mubarak, A. Zaki. (2019). Sistem Pendidikan di Negara Kangguru. Jakarta: Gading
Pustaka.
Mulyadi, B. (2014). Model Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat Jepang. Izumi,3(1),
69. https://doi.org/10.14710/izumi.3.1.69-80
Mulyadi, B. (2019). Model Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dan Anak Usia Sekolah
Dasar Di Jepang. Kiryoku, 3(3), 141. https://doi.org/10.14710/kiryoku.v3i3.141-
149
Munirah. (2015). Education System in Indonesia: between desire and reality. Auladuna,
2(2), 233–245.
Munirah. (2015). Sistem Pendidikan di Indonesia: Antara Keinginan dan Realita. Jurnal
Aula Duna. 2(2), hal: 233.
Muryanti, E., & Herman, Y. (1146). Pages 1146-1156 Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini. Universitas Mahaputra Muhammad Yamin, 6(3), 2022.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1696

226 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Muryanti, E., & Herman, Y. (2022). Studi Perbandingan Sistem Pendidikan Dasar di
Indonesia dan Finlandia. 2(2), 1146–1156.

https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1696

Mustadi, A. (2020). Landasan pendidikan sekolah dasar (Vol. 174). UNY Press.

Nanggala, A., & Suryadi, K. (2020). Analisis Konsep Kampus Merdeka Dalam Perspektif

Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme Dan Perenialisme.

Nani Roslinda. (2013). Membandingkan Sistem Pendidikan Finlandia dengan Sistem

Pendidikan Indonesia.
Nasution, E. (2008). Problematika Pendidikan di Indonesia Oleh : Urnal Fakultas

Ushuluddin Dan Dakwah IAIN Ambon, 1–10.

Nik Pa, Nik Aziz dan Idris, Noraini. (2008). Perjuangan Memperkasakan Pendidikan di

Malaysia: Pengalaman 50 Tahun Merdeka. Kuala Lumpur: Utusan Publication &

Distributors Sdn Bhd.
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. “Pengembangan Sumber Daya Manusia.” Jurnal LPPM

Bidang EkoSosBudKum 2 (1): 124.

Novalita, R. (2019). Perbandingan Pendidikan Negara Belgia Dengan Negara Indonesia.
Jurnal Spasial, 4(3), 75–84. https://doi.org/10.22202/js.v4i3.2395

Nurhalita, N., & Hudaidah, H. (2021). Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hajar

Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi Oleh: Nurkholis

Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus Universitas Negeri Jakarta Dosen Luar Biasa

Jurusan Tarbiyah STAIN

Nurwahyuni, Katwan dkk. (2021). Sejarah Sistem Pendidikan di Indonesia dari Masa ke

Masa: Sebuah Studi Literatur. Jurnal Berkala Ilmiah Pendidikan. 1(2), hal: 57.
Oliver, M., & Trigwell, K. (2005). Can ‘blended learning’be redeemed? E-Learning and

Digital Media, 2(1), 17–26.
Parker, Lyn, and R Raihani. 2011. “Democratizing Indonesia through Education

Community Participation in Islamic Schooling.” Educational Management
Administration & Leadership 39 (6): 712–32.

https://doi.org/10.1177/1741143211416389.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan Di Jepang. Kiryoku, 2(4), 48.

Pentahapan Kurikulum Pendidikan di Indonesia). Al-Adabiya, 10(8), 4.

Retrievedfromhttp://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/alabadiy

ah/article/view/2792

Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada

Satuan Pendidikan Formal.

Prakoso, T., Ristiyani, Izhar, Leoni, T. D., Rahmayanti, I., Qomariyah, U., &

Rokhmansyah, A. (2021). Bunga Rampai: Studi Komparatif Pendidikan Indonesia

dan Negara-negara lain. LPPM UNNES.

Puspitarini, D. (2019). Pendidikan Dasar Di Indonesia, Jepang, Dan Amerika Serikat.

Seminar Nasional Pagelaran Pendidikan Dasar Nasional (Ppdn), 346-361.

Putra, A. (2017). Mengkaji Dan Membandingkan Kurikulum 7 Negara (malaysia,

Singapura, Cina, Korea, Jepang, Amerika Dan Finlandia).

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 227

Ratri, D. K., Supriyanto, A., & Sobri, A. Y. (2020). Pendidikan Indonesia di Masa Depan:

Tinjauan Kesesuaian Pendidikan di Finlandia dengan Ki Hadjar Dewantara.

Seminar Nasional Arah ,35–40.

http://conference.um.ac.id/index.php/apfip/article/view/370 )1384.

RI. (2020, Feb 04). Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama di Sejumlah

Bidang. Retrieved from Presiden Republik Indonesia:

https://www.presidenri.go.id/siaran-pers/indonesia-singapura-sepakattingkatkan-

kerja-sama-di-sejumlah-bidang/

Risdianto, E. (2019). Analisis Pendidikan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0.Research
Gate, April, 0–16.

Ristianti, D. H., Danim, S., Winarto, H., & Dharmayana, I. W. (2019). The Development

Of Group Counselling Assessment Instruments. International Journal of Scientific
& Technology Research, 8(10), 267–272. Retrieved from

http://www.ijstr.org/paper-references.php?ref=IJSTR-1019-23814.

Rizkita, K., & Supriyanto, A. (2020). Komparasi kepemimpinan pendidikan di Indonesia

dan Malaysia dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Jurnal Akuntabilitas
Manajemen Pendidikan, 8(2), 155–164.

https://doi.org/10.21831/jamp.v8i2.32362

Rosyada, D. (2014). Pendidikan multikultural di Indonesia sebuah pandangan

konsepsional. SOSIO- DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(1), 1-

12.

Rozak, A. (2021). Kebijakan Pendidikan Di Indonesia. Journal of Islamic Educatioan,

Volume 3 (2), Hlm 197-208.

Rusdan, Ismail Suardi Wekke. (2017). Minoritas Muslim di China: Perkembangan,

Sejarah dan Pendidikan. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. 10(1), hal: 166
Sa’adah, M. (2020). Studi komparatif reformasi pendidikan di Singapura dan Indonesia.

Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 7(1), 70–79.

https://doi.org/10.21831/jppfa.v7i1.25273

Sahban, M. A. (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang (Vol.

1). Sah Media.
Sahlberg, P. (2010). The Secret to Finland’s Success: Educating Teacher. Stanford Center

for Opportunity Policy in Education.
Saleh, M. N. I. (2015). Perbandingan Sistem Pendidikan di Tiga Negara ; Mesir , Iran dan

Turki. Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 49–70.

https://doi.org/10.14421/jpi.2015.41.49-70 Retrieved from:

https://www.opensignal.com/2019/11/12/indonesian-users-in-sparsely-

populated-ru ral-areas-connect-to-4g-more-than-70-of-the-time

Sari, D. M., Pendidikan, J., Olahraga, K., Keolahragaan, F. I., & Semarang, U. N. (2019).

Journal of Sport Coaching and Physical Education Profil Manajemen Jurusan

Sport Management Ite ( Institute Of Technical Education ) College East Singapore

Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dimiliki oleh setiap individu . Aspek
yang harus diperhati. 4(2), 104–115.

Seli Muhammad Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Full Day School

di Sekolah Alam Bilingual Madrasah Tsanawiyah Surya Buana Lowokwaru

[Journal]. - Malang : UM Malang, 2009.

228 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Septiani, R., Widyaningsih, S., & Iqomh, M. K. B. (2019). Tingkat perkembangan anak

pra sekolah usia 3-5 tahun yang mengikuti dan tidak mengikuti Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD). Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 4(2), 114–125.

Setiadi, H. (2016). Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013 - the Implementation of

Assessment in the Curriculum 2013. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan,

20(2).

Shobahiya, M. (2008). Sistem Pendidikan ( Studi Komparasi antara Indonesia dan Jepang
). Ishraqi, IV(1), 73–91.

Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem

Pendidikan Indonesia. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 1(1), 10.

https://doi.org/10.32585/jkp.v1i1.12

Siti, E., Aisyah, N., Hardini, M., Riadi, B., & Islam, P. A. (2021). Peran Teknologi Dalam

Pendidikan Agama Islam Pada Globalisasi Untuk Kaum Milenial ( Pelajar). 1(1),
65–74.

Sobri, A. Y., & Ningrum, E. S. (2015). Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Manajemen Pendidikan, 24(5), 416–423. https://bit.ly/3wcNukr

Soetantyo, S. P. (2013). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa sekolah

dasar. Jurnal Pendidikan, 14, 44--51.

Solekhul, A. (2013). Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan Kurikulum 2013

Tingkat SD/MI. Jurnal Al Bidayah, 5(2)

Suardipa, I. P. (2019). Diversitas Sistem Pendidikan Di Finlandia Dan Relevansinya

Dengan Sistem Pendidikan Di Indonesia. Maha Widya Bhuwana, 2(2),
68–77.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/bhuwana/article/view/386

Suastika, I. N. (2021). Analisis Komparasi Social Studies di China dan Korea Selatan.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiskha, 9(1), 60–69.

Sudarsana, I. K. (2016). Peningkatan Mutu Pendidikan Luar Sekolah Dalam Upaya

pembangunan Sumber Daya Manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, 1(1), 1.

https://doi.org/10.25078/jpm.v1i1.34

Sudrajat, A. (2011). Mengapa Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Karakter, I(1),
47–58. https://doi.org/10.21831/jpk.v1i1.1316

Suhartono Wiryopranoto, Prof. Dr. Nina Herlina, M. S,, Prof. Dr. Djoko Marihandono,,
& Dr. Yuda B Tangkilisan. (2017). Ki Hajar Dewantara ”Pemikiran dan
Perjuangannya”. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan .

Sujana, I. W. (2019). FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN INDONESIA. Jurnal

Pendidikan Dasar, Volume. 4, Nomor 1 29-39.

Sultoni, Achmad. (2016). Pendidikan Karakter dan Kemajuan Negara: Studi

Perbandingan Lintas Negara. Journal of Islamic Education Studies. 1 (1), p. 184-

207

Sumintono, Bambang. (2012). Pendidikan Moral di Malaysia: Tantangan dan

Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Pendidikan Karakter. 2 (1),

hlm. 14-22.
Susanto DH. (2011). Pedoman evaluasi program. 6–10.

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 229

Susilawati, W. (2016). Analisis Kurikulum dan Sistem Pendidikan Matematika di Korea
Selatan. Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP, 7(2).
http://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/jip/article/view/72

TAN, C. (2006). Education Developments and Reforms in Singapore. Educational
developments and reforms in Singapore, 135.

Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun 2015
(Indonesia’s PISA Results in 2018 are Lower than 2015). 2018–2019.

UU RI NO.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Kreasi.
Warlizasusi, J. (2017). Reformasi Pendidikan Dalam Rangka Peningkatan Mutu

Pendidikan di Kabupaten Rejang Lebong. Tadbir : Jurnal Studi Manajemen
Pendidikan, 1(2), 125. https://doi.org/10.29240/jsmp.v1i2.243
Wekke, I. S., & Rusdan, R. (2018). Minoritas Muslim di China: Perkembangan, Sejarah
Dan Pendidikan. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10(1), 143–
174. https://doi.org/10.24042/ijpmi.v10i1.2359
Wicaksono, A. G. (2018). Fenomena Full Day School Dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 1(1), 10.
https://doi.org/10.32585/jkp.v1i1.12
Wicaksono, A. G., & Sayekti, I. C. (2020). Bagaimana perbandingan kurikulum 2013
dengan kurikulum Australia pada mata pelajaran IPA? Natural: Jurnal Ilmiah
Pendidikan IPA, 7(1), 21. https://doi.org/10.30738/natural.v7i1.8117
Widisuseno, I. (2019). Pola Budaya Pembentukan Karakter Dalam Sistem Pendidikan Di
Jepang. Kiryoku, 2(4), 48. https://doi.org/10.14710/kiryoku.v2i4.48-57
Wijaya, H., & Helaluddin. (2018). Hakikat Pendidikan Karakter. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1–11.
Wijaya, I. E. (2017). Studi Komparatif Pendidikan di Kawasan Asia (RRC, Korea
Selatan, Jepang. Jurnal Pendidikan Dan Budaya, 12(1), 48–66.
Wilhelmus, O. R. (2018). Pendidikan Multikultural Di Indonesia: Arah dan Manfaatnya.
JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 19(10), 13-26.
Wirianto, D. (2014). Perspektif historis transformasi kurikulum di Indonesia. Islamic
Studies Journal, 2(1)
Yanuarti, E., & HS, D. P. S. (2020). Analisis Perbandingan Pendidikan Multikultural
(Indonesia, Amerika, Kanada, Inggris). At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan
Islam, 19(1), 46-65.
Yudi, dkk. (2020). Manajemen Pendidikan di China. Jurnal Penelitian Pendidikan dan
Ekonomi. 17(2), hal: 52.
Yulanda, N. (2019). Perbandingan Kurikulum Social Studies Di Korea Selatan Dan
Brunei Darussalam. Research and Development Journal of Education, 5(2), 26.
https://doi.org/10.30998/rdje.v5i2.3767
Yusuf, W. F. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 (K-13) Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (SD). Jurnal Al-Murabbi, 3(2), 263- 278.
Zarman, W. (2017). Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah Mudah \& Efektif. Kawan
Pustaka.
Zhao, Y. (2012). World Class Learners: educating creative and enterpreneurial student.
Zulfatmi, Z. (2013). Reformasi Sekolah (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Ivan Illich).
Jurnal Ilmiah Didaktika, 14(1), 221–237. https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.498

230 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka

Lampiran:

STRUKTUR TIM PENYUSUN

Pengarah :

1. Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd.
2. Ika Yatri, M.Pd.
3. Ahmad Ruslan, M.Pd.

Ketua : Windi Sinta Puspitasari

Sekertaris : Afifatul Aliyah
Bendahara
Tim Konsep : Nanda Syafira A

:

1. Intan Tribuana D
2. M. Yusuf
3. Septriawan P
4. Shofa Ainurrahmah

Tim Editor :
1. Afifah Nur F
2. Al Fauzi N
3. Annisa Dyah Ika P
4. Atikah Devi R
5. Chintya Nurul A
6. Dinda Vica D
7. Fahri Ashari
8. Fani Rizkiyana
9. Indriawati
10. Mila Martha
11. Nur Fadla Z
12. Octy Hanifah
13. Reza Nurrachmawati
14. Siti Habibah H

Tim Cover :

1. Agnia Nur F.
2. Fauzan Juliansyah
3. Gita Lestari P
4. Hana Salsabila A

Komparasi Pendidikan Indonesia dan Luar Negeri – 231

5. Sayyidunah Intan N.I
Tim Layout :

1. Jihan Nazira T.Y
2. Kania Putri P
3. Lutfi Irawan
4. Meylisa Tri M
5. M. Farhan Maulana
Tim Publikasi dan Percetakan:
1. Ariani Bestari
2. Aulia Tri Utami
3. Elin Kasmila N
4. Nabila Danianty
5. Wafa Lu’luah M
Tim Anggaran:
1. Bela Maharani
2. Ochita Ratna S
3. Priska Anggita P
4. Saphira Aulia R

232 – Ahmad Ruslan dan Mahasiswa 7G PGSD FKIP Uhamka


Click to View FlipBook Version