The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisi tentang materi kategori kata yang digunakan sebagai bahan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia kelompok peminatan kelas X SMA/sederajat.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ivanlistyawan, 2021-06-07 03:41:39

Buku Digital Kategori Kata

Buku ini berisi tentang materi kategori kata yang digunakan sebagai bahan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia kelompok peminatan kelas X SMA/sederajat.

Keywords: Bahasa Indonesia,Buku Materi

BUKU AJAR

BAHASA
INDONESIA

SMA/Sederajat Peminatan

Materi kategori kata

Ivan Agus Listyawan
195110700111030

KELAS

X

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
tercurah sehingga penulis bisa menyelesaikan buku ajar Bahasa Indonesia yang digunakan
untuk SMA/Sederajat kelas X. Adapun tujuan disusunnya buku ini adalah upaya agar siswa
dapat dengan mudah belajar kategori kata dalam Bahasa Indonesia.

Penyelesaian buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, terutama penerbit.
Penulis berharap agar buku ini dapat berguna bagi guru maupun siswa Ketika kegiatan belajar
mengajar.

Penulisan buku ajar ini masih perlu penyempurnaan lebih lanjut. Untuk itu, penulis
sangat berterimakasih apabila pembaca dapat membantu memberikan masukan untuk
menjadi perbaikan.

Malang, Juni 2021

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………. ii

A. Kategori Kata dalam Bahasa Indonesia…………………………………………………………….. 1
Kegiatan 1…………………………………………………………………………………………………. 1
Nomina……………………………………………………………………………………………………… 3
Pronomina………………………………………………………………………………………………… 4
Verba………………………………………………………………………………………………………… 6
Kegiatan 2…………………………………………………………………………………………………. 8
Adjektiva…………………………………………………………………………………………………… 9
Numeralia…………………………………………………………………………………………………. 10
Adverbia……………………………………………………………………………………………………. 11
Kata Tugas…………………………………………………………………………………………………. 14
Kegiatan 3…………………………………………………………………………………………………. 17
Kegiatan 4…………………………………………………………………………………………………. 18
Kegiatan 5…………………………………………………………………………………………………. 18
Kegiatan 6…………………………………………………………………………………………………. 19

B. Kategori Kata dalam Kalimat……………………………………………………………………………. 19
Kegiatan 7…………………………………………………………………………………………………. 20
Kegiatan 8………………………………………………………………………………………………… 20
Tugas Projek……………………………………………………………………………………………… 22
Tugas Portofolio………………………………………………………………………………………… 22

ii

A. Kategori Kata dalam Bahasa Indonesia

Dalam Bahasa Indonesia, penentuan kategori kata belum ada penyeragaman. Para ahli
mengategorikan jenis kata berdasarkan sudut pandng yang berbeda. Ahli tata bahasa
tradisional mengategorikan jenis kata berdasarkan nalar dan logika. Ahli tata bahasa
struktural mengategorikan kata berdasarkan kesamaan perilaku dan kata, kesamaan fungsi
kata dalam kalimat, dan kesamaaan struktur kata. Sementara itu, Hasan Alwi, dkk. (2003)
sebagai penyusun Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) mengategorikan kata hampir
sama dengan ahli tata bahasa tradisional. Hanya saja, tim penyusun TBBBI ini memberikan
beberapa catatan perbedaan dari klasifikasi sebelumnya.

Kegiatan Siswa 1 : Mengidentifikasi Kategori Kata

1. Bacalah teks berikut ini dengan saksama !

Terasingnya Bahasa Indonesia

Akhir November 2013 telah diselenggarakan World Culture Forum (WCF) di Nusa Dua,
Bali. Suatu konferensi yang bergengsi dengan mendatangkan peraih penghargaan Nobel,
Amartya Sen, sebagai pembicara kunci. Bali didambakan menjadi Global Forum untuk
kebudayaan, seperti Rio de Janeiro menjadi Global Forum untuk lingkungan hidup. Simposium
yang diselenggarakan terasa sangat terbatas dan tidak memberikan roh kepada konferensi
tersebut. Kegiatan pun tidak menyebar luas, kecuali dalam bidang kesenian, antara lain di
Beach Walk Kuta.

Pemilihan Beach Walk Kuta (BWK), sebagai salah satu tempat dalam kegiatan World
Culture Forum tersebut, sungguh sesuatu yang keliru dan patut disesalkan, karena ada
masalah pada pemakaian bahasa. Bahasa adalah komponen penting, kalau tidak yang
terpenting, dari budaya satu bangsa. Masuk ke BWK kita tidak tahu bahwa kita berada di
Indonesia atau Bali. Tidak ada satu pun petunjuk publik dalam bahasa Indonesia. Termasuk
kamar kecil dan tempat parkir. Semuanya ditulis dalam bahasa Inggris. Toko dan restoran
sebagian besar dengan merek dan waralaba luar negeri. Tentu dalam bahasa Inggris. Ada yang
menarik, yaitu petunjuk untuk keadaan darurat kebakaran dan tsunami. Tetapi, sayangnya,
lagi-lagi dalam bahasa Inggris dan tidak ada bahasa Indonesianya. Bagaimana Bali bisa
menjadi Global Forum Budaya kalau kita sendiri mengesampingkan bahasa kita sendiri?

Dalam Kongres Bahasa Indonesia (KBI) X beberapa waktu lalu, berbagai tanggapan,
pendapat, dan pandangan mengenai keberadaan bahasa nasional kita bahasa Indonesia,
telah menggugah banyak perhatian. Mulai yang mengkhawatirkan perkembangannya, sampai
yang menginginkan bahasa Indonesia menjadi referensi bahasa di ASEAN.

Mari kita simak bersama apa yang didapati sehari-hari, baik di media maupun ruang
publik. Kita kesampingkan dulu yang terjadi di dunia maya dan bahasa lisan. Bangun pagi,
begitu menghidupkan televisi, kita mendapatkan tayangan live dengan acara eight eleven
dengan headline news-nya, ataupun good morning Indonesia. Siaran televisi yang sudah

1

menjangkau hampir seluruh wilayah Nusantara, dari ibu kota sampai ke desa, masih
banyak membuat program yang menggunakan bahasa. Ketidakseriusan menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa nasional kita, dalam ruang publik, oleh para pejabat sudah sangat
mengkhawatirkan. Bahasa sebagai salah satu ekspresi budaya yang penting sepertinya
terabaikan, khususnya bahasa Inggris. Misalnya, lawyers club, cooking with chef X, coffee
break, prime time, dan wide shot.

Hal serupa terjadi di media cetak. Padahal, bahasa Indonesia mempunyai padanan
untuk beberapa kata asing, juga terbentuk Indonesiasi kata-kata asing. Contohnya toll
menjadi tol, mall/mal, furniture/furnitur, significant/signifikan, competition/kompetisi,
culture/kultur, research/riset, dan masih banyak lagi. Kata-kata tersebut sepertinya sudah
baku menjadi bahasa Indonesia.

Tetapi, siapa atau lembaga mana yang menetapkannya? Banyak juga bahasa asing,
yang sepertinya sudah tidak asing, dan tidak ada yang peduli. Penggunaan kata-kata seperti
wifi atau copy-paste. In-out/exit, sebagai pengganti masuk-keluar. Di gedung-gedung dan
pusat perbelanjaan tersedia valet service. Bandara Soekarno-Hatta, misalnya, memakai kata
toilet sebagai kamar kecil. Pintu darurat dan keluar ditandai dengan kata exit. Pemakaian
bahasa nasional di ruang publik, seperti bandara, sangatlah penting. Di Singapura, Bandara
Changi dan MRT, petunjuk publik ditulis dalam empat bahasa; Melayu, China, India, dan
Inggris. Bandara Internasional Ataturk di Istanbul menggunakan dua bahasa, Turki dan Inggris.
Bahasa nasional selalu dikedepankan.

Setiap hari masyarakat pemakai angkutan umum harus menunggu kendaraan di
terminal atau halte. Di beberapa kota namanya shelter. Demikian juga sebutan taxi atau taksi.
Pusat pengendali lalu lintas kepolisian menamakannya NTMC-National Traffic Management
Center, lampu pengendali lalu lintas dinamakan traffic light atau TL. Jalan khusus angkutan
umum cepat disebut busway.

Para pejabat (tinggi) yang sering muncul di layar televisi masih terus menyelip-nyelipkan
bahasa Inggris dalam pernyataannya. Ketidakseriusan menggunakan bahasa Indonesia,
bahasa nasional kita, dalam ruang publik, oleh para pejabat sudah sangat mengkhawatirkan.
Bahasa sebagai salah satu ekspresi budaya yang penting sepertinya terabaikan. Sudah saatnya
kita membenahi dulu pemakaian bahasa nasional kita, sebelum ingin menjadikan Bali sebagai
tempat Global Forum Budaya.

Sumber: https://www.radarbangka.co.id/rubrik/detail/persepktif/8887/terasingnya-bahasa-indonesia.html

2. Berdasarkan pemahaman Anda terhadap teks tersebut, jawablah pertanyaan berikut!
a. Apakah bahasa termasuk ke dalam aspek penting dalam budaya ?
b. Sejauh mana masyarakat harus melestarikan atau menjaga budaya, dalam hal ini
bahasa Indonesia, agar bahasa tersebut benar-benar menjadi sebuah budaya yang
luhung?
c. Bagaimana kondisi penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat Indonesia
sendiri?

2

d. Sebutkan contoh bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menggunakan
bahasa Indonesia, baik secara lokal, nasional, maupun internasional!

e. Hal apa yang harus dilakukan agar seluruh masyarakat Indonesia menerapkan
kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupun tulisan?

3. Berdasarkan pemahaman anda terhadap kategori kata dalam bahasa Indonesia,
lakukan identifikasi terhadap kata-kata yang ada dalam teks tersebut. Apakah kata itu
termasuk ke dalam kata kerja, kata benda, kata sifat, atau masuk kategori jenis kata
yang lainnya.
Agar Anda mudah dalam mengerjakannya, isilah tabel berikut ini!

Tabel Identifikasi Kategori Kata

Kategori Kata

Kata Kata Kata Kata Kata Kata

Kerja Benda Sifat Bilangan Keterangan .... ... ... ...

Apakah Anda sudah sepenuhnya yakin atas jawaban yang dikemukakan dalam
kegiatan di atas? Apakah kata-kata tersebut sudah benar dalam pengategoriannya? Cobalah
bandingkan jawaban Anda tersebut setelah membaca uraian materi berikut ini!

Sebagaimana yang telah diulas sebelumnya, kategori kata dalam bahasa Indonesia
sangat beragam, bergantung pada sudut pandang pengklasifikasiannya. Apa saja kategori
kata menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBBI) yang ditulis oleh Hasan Alwi, dkk
(2003)? Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.

1. Nomina

Nomina atau sering disebut kata benda dapat dibatasi secara semantis, sintaksis, dan
morfologis. Secara semantis, nomina dapat dibatasi dengan kata yang mengacu terhadap
benda, manusia, binatang, dan pengertian. Dengan begitu, kata-kata seperti meja, bangunan,
guru, ilmuwan, kuda, gajah, kemerdekaan, dan pemerintahan merupakan nomina.

Secara sintaksis, nomina bercirikan perilaku-perilaku seperti berikut .

a. Nomina lazim mendukung fungsi subjek dan objek kalimat,
Contoh :
1) Pekerjaan itu belum selesai
2) Petinju itu memiliki kekuatan yang luar biasa

3

3) Keadilan dan kesejahteraan melandasi kehidupan yang ideal.
b. Nomina lazim dinegatifkan dengan kata bukan, sedangkan verba lazim dinegatifkan

dengan kata tidak.
Contoh : bukan binatang, bukan kepandaian, bukan pemahaman, bukan koordinasi,
bukan korupsi.
c. Nomina lazim diikuti adjektiva, baik disisipi oleh kata yang maupun tidak.
Contoh : binatang buas atau binatang yang buas, anak pandai atau anak yang pandai,
pemahaman yang dahsyat, koordinasi yang mantap, sindiran yang tajam.
d. Nomina lazim didahului pewatas yang berupa numeralia
Contoh : tiga jembatan, seorang sopir, beberapa orang.
e. Nomina lazim didahului preposisi dan membentuk frasa preposisional. Contoh : pada
hakikatnya, ke kantor, di sebelah, daripada dia, untuk kita, dengan perhatian yang
baik, karena perbuatannya.

Secara morfologis, nomina bisa berbentuk dasar (atas, bawah, pinggir, dalam, muka,
sebelah, butir, adik, Selasa, Satria, Bandung, rumah, malam, tahun, kemarin) , berafiks (ketua,
kekasih, pesuruh, petinju, pembeli, penduduk, telunjuk, gelembung, seruling, anjuran,
ancaman, perjanjian, ilmuwan, modernisasi), berulang (kantor-kantor, coret-coret, desas-
desus, orang-orangan, rumah-rumah sakit), majemuk (suami istri, suka duka, wajib pajak,
unjuk rasa, infrastruktur) dan abreviasi (bandara, tilang, radar, laser) .

2. Pronomina

Pronomina sering disebut juga dengan kata ganti. Pronomina adalah semua kata yang
digunakan untuk mengganti kata yang diacunya. Nomina guru dapat diacu dengan pronomina
dia, ia, atau beliau. Pronomina -nya dapat mengacu terhadap seseorang atau beberapa orang
seperti dalam kalimat, Pakaiannya seragam.

Berdasarkan yang diacunya, pronomina terdiri atas lima macam, yakni pronomina
persona, pronomina penunjuk, pronomina penanya, pronomina pemilikan (pronomina
posesif), dan pronomina penghubung (pronomina relatif).

a. Pronomina Persona
Pronomina persona (kata ganti orang) adalah pronomina yang mengacu terhadap

orang.Contoh pronomina persona adalah saya, aku, kita, kami, engkau, kamu, kalian, Anda,
Anda sekalian, Bapak, Ibu, dia, ia , beliau, mereka. Pronomina kau- dalam kaubaca, ku- dalam
kutulis, -ku dalam olehku, -mu dalam olehmu, -nya dalam bukunya lazim disebut klitik yang
terbagi atas proklitik dan enklitik . Untuk kepentingan tertentu, kadang-kadang digunakan
juga kata ganti orang seperti beta, hamba, patik, Adinda, Kakanda, Bunda, Ayahanda, dan
lain-lain.

b. Pronomina Penunjuk

4

Pronomina penunjuk (kata ganti penunjuk) adalah pronomina yang menunjuk serta
membatasi benda tertentu. Selain itu, pronomina jenis ini juga bisa secara langsung
menggantikan bendanya. Pronomina penunjuk bisa juga menunjukkan tempat dan
menunjukkkan cara .Pronomina penunjuk yang dimaksudkan adalah pronomina ini, itu, sini,
sana, situ, begini, begitu.

Contoh penggunaan pronomina penunjuk untuk membatasi adalah sebagai berikut.
1) Pohon itu tergolong jenis rasamala.
2) Anjing jenis lokal ini biasa digunakan untuk berburu.
3) Hal inilah yang harus mendapatkan penekanan dalam pelaksanaannya.
4) Peristiwa itulah yang menumbuhkan sikap optimistis dalam hidupnya.

Contoh penggunaan pronomina penunjuk untuk langsung menggantikan bendanya.
1) Ini rumahnya.
2) Itu batasnya.
3) Inilah waktunya.
4) Itulah keahliannya.

Contoh penggunaan pronomina penunjuk tempat dalam kalimat.
1) Anak itu lari ke arah sana .
2) Sekarang mereka berada di sini .
3) Dari situ datangnya makhluk aneh ini .

Contoh penggunaan pronomina penunjuk cara dalam kalimat.
1) Begini cara mengerjakannya.
2) Begitu cara mereka mengadakan upacara keagamannya.
3) Begitulah trik orang bermain sulap.

c. Pronomina Penanya
Pronomina penanya atau kata ganti tanya adalah kata ganti yang menggantikan

sesuatu yang ditanyakan. Kata ganti ini mencakup kata ganti tanya orang, benda, bilangan,
sebab, waktu, tempat, pilihan, keadaan, dan cara. Kata ganti yang dimaksudkan adalah siapa,
apa, berapa, mengapa, kenapa, kapan, di mana, ke mana, dari mana, mana, dan bagaimana.

d. Pronomina Pemilikan

Pronomina pemilikan atau kata ganti milik (posesif) adalah kata ganti yang
menyatakan makan hubungan kepunyaan. Dalam bahasa Indonesia, kata ganti yang
menyertakan hubungan pemilikan ini, dalam hal wujudnya, sama dengan enklitik seperti
alasanku, bukuku, dan harapanmu, serta -nya dalam bukunya, kantornya, ceritanya.

e. Pronomina Penghubung

Pronomina penghubung (relatif) atau kata ganti penghubung adalah pronomina yang
berfungsi sebagai penghubung dan menyatakan penggantian terhadap kata benda yang
mendahuluinya. Kata ganti jenis ini yang produktif dalam penggunaanya adalah yang dan
tempat.

5

Penggunaannya dalam kalimat terlihat dalam contoh berikut ini.

1) Kebun cengkih yang luas itu adalah miliknya.
2) Beliau memiliki rumah antik yang dibangun sebelum masa kemerdekaan.
3) Kantor kami berhadapan dengan sebuah hotel yang pengunjungnya selalu ramai.
4) Sari Ater, tempat kita berendam air panas alami, tidak jauh dari Bandung.
5) Perkampungan itu disebut Kampung Naga tempat wisatawan menyaksikan salah satu

keunikan budaya daerah

3. Verba

a. Batasan dan Ciri Verba

Verba dapat diidentifikasikan berdasarkan tiga ciri, yakni ciri perilaku semantis,
sintaksis, dan morfologis.

1) Ciri perilaku semantis
Verba memiliki makna inheren perbuatan, makna inheren keadaan, makna inheren

proses, dan makna perbuatan pasif. Kata belajar, berlari, menjawab, membelikan
menyatakan makna inheren perbuatan. Kata terkunci, terbuka, tertidur, terbaca menyatakan
makan inheren keadaan. Oleh karena itu, kata-kata tersebut digolongkan ke dalam kata kerja
pasif keadaan.

Kata-kata menghilang, membesar, mendekat, dan membiru menyatakan makna inheren
proses. Sementara itu, kata-kata dibaca, dikejar, dilarikan, kehilangan, kemauskan, ketiduran
tergolong verba yang menyatakan makan inheren perbuatan pasif. Jadi, verba dapat dibatasi
dengan semua kata yang menyatakan makna inheren perbuatan.

2) Ciri perilaku sintaksis
Verba dapat dibatasi dengan kata-kata yang bisa dinegatifkan dengan kata tidak, seperti

tidak belajar, tidak pergi, tidak terbaca, tidak dibedakan. Ciri tersebut bisa pula dikenakan
terhadap kata sifat, seperti tidak malas, tidak hati-hati, tidak kekanak-kanakan. Ciri ini bisa
mengindentifikasikan perbedaan dengan nomina yang dapat dinegatifkan dengan kata bukan,
sperti bukan buku, bukan bangunan, bukan perkampungan.

Ciri perilaku sintaksis yang lain adalah bahwa verba ini cenderung mendukung fungsi
predikat, seperti dalam kalimat-kalimat di bawah ini.
a) Anak-anak itu berhujan-hujanan sambil berlari-larian.
b) Pada musim penghujan ibu kota sering kebanjiran.

3) Ciri perilaku morfologis
Verba cenderung ber-afiks meN-, ber-, di-, atau gabungan meN-i, meN-kan, meN-per-i,

meN-per-kan, di-i, di-kan, di-per-i, di-per-kan, dan ter-. Contohnya adalah menduga

6

membawa, berguna, dikemas, memungkiri, mengoordinasikan, mempersatukan, dimungkiri,
difokuskan, terbaca.

b. Jenis Verba

Verba dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya (perilaku sintaksis) dan berdasarkan
bentuknya (perilaku morfologisnya). Berdasarkan jenisnya dikenal adanya verba intransitif,
transitif (ekatransitif), transitif (dwitransitif) , verba semitransitif, dan verba pasif.
Berdasarkan bentuknya dikenal verba pokok kata (bentuk dasar terikat), verba bentuk dasar
bebas, verba berimbuhan (berafiks), verba berulang, dan verba majemuk.

1) Verba intransitif adalah verba yang tidak berobjek atau verba yang tidak memerlukan
objek.
Contoh :
a) Tamu itu sudah datang .
b) Karena sedihnya, ia menangis tersedu-sedu.

2) Verba transitif (ekatransitif) adalah verba yang diikuti satu objek. Eka adalah ‘satu’, dan
transitif maksudnya ‘berobjek’. Jadi, verba ekatransitif adalah verba dengan satu objek.
Contoh :
a) Mereka mengenakan jaket almamater.
b) Adik sedang mewarnai gambarnya.
c) Kakak akan memperbesar foto keluarga kami.

3) Verba transitif (dwitransitif). Dwi berarti ‘dua’ dan transitif maksudnya ‘berobjek’. Jadi,
verba dwitransitif adalah verba yang memerlukan dua objek.
Contoh :
a) Dia mengira mereka temannya
S + P + O1 + O2
b) Kami mengirimi mereka biaya sekolah.
S + P + O1 + O2

4) Verba semitransitif adalah semua verba yang kadang-kadang berobjek atau tidak berobjek
dan semua verba aktif yang secara langsung berpelengkap.
Contoh :
a) Dia sedang membaca (novel).
b) Tidurnya hanya beralaskan koran-koran bekas.

5) Verba pasif adalah verba yang subjeknya dikenai pekerjaan yang dinyatakan oleh verba
tersebut.
Contoh :
a) Peristiwa yang menyedihkan itu diberitakan oleh banyak media massa.
b) Pelaku kejahatan itu tertangkap pada malam itu juga.
c) Pada musim hujan tahun ini, ribuan rumah di ibu kota kebanjiran.
d) Hal itu akan kusampaikan kepadanya.

Kalimat a) ditandai dengan verba pasif bentuk di-, kalimat (b) ditandai dengan verba pasif
berbentuk ter-, kalimat (c) ditandai dengan verba pasif bentuk ke-...-an, dan kalimat (d)
ditandai dengan verba pasif persona.

7

c. Bentuk Verba

Berdasarkan bentuknya, verba terbagi atas verba pokok kata, verba dasar, verba
berafiks, verba berulang, dan verba majemuk.

1) Verba pokok kata, verba dasar yang terdiri atas satu morfem atau lebih, yang terikat
terhadap morfem lain. Misalnya, dengar, jual beli, baca, tulis, juang, aju, temu.

2) Verba dasar, semua verba yang terdiri atas satu morfem, tetapi memiliki sifat bebas.
Misalnya, ada, datang, mandi, duduk, pulang pergi, tidur , muncul, hadir, bangun,
hilang.

3) Verba berafiks, verba yang mengandung imbuhan atau afiks. Misalnya, bertemu,
menghargai, mempersatukan, terbungkus, diperiksa, kehujanan.

4) Verba berulang, verba yang mengandung unsur perulangan atau reduplikasi.
Misalnya, berjalan-jalan, merangkak-rangkak, berpandang-pandangan, kejar-
mengejar.

5) Verba menjemuk, verba yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang memiliki sifat
terpadu. Misalnya, jual beli, ikut campur, pulang pergi, salah dengar.

Kegiatan Siswa 2 : Mengubah Kategori Kata

Anda sudah memahami dengan baik kategori nomina dan verbia. Berikut ini disajikan
beberapa kata dasar dalam kolom. Anda harus mengubah kata dasar tersebut menjadi
kategori kata verba dan nomina. Setelah itu, buatlah contoh dalam bentuk kalimatnya. Agar
anda dapat menyelasaikan kegiatan ini dengan baik, perhatikan contoh dalam kegiatan
tersebut.

Tabel Bentukan Kata

Kata Dasar Kategori Kata Bentukan Kata Contoh Kalimat
Pak Rizal membagi siswa di kelas X
Verba Membagi menjadi 5 kelompok.

Bagi

Nomina Bagian Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan
salah satu bagian dari kelompok
peminatan ilmu bahasa dan budaya.

8

Verba

Golong

Nomina

Verba

Pilah

Nomina

Verba
Kelompok

Nomina

4. Adjektiva

a. Batasan dan Ciri Adjektiva

Adjektiva dapat dibatasi dengan sudut pandang fungsi kata tersebut terhadap kata
lain dalam kalimat. Berdasarkan fungsi tersebut, adjektiva dapat didefinisikan sebagai kata
yang memberikan sifat khusus, watak, atau keadaan nomina yang disebutkan lebih dahulu.
Nomina dan adjektiva bisa diantarai dengan yang, bisa juga tidak. Dengan begitu, adjektiva
mendukung fungsi atribut bagi nomina. Misalnya, anak (yang) pandai, rambut (yang) panjang,
pipinya kemerah-merahan.

Adjektiva juga bisa dirumuskan berdasarkan perilakunya. Adjektiva adalah kata yang
perilakunya bisa membentuk frasa dengan kata-kata keterangan kualitas tingkat elatif sangat,
lebih, dan sekali atau kualitas eksesif terlalu, terlampau. Misalnya, sangat pantas, lebih bagus,
kuat sekali, terlalu besar, terlampau mahal.

Selain itu, adjektiva bentuk dasar dapat berperilaku sebagai adverbia se- +
R(eduplikasi) + -nya atau se- + D(asar) + mungkin. Misalnya, cepat (secepat-cepatnya),
tajam (setajam-tajamnya_, ikhlas(seikhlas-ikhlasnya).

9

b. Bentuk Adjektiva

Seperti halnya nomina dan verba, adjektiva pun terdiri atas beberapa bentuk, yakni
bentuk dasar, bentuk berafiks, bentuk berulang, dan bentuk majemuk.

1) Adjektiva bentuk dasar adalah adjektiva yang hanya terdiri atas satu morfem. Misalnya,
akbar, rapat, sehat, segar.

2) Adjektiva berafiks adalah adjektiva yang dihasilkan melalui proses afiksasi atau
pengimbuhan. Misalnya, gemetar, bermanfaat, membosankan, menarik, berkembang,
terindah.

3) Adjektiva berulang adalah adjektiva yang dihasilkan melalui proses perulangan, baik
perulangan murni maupun perulangan yang simultan dengan afiksasi. Misalnya, pandai-
pandai, tergesa-gesa, kekanak-kanakan.

4) Adjektiva mejemuk adalah adjektiva yang dihasilkan melalui proses pemajemukan atau
proses penggabungan kata. Misalnya, besar kepala, panjang tangan, berat hati,
ekstrakurikuler, tunanetra.

5. Numeralia

Berdasarakan perilaku semantisnya, numeralia atau kata bilangan adalah semua kata
yang menyatakan jumlah benda atau yang menunjukkan tempat suatu benda dalam sebuah
deretan benda-benda. Sekaitan dengan konsep pertama., dikenallah numeralia pokok dengan
berbagai jenisnya dan numeralia pecahan. Sementara itu, konsep yang kedua memunculkan
numeralia tingkat.

a. Numeralia Pokok

Numeralia pokok terdiri atas numeralia pokok tentu, numeralia pokok taktentu,
numeralia kelompok, dan numeralia serapan terikat.

1) Numeralia pokok tentu, numeralia yang bereferensi pada bilangan pokok, seperti 0
(nol), 1 (satu), 3 (tiga), 6 (enam), 9 (sembilan).

2) Numeralia pokok kelompok, numeralia yang menyatakan pengelompokan atau kisaran
jumlah sesuatu. Dalam segi bentuk, numeralia jenis ini bercirikan prefiks ke-, ber-, dan
sufiks -an. Misalnya, kedua bangunan itu, mereka berduaan, ribuan demonstran.

3) Numeralia pokok taktentu, numeralia yang menyatakan jumlah yang tidak eksplisit.
Misalnya, dengan sedikit harapan, tinggal beberapa ekor, seluruh warga, bermacam-
macam tanaman.

4) Numeralia pokok distributif, numeralia yang menunjukkan cara pengelompokan.
Numeralia jenis ini dibentuk melalui proses pengulangan bilangan pokok maupun
bilangan pecahan. Misalnya, setengah-tengah, satu-satu, sembilan-sembilan.

5) Numeralia pokok serapan terikat, numeralia yang merupakan kata serapan dari
bahasa Jawa Kuno yang dalam penggunaanya bersifat terikat atau digunakan dalam

10

6) bentuk ungkapan. Mialnya, dwiwarna(dua warna), caturwulan (empat bulan),
pancasila(lima sila), esa hilang dua terbilang(satu hilang dua datang) .

b. Numeralia Pecahan

Numeralia pecahan adalah numeralia yang menyatakan hasil bagi dari sebuah
bilangan pokok. Misalnya ½ (setengah/satu per dua), 3/5 (tiga per lima).

c. Numeralia Tingkat

Numeralia tingkat adalah numeralia yang menyatakan tempat suatu benda dalam
deretan. Jenis numeralia ini lazimnya berafiks ke-, baik untuk numeralia tingkat yang tentu
maupun yang tak tentu. Misalnya, peringkat kesatu, hari ketiga, keberapa saja, cucu kesekian.

6. Adverbia

Adverbia (kata keterangan) adalah semua kata yang berfungsi sebagai keterangan
dalam bentukan frasa atau dalam bentukan kalimat. Jadi, adverbia bisa menerangkan kata
dan bisa juga menerangkan peristiwa atau kalimat.

a. Adverbia dalam Bentukan Frasa

Adverbia dalam bentukan frasa berfungsi menerangkan nomina, pronomina, verba,
adjektiva, numeralia, adverbia itu sendiri, dan frasa preposisional. Misalnya, bukan pujian, dia
saja, sangat sehat, harus dua, sedang di halaman, agak ragu-ragu.

Berdasarakan beberapa contoh di atas, dapat dirumuskan bahwa adverbia jenis ini
berperilaku sebagai berikut.

1) Berdistribusi di depan atau di belakang kata yang diterangkan atau dijelaksannya.
2) Relatif “terikat” pada kata yang diterangkan atau dijelaskannya.
3) Tidak bisa berpindah tempat.
4) Tidak mendukung fungsi sintaksis secara mandiri.
5) Jika dihilangkan tidak menganggu struktur kalimat.

Makna adverbia bermakna negatif, pembatas waktu, modalitas, pelarangan, kualitas,
dan kuantitas. Berikut penjelasannya,
1) Makna negatif, adverbia yang memiliki makna yang menegatifkan, di antaranya, adalah
tidak, tidaklah, bukan, bukanlah. Adverbia tidak menegatifkan verba dan adjektiva, dan
adverbia bukan menegatifkan nomina. Misalnya tidak berbicara, bukan penyakit.
2) Makna pembatas, adverbia yang memiliki makna membatasi, di antaranya, adalah hanya,
saja, sekedar, sebatas. Misalnya, hanya dia, sama saja, sekedar menemani, sebatas
berteman.
3) Makna waktu, adverbia bentukan frasa yang memiliki makna kewaktuan, seperti belum,
akan, sedang, lagi, sudah, telah, baru. Misalnya belum tiba, akan datang, sedang
berdiskusi, lagi berusaha, sudah bertemu, telah sampai, baru datang.
4) Makna modalitas atau makna sikap pembicara tentang apa yang diucapkannnya didukung
oleh adverbia harus dan boleh. Misalnya harus lulus, boleh menolak.

11

5) Makna pelarangan, hanya didukung oleh adverbia jangan. Misalnya, jangan bertengkar,
jangan menangis.

6) Makna kualitas, didukung oleh beberapa adverbia seperti paling, lebih, sangat, sekali,
agak, cukup, terlalu, cepat, lambat. Misalnya, paling tinggi, lebih baik, sangat
menyenangkan, rajin sekali, agak segan, cukup bagus, terlalu besar, berlari cepat, berjalan
lambat.

7) Makna kuantitas, adverbia dalam bentukan frasa yang mengandung makna kuantitas,
diantaranya, adalah banyak, sedikit, cukup, selalu, sering. Misalnya, banyak waktu, sedikit
uang, cukup waktu, selalu merindukannya, sering pulang bersama.

b. Adverbia dalam Bentukan Kalimat

Adverbia dalam bentukan kalimat merupakan adverbia yang secara khusus
mendukung fungsi keterangan (K) dlaam kalimat. Selain itu, adverbia dalam bentukan kalimat
pada umumnya bisa berpindah tempat, sedangkan adverbia dalam bentukan frasa seolah-olah
“melekat” pada kata yang diterangkan, seperti contoh sebelumnya. Hal tersebut merupakan
ciri-ciri pembeda adverbia dalam bentukan kalimat dengan adverbia dalam bentukan frasa.

Contoh :

 Kiranya dia tidak memahami petunjuk itu.
Dia kiranya tidak memahami petunjuk itu.

 Mungkin dia belum melakukannya
Dia mungkin belum melakukannya

 Sesungguhnya mereka tidak bersalah .
Mereka sesungguhnya tidak bersalah.

 Sebaiknya kita mengulangi pembicaraan tentang hal itu.
Kita sebaiknya mengulangi pembicaraan tentang hal itu.

 Rupa-rupanya anak itu belum mengerti tentang apa yang kita tanyakan.
Anak itu rupa-rupanya belum mengerti tentang apa yang kita tanyakan.

 Diam-diam dia memunguti sampah-sampah kecil di setiap ruangan.
Dia diam-diam memunguti sampah-sampah kecil di setiap ruangan.

 Setinggi-tingginya bangau terbang, ia akan ke pelimbahan juga.
Bangau terbang setinggi-tingginya, tetapi ia akan ke pelimbahan juga.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku
adverbia dalam bentukan kalimat itu adalah:

1) bisa berpindah tempat;
2) jika dihilangkan, adverbia ini tidak mengubah struktur dasar kalimat;
3) mendukung fungsi keterangan (K) secara mandiri;
4) berada dalam slot kalimat secara mandiri;
5) ada adverbia dalam bentuk kalimat yang bisa tergolong jenis adverbia bentukan frasa

dengan makna yang sama seperti adverbia sering dan jarang.

12

Seperti adverbia dalam bentukan frasa, setiap adverbia dalam bentukan kalimat pun
memiliki makan tertentu. Makna-makan tersebut adalah makna waktu, makna kualitas,
makna kuantitas, makna cara, makna harapan, dan makna modalitas.
1) Makna waktu, adverbia dalam bentukan kalimat yang menyatakan waktu atau

kewaktuan, di antaranya, sekarang, nanti, dahulu, dulu.

Contoh :
 Sekarang mereka berada di sini.
 Nanti bangunan ini akan dijual.
 Deni dulu tinggal di kota waktu kuliah.

2) Makna kualitas, adverbia dalam bentukan kalimat yang menyatakan makna kualitas,
di antaranya benar-benar, secepat-cepatnya, sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya,
 asal-asalan.
 Contoh :
 Secepat-cepatnya anda menghadap kepadanya.
Kita kerjakan tugas ini sebaik-baiknya.
Begitu rombongan tamu itu datang kami benar-benar sudah siap.

3) Makna kuantitas, adverbia dalam bentukan kalimat yang menyatakan makna
kuantitas di antaranya, sering, jarang, berkali-kali, sekali-kali, sesekali, kadang-
 kadang, terus-menerus, sewaktu-waktu, berhari-hari.
 Contoh :
 Sering mereka menjenguknya.
Ke kantor pun ia hanya sesekali saja.
Kadang-kadang rumah ini dihuni, kadang-kadang kosong.

4) Makna cara, terkandung dalam kata-kata adverbia, di antaranya diam-diam, perlahan-
lahan, pelan-pelan, mula-mula, lambat laun, tiba-tiba.
 Contoh :
 Diam-diam gerilya ini masuk ke daerah pertahanan musuh.
 Mula-mula ia sibuk dengan tanah yang dicangkulnya.
Tiba-tiba ia datang.

5) Makna harapan, dari sang pembicara terungkap dalam adverbia semoga, moga-moga,
dan mudah-mudahan.
 Contoh :
 Semoga Tuhan selalu memberkati kita dengan keselamatan dan kekuatan.
 Mudah-mudahan mereka selamat di perjalanan.
Moga-moga Tuhan selalu memberikan rezeki yang berkah kepada kita.

6) Makna modalitas, makna sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, di
antaranya terkandung dalam adverbia sebaiknya, selayaknya, seharusnya, pasti,
kiranya, mungkin, barangkali, tampaknya, sesungguhnya, sayang.

13

Contoh :
 Sebaiknya kita berangkat sekarang.
 Selayaknya dia datang dalam pertemuan itu.
 Musim hujan mungkin masih panjang.
 Rumah ini tampaknya tanpa penghuni.
 Sesungguhnya dia itu tidak bersalah.

Adverbia dalam bentukan kalimat hadir dalam enam bentuk, yakni sebagai berikut.
1) Bentuk kata dasar, seperti mungkin, barangkali, jarang, sering, sayang, tentu, tiba-tiba.
2) Bentuk berpartikel-nya seperti kiranya, tampaknya.
3) Bentuk berimbuhan se-nya, seperti sebaiknya, sekiranya, seyogianya.
4) Bentuk kata ulang, seperti diam-diam, jangan-jangan, lekas-lekas, cepat-cepat, benar-

benar.
5) Bentuk berpartikel-nya disertai perulangan, seperti rupa-rupanya.
6) Bentuk berimbuhan se-nya dan ke-an disertai perulangan seperti setinggi-tingginya,

secepat-cepatnya, sebagus-bagusnya, lama-kelamaan.
7) Bentuk se- disertai perulangan, seperti sewaktu-waktu.
8) Bentuk majemuk, seperti lambat laun.

7. Kata Tugas

Kata tugas adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata atau bagian-bagian kalimat.
Selain itu, kata tugas ini tidak menilai makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal. Kata
tugas tidak lazim berkombinasi dengan afiks. Tidak seperti kata-kata pokok (nomina, verba,
adjektiva) yang terbuka menerima kata-kata serapan, kata tugas begitu tertutup untuk
menerima kata serapan dari bahasa lain.

Kata tugas memiliki beragam jenis, yaotu preposisi, konjungsi, artikula, interjeksi, dan
partikel penegas.

a. Preposisi

Ada tiga hal yang harus dipahami, yakni tentang perilaku semantis, sintaksis, dan
bentuknya.

1) Perilaku semantis
Preposisi membangun makna dengan kata yang berdistribusi di belakangnya. Makna

yang muncul dari pengunaan preposisi, di antaranya sebagai berikut.
a) Makna tempat, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut: di
perbatasan, pada kami, dalam surat ini, dalam kalimat berikut, ke daerah
pinggiran, di sekitar perkampungan itu, di sekeliling kampus kami.
b) Makna waktu, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut : pada
hari itu, sampai pagi, hingga sekarang, sejak hari itu, sekitar dua jam, selama ujian
tersebut.

14

c) Makna cara, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut :dengan
penuh kecermatan, dengan serius, dengan secepat-cepatnya, tanpa alat berat itu,
melalui pedesaan.

d) Makna referensi atau makna rujukan terkandung dalam penggunaan preposisi
dalam frasa berikut menurut sejarah, menurut cerita para pendahulu kita, sesuai
dengan tata cara masyarakat kita, berdasar kepada peraturan tersebut.

e) Makna perbandingan, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa
berikut : (berbicara) ala pejabat, bagaikan bulan purnama , seperti bintang kejora,
(lebih baik) daripada hari kemarin.

f) Makna alat, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut: dengan
pensil, dengan alat-alat seadanya, dengan air panas.

g) Makna tujuan, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut :
(selalu ingat) terhadap peristiwa itu, (sangat optimis) akan hari depannya, (begitu
hormat) kepada guru-gurunya, (dalam perjalanan menuju) ke ibu kota,
(kesempatan) untuk kita.

h) Makna sebab, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut:
karena peristiwa itu, karena perbuatannya, oleh karena perilakunya itu, oleh
karena dedikasinya itu.

i) Makna isi, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut :
(berdiskusi) tentang fungsi bahasa daerah, (menceritakan) perihal
persahabatannya dengan si A, (bercerita) mengenai kehidupannya.

j) Makna pengecualian, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa
berikut : kecuali hari ini, selain kita (tidak ada lagi peserta yang lain).

k) Makna kesertaan, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut:
(pergi) beserta keluarganya, (tinggal serumah) dengan kakaknya, (pergi) bersama
temannya.

l) Makna pelaku, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut :
(ditemani) oleh adiknya, (dicarikan pekerjaan) oleh orangtuanya.

m) Makna distributif, terkandung dalam penggunaan preposisi dalam frasa berikut:
setiap keluarga (harus memperolehnya), perkelompok (memperoleh satu tenda),
tiap hari (ia datang), tiap-tiap pengunjung (mendapatkan satu tiket).

2) Perilaku sintaksis
Perilaku sintaksis preposisi adalah jenis kata ini berdistribusi di depan nomina,
pronomina,

adjektiva, numeralia, dan adverbia seperti tampak dalam bentukan frasa berikut : untuk
kita, daripada mereka, mengenai hal itu, beserta gurunya, tanpa basa-basi, akan dirinya
sendiri, dengan alat berat itu, dengan cepat, dengan ragu-ragu, dengan setinggi-tingginya,
dengan secepat-cepatnya, sampai dengan sembilan.

Untuk dibedakan dengan adverbia dalam bentukan frasa, sesuai dengan fungsinya,
yakni merangkai kata dengan kata, maka secara gramatika preposisi tidak bisa dihilangkan
dari sebuah konstruksi. Sementara itu, adverbia dalam bentukan frasa, seperti sedang,
belum, akan, sudah, harus, secara gramatika, bisa saja dihilangkan.

Ada perilaku preposisi yang membentuk idiom dengan kata yang berdistribusi di
depannya. Dengan begitu, preposisi yang bersangkutan tidak bisa diganti oleh preposisi

15

lain atau dihilangkan. Misalnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku: terdiri atas lima
fakultas.

3) Bentuk preposisi
Preposisi terdiri atas tiga bentuk, yakni bentuk tunggal, bentuk berafiks, dan bentuk

gabungan.
a) Preposisi bentuk tunggal, yaitu akan, antara, bagi, dari, demi, dengan, di, karena,

kecuali, oleh, pada, sejak, seperti, tanpa, tentang, untuk. Misalnya, antara guru
dan murid, demi persaudaraan, pada dasarnya, untuk kita semua.
b) Preposisi bentuk berafiks, dibentuk melalui penambahan afiks terhadap bentuk
dasar verba, adjektiva, dan nomina. Misalnya, bersama keluarganya, menjelang
malam, selama perjalanan itu.
c) Preposisi gabungan atau majemuk dibentuk dengan jalan menggabungkan dua
preposisi bentuk tunggal.
Contoh :
 Hari ini lebih panas daripada hari kemarin.
 Oleh karena semangatnya itu, ia berhasil.
 Di sekeliling bangunan itu ada pagar yang kokoh.

b. Konjungsi

Konjungsi merupakan kata tugas yang berfungsi membentuk hubungan antarkata,
antarfrasa, dan antarklausa.

Contoh :

 Menang atau kalah sama saja.
 Dengan surat kilat atau dengan suart biasa, semapainya berita tidak begitu berbeda.
 Dia mau berangkat kalau tugasnya sudah selesai.

Berdasarkan sifat hubungan antar komponen yag dihubungkankannya, ada dua jenis
konjungsi, yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.
1) Konjungsi koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua komponen yang
setara atau sederajat. Dengan pernyataan lain, konjungsi koordinatif adalah konjungsi
hubungan setara. Yang tergolong jenis konjungsi ini adalah dan, atau, tetapi, namun, lalu,
lantas, kemudian. Konjungsi koordinatif memiliki empat makna hubungan, yaitu
penambahan, pertentangan, pemilihan, dan pengaturan.
a) Makna penambahan (aditif) terdapat pada penggunaan konjungsi dan, selain...juga,

lagi pula, disamping... juga..., tidak hanya...melainkan juga..., tetapi juga, tidak
hanya... namun juga..., bukan hanya... tetapi (namun) juga.
b) Makna pertentangan (kontrastif) terkandung dalam penggunaan konjungsi tetapi,
sedangkan, namun.
c) Makna pemilihan (alternatif) terkandung dalam penggunaan konjungsi atau dan
atau/pun.

16

d) Makna pengaturan (regulatif) terkandung dalam penggunaan konjungsi kemudian,
lalu, lantas.

2) Konjungsi subordinatif
Konjungsi subrodinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua komponen

yang tidak setara atau yang bertingkat. Karena itu, konjungsi jenis ini sering disebut
konjungsi hubungan bertingkat. Yang tergolong konjungsi jenis ini antaranya adalah
bahwa, karena, jika, walaupun, padahal, ketika, untuk, sambil, yang dan sebelum. Makna
kinjungsi subordinatif memiliki beberapa makna waktu, tempat, tujuan, sebab, akibat,
perbandingan, cara, isis (maksud), syarat, tak besyarat, penegasan, pengecualian, dan
makna penjelas.

c. Artikula atau Kata Sandang

Artikula atau kata sandang adalah kata tugas yang di antaranya berfungsi menyatakan
gelar, membatasi nomina, dan menominalkan kata lain.

1) Artikula yang menyatakan gelar berhubungan dengan keturunan dan martabat
seseorang. Misalnya, raden, raden ayu, ratu, sang, sri (paduka), hang.

2) Artikula yang membatasi dan menegaskan nomina dan menominalkan sang (arjuna),
si (hitam), yang (terhormat).

d. Interjeksi atau Kata Seru

Interjeksi adalah kata tugas yang menyatakan isi perasaan yang mengungkapkannya,
seperti perasaan kagum, heran, kesal, jijik, dan persetujuan. Adapun makna interjeksi dapat
berupa kekaguman (amboi, aduhai, wah, wadih,wow), keheranan(astaga, masya-Allah, hah,
buset), kekesalan (astaga, masya-Allah, hah), penolakan (ah, wah), kejijikan(jih, idih),
persetujuan (nah, yah, oke), panggilan (halo, hei), kesakitan (aduh, tolong, ampun) dan ajakan
(ayo, mari).

e. Partikel Penegas

Partikel penegas bercirikan tidak mengalami perubahan bentuk, berperilaku mirip
dengan akhiran, yakni selalu mendekatkan diriya di belakang bentukan yang ditegaskannya.
Partikel penegas ini bisa menegaskan seluruh kategori kata. Contoh partikel penegas, di
antaranya, -lah, -kah, -tah, -nya, -pun.

Kegiatan Siswa 3 : Mengategorikan Kata

Bacalah dengan cermat kalimat-kalimat berikut. Perhatikan kata yang bercetak miring pada
kalimat tersebut. Kemudian, sebutkan kategori kata untuk kata tersebut!

1. Jika Anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali.
2. Walaupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku

17

3. Sehabis mengerjakan pekerjaan rumahnya, Hadi langsung pergi ke kamarnya.
4. Yanti mengurus adik-adiknya hingga bapaknya pulang dari kantor.
5. Saya bekerja sampai malam supaya anak-anak saya dapat melanjutkan sekolahnya.
6. Aku tidak mengerti akan hal tersebut ketika aku masih anak-anak.
7. Arif menarik lengan saya seraya menunjuk sebuah mobil Agya yang sedang diperbaiki

mesinnya.
8. Aku lebih gembira sejak sikap ibu padaku berubah.
9. Ibu tidak pernah membaca buku masak, tetapi dia tidak buta gizi.
10. Dia hanya mengecap hasilnya, tetapi tidak mau bersusah payah.

Kegiatan Siswa 4 : Mengubah Kata Berdasarkan Jenisnya

Ubahlah jenis kata-kata di bawah ini sesuai dengan kolom yang disajikan!

Tabel Pengubahan Kata Berdasarkan Jenisnya

Bentuk Dasar Verba Nomina Adjektiva Adverbia
ada
alam
ajar
gagal
indah
pergok
pindah
rambat
sabit
sayang
serak

Kegiatan Siswa 5 : Menganalisis Penggunaan Kategori Kata

Agar pemahaman Anda mengenai kategori kata semakin meningkat, lakukanlah kegiatan
berikut ini dnegan baik!

1. Carilah sebuah artikel di majalah, koran, atau internet, yang mengusung tema
nasionalisme atau kebhinekaan.

2. Analisislah penerapan kategori kata dalam setiap kalimat artikel tersebut. Apakah
penggunaan kategori kata itu tepat atau tidak dalam konteks tersebut!

3. Buatlah laporan sederhana untuk melaporkan hasil analisis penggunaan kategori kata
dalam artikel tersebut!

4. Serahkan hasilnya kepada guru pengamp

18

Kegiatan Siswa 6 : Penguatan Konsep

Anda sudah mempelajari kategori kata dengan baik. Sekarang, bentuklah kelompok yang terdiri
atas 4-5 orang dan lakukanlah langkah-langkah berikut!

1. Bacalah sebuah artikel di media massa
2. Telitilah penggunaan kategori kata dalam setiap kalimat pada artikel yang Anda baca.
3. Lakukan analisis sederhana mengenai penggunaan kategori kata tersebut.
4. Diskusikan temuan atas kesalahan yang muncul dalam setiap kalimatnya.
5. Setelah itu, perbaikilah kesalahan penggunaan kata berdasarkan kategori kata yang tepat.
6. Tuliskan hasil diskusi kelompok Anda dalam bentuk makalah. Setelah itu, lakukan

presentasi di depan kelompok dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebagai bentuk kedisiplinan berbahasa.
7. Kelompok lain memberikan tanggapan terhadap kelompok penampil, baik dari aspek isi
maupun penyajiannya.
8. Gunakan format di bawah ini untuk menilai penampilan kelompok lain.

Tabel Format Penilaian

Aspek Skor Maksimal Jumlah Keterangan

1.Kekompakan tim 20

2.Kelancaran 20

penyampaian

3.Kejelasan penyampaian 20

4.Kemampuan 20

menjawab pertanyaan

5.Kesantunan dalam 20

penyampaian

Jumlah/Simpulan

9. Tanggapan dari kelompok lain menjadi bahan masukan untuk perbaikan makalah kelompok
Anda. Makalah yang sudah diperbaiki dikumpulkan kepada guru pengampu.

B. Menggunakan Kategori Kata dalam Kalimat

Saya senang karena Anda datang.

Kalimat di atas mengandung nomina, adjektiva, konjungsi, dan verba. Kategori kata
yang termasuk nomina adalah kata saya, dan Anda. Sementara itu, senang termasuk kategori
adjektiva dan datang termasuk verba. Satu kategori kata lagi, yakni kata karena yang
termasuk ke dalam kategori konjungs

19

Saya senang karena Anda datang.

Nomina adjektiva konjungsi nomina verba

Kegiatan Siswa 7 : Mengidentifikasi Kategori Kata

Cermatilah kalimat-kalimat berikut ini. Cobalah identifikasi kategori kata dalam kalimat di
bawah ini seperti yang sudah Anda lakukan sebelumnya.

1. Karena terjebak macet, perjalanan Tasikmalaya-Jakarta ditempuh sekitar 18 jam.
2. Zeni sangat senang karena sudah bertemu dengan kedua orangtuanya di Jember.
3. Setiap tiba saatnya pelajaran mengarang. Desi selalu merasa mendapatkan kesulitan besar

karena ia harus betul-betul mengarang.
4. Aku tak bisa lagi mengendalikan perasaan ini.
5. Tampaknya ia begitu pulas tertidur sehingga tidak sampai hati membangunkannya.
6. Dia merasa cemas dengan hal tersebut sehingga berpikir untuk kembali bergabung dengan

kelompok sebelumnya.
7. Nilai moral berdasarkan kutipan tersebut adalah permasalahan akan berhenti datang jika

kita tidak berhenti menyerah.
8. Kebijakan pembelian kendaraan bermotor akan mnegurangi dampak kemacetan di kota-

kota besar di Indonesia.
9. Semangat dan jasa para pahlawan sudah sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan.
10. Dampaknya tentu tidak hanya dirasakan oleh pihak yang bertikai, tetapi oleh seluruh

masyarakat di sekitarnya.

Kegiatan Siswa 8 : Penguatan Konsep
Pada kegiatan sebelumnya, Anda sudah dapat mengategorikan kata alam beberapa kalimat.
Sekarang, bacalah teks berikut dengan seksama. Diskusikanlah dengan anggota kelompok
Anda, mana yang temasuk dalam nomina, pronomina, verba, adjektiva, numeralia, adverbia,
dan kata tugas.

Pentingnya Budaya Literasi di Sekolah
Kegiatan literasi merupakan salah satu aktivitas penting dalam kehidupan. Sebagian
besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi
yang tertanam dengan baik akan memengaruhi keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan
pendidikan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari manakah ilmu
pengetahuan didapat? Dari melihat dan mendengar? Apakah cukup? Kamu pasti bersepakat

20

bahwa sumber pengetahuan paling banyak dan mendalam adalah buku.baik buku cetak
maupun buku elektronik.

Oleh karena itu, ketrampilan membaca menjadi keterampilan yang sangat penting
untuk dikembangkan menjadi budaya, bahkan kebutuhan setiap orang. Mengingat
pentingnya penguasaan kedua keterampilan tersebut, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas x,xi dan xii di SMA Negeri 1 Subah sebelum pelajaran wajib untuk mebaca buku, baik
buku fiksi maupun non fiksi/pengetahuan Ada beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari
hasil membaca. Yakni : Dengan membaca, kita bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan.
Misalnya membaca koran atau majalah. Membaca juga kita bisa mendapatkan hiburan
seperti halnya apabila kita membaca Cerpen, novel. Dengan membaca mampu memenuhi
tuntutan intelektual, meningkatkan minat terhadap suatu bidang, dan mampu meningkatkan
konsentrasi.

Menurut Lerner (1988:349) kemampuan membaca merupakan dasar untuk
menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera
memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam
mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.National Institute for Literacy,
mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara,
menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam
pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Melihat begitu rendahnya minat membaca masyarakat
Indonesia tentu ini akan berdampak pada rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia
yang tahun ini akan menghadapi MEA (Mayarakat Ekonomi Asean) sehingga masyarakat
Indonesia akan sangat sulit untuk bisa bersaing dengan masyarakat dari negara lain di Asean.

Untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia biasa kita mulai dari sekolah,
yang mana sekolah itu merupakan tempat/lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yang tentunya kegiatan itu tidak terlepas dari
aktifitas membaca. Maka dari sinilah pentingnya mengembangkan budaya membaca di
sekolah. Dalam sejarah peradaban islam, kita dapat melihat bagaimana tradisi Literasi islam
melahirkan tulisan-tulisan para pemikir dan ulama islam klasik yang sudah berumur ratusan
tahun sampai saat ini masih eksis dipelajari di berbagai lembaga pendidikan islam, khususnya
pesantren. Kitab-kitab yang ditulis para ulama dan intelektual muslim era klasik merupakan
sebuah warisan intelektual yang sangat berharga bagi pengembangan khazanah intelektual
islam dari generasi ke generasi. Tulisan dapat menembus dan menelusuri lorong-lorong ruang
dan waktu di masa lampau.

Seandainya saja di zaman ini tak ada lagu tulisan atau orang yang mau menulis,
niscaya kita akan kembali ke zaman pra-sejarah. Namun faktanya, justru peradaban kita saat
ini bisa dikatakan sebagai peradaban tulisan atau peradaban teks. Terbukti dari banjir
informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media baik cetak maupun elektronik,
sebagian besar berbentuk teks atau tulisan. Singkat kata, tulisan telah mengisi seluruh ruang
kehidupan manusia modern di era globalisasi seperti saat ini.

Dalam dunia pendidikan khususnya, tulisan mutlak diperlukan. Buku-buku pelajaran
maupun buku bacaan yang lainnya merupakan sarana untuk belajar para peserta didik di
lembaga-lembaga sekolah mulai tingkat dasar sampi perguruan tinggi. Tanpa tulisan dan
membaca, proses transformasi ilmu pengetahuan tidak akan bisa berjalan. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya tulisan, budaya membaca, serta menulis di kalangan

21

masyarakat. Oleh karenanya, kita harus terus berupaya mendorong serta membimbing para
generasi muda termasuk pelajar dan mahasiswa untuk membudayakankegiatanLiterasi.

Tugas Projek
Untuk lebih memhami tentang kategori kata dalam bahasa Indonesia, lakukanlah kegiatan
berikut ini.

1. Buatlah beberapa kelompok di kelas Anda : Anggota setiap kelompoknya disesuaikan
dengan banyakanya jumlah siswa di kelas.

2. Lakukan studi pustaka terhadap perbedaan sudut pandang pembagian kategori kata
berdasarkan ahli tata bahasa tradisional, struktural, dan transformasional.

3. Lakukan identifikasi dari analisis terhadap pembagian kategori kata tersebut.
4. Tuliskan hasil simpulan Anda tentang hal di atas dalam bentuk makalah.
5. Kerjakan tugas projek ini dalam 2 minggu.

Tugas Portofolio
Carilah dari berbagai sumber penggunaan kategori kata yang kurang tepat, tetapi lazim
digunakan masyarakat. Carilah minimal 20 kategori kata. Kumpulkan hasil pencarian tersebut
menjadi satu bundel sebagai tugas kelas. Berilah judul yang relevan pada hasil pekerjaan Anda
bersama teman-teman. Kumpulkan hasil pekerjaan tersebut pada guru Anda.

Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-hari
Awalan Ber-

Ber- adalah awalan yang produktif dalam bahasa Indonesia. Demikianlah kesan
apabila kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV yang kerap
menjadi rujukan. Secara teoretis penegasan itu tak dapat dibantah. Namun, disadari atau
tidak, belakangan prefiks itu sering diabaikan.”Jika kapur tulis habis, ia harus menulis di tanah
dengan batang kayu. Untunglah, para siswa tetap bersemangat” (”Mereka Berjibaku di
Pedalaman Papua”, Kompas, 23 November 2015, halaman 15). Dua kalimat ini sengaja saya
kutip karena saya senang membacanya. Selama ini yang sering saya dengar bukan ”tetaplah
bersemangat”, melainkan ”tetaplah semangat”. Ini juga melanda wartawan dan pejabat
negara. Mereka tidak menyadari bahwa bersemangat dan semangat adalah dua kata
berbeda.

Hal serupa kita temukan pada penggunaan
kata bahaya dan berbahaya atau beda dan berbeda. Banyak dari kita menyamakan label kelas
kata kedua kata itu. Padahal, bukan hanya label kelas katanya yang berbeda, melainkan juga
maknanya. Mereka lupa bahwa semangat adalah nomina atau kata benda
dan bersemangat adalah verba atau kerja. Begitu pula dengan beda dan bahaya. Contoh:

22

sebagai kata benda, bahaya bermakna ’yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana,
kesengsaraan, kerugian dan sebagainya)’, sedangkan berbahaya bermakna ’terancam
bahaya’ atau ’ada bahayanya’ dan ’mungkin mendatangkan bahaya’. Keduanya saya kutip dari
KBBI IV. Dibandingkan dengan kita, pengguna bahasa Inggris jarang mencampuradukkan
kata danger dan dangerous. Tampaknya mereka lebih tertib berbahasa.

Memang ada perbedaan label kelas kata di antara kata-kata dalam dua bahasa
ini. Danger yang sama artinya dengan bahaya diberi label kelas kata sama oleh kedua bahasa,
yaitu nomina. Namun, berbahaya yang dalam label kelas kata bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai verba, dalam bahasa Inggris kata dangerous ditempatkan pada posisi
adjektiva.Banyak kata lain yang juga kehilangan prefiks ber-. Sering kali penghilangan itu
semata-mata karena ketidaktahuan pengguna bahasa.

Misalnya, ada yang bertanya mengapa kita harus menggunakan kalimat ”aku bertanya
kepadanya”, padahal kita dapat menggunakan kalimat ”aku tanya kepadanya”. Perbedaannya
jelas ada. Kalimat pertama menggunakan kata bertanya sebagai kata kerja, sedangkan kalimat
kedua digunakan tanya sebagai kata benda. Dengan kata lain yang baku adalah kalimat
pertama karena adanya keharusan menggunakan awalan ber- itu. Kata yang paling banyak
disalahartikan belakangan ini adalah fokus. Ini terjadi karena hilangnya prefiks ber-. Tidak
sedikit orang memaknai kata fokus dengan kata berfokus atau terfokus. Misalnya, ada menteri
yang mengatakan, ”kini program pemerintah fokus pada pembangunan infrastruktur”,
padahal yang dimaksudkannya adalah ”kini program pemerintah berfokus atau terfokus pada
pembangunan infrastruktur”. Karena arti fokus adalah ’pusat’, tentu saja berfokus bermakna
’berpusat’ dan terfokus berarti ’terpusat’. Jika kata fokus ingin digunakan tanpa
awalan ber- atau ter-, mestinya kalimat mengalami perubahan struktur. Kalimat itu berubah
menjadi ”fokus program pemerintah saat ini adalah pembangunan infrastruktur”. Salah
kaprah kerap terjadi tanpa kita sadari. Lama-kelamaan salah kaprah ini menjadi ”benar
kaprah”.

Ketika Tom Two Arrows, seorang Indian Amerika, datang di negeri kita beberapa
dasawarsa lalu, ia dihadirkan di beberapa kota untuk bercerita tentang suku Indian di
Amerika. Di Medan ia berbicara di lapangan basket sebuah sekolah. Ia berkisah tentang
dirinya kepada pengunjung. Ketika ia mengatakan telah berkawin dan mempunyai beberapa
orang anak, hampir semua hadirin tertawa. Padahal, Tom Two Arrows tidak salah karena
dalam KBBI pun dikenal kata berkawin yang artinya ’menikah’. Namun, karena kita jarang
menggunakan kata berkawin sebagai ganti menikah atau kawin, sesuatu yang benar pun
akhirnya kita tertawakan. Inilah risikonya jika kita terbiasa melenyapkan awalan yang
mestinya dihadirkan itu.

Rangkuman

1. Dalam bahasa Indonesia, penentuan kategori kata belum ada penyeragaman. Para ahli
mengategorikan jenis kata berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Ahli tata bahasa
tradisional mengategorikan jenis kata berdasarkan nalar dan logika. Ahli tata bahasa
struktural mengategorikan kata berdasarkan kesamaan perilaku kata, kesamaan
fungsi kata dalam kalimat, dan kesamaan struktur kata.

2. Secara semantik, nomina dapat dibatasi dengan kata yang megacu terhadap benda,
manusia, binatang, dan pengertian. Secara sintaksis, nomina bercirikan perilaku

23

mendukung fungsi subjek dan objek dalam kalimat; lazim dinegatifkan dengan kata
bukan; diikuti adjektiva baik dengan disisipi oleh kata-kata yang maupun
tidak;didahului pewatas yang berupa numeralia, preposisi, dan membentuk frasa
preposisional.
3. Pronomina adalah semua kata yang digunakan untuk mengganti kata yang diacunya.
Berdasarkan yang diacunya, pronomina terdiri atas lima macam, yakni pronomina
persona, pronomina penunjuk, pronomina penanya, pronomina pemilikan
(pronomina posesif), dan pronomina penghubung (pronomina relatif).
4. Verba dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya (perilaku sintaksis) dan berdasarkan
bentuknya (perilaku morfologisnya). Berdasarkan jenisnya dikenal adanya verba
intransitif, transitif (ekatransitif), transitif(dwitransitif), verba semitransitif, dan verba
pasif. Berdasarkan bentuknya dikenal verba pokok kata (bentuk dasar terikat), verba
bentuk dasar bebas, verba berimbuhan (berafiks) , verba berulang, dan verba
majemuk.
5. Adjektiva dapat dibatasi dengan sudut pandang fungsi kata tersebut terhadap kata
lain dalam kalimat. Berdasarkan fungsi tersebut, adjektiva adalah kata yang
memberikan sifat khusus, watak, atau keadaan nomina yang disebutkan lebih dahulu.
Adjektiva terdiri atas beberapa bentuk, yakni bentuk dasar, bentuk berafiks, bentuk
berulang, dan bentuk majemuk.
6. Numeralia atau kata bilangan adalah semua kata yang menyatakan jumlah benda atau
yang menunjukkan tempat suatu benda dalam sebuah deretan benda-benda.
7. Adverbia (kata keterangan) adalah semua kata yang berfungsi sebagai keterangan
dalam bentukan frasa atau dalam bentukan kalimat.
8. Kata tugas adalah kata yang berfungsi merangkaikan kata atau bagian-bagian kalimat.
Selain itu, kata tugas ini tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna
gramatikal. Kata tugas memiliki bergama jenis, yaitu preposisi, konjungsi, artikula,
interjeksi, dan partikel penegas.

24


Click to View FlipBook Version