40 keinginan Anda pada pop-up yang muncul. Setelah itu, klik tombol "Done". 10. Pada bagian kiri atas, Anda akan melihat proyek bernama "My First Project" secara default. Proyek tersebut juga terhubung dengan akun Cloud Billing yang Anda masukkan sebelumnya. 11. Di pojok kanan atas layar, klik tombol "Activate" untuk mengaktifkan kredit sebesar 300 dolar. 12. Sebuah pop-up akan muncul. Klik tombol "Activate" dan "Continue". Gambar 3.4 Sukses Aktivasi 13. Untuk mengonfirmasi apakah kredit sebesar 300 dolar telah ditambahkan ke akun Anda, klik bilah navigasi di pojok kiri atas dan buka menu "Billing".
41 Gambar 3.5 Kredit 14. Pada halaman "Overview", scroll hingga Anda menemukan bagian "Credits" di sebelah kanan. Jika tampilannya seperti contoh, berarti Anda berhasil mendapatkan kredit sebesar 300 dolar. 15. Anda telah berhasil membuat akun Google Cloud dan mendapatkan kredit. Jika Anda mengalami masalah saat membuat akun karena masalah verifikasi kartu kredit/debit, ada beberapa kemungkinan penyebabnya, seperti saldo yang tidak mencukupi, kartu kredit/debit tidak mendukung pembayaran internasional, atau perlu verifikasi manual menggunakan formulir yang dapat ditemukan setelah pengisian metode pembayaran gagal. Proses verifikasi manual membutuhkan waktu beberapa hari. Jadi, tunggu dan coba lagi secara berkala. Setelah akun Google Cloud Anda aktif, Anda dapat menggunakan beberapa layanan di Google Cloud menggunakan proyek bawaan "My First Project".
42 3.1.2. Cara membuat project di google cloud Untuk menggunakan layanan Google Cloud, Anda perlu membuat sebuah project terlebih dahulu. Setiap layanan dan sumber daya di Google Cloud terkait dengan project tersebut. Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat project menggunakan gcloud CLI: 1. Buka Cloud Shell di kanan atas halaman Google Cloud Console. Pastikan Anda sudah login dengan akun yang tepat. Jika Anda menggunakan terminal di komputer pribadi yang sudah terinstal gcloud CLI, Anda bisa langsung menggunakan terminal tersebut. Gambar 3.6 Cloud Shell 2. Jalankan perintah berikut: gcloud projects create project_id Pastikan `project_id` yang Anda tentukan unik. Jika muncul popup, klik tombol "Authorize". 3. Untuk memastikan project telah berhasil dibuat, jalankan perintah berikut: gcloud projects list 4. Untuk melihat detail dari project yang telah dibuat, jalankan perintah ini: gcloud projects describe project_id
43 Terminal akan menampilkan informasi detail mengenai project, seperti nama project, project ID, dan project number. 5. Secara default, nama project akan sama dengan project ID yang telah dibuat. Untuk mengubah nama project, Anda dapat menggunakan perintah berikut (ganti `project_id` dan `project_name` sesuai dengan konfigurasi Anda): gcloud projects update project_id -- name=project_name 6. Terakhir, arahkan terminal untuk menggunakan project yang baru dibuat sebagai default project dengan menjalankan perintah berikut: gcloud config set project project_id Anda telah berhasil membuat project menggunakan gcloud CLI. Sekarang Anda dapat melanjutkan dengan menggunakan layanan-layanan menarik lainnya di Google Cloud. 3.1.3. Cara menghubungkan project dengan cloud billing account Untuk menghubungkan project Anda dengan Cloud Billing account, ikuti langkah-langkah berikut: 1. Buka menu "Billing" pada navigasi menu di Google Cloud Console. Gambar 3.7 Billing
44 2. Jika Anda melihat pemberitahuan bahwa project Anda belum terhubung ke Cloud Billing account, pilih "Link a billing account". 3. Jika tidak melihat tampilan tersebut, klik "Billing account" dan pilih "Manage Billing Accounts". 4. Pada tab "My Projects", pilih titik tiga di project yang ingin Anda hubungkan, lalu pilih "Change billing". Gambar 3.8 Manage Billing Accounts 5. Pilih Cloud Billing account yang ingin Anda hubungkan dengan project. Misalnya, pilih "My Billing Account" sebagai Cloud Billing account default. Klik "Set Account". 6. Anda akan diarahkan ke halaman "Overview" yang menampilkan informasi tentang Cloud Billing account, sisa kredit gratis dan masa aktif akun free trial, serta project yang terhubung dengan Cloud Billing account. 7. Untuk melihat daftar Cloud Billing account yang Anda miliki atau membuat Cloud Billing account baru, pilih nama Cloud Billing account Anda di bagian atas console, lalu pilih "Manage billing accounts". 8. Pada tab "My Billing Accounts", Anda dapat melihat daftar Cloud Billing account yang Anda miliki. Pada tab "My Projects", Anda dapat melihat daftar project yang terhubung dengan akun Google Cloud Anda.
45 9. Jika Anda ingin membuat Cloud Billing account baru, pilih "Create account". Isi nama Cloud Billing account dan negara yang diinginkan, lalu klik "Continue". Selanjutnya, isi profil pembayaran seperti saat Anda pertama kali mendaftar akun Google Cloud. Klik "Submit and Enable Billing" untuk membuat dan mengaktifkan Cloud Billing account baru. Anda telah berhasil menghubungkan project Anda dengan Cloud Billing account. Anda juga telah mempelajari cara membuat Cloud Billing account baru. Sekarang, Anda siap untuk menjelajahi layanan-layanan menarik di Google Cloud. Lanjutkan ke materi selanjutnya! 3.1.4. Cara membuat budget alerts Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat budget alerts pada Google Cloud: 1. Buka halaman "Billing" di konsol Google Cloud. 2. Pilih menu "Budgets & alerts". 3. Pilih "Create Budget". 4. Isi formulir dengan detail berikut: • Name: Berikan nama pada budget yang akan Anda buat, misalnya "My Monthly Budget". • Projects: Pilih apakah budget ini berlaku untuk project tertentu atau semua project ("All projects"). • Target amount: Tentukan jumlah total budget yang ingin Anda tetapkan, misalnya 100.000. • Set alert threshold rules: Atur aturan batas peringatan untuk mengirimkan email saat persentase yang ditentukan tercapai. Anda dapat menggunakan pengaturan default.
46 • Manage notifications: Opsional, Anda dapat menghubungkan pemberitahuan budget dengan layanan Cloud Pub/Sub jika diperlukan. Biarkan sesuai pengaturan default jika tidak diperlukan. 5. Klik "Finish". Anda telah berhasil membuat budget alerts. Anda akan menerima peringatan melalui email saat jumlah pengeluaran yang ditentukan tercapai. Dengan menggunakan fitur ini, Anda dapat mengontrol dan mengelola tagihan dengan lebih efektif. 3.2. Layanan Komputasi di Google Cloud Dalam konteks penelitian ini, selain mempersiapkan akun di Google Cloud seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, langkah berikutnya adalah memahami berbagai layanan komputasi yang ditawarkan di Google Cloud. Layanan-layanan ini mencakup Engine App yang memungkinkan pembuatan dan hosting aplikasi dengan mudah, Compute Engine yang menyediakan mesin virtual yang dapat diukur dan fleksibel, Dengan memahami fitur-fitur ini, Anda dapat memilih layanan yang paling sesuai dengan kebutuhan aplikasi dan infrastruktur Anda. 3.2.1. Cara membuat compute engine instance dengan gcloud console Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat Compute Engine Instance menggunakan Google Cloud Console: 1. Buka halaman "Compute Engine" melalui menu Navigation -> Compute Engine. 2. Pilih "Create Instance" untuk membuat instance baru. 3. Isi properti untuk VM dengan detail berikut:
47 • Name: Berikan nama untuk VM, misalnya "my-first-vm". • Region and Zone: Pilih lokasi untuk menjalankan VM, seperti "asia-southeast2" untuk Region dan "asia-southeast2-a" untuk Zone. • Machine configuration: Pilih spesifikasi mesin yang akan digunakan, misalnya "e2-micro". • Boot disk: Pilih sistem operasi yang akan dijalankan pada VM, misalnya "Ubuntu 18.04 LTS". • Identity and API access: Biarkan sesuai default. • Firewall: Centang opsi "Allow HTTP traffic" jika ingin mengaktifkan akses melalui protokol HTTP ke VM. • Management, security, disks, networking, sole tenancy: Biarkan sesuai default. 4. Jika perlu, Anda dapat melihat ekivalen perintah baris yang sesuai dengan konfigurasi yang Anda pilih pada bagian bawah halaman. 5. Klik "Create" untuk membuat VM. 6. Tunggu beberapa saat hingga VM selesai diproses. Ketika VM sudah berjalan dan siap digunakan, Anda akan melihat tanda centang hijau di sebelah nama VM. Setelah VM berhasil dibuat, Anda dapat menjalankan web server di dalamnya dengan langkah-langkah berikut: 1. Pilih tombol SSH pada kolom "Connect" di halaman VM instances untuk masuk ke VM melalui SSH. Jika Anda menggunakan Cloud Shell, jalankan perintah berikut: gcloud compute ssh vm_name --zone=vm_zone Gantilah `vm_name` dengan nama VM Anda dan `vm_zone` dengan zona VM yang sesuai.
48 2. Setelah terhubung ke VM melalui SSH, Anda dapat menginstal web server NGINX dengan perintah berikut: sudo apt-get install nginx 3. Setelah NGINX terinstal, buka kembali halaman web server VM dengan mengklik External IP pada halaman VM instances. Jika halaman default NGINX muncul, berarti instalasi web server berhasil. 4. Untuk mengubah tampilan halaman web, jalankan perintah berikut di terminal VM: sudo nano /var/www/html/index.nginx-debian.html Ubah isi file HTML sesuai keinginan Anda, contohnya seperti dibawah ini: 1. <!DOCTYPE html> 2. <html> 3. <head> 4. <title>Welcome to nginx!</title> 5. <style> 6. body { 7. width: 35em; 8. margin: 0 auto; 9. font-family: Tahoma, Verdana, Arial, sansserif; 10. } 11. </style> 12. </head> 13. <body> 14. <h1>Welcome to nginx!</h1> 15. <h2>Let's build great app with Google Cloud!</h2> 16. <p>the nginx web server is successfully installed.</p> 17. 18. <p>For online support please refer to 19. <a href="http://nginx.org/">nginx.org</a>.<br/> 20. Commercial support is available at 21. <a href="http://nginx.com/">nginx.com</a>.</p> 22. 23. <p><em>Thank you for using nginx.</em></p> 24. </body> 25. </html>
49 5. Simpan perubahan dengan menekan `CTRL+X`, tekan `Y` untuk menyimpan, dan tekan `Enter`. 6. Refresh halaman web untuk melihat perubahan yang telah Anda buat. Jangan lupa untuk melakukan "Clean Up" dengan menghentikan atau menghapus instance dan sumber daya lainnya ketika sudah tidak digunakan. Ini akan membantu menghemat biaya yang dikeluarkan. Untuk menghapus VM instance melalui Google Cloud Console, pilih VM yang akan dihapus, lalu klik "Delete" di bagian atas halaman. Gambar 3.9 Menghapus VM 3.2.2. Cara deploy aplikasi node.js menggunakan app engine Setelah mempelajari App Engine, langkah selanjutnya adalah belajar cara melakukan deployment aplikasi menggunakan Node.js di layanan tersebut. Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan deployment aplikasi ke App Engine: 1. Buka menu navigasi dan pilih App Engine. 2. Pada halaman App Engine, klik "Create Application".
50 3. Pilih region tempat Anda ingin menempatkan aplikasi Anda. Juga pilih akun layanan yang akan digunakan oleh App Engine. Setelah itu, klik "Next". Gambar 3.10 Pilih Region dan Identity & API Access 4. Pada langkah berikutnya, pilih bahasa dan environment yang akan digunakan. Langkah ini opsional dan dapat diubah nantinya. App Engine application sudah dibuat, dan Anda dapat melihat panduan untuk melakukan deployment aplikasi ke App Engine di sebelah kanan. Pilih "I'll do this later" di bagian bawah.
51 Gambar 3.11 Memilih Bahasa dan Environment pada App Engine 5. Anda akan mendapatkan konfirmasi bahwa App Engine application telah berhasil dibuat. Selanjutnya, kita akan mulai melakukan deployment aplikasi. Gambar 3.12 Konfirmasi App Engine telah berhasil dibuat 6. Siapkan project yang akan di-deploy. Buka Cloud Shell dan klik "Open Editor". 7. Setelah Cloud Shell Editor terbuka, pilih "Terminal" -> "New Terminal". 8. Selanjutnya, clone kode dari repositori GitHub dengan menggunakan perintah berikut (perintah dibawah hanya contoh): git clone -b gae-lab https://github.com/gunadarma/123.git
52 9. Proses cloning akan berlangsung. Setelah selesai, lanjutkan dengan masuk ke direktori aplikasi menggunakan perintah "123/". 10. Jalankan aplikasi secara lokal terlebih dahulu dengan perintah "npm start". 11. Aplikasi Anda sekarang berjalan secara lokal di Cloud Shell. Untuk memeriksa, gunakan fitur Web Preview. Klik ikon "Web Preview" -> "Change port". 12. Pada kolom "Port Number", masukkan angka 8000, lalu klik "Change and Preview". 13. Aplikasi akan muncul di tab browser Anda. Untuk menghentikan server lokal, tekan Ctrl+C pada terminal Cloud Shell. 14. Untuk menjalankan aplikasi Node.js di App Engine, diperlukan berkas "app.yaml" yang berisi konfigurasi aplikasi, termasuk informasi runtime yang akan digunakan. 15. Anda juga dapat menambahkan variabel lingkungan, pengaturan scaling, dan menentukan service yang ingin digunakan dalam berkas "app.yaml". Jika Anda ingin mengembangkan beberapa service, setiap aplikasi harus memiliki berkas "app.yaml" sendiri. 16. Untuk melakukan deployment, jalankan perintah "gcloud app deploy" di terminal Cloud Shell (pastikan Anda berada di folder "123"). 17. Jika diminta, masukkan "Y". 18. Setelah proses deployment selesai, Anda akan mendapatkan informasi endpoint/url aplikasi Anda dengan format "https://projectid.et.r.appspot.com". 19. Buka endpoint tersebut melalui web browser dan Anda akan melihat aplikasi yang sudah di-deploy.
53 Dalam beberapa kasus, Anda mungkin tidak ingin versi terbaru aplikasi langsung digunakan oleh semua pengguna. Fitur "Split traffic" di App Engine memungkinkan Anda melakukan pengujian A/B terhadap aplikasi atau melakukan deployment secara bertahap ketika versi baru mengalami kesalahan atau tidak sesuai kebutuhan. Anda juga dapat dengan mudah melakukan rollback ke versi sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkahnya: 1. Masih di Cloud Shell Editor, buka berkas "app.js" dan ubah responsenya menjadi "Hello, world! Welcome to App Engine updated version!". 2. Simpan perubahan tersebut, lalu deploy aplikasi ke App Engine dengan perintah "gcloud app deploy". 3. Buka halaman "App Engine Versions" di Google Cloud console melalui Navigation Menu -> App Engine -> Versions, dan Anda akan melihat versi baru aplikasi telah dibuat. 4. Untuk membagi traffic, pilih "Split Traffic". 5. Terdapat tiga cara pembagian traffic: IP address, Cookie, dan Random. • Jika menggunakan IP address, setiap IP yang melakukan request akan ditranslasikan menjadi hash antara 0-999. Metode ini dapat menimbulkan masalah jika pengguna mengubah alamat IP saat berpindah jaringan. • Penggunaan Cookie lebih disarankan. Ketika sebuah HTTP request memiliki header cookie bernama "GOOGAPPUID", request tersebut akan diarahkan ke versi yang ditentukan. • Metode Random akan secara acak mengarahkan request sesuai dengan pembagian yang ditentukan. 6. Pada latihan ini, kita akan membagi traffic secara acak. Pilih versi yang diinginkan, lalu atur persentase traffic.
54 Gambar 3.13 Split Traffic 7. Setelah itu, klik "Save". 8. Setelah berhasil menyimpan mekanisme Split Traffic, jalankan kembali aplikasi di browser. Reload beberapa kali, dan Anda akan melihat tampilan versi yang berbeda secara acak. 3.3. Layanan Data di Google Cloud Dalam konteks penelitian ini, setelah memahami layanan komputasi di Google Cloud, langkah selanjutnya adalah memahami berbagai layanan data yang ditawarkan. Layanan data di Google Cloud mencakup berbagai jenis penyimpanan data seperti File Storage, Block Storage, dan Object Storage. Selain itu, terdapat juga berbagai jenis database yang dapat digunakan, seperti relational database (MySQL, PostgreSQL, dll) dan non-relational database (MongoDB, Cassandra, dll).
55 Dengan memahami berbagai layanan data ini, Anda dapat memilih solusi penyimpanan dan database yang paling cocok untuk kebutuhan aplikasi dan analisis data Anda. Penggunaan layanan data yang tepat akan membantu meningkatkan efisiensi, skalabilitas, dan kinerja aplikasi Anda di Google Cloud Platform. 3.3.1 Cara berinterkasi dengan storage menggunakan cloud console Untuk membuat bucket Cloud Storage melalui Google Cloud console, ikuti langkah-langkah berikut: 1. Buka halaman Cloud Storage dengan memilih menu navigasi dan pilih Cloud Storage. Gambar 3.14 Cloud Storage 2. Di halaman tersebut, Anda akan melihat daftar bucket yang Anda miliki. Untuk membuat bucket baru, pilih "Create Bucket". 3. Isi formulir sesuai keinginan: • Nama: Nama bucket yang unik secara global, misalnya "gunadarmastorage-angkaunik". • Location type dan Location: Tempat penyimpanan bucket Cloud Storage, misalnya "Region" untuk Location type dan "asiasoutheast2" untuk Location.
56 • Default storage class: Kelas penyimpanan yang ingin digunakan, misalnya "Standard". • Access control: Pengaturan izin akses, misalnya "Fine-grained". 4. Setelah mengisi formulir, pilih "Create". Setelah berhasil membuat bucket, Anda akan diarahkan ke halaman detail bucket tersebut. Untuk mengunggah objek ke dalam bucket, ikuti langkah berikut: 1. Klik tombol "Upload Files" di halaman detail bucket. 2. Pilih berkas yang ingin Anda unggah. 3. Halaman detail bucket akan menampilkan daftar berkas yang telah diunggah. Klik nama berkas untuk melihat detail objek tersebut. 4. Klik nilai "Authenticated URL" untuk membuka tab baru yang menampilkan isi objek tersebut. Namun, URL tersebut mungkin panjang dan sulit dibaca karena berkas masih bersifat privat. 5. Untuk membuat berkas menjadi publik, klik tombol "Edit Access" di halaman detail objek. 6. Pilih "Add Entry", ubah "User" menjadi "Public" pada kolom "Entity", lalu klik "Save". 7. Anda akan melihat bahwa berkas sekarang memiliki tautan publik pada bagian "Public URL". Klik tautan tersebut untuk melihat berkas dengan URL yang lebih mudah dibaca. Jika Anda ingin memberikan akses publik ke semua berkas dalam satu bucket, ikuti langkah berikut: 1. Buka halaman Cloud Storage Browser dengan mengklik "Browser" pada menu sebelah kiri.
57 2. Centang bucket yang diinginkan, lalu pilih menu dropdown (titik tiga di sebelah kanan bucket) dan pilih "Edit access". 3. Klik "Add Principal". 4. Isikan "allUsers" sebagai "New principals", dan berikan "Role" sebagai "Storage Object Viewer". 5. Klik "Save". Ketika muncul popup, pilih "Allow Public Access". 6. Anda akan melihat bahwa bucket sekarang memiliki akses publik (lihat kolom "Public access" yang bernilai "Public to internet"). Secara otomatis, semua berkas di dalam bucket tersebut juga memiliki akses publik karena hak akses diberikan pada tingkat bucket. Untuk mengurangi biaya penyimpanan, objek dapat dipindahkan ke kelas penyimpanan "Nearline" atau "Coldline" yang lebih murah. Objek juga dapat dihapus setelah mencapai usia tertentu jika tidak lagi dibutuhkan. Lifecycle management memungkinkan Anda mengatur siklus hidup objek secara otomatis. Ikuti langkah berikut untuk menggunakan fitur ini: 1. Buka halaman Cloud Storage Browser. Klik nama bucket yang diinginkan, lalu buka tab "Lifecycle" dan klik "Add a Rule". 2. Tentukan aturan lifecycle yang Anda inginkan. Misalnya, Anda ingin menghapus objek setelah berusia lebih dari 30 hari atau memiliki 5 versi baru. Pada "Select an action", pilih "Delete object". 3. Pada "Select object conditions", atur aturan seperti ini: Klik "Continue", lalu "Create". Aturan ini akan aktif maksimal dalam 24 jam.
58 Gambar 3.15 Memilih Kondisi Object Anda telah berhasil berinteraksi dengan Cloud Storage menggunakan Google Cloud console. Anda dapat mengunggah objek ke bucket, mengatur akses publik, dan mengaktifkan lifecycle management untuk mengurangi biaya. 3.3.2. Cara membuat cloud sql instance Setelah mempelajari Cloud SQL sebelumnya, dalam latihan ini kita akan belajar membuat instance Cloud SQL. Mari kita langsung mulai praktiknya. Untuk membuat instance Cloud SQL, langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Masuk ke halaman Cloud SQL melalui Navigation menu, lalu pilih SQL. 2. Pada halaman Cloud SQL, buat instance baru dengan memilih "Create instance". 3. Pilih database engine yang akan digunakan, dalam latihan ini kita akan menggunakan MySQL. Klik "Choose MySQL".
59 4. Selanjutnya, isi konfigurasi untuk instance yang akan Anda buat: • Instance ID: Nama unik untuk instance, isi sesuai keinginan Anda. • Password: Password untuk mengakses server SQL, isi sesuai keinginan Anda. • Database version: Versi database yang digunakan, pilih MySQL 5.7. • Region: Lokasi region untuk penyimpanan data, pilih asiasoutheast2. • Zonal availability: Ketersediaan instance Cloud SQL, pilih Single zone untuk saat ini. • Klik panah pada "Show Configuration Options". • Machine Type: Tipe mesin yang akan menjalankan instance Cloud SQL, pilih Shared core dengan 1 vCPU dan 0.614 GB. • Storage: Jenis penyimpanan untuk instance Cloud SQL, pilih Storage type HDD dengan kapasitas 10 GB. • Connections: Pengaturan koneksi ke instance database, biarkan sesuai default untuk saat ini. 5. Jika semua sudah sesuai, klik "Create Instance" di bagian bawah halaman. 6. Tunggu beberapa saat, Cloud SQL akan menyiapkan instance Anda. Ketika instance siap digunakan, akan muncul tanda centang hijau di samping Instance ID. 7. Setelah instance Cloud SQL siap, pergi ke menu "Connections" di sebelah kiri. Pada bagian "Authorized networks", klik tombol "Add Network". Di langkah ini, masukkan rentang alamat IP yang diizinkan untuk mengakses instance. Gunakan CIDR notation. Isi Name dengan "Public" dan Network dengan range 0.0.0.0/0. Klik "Done" dan pilih "Save". Sebagai alternatif, Anda dapat membuat instance Cloud SQL menggunakan Cloud Shell. Berikut adalah perintah yang perlu dijalankan:
60 1. Jalankan perintah berikut untuk membuat instance Cloud SQL: gcloud sql instances create instance_name -- tier=machine_type --region=location Gantilah "instance_name" dengan nama yang diinginkan, "machine_type" dengan tipe mesin yang diinginkan, dan "location" dengan region yang diinginkan. 2. Untuk mengatur password, jalankan perintah berikut: gcloud sql users set-password root --host=% -- instance=instance_name --password=password Gantilah "instance_name" dengan nama instance yang sudah dibuat sebelumnya, dan "password" dengan password yang diinginkan. 3.4. Layanan Jaringan di Google Cloud Dalam konteks penelitian ini, kami akan menjelaskan tentang Layanan Jaringan di Google Cloud Platform. Layanan jaringan ini memainkan peran krusial dalam menghubungkan dan mengelola komunikasi antara sumber daya yang ada di lingkungan cloud. 3.4.1. Cara Deploy Aplikasi dengan Global External HTTP(S) Load Balancing Berikut adalah langkah-langkah untuk berlatih deploy aplikasi dengan Global External HTTP(S) Load Balancing: 1. Konfigurasi Firewall Rule: • Buka halaman Firewall rule melalui menu Navigation -> VPC network -> Firewall. • Klik tombol "Create Firewall Rule" di bagian atas halaman. • Isi form dengan informasi berikut:
61 o Name: allow-http o Network: default o Targets: Specified target tags o Target tags: http-server o Source filter: IPv4 ranges o Source IP ranges: 0.0.0.0/0 o Protocols and ports: Pilih "Specified protocols and ports" dan centang tcp, kemudian isikan port 80. • Klik "Create" untuk membuat rule HTTP firewall. • Buat satu firewall rule lagi untuk health check dengan informasi berikut: o Name: allow-health-check o Network: default o Targets: Specified target tags o Target tags: http-server o Source filter: IPv4 ranges o Source IP ranges: 130.211.0.0/22, 35.191.0.0/16 o Protocol and ports: Pilih "Specified protocols and ports" dan centang tcp. • Klik "Create" untuk membuat rule health check. 2. Membuat Instance Template dan Instance Group: • Buka halaman Instance templates melalui menu Navigation -> Compute Engine -> Instance templates. • Klik "Create Instance Template" di bagian atas halaman. • Isi informasi untuk instance template pertama dengan nama, subnet, startup script, dan tag yang sesuai. • Klik "Create" untuk membuat instance template pertama. • Buat satu instance template lagi untuk region lain dengan menggunakan instance template yang sudah ada dan ubah informasinya sesuai kebutuhan.
62 • Setelah kedua instance template terbuat, buat instance group dengan menggunakan template-template tersebut untuk masing-masing region. 3. Konfigurasi Load Balancer: • Buka halaman Load balancing melalui menu Navigation -> Network services -> Load balancing. • Klik "Create Load Balancer". • Pilih "Start configuration" pada HTTP(S) Load Balancing. • Berikan nama untuk load balancer dan ikuti langkah-langkah yang ada pada wizard untuk mengkonfigurasi backend, health check, dan frontend. • Pada backend configuration, tambahkan backend baru dengan menggunakan instance group yang sudah dibuat untuk masingmasing region. • Konfigurasikan juga health check untuk memantau kondisi ketersediaan instance. • Pada frontend configuration, tambahkan frontend IP dan port untuk menerima lalu lintas. • Setelah selesai, klik "Create" untuk membuat load balancer. • Tunggu hingga load balancer selesai dibuat. 4. Stress Test terhadap Load Balancer: • Buka Cloud Shell dan install Siege dengan menjalankan perintah `sudo apt-get install siege`. • Jalankan perintah `siege -c 250 http://load_balancer_ip` untuk memulai stress test dengan menggunakan load balancer IP yang telah dibuat. • Buka halaman Load balancing dan periksa alur lalu lintas pada tab Monitoring.
63 • Tekan CTRL+C pada Cloud Shell untuk menghentikan proses stress test Siege. 5. Clean Up: Jangan lupa untuk menghapus semua resource yang telah dibuat selama latihan ini untuk menghindari penagihan di masa mendatang. Pastikan untuk mengikuti langkah-langkah dengan hati-hati dan melakukan clean up setelah selesai. Latihan ini membantu Anda memahami cara deploy aplikasi menggunakan Global External HTTP(S) Load Balancing di Google Cloud Platform. 3.5. Monitoring dan Logging Dalam konteks penelitian ini, setelah memahami layanan data di Google Cloud, langkah selanjutnya adalah memahami tentang monitoring dan logging di platform ini. Monitoring dan logging adalah aspek penting dalam mengelola lingkungan cloud, karena membantu memantau kinerja aplikasi dan infrastruktur, serta mendeteksi potensi masalah atau kegagalan. Google Cloud menyediakan berbagai layanan untuk monitoring dan logging, seperti Cloud Monitoring yang memungkinkan pemantauan real-time atas metrik dan kinerja aplikasi serta layanan, dan Cloud Logging yang menyimpan dan mengelola log dari berbagai layanan di lingkungan cloud Anda. Dengan memanfaatkan layanan ini, Anda dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah, mengoptimalkan kinerja, dan mengambil tindakan proaktif untuk menjaga keandalan dan stabilitas lingkungan cloud Anda.
64 3.5.1. Cara Memantau Aplikasi Menggunakan Cloud Monitoring Berikut adalah langkah-langkah untuk berlatih menggunakan Cloud Monitoring untuk memantau aplikasi dan mengatur pemberitahuan: 1. Menyiapkan Web Server: • Buka halaman Cloud Monitoring melalui menu Navigation -> Monitoring. • Klik pada menu Metrics Scope dan pastikan project yang diinginkan terdaftar. • Buat sebuah VM instance baru dan instal Apache web server di dalamnya. • Pastikan web server berjalan dengan mengakses External IP melalui browser. • Kembali ke SSH terminal dan instal Cloud Monitoring agent dan Cloud Logging agent pada VM instance. 2. Membuat Uptime Check dan Alerts: • Buka halaman Cloud Monitoring dan masuk ke menu Uptime checks pada menu di samping kiri. • Klik "Create Uptime Check" untuk membuat uptime check baru. • Isi informasi seperti Title, Target (Protocol, Resource Type, Instance), Check Frequency, dan Alert & Notification (Duration, Notification Channels). • Tambahkan alamat email pada Notification Channels untuk menerima pemberitahuan ketika terjadi downtime. • Klik "Create" untuk membuat uptime check. • Tunggu hingga proses uptime check selesai dan menampilkan centang hijau. 3. Dashboard dan Charts: • Buka halaman Dashboard melalui menu Navigation -> Monitoring
65 -> Dashboard. • Klik "Create Dashboard" untuk membuat dashboard baru. • Berikan nama dashboard yang diinginkan. • Klik "Add Chart" untuk membuat chart baru. • Pilih jenis chart (misalnya, Line) dan metric yang ingin ditampilkan (misalnya, CPU utilization). • Tambahkan metric lain jika diperlukan. • Simpan dashboard dan lihat metrics dalam chart yang ditampilkan. Setelah mengikuti langkah-langkah di atas, Anda akan dapat memantau aplikasi menggunakan Cloud Monitoring dan menerima pemberitahuan ketika terjadi downtime. Anda juga dapat membuat dashboard kustom untuk melihat metrics yang diinginkan. Pastikan untuk mengikuti langkah-langkah dengan hati-hati dan menyesuaikannya dengan kebutuhan Anda. Latihan ini membantu Anda memahami cara menggunakan Cloud Monitoring untuk memantau aplikasi di Google Cloud Platform. 3.5.2. Cara Melihat Log Menggunakan Cloud Logging Setelah berhasil melakukan pemantauan dan membuat dashboard, sekarang kita akan melihat log menggunakan layanan Cloud Logging. Mari kita mulai! Berikut adalah langkah-langkahnya: 1. Buka Google Cloud console dan pergi ke halaman Cloud Logging dengan menggunakan Navigation menu -> Logging.
66 Gambar 3.16 Cloud Logging 2. Tampilkan log untuk VM instance yang telah kita buat sebelumnya dengan memilih "VM Instance" pada bagian "Resource Type" di sebelah kiri. Anda dapat melihat semua log yang telah disimpan. 3. Anda juga dapat menampilkan log berdasarkan jenis log-nya. Misalnya, jika Anda hanya ingin melihat log audit, pilih "cloudaudit.googleapis.com/activity" pada bagian "Log Name". 4. Untuk melihat detail log, klik tanda panah pada log yang diinginkan. 5. Untuk mengekspor log, klik "More actions" -> "Create sink" di bagian kanan halaman. Ini akan membuka tab baru. 6. Isi "Sink details" dan "Sink destination" sesuai keinginan Anda. Setelah itu, klik "Create Sink". 7. Ketika sink telah dibuat, Google Cloud akan membuat akun layanan yang bertugas menyimpan log di tujuan penyimpanan. Log yang diekspor ke
67 Cloud Storage akan dikumpulkan dan disimpan setiap jam, sementara untuk BigQuery atau Pub/Sub akan disimpan secara langsung. Jangan lupa untuk menghapus semua sumber daya yang telah Anda buat untuk menghindari penagihan di masa mendatang, seperti VM instance, Dashboard, Uptime check, dan Sink. 3.6. Manajemen Identitas dan Akses Dalam konteks penelitian ini, manajemen identitas dan akses adalah aspek penting dalam mengelola keamanan dan penggunaan layanan di Google Cloud. Layanan Manajemen Identitas dan Akses di Google Cloud (Cloud IAM) memungkinkan pengguna untuk mengatur dan mengontrol akses pengguna terhadap berbagai sumber daya yang ada di lingkungan cloud. Melalui Cloud IAM, pengguna dapat mengidentifikasi siapa saja yang memiliki akses ke sumber daya tertentu dan menetapkan peran atau hak akses yang sesuai. Fitur ini memungkinkan administrator untuk mengelola identitas pengguna, menentukan peran yang diberikan kepada mereka, dan mengatur akses ke sumber daya berdasarkan kebutuhan bisnis. Dengan adanya manajemen identitas dan akses yang baik, tingkat keamanan lingkungan cloud dapat ditingkatkan dengan memastikan bahwa hanya pengguna yang berwenang yang memiliki akses ke sumber daya yang sensitif atau kritis. Selain itu, fitur ini juga membantu dalam mengelola dan memonitor aktivitas pengguna, serta menerapkan kebijakan keamanan yang ketat untuk menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data di Google Cloud Platform. 3.6.1. Cara Mengimplementasikan Cloud IAM Role Berikut adalah langkah-langkah untuk melatih pengimplementasian Cloud IAM Role:
68 1. Buka Google Cloud Console dan buka halaman Cloud IAM melalui menu Navigation -> IAM & Admin -> IAM. Anda dapat melihat daftar principal yang ada pada project dan peran yang mereka miliki. Gambar 3.17 Cloud IAM 2. Untuk melihat daftar principal melalui Cloud Shell, jalankan perintah berikut: gcloud projects get-iam-policy project_id Perintah di atas akan menampilkan daftar principal dan peran dalam output konsol. 3. Jika ingin mengunduh kebijakan IAM dalam format JSON, jalankan perintah berikut: gcloud projects get-iam-policy project_id -- format json > file_name.json Gantilah `project_id` dengan ID project yang sesuai. Anda dapat memberikan nama file sesuai keinginan.
69 4. Anda dapat mengedit berkas JSON untuk melakukan perubahan pada kebijakan IAM. Namun, disarankan untuk tidak mengunggah ulang berkas JSON tersebut secara langsung ke Google Cloud karena dapat menyebabkan konflik jika ada perubahan yang dilakukan oleh orang lain secara bersamaan. Sebaiknya gunakan perintah untuk menambahkan atau menghapus peran dan kebijakan. 5. Untuk memberikan peran kepada principal, jalankan perintah berikut: gcloud projects add-iam-policy-binding project_id --member prefix:email --role roles Gantilah `project_id` dengan ID project yang sesuai, `email` dengan alamat email principal yang ingin diberikan peran, dan `roles` dengan peran yang ingin diberikan. 6. Jika ingin menambahkan peran melalui Google Cloud Console, buka halaman IAM melalui menu IAM & Admin -> IAM dan klik tombol "Grant Access". Anda dapat memasukkan alamat email principal baru, memilih peran yang ingin diberikan, dan menyimpannya. 7. Anda dapat memberikan lebih dari satu peran kepada satu principal. Untuk melakukannya, buka halaman IAM, klik ikon pensil pada principal yang ingin diberikan lebih dari satu peran, dan tambahkan peran baru. Simpan perubahan yang dilakukan. 8. Anda juga dapat membuat custom role. Buka halaman IAM & Admin - > Roles, pilih role yang ada, dan klik "Create Role From Selection". Anda dapat menyesuaikan peran baru dengan mengatur permissions yang diinginkan. Berikan peran ini kepada principal yang sesuai. Pastikan untuk mengikuti langkah-langkah di atas dengan hati-hati dan menyesuaikannya dengan kebutuhan Anda. Dengan latihan ini, Anda akan dapat memberikan peran kepada principal, membuat peran kustom, dan mengatur kebijakan menggunakan Cloud IAM di Google Cloud.
70 3.7. Deploy dan Implementasi Solusi Cloud Dalam konteks penelitian ini, langkah selanjutnya setelah memahami manajemen identitas dan akses adalah melakukan deploy dan implementasi solusi cloud di Google Cloud Platform. Proses ini melibatkan penerapan dan konfigurasi aplikasi, layanan, dan infrastruktur yang telah dirancang sebelumnya ke dalam lingkungan cloud. 3.7.1. Cara Deploy Solusi Cloud dengan Google Cloud Marketplace Melalui Google Cloud Marketplace, Anda dapat dengan mudah deploy solusi cloud seperti WordPress dengan cepat dan tanpa harus menghadapi kompleksitas konfigurasi infrastruktur. Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan deployment menggunakan Google Cloud Marketplace: 1. Buka Google Cloud Console dan cari "Marketplace" dalam kolom pencarian. 2. Pilih "Marketplace" dari hasil pencarian untuk membuka halaman Google Cloud Marketplace. Gambar 3.18 Cloud Marketplace
71 3. Di halaman Marketplace, cari solusi yang ingin Anda deploy, contohnya WordPress. 4. Klik pada solusi WordPress untuk membuka halaman detail produk. 5. Pada halaman detail produk, Anda dapat melihat informasi tentang solusi tersebut, seperti deskripsi, estimasi biaya, versi WordPress yang akan diinstal, sistem operasi yang digunakan, dan layanan Google Cloud yang akan digunakan. 6. Klik tombol "Launch" untuk memulai proses deployment. 7. Google Cloud akan memeriksa apakah semua API yang diperlukan sudah diaktifkan. Jika ada API yang belum aktif, klik tombol "Enable" untuk mengaktifkannya. 8. Selanjutnya, Anda akan melihat halaman konfigurasi Compute Engine instance. Sebagian besar opsi konfigurasi sudah terisi otomatis, tetapi Anda dapat mengubah beberapa pengaturan seperti nama deployment, zona, tipe mesin, disk boot, jaringan, alamat email administrator, Stackdriver, dan lain-lain. 9. Setelah mengatur konfigurasi sesuai kebutuhan, klik tombol "Deploy". 10. Anda akan diarahkan ke halaman Google Cloud Deployment Manager, di mana proses deployment akan terjadi. Google Cloud Deployment Manager akan membuat berkas konfigurasi dan template yang diperlukan berdasarkan konfigurasi yang Anda atur sebelumnya. 11. Setelah beberapa saat, solusi WordPress akan berhasil di-deploy. Anda dapat melihat informasi seperti tautan Admin URL di sebelah kanan halaman Deployment Manager. 12. Klik tautan Admin URL untuk masuk ke halaman login WordPress Admin.
72 13. Masukkan kredensial Admin WordPress yang telah ditampilkan di halaman Deployment Manager, seperti nama pengguna dan kata sandi sementara. 14. Setelah berhasil login, platform WordPress Anda siap digunakan. Dengan menggunakan Google Cloud Marketplace, Anda dapat dengan mudah dan cepat menyediakan solusi cloud yang sudah dikonfigurasi, seperti WordPress, tanpa harus melakukan konfigurasi infrastruktur secara manual. 3.7.2. Cara Implementasi Solusi Cloud Kita telah mencapai materi terakhir dalam kelas ini. Selama ini, kami telah mempelajari cara menggunakan layanan Google Cloud dan mengatur sumber daya untuk mengembangkan aplikasi di infrastruktur cloud. Meskipun Google Cloud memberikan fleksibilitas kepada pengguna untuk menciptakan solusi cloud sesuai dengan kreativitas mereka, Google juga memberikan sejumlah praktik terbaik untuk membantu pengguna memanfaatkan sumber daya cloud secara efektif, aman, dan hemat biaya. Berikut adalah beberapa aspek praktik terbaik yang akan kami bahas kali ini. Mohon simak penjelasan berikut: 1. Mengatur Struktur Organisasi dengan Resource Hierarchy Ketika Anda membuat akun Google Cloud, terutama untuk organisasi atau perusahaan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengatur hierarki sumber daya atau resource hierarchy. a. Menggunakan node organisasi. Bagi perusahaan atau organisasi, sangat dianjurkan untuk menggunakan Google Workspace atau Cloud Identity untuk membuat node organisasi karena fitur-fitur yang ditawarkan akan memudahkan manajemen sumber daya dalam organisasi. Misalnya,
73 menerapkan kebijakan secara terpusat untuk seluruh organisasi dalam satu wadah. b. Membagi sumber daya dengan folder. Terkait dengan poin sebelumnya, penggunaan node organisasi memungkinkan organisasi atau perusahaan untuk mengatur struktur hierarki menggunakan folder. Dengan mengelompokkan sumber daya ke dalam folder-folder yang sesuai, selain memudahkan pembagian tugas dan sumber daya, hal ini juga dapat mencerminkan struktur organisasi. Sebagai contoh, sumber daya dapat dipisahkan berdasarkan departemen atau divisi dengan menggunakan folder. c. Menentukan struktur proyek. Selain struktur organisasi, perlu juga mengatur bagaimana layanan-layanan di dalam proyek dapat berkomunikasi satu sama lain dan menjalankan aplikasi dengan efisien. Sebagai contoh, lingkungan pengembangan, pengujian, dan produksi dapat dipisahkan ke dalam proyek-proyek yang berbeda. 2. Akses Kontrol dengan Cloud IAM Setelah mengatur hierarki sumber daya, langkah selanjutnya adalah mengelola akses kontrol menggunakan Cloud IAM. a. Mengontrol akses terhadap sumber daya Prinsip "principle of least privilege" dalam ilmu komputer menunjukkan bahwa pengguna, proses, atau program hanya boleh mengakses informasi dan sumber daya yang diperlukan, tidak lebih dari itu. Cloud IAM dapat digunakan untuk mengontrol akses terhadap sumber daya oleh pengguna atau staf internal dengan peran (role) dan sumber daya atau instance dengan akun layanan (service account). Pendekatan ini dapat mengurangi potensi kebocoran data atau pelanggaran keamanan.
74 b. Gunakan Grup Google Pengguna atau identitas dengan tugas atau peran serupa disarankan untuk dimasukkan ke dalam Grup Google yang sama. Hal ini akan memudahkan penentuan peran untuk sekelompok pengguna secara bersamaan, daripada memberikan akses satu per satu untuk setiap pengguna. 3. Menjaga Keamanan Jaringan Selain mengatur hierarki sumber daya dan mengelola akses kontrol, penting juga untuk memperhatikan aspek keamanan jaringan. Berikut adalah praktik terbaik untuk mengimplementasikan keamanan jaringan di Google Cloud. a. Menggunakan VPC untuk mendefinisikan jaringan virtual Semua sumber daya di Google Cloud terhubung melalui jaringan virtual yang disebut VPC (Virtual Private Cloud). Secara default, jaringan VPC bersifat global dan memiliki sub-jaringan yang tersebar di berbagai wilayah (region). Setiap sub-jaringan mewakili satu wilayah. Sub-jaringan ini dapat digunakan untuk mengatur sumber daya dengan lebih efisien. b. Mengatur lalu lintas jaringan dengan aturan firewall. Aturan firewall dapat digunakan untuk mengizinkan atau memblokir lalu lintas jaringan dari dan ke sumber daya yang dimiliki. Dengan menggunakan aturan firewall, kita dapat melindungi sumber daya dari lalu lintas akses yang tidak seharusnya. c. Meminimalkan akses eksternal. Poin ini berkaitan dengan prinsip "principle of least privilege" yang telah dijelaskan sebelumnya. Pastikan hanya membuka akses internet untuk sumber daya yang memang membutuhkannya, seperti mesin virtual yang menjalankan
75 situs web publik. Selain itu, sebisa mungkin hindari penggunaan akses internet publik (CIDR 0.0.0.0/0) kecuali diperlukan. d. Mengendalikan jaringan secara terpusat. Jika sudah menggunakan node organisasi, gunakan Shared VPC agar sumber daya dalam proyek dapat berkomunikasi dengan sumber daya dalam proyek lainnya. Shared VPC memungkinkan pemisahan tanggung jawab antara tim yang bertanggung jawab atas jaringan (misalnya, Network Engineer) dan tim yang bertanggung jawab atas pengembangan aplikasi (misalnya, Developer). 4. Merancang Arsitektur Cloud Sekarang, mari bahas aspek inti saat berinteraksi dengan sumber daya cloud, yaitu arsitektur. Arsitektur yang baik sangat penting untuk mengelola sumber daya dengan efektif. a. Merancang sumber daya dengan ketersediaan yang tinggi. Rencanakan arsitektur cloud dengan menciptakan ketersediaan yang tinggi. Salah satu caranya adalah dengan membuat sumber daya di beberapa zona atau wilayah. Dengan cara ini, jika ada kendala di satu zona, aplikasi akan tetap berjalan dengan baik. Selain itu, penggunaan pengimbang beban (load balancer) dan replikasi data dapat memastikan akses cepat dan konsisten ke aplikasi dan data dari berbagai lokasi geografis. b. Merencanakan strategi pemulihan bencana. Strategi pemulihan bencana masih terkait dengan ketersediaan yang tinggi seperti yang telah dijelaskan. Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda karena telah memilih Google Cloud sebagai platform cloud Anda. Saya yakin Anda akan menemukan manfaat besar dengan menggunakan layanan dan fitur yang ditawarkan oleh Google Cloud.
76 Sebagai langkah pertama, saya akan membahas praktik terbaik dalam mengatur struktur organisasi dengan Resource Hierarchy. Ketika Anda membuat akun Google Cloud, terutama untuk organisasi atau perusahaan, penting untuk mengatur hierarki sumber daya dengan bijaksana. Menggunakan node organisasi, seperti Google Workspace atau Cloud Identity, sangat dianjurkan karena ini memungkinkan Anda untuk menerapkan kebijakan secara terpusat pada seluruh organisasi Anda. Selain itu, membagi sumber daya menggunakan folder dapat membantu Anda mengatur struktur hierarki yang baik, menggambarkan struktur organisasi, dan memisahkan sumber daya berdasarkan departemen atau divisi. Selanjutnya, mari kita bahas pengelolaan akses kontrol dengan Cloud IAM. Cloud IAM memungkinkan Anda mengontrol akses terhadap sumber daya dalam lingkungan Google Cloud. Prinsip utama yang perlu diingat adalah prinsip "principle of least privilege", di mana pengguna, proses, atau program hanya diberikan akses minimal yang diperlukan untuk menjalankan tugas mereka. Anda dapat mengontrol akses terhadap sumber daya dengan menggunakan peran (role) dan akun layanan (service account) yang sesuai. Selain itu, menggunakan Google Group untuk mengelompokkan pengguna dengan peran atau tugas yang serupa dapat memudahkan dalam memberikan akses secara kolektif. Keamanan jaringan juga merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Google Cloud menyediakan Virtual Private Cloud (VPC) yang memungkinkan Anda mendefinisikan jaringan virtual untuk sumber daya Anda. Menggunakan VPC, Anda dapat mengatur jaringan secara efisien dengan memanfaatkan sub-jaringan yang mewakili berbagai wilayah. Selain itu, aturan firewall dapat digunakan untuk mengontrol lalu lintas jaringan dan melindungi sumber daya dari akses yang tidak seharusnya. Pastikan untuk membatasi akses eksternal hanya pada sumber daya yang membutuhkannya dan mengendalikan jaringan secara terpusat menggunakan Shared VPC jika Anda menggunakan node organisasi. Selanjutnya, mari kita bicarakan tentang merancang arsitektur cloud yang baik. Penting untuk merencanakan arsitektur yang memiliki ketersediaan yang
77 tinggi, sehingga aplikasi Anda tetap berjalan bahkan jika terjadi kendala di satu zona atau wilayah. Anda dapat mencapai ketersediaan yang tinggi dengan membuat sumber daya di beberapa zona atau wilayah, menggunakan pengimbang beban (load balancer), dan melakukan replikasi data. Selain itu, penting juga untuk merencanakan strategi pemulihan bencana sejak awal untuk memastikan bahwa aplikasi Anda dapat pulih dengan cepat jika terjadi bencana atau kejadian yang tidak terduga. Selain itu, dalam upaya mencapai efisiensi biaya, penting untuk memahami model penagihan yang diterapkan pada layanan-layanan Google Cloud yang Anda gunakan. Setiap layanan memiliki cara penghitungan biaya yang berbeda, seperti berdasarkan durasi penggunaan, penyimpanan data, atau operasi yang dilakukan. Pastikan Anda memahami model penagihan yang berlaku untuk layanan yang Anda gunakan dan gunakan alat seperti Google Cloud Pricing Calculator untuk mengestimasi pengeluaran Anda. Selain itu, penting juga untuk mengatur akses ke akun Cloud Billing agar hanya orang yang berwenang yang dapat mengaksesnya, serta memanfaatkan fitur ekspor dan analisis data penagihan untuk melakukan analisis biaya secara efektif. Terakhir, Anda dapat mengontrol pengeluaran Anda dengan mengatur anggaran dan menerima pemberitahuan jika pengeluaran melebihi batas yang ditentukan. Dengan menerapkan praktik terbaik ini, Anda akan dapat menggunakan Google Cloud dengan lebih efektif, aman, dan hemat biaya. Saya berharap Anda berhasil dalam penggunaan Google Cloud dan mencapai tujuan Anda dengan solusi yang Anda bangun.
78 4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Penelitian ini membahas Buku Panduan Pengenalan dan Penggunaan Layanan Google Cloud Platform untuk Pengembangan Bisnis. Tujuannya adalah memberikan panduan komprehensif bagi pengembang dan pelaku bisnis dalam memahami dan memanfaatkan potensi Google Cloud Platform (GCP) untuk pengembangan bisnis. Dalam panduan ini, penulis menyajikan gambaran menyeluruh tentang GCP, termasuk arsitektur dan beragam layanannya seperti komputasi, penyimpanan data, dan kecerdasan buatan. Penggunaan GCP dapat meningkatkan skalabilitas aplikasi, mengurangi biaya infrastruktur, dan meningkatkan keamanan data. Meskipun GCP menawarkan banyak manfaat, pengguna perlu mengatasi tantangan seperti keamanan data dan penyesuaian dalam keterampilan tim pengembang. GCP menawarkan kesempatan besar bagi pengembang dan pelaku bisnis untuk menghadapi era digital. Namun, sangat penting bagi pengguna untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Melalui pelatihan, sumber daya komunitas, dan kemitraan dengan spesialis GCP, pengguna dapat memaksimalkan manfaat dari platform ini. Diharapkan panduan ini menjadi sumber berharga bagi para pemangku kepentingan dalam memanfaatkan GCP untuk mencapai kesuksesan bisnis. Semoga penelitian ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia teknologi dan bisnis di masa depan. 4.2. Saran Setelah meninjau hasil penelitian ini, penulis menyadari bahwa penjelasan layanan-layanan GCP masih terbatas. Untuk mengatasi ini, buku panduan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yang masing-masing fokus pada layanan GCP
79 tertentu. Setiap bagian akan menyajikan penjelasan rinci, langkah-langkah penggunaan, dan contoh kasus penggunaan untuk layanan yang dibahas. Penulis akan menyediakan referensi yang lebih lengkap untuk setiap layanan GCP, sehingga pembaca dapat mengeksplorasi lebih lanjut sesuai kebutuhan bisnis mereka. Selain itu, penulis akan menyertakan bagian "Layananlayanan Lainnya di GCP" yang memberikan ringkasan singkat tentang layananlayanan tersebut dan mengarahkan pembaca untuk mencari informasi lebih lanjut. Penulis juga mendorong pembaca untuk melakukan uji coba pada layanan-layanan GCP yang belum dicakup dalam panduan ini, agar dapat lebih mandiri dalam memanfaatkan potensi penuh dari Google Cloud Platform. Dengan penambahan bab-bab tambahan, referensi yang lebih lengkap, dan panduan eksplorasi mandiri, buku panduan ini akan menjadi lebih komprehensif dan membantu para pengembang dan pelaku bisnis dalam memanfaatkan layananlayanan GCP secara lebih efektif.
80 DAFTAR PUSTAKA Barokah, I., & Asriyanik. (2021). Analisis Perbandingan Serverless Computing Pada Google Cloud Platform. Jurnal Teknologi Informatika dan Komputer MH. Thamrin, 7(2), 169. Kurniawan, D. (2020). Implementasi Google Cloud Platform sebagai Infrastruktur Cloud Computing di Perusahaan. Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi (JATISI), 6(1), 38-44.) Setiawan, Fikri Helmi., & Satriawan, Dicky. (2023). Belajar Dasar Google Cloud. Kota Bandung, Jawa Barat 40123. Dicoding. Diakses pada 9 April 2022. https://www.dicoding.com/academies/337#course-information. Setiawan, Fikri Helmi. (2023). Menjadi Google Cloud Engineer. Kota Bandung, Jawa Barat 40123. Dicoding. Diakses pada 3 Mei 2023. https://www.dicoding.com/academies/133. Oktafeearto, R., Ridarmin, & Firman, C.E. (2018). Rancang Bangun Server Cloud Storage Mahasiswa dan Dosen Menggunakan OwnCloud pada Jaringan Lokal di Kampus STMIK Dumai. Jurnal Informatika, Manajemen dan Komputer, 10(2), 26. eISSN: 2580-3042, pISSN: 1979-0694. Prakasa, Z.D. (2017). Pengembangan Aplikasi Web Berbasis Cloud Menggunakan Framework untuk Pengelompokan Hasil Pencarian Teks. Tugas Akhir - SM141501. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Wilopo, B.L. & Sulistyo, W. (2016). Analisis dan Implementasi Server Storage Berbasis Infrastructure as a Service pada Laboratorium Komputer FTI UKSW Menggunakan EyeOS. Tugas Akhir. Universitas Kristen Satya Wacana.
81 Wintolo, H., Retnowati, N.D., & Ibrahim, A.A.I. (2020). Layanan Cloud Computing untuk Mendukung Kinerja Administrasi Database tanpa Menggunakan Perintah SQL. Jurnal ELTIKOM: Jurnal Teknik Elektro, Teknologi Informasi, dan Komputer. Fauziah, Y. (2014). Tinjauan Keamanan Sistem pada Teknologi Cloud Computing. Jurnal Informatika, 8(1), 870. Rumetna, M. S. (2018). Pemanfaatan Cloud Computing pada Dunia Bisnis: Studi Literatur. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK), 5(3), 305-314. DOI: 10.25126/jtiik.201853595. Kamil, R., Anton, & Widiastuti. (2021). Perancangan Aplikasi Bahasa Isyarat "Isyaratku" Dengan Deep Learning Serta Google Cloud Platform. Simpatik: Jurnal Sistem Informasi dan Informatika, 1(2), 90. Fikri, Abdillah, L.A., & Apriyani, E., (2015).Perancangan Teknologi Cloud Untuk Penjualan Online Kain Songket Palembang. Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia, pp.387-392. Effendi, M.R., (2016). Penerapan Teknologi Cloud Computing Di Universitas (Studi Kasus: Fakultas Teknologi Informasi Universitas Bayangkara Jakarta). Jurnal Teknologi Informasi, vol.12, no.1, pp.7-14. Afdhal., (2013). Studi Perbandingan Layanan Cloud Computing. Jurnal Rekayasa Elektrika, vol.10, no.4, pp.193-201. Iksan, N., & Arfriandi, A., (2015). Pengendali Listrik Rumah Berbasis Cloud Computing. Jurnal Infotel, vol.7, no.1, pp.53-60.
82 Microsoft Indonesia, (2019). https://news.microsoft.com/idid/2019/03/18/modernisasi-bisnislokal-denganimplementasi-cloud. Rahayu, L. B., & Syam, N. (2021). Digitalisasi Aktivitas Jual Beli di Masyarakat: Perspektif Teori Perubahan Sosial. Jayapangus Press. UIN Sunan Ampel Surabaya. Id Cloud Host. (2023). Mengenal SaaS, PaaS, dan IaaS dalam Cloud Computing. Tulisan pada https://idcloudhost.com/panduan/mengenal-saas-paasdan-iaas-dalam-cloud-computing/ Dimas Saputra. (2023). Google Cloud! Kenali Layanan yang ada di Dalamnya. Tulisan pada https://www.dicoding.com/mengenal-services-di-google-cloud/. Google Cloud. (2023). GKE overview. Tulisan pada https://cloud.google.com/kubernetes-engine/docs/concepts/kubernetes-engineoverview Siddartha Naidu, J. T., (2014). Google BigQuery Analytics. Hoboken: Wiley Rahmawati, C. (2019). Tantangan Dan Ancaman Keamanan Siber Indonesia Di Era Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Sains Teknologi dan Inovasi Indonesia (SENASTINDO AAU), 1(1), 299-306. ISSN 2685-8991. Zein, A. (2021). Kecerdasan Buatan Dalam Hal Otomatisasi Layanan. Jurnal Ilmu Komputer (JIK), Vol. IV, No.02, Desember 2021, ISSN 2746-7163