Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 1 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Analysis of Side Effects of Using Antituberculosis Drugs in the Outpatient Departments of RSD BLUD dr. H. Soemarno Sostroatmodjo Tanjung Selor Fridya Maulitha1, Nurul Fitriani1, Rolan Rusli1,2,* 1Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 2Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia *Email korespondensi: rolan@farmasi.unmul.ac.id Abstrak Tuberkulosis Paru (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini diobati dengan Obat Antituberkulosis (OAT) menggunakan obat kombinasi sehingga sebagian besar pasien mengalami efek samping. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analisis secara deskriptif dan analitik dengan pengambilan data secara prospektif menggunakan data rekam medik dan wawancara pada pasien. Tujuannya untuk mengetahui karakteristik pasien, mengetahui ketepatan obat pasien dan mengetahui efek samping yang terjadi pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sostroatmodjo Tanjung Selor. Hasil karakteristik pasien terbanyak yang didapatkan dari 26 responden yaitu pasien perempuan sebanyak 14 pasien (53,85%), mayoritas pasien pada rentang usia >46 tahun sebanyak 12 pasien (46,15%), pasien tidak bekerja sebanyak 15 pasien (57,70%), tahap pengobatan tertinggi pada tahap intensif 15 pasien (57,69%) dan hasil pemeriksaan terbanyak pada TCM+ 19 pasien (73,08%). Tingkat kepatuhan pasien tertinggi pada tingkat ”sedang” (73,08%). Angka kejadian Efek Samping yang terjadi pada pasien yaitu air seni berwarna merah 96,63%, nafsu makan berkurang 74,51%, mual 57,43%, gatal pada kulit 22,59%, nyeri ulu hati 18,26%, muntah 16,34%, demam 7,68% dan gangguan keseimbangan 5,28%. Kata Kunci: Tuberkulosis Paru, Obat Antituberkulosis (OAT), Efek Samping Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 2 Abstract Pulmonary Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium Tuberculosis. The disease can be treated with Antituberculosis Medicine with combination so most the patients will occur side effects during medication. This research is an observational analysis with descriptive and analytical approaches use prospective data collected by medical record and interviews with patients. The purpose is to determine the characteristics patients, the accuracy of medicine and the side effects that occur in TB patients in outpatient installation RSD BLUD dr. H. Soemarno Sostroatmodjo Tanjung Selor. The results of characteristics patients from 26 respondents where female is 14 patients (53,85 %), the majority of patients in the age range >46 years have a total 12 patients (46,15%), non-working patients have a total 15 patients (57,70%), the highest treatment stage was in the intensive stage has a total 15 patients (57,70%) and the most examination results were in TCM+ 19 patients (73,08%). The highest level of patient compliance was at the "moderate" level (73,08%). The incidence of side effects that occur in patients is in the form of red urine 96,63%, loss of appetite 74,51%, nausea 57,43%, itchy skin 22,59%, heartburn 18,26%, vomiting 16,34%, fever 7,68% and balance disorders 5,28%. Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Antituberculosis Medicine, Side Effect DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.656 1 Pendahuluan Salah satu penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang adalah penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis paru (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sampai pandemi virus corona (COVID19) penyakit TB paru masih sebagai salah satu permasalahan atau prioritas utama dalam pemberantasan penyakit menular. TB menyerang paru-paru dan dapat menginfeksi orang lain melalui udara dengan batuk atau bersin [1]. World Health Organization (WHO) menegaskan bahwa tuberkulosis ini salah satu dari 10 penyebab utama infeksi di seluruh dunia dan penyebab kematian. WHO melaporkan bahwa TB paru menyebabkan 1,3 juta kematian. Menurut laporan Kemenkes RI, terdapat 385.295 kasus TB yang ditemukan dan diobati di Indonesia sepanjang 2021. Jumlah tersebut turun 2,04% dari tahun sebelumnya. Pada 2020, tercatat jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati sebanyak 393.323 kasus. Menurut Badan Pusat Statistik kasus penyakit TB di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2019 sebanyak 1.786 kasus [2]. Kejadian efek samping merupakan faktor utama dalam pengobatan tuberkulosis yang muncul pada pasien tuberkulosis dikarenakan penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT). Sebagian besar pasien TB merasa tidak tahan dengan efek samping OAT. Pengobatan polifarmasi dengan waktu yang tidak sebentar atau lama ini menyebabkan terlihat adanya efek samping obat mulai dari yang ringan hingga berat [3]. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui karakteristik pasien TB dan ketepatan pola pengobatan serta untuk menganalisis efek samping yang terjadi pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor. 2 Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dengan jenis penelitian observasional analitik dengan pengambilan data secara prospektif dan penetapan sampel dengan cara purposive sampling yang
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 3 bersumber dari data rekam medik dan data dari hasil wawancara pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor pada periode Januari–Juli 2022. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. 3 Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan secara prospektif pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor periode Januari–Juli 2022 didapatkan jumlah pasien yang menjadi responden penelitian adalah sebanyak 26 orang. 3.1 Karakteristik Pasien Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien Karakteristik Responden Jumlah Pasien Presentase Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan 12 14 46,15 % 53,85 % Usia 14 – 25 tahun 26 – 45 tahun > 46 tahun 8 6 12 30,77 % 23,08 % 46,15 % Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 15 11 57,70 % 42,30 % Tahap Pengobatan Intensif Lanjutan 15 11 57,70 % 42,30 % Pemeriksaan TCM TCM + TCM - 19 7 73,08 % 26,92 % Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa pasien perempuan lebih banyak mengalami tuberkulosis dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 14 pasien (53,85%). Jenis kelamin ini berhubungan dengan perilaku dan kehidupan yang berbeda antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Ketika berkaitan dengan kesehatan terutama dalam menjaga kesehatan biasanya perempuan lebih memperhatikan kesehatannya serta lebih sering mengobatkan dirinya dibandingkan dengan laki-laki, dikarenakan perempuan lebih cenderung memiliki perilaku yang lebih tekun [4]. Namun, perempuan lebih rentan daripada laki-laki jika berada pada bangunan/rumah dengan sirkulasi udara yang buruk dan ketika berdiam dirumah dengan pencahayaan yang kurang dapat menambah atau meningkatkan risiko terinfeksi tuberkulosis [5]. Hasil karakteristik berdasarkan usia didapatkan mayoritas usia pasien TB dialami pada rentang usia >46 tahun dengan presentase (46,15%). Usia dewasa yang merupakan usia dimana seseorang untuk keberlangsungan hidupnya dengan bekerja sehingga melakukan aktivitas yang lebih banyak serta jarang diimbangi dengan makanan yang sehat dan dapat berakibat terjadinya penurunan system imun pada tubuh dan mudah terinfeksi penyakit. Sedangkan pada pasien usia dewasa akhir (manula) ketika semakin bertambahnya usia, dapat mengalami penurunan fungsi fisiologis pada tubuh salah satunya terjadi penurunan system imun tubuh yang meningkatkan risiko pasien terinfeksi tuberkulosis [6]. Hasil karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu pasien TB yang tidak bekerja lebih banyak yaitu sebanyak 15 pasien (57,70%) dibandingkan pasien TB yang bekerja yaitu sebanyak 11 pasien (42,30%). Hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara pekerjaan pasien dan kepatuhan pasien, dimana tidak adanya perbedaan presentase antara pasien yang bekerja dan tidak bekerja dengan kepatuhan pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan bukan halangan untuk tidak mau menjalani pengobatan, namun pasien yang tidak bekerja cenderung mematuhi minum obat karena tidak adanya aktivitas lain yang dapat mengganggu selama menjalani pengobatan [7]. Hasil karakteristik pasien berdasarkan tahap pengobatan diperoleh hasil bahwa pasien TB lebih banyak terjadi pada tahap pengobatan intensif sebanyak 15 pasien (57,70%) dibandingkan dengan tahap pengobatan lanjutan yaitu sebanyak 11 pasien (42,30%). Pengobatan tahap intensif pada semua pasien baru harus diberikan selama 2 bulan dengan diberikan setiap hari dan perlu adanya pengawasan untuk mencegah terjadinya resistensi obat, sedangkan pada tahap lanjutan diberikan selama 4 bulan, pada tahap ini seharusnya obat juga bisa diberikan setiap hari [2]. Hasil karakteristik pasien berdasarkan pemeriksaan TCM diperoleh bahwa hasil pemeriksaan pada TCM+ sebanyak 19 pasien
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 4 (73,08%) dan hasil pemeriksaan pada TCMsebanyak 7 pasien (26,92%). Pemeriksaan TCM ini digunakan untuk penegakan diagnosis tuberkulosis pada pasien yang terduga TB, sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis (pemeriksaan uji dahak). Akan tetapi tidak dibenarkan juga pemeriksaan TB ini hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja karena dapat terjadinya overdiagnosis ataupun underdiagnosis [8]. 3.2 Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Gambar 1. Gambaran Penggunaan OAT pada Kategori 1. R=Rifampicin, H=Isoniazid, Z=Pyrazinamide, S=Streptomycin, E=Ethambutol. Berdasarkan gambar 1 bahwa penggunaan OAT dengan presentase tertinggi yaitu pada dosis RHZE (150/75/400/275) mg; 3 tab dan pada dosis RH (150/75) mg; 3 tab sebanyak 9 pasien (34,61%) yaitu pada rentang berat badan 38-54 kg. Responden dengan kategori pasien baru (belum pernah berobat TB) diberi OAT kombinasi dosis tetap (KDT) lini pertama yaitu obat Isoniazid (H), Rifampicin (R), Pyrazinamide (Z), Streptomycin (S) dan Ethambutol (E). Dosis OAT yang diberikan kepada pasien TB ini bergantung dengan berat badan. Pada pasien TB dengan berat badan 30-37 kg diberikan 2 tablet/hari, berat badan 38-54 kg diberikan 3 tablet/hari, berat badan 55-70 kg diberikan 4 tablet/hari dan berat badan lebih dari 71 kg diberikan 5 tablet/hari [2]. Tabel 2. Distribusi Pemakaian Obat Tambahan Obat Kegunaan Dosis Jumlah Pasien % Neurodex (Vit B1, B6, B12) Mual 1×1 (100/200/200) mg/hari 9 34,61 VitB6 Mual 2×1 10 mg/hari 9 34,61 Curcuma Nafsu makan 3×1 20 mg/hari 20 76,92 Ondansetron Muntah 2×1 4 mg/hari 5 19,23 Cetirizine Gatal pada kulit 1×1 10 mg/hari 10 38,46 Ranitidin Nyeri Ulu Hati 2×1 150 mg/hari 7 26,92 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa selain pasien TB menggunakan OAT juga menggunakan obat tambahan untuk mengatasi keluhan atau efek samping yang dirasakan pasien selama menjalani pengobatan tuberkulosis. Dapat dilihat bahwa pemakaian obat tambahan yang paling banyak digunakan adalah obat curcuma yang digunakan untuk meningkatkan nafsu makan yaitu sebanyak 20 pasien (76,92%). Penggunaan obat curcuma ini biasa digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, ketika pasien mengalami mual dan muntah maka nafsu makan pasien berkurang. Kandungan kurkumin yang ada pada obat ini untuk pasien TB berfungsi sebagai anitinflamasi dan dapat meningkatkan pembersihan MTB di THP-1 monosit manusia yang terdiferensiasi serta pada makrofag alveolar primer, selain itu juga berfungsi sebagai pengindusi apoptosis dan autofagi yang bergantung caspase-3 [9]. 3.2.1 Tingkat Kepatuhan Pasien Gambar 2. Gambaran Kepatuhan Pasien
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 5 Berdasarkan gambar 2 tingkat kepatuhan pasien pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor yaitu tingkat kepatuhan pasien pada tingkat “rendah” dengan presentase 12%, tingkat kepatuhan pasien pada tingkat “sedang” dengan persentase 73% dan tingkat kepatuhan pasien pada tingkat “tinggi” dengan presentase 15%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien masih memiliki kesadaran yang baik terhadap kepatuhan dalam menjalani pengobatan terutama dalam meminum obat secara patuh. Kepatuhan pasien terjadi dikarenakan pasien menyadari bahwa pentingnya patuh dalam pengobatan, merasakan adanya kerentanan, manfaat pengobatan yang didapatkan, keseriusan dari penyakit yang dirasakan serta sedikitnya hambatan yang ditemui pada saat menjalani pengobatan [10]. Tidak patuhnya pasien tuberkulosis saat meminum obat disebabkan karena OAT harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang sehingga pasien mendapatkan tekanan psikologis pada dirinya, ini disebabkan karena harus menjalani pengobatan yang relatif lama. Selain itu juga tingkat kepatuhan meminum obat yang rendah umumnya dapat disebabkan ketika menjalani terapi 1-2 bulan atau lebih, atau ketika pasien merasa sembuh atau berkurang atau hilangnya gejala TB, menjadi penyebab pasien malas untuk melanjutkan meminum obat. Salah satu alasan penyebabnya pasien tidak patuh juga disebabkan karena munculnya efek samping dari OAT yang sebagian besar timbul pada pasien saat menjalani pengobatan [11]. Gambar 3. Gambaran Kejadian Efek Samping Akibat Penggunaan OAT
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 6 3.2.2 Efek Samping Akibat Penggunaan OAT Berdasarkan gambar 3 bahwa angka kejadian efek samping pada pasien TB di instalasi rawat jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor dari tertinggi hingga terendah yaitu terjadi air seni berwarna merah 96,63%, nafsu makan berkurang 74,51%, mual 57,43%, gatal pada kulit 22,59%, nyeri ulu hati 18,26%, muntah 16,34%, demam 7,68%, gangguan keseimbangan 5,28%. Efek samping air seni berwarna merah ini cukup membuat pasien merasa takut dan khawatir akan tetapi tidak berbahaya bagi pasien, hal ini dikarenakan proses metabolisme dari obat rifampicin. Efek samping pada rifampicin antara lain gangguan saluran cerna, warna urin berwarna merah, trombositopeni, sesak napas, anemia hemolitik, flu syndrome, gangguan fungsi hati dan ruam kulit [3], [12]. Kejadian efek samping kedua paling banyak yaitu pada efek samping nafsu makan berkurang pada pasien yaitu 74,51%. Keluhan efek samping yang pertama dirasakan pada pasien TB saat pertama kali meminum OAT yaitu gangguan pencernaan (mual dan muntah) dan keluhan tidak atau kurangnya nafsu makan. Mual dan muntah merupakan kejadian efek samping berikutnya yang terjadi pada pasien, yaitu kejadian efek samping mual sebanyak 57,43% dan muntah sebanyak 16,34%. Kedua efek samping ini yang paling sering terjadi ketika mengkonsumsi obat isoniazid pada awal penggunaan obat [13], [14]. Kejadian efek samping berikutnya adalah gatal pada kulit yaitu (22,59%), nyeri ulu hati (18,26%) dan demam (7,68%) dan munculnya gangguan keseimbangan (5,28%). Keluhan gatal pada kulit, nyeri ulu hati dan demam disebabkan oleh obat Isoniazid. Pemberian isoniazid dan ethambutol dapat menyebabkan gangguan terhadap system saraf perifer, gangguan sensori serta kelemahan system motorik. Akan tetapi sampai saat ini angka kejadiaan efek samping pada pemberian obatobatan jenis ini masih sedikit dilaporkan [15], [16]. 3.2.3 Penilaian Kausalitas Menggunakan Algoritma Naranjo Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Penilaian Kausalitas Algoritma Naranjo Interpretasi Skor total Jumlah Pasien Keterangan ≥ 9 0 Sangat Mungkin 5 – 8 26 Kemungkinan 1 – 4 0 Mungkin 0 0 Diragukan Algoritma Naranjo bisa digunakan sebagai nilai perubahan status klinis yang mengarah ke ADR (Adverse Drug Interaction). Kategori kausalitas berdasarkan WHO yaitu terdiri dari beberapa bagian berdasarkan skor. Total skor 0 (doubtful) artinya tidak ada kejadian efek samping, akan tetapi karena faktor lain selain dari penggunaan obat yang telah dicurigai. Total skor 1–4 (possible) artinya kondisi klinis yang dirasakan pasien mungkin merupakan berasal dari efek samping, total skor 5–8 (probable) artinya kemungkinan kondisi yang tidak diinginkan yang merupakan kejadian efek samping dari obat yang telah dicurigai dan skor lebih dari sama dengan 9 (definite) artinya keluhan yang dirasakan pasien pasti terjadinya kejadian efek samping yang diakibatkan oleh penggunaan obat yang dicurigai. Dari 10 pertanyaan, pada pertanyaan ke-6 terkait pemberian placebo pada pasien TB dan pertanyaan ke-7 terkait terdeteksinya konsentrasi toksik pada darah pasien, kedua pertanyaan ini tidak dapat dijawab. Hal ini dikarenakan pasien tidak pernah diberikan placebo dan tidak dilakukan pengecekan terhadap konsentrasi obat pada darah pasien [13], [17], [18]. Berdasarkan tabel 3, maka kondisi atau efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, gatal pada kulit, gangguan keseimbangan, nyeri ulu hati, air seni berwarna merah, demam dan nafsu makan berkurang yang timbul pada pasien adalah kemungkinan merupakan efek samping dari penggunaan KDT OAT yaitu RHZE (Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamide dan Ethambutol).
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 7 4 Kesimpulan Kepatuhan pasien TB di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor didominasi berada pada “sedang” (73,08%), dengan kejadian efek samping pada pasien yang terjadi yaitu air seni berwarna merah (96,63%), nafsu makan berkurang (74,51%), mual (57,43%), gatal pada kulit (22,59%), nyeri ulu hati (18,26%), muntah (16,34%), demam (7,68%) dan gangguan keseimbangan (5,28%). Hasil penilaian kausalitas pasien TB menggunakan algoritma Naranjo didapatkan bahwa “Kemungkinan” kejadian efek samping pada pasien TB ini terjadi dengan interpretasi skor nilai yaitu 5-8 sebanyak 26 pasien. 5 Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Direktur RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor, Kepala Instalasi Rekam Medik, Tenaga Kesehatan di Poli Paru RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor yang telah berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian. 6 Kontribusi Penulis Fridya Maulitha: Melakukan pengumpulan data Pustaka serta menyiapkan draft manuskrip. Rolan Rusli dan Nurul Fitriani: Pengarah, Pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. 7 Etik Keterangan layak etik dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman No. 54/KEPK-FFUNMUL/EC/EXE/07/2022. 8 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 9 Daftar Pustaka [1] World Health Organization. 2021. Who Global Tuberculosis Report 2021. France : WHO. 2021. [2] Kemenkes RI. 2020. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI. [3] Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian TB. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. [4] Cahyati, W. H., & Maelani, T. 2019. Karakteristik Penderita, Efek Samping Obat dan Putus Berobat Tuberkulosis Paru. HIGEIA (Journal Of Public Health Research And Development), 3(4), 625-634. [5] Rokhmah, D. 2013. Gender dan Penyakit Tuberkulosis: Implikasinya Terhadap Akses Layanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang Rendah. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 7(10), 447-452. [6] Fraga, A. D., Oktavia, N., & Mulia, R. A. 2021. Evaluasi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis Pasien Baru Tuberkulosis Paru di Puskesmas Oebobo Kupang Tahun 2020. Jurnal Farmagazine, 3(1). [7] Seniantara, I. K., Ivana, T., & Adang, Y. G. 2018. Pengaruh Efek Samping OAT (Obat Anti Tuberkulosis) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tbc Di Puskesmas. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 3(2), 1-12. [8] Kemenkes RI. 2017. Petunjuk teknis pemeriksaan TB dengan TCM (Tes Cepat Molekuler). Jakarta: Direktorat Jenderal P2P. [9] Prakoso, H. H., & Setiawan, A. 2021. Potensi Ekstrak Curcuma Xanthorrhiza Sebagai Terapi Pendamping Tuberkulosis. [10] Annisa, Y., Adi, M. S., Saraswati, L. D., & Udijono, A. 2017. Studi Deskriptif Kepatuhan Pengobatan Dengan Dukungan Keluarga, Status Bekerja, Dan Efek Samping Pada Pasien Koinfeksi Tb-Hiv Di Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 540-544. [11] Pameswari, P., Halim, A., & Yustika, L. 2016. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat pada Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit Mayjen H. A Thalib Kabupaten Kerinci. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(2), 116-121. [12] Abdulkadir, W., Djuwarno, E. N., Rasdianah, N., & Hiola, F. 2022. Gambaran Efek Samping Obat Antituberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis. Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 4(1), 267-274. [13] Dasopang, E. S., Hasanah, F., & Nisak, C. 2019. Analisis Deskriptif Efek Samping Penggunaan Obat Anti Tuberculosis Pada Pasien TBC Di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jurnal Penelitian Farmasi & Herbal, 2(1), 44-49. [14] Musdalipah, Nurhikma, E., Karmilah, K., & Fakhrurazi, M. 2018. Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Penanganannya pada Pasien Tuberkulosis (Tb) Di Puskesmas
Analisis Efek Samping Penggunaan Obat Antituberkulosis (OAT) di Instalasi Rawat Jalan RSD BLUD dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Tanjung Selor Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 8 Perumnas Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Manuntung, 4910, 67-73. [15] Adriztina, I., Adnan, A., Haryuna, S. H., Siagian, P., & Sarumpaet, S. 2014. Gangguan Pendengaran dan Keseimbangan pada Penderita Tuberkulosis yang Mendapat Pengobatan Antituberkulosis Kategori 1 dan 2. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 8(8), 430-436. [16] Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. cetakan II, Jakarta. [17] Thompson, D. F., Sharp, R. P. 2010. Identification And Reduction Of Adverse Drug Reactions, Journal of Healthcare Leadership: 2 43–48. [18] World Health Organization. 2002. Safety of Medicines - A Guide to Detecting and Reporting Adverse Drug Reactions - Why Health Professionals Need to Take Action. France: WHO. 2002.
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 9 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium dari Tepung Limbah Cangkang Telur sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Formulation of Snack Bar High Calcium from Egg Shell Waste Flour as a Source of Calcium Nutrients Yeni Fitri Handayani* , Erwin Samsul, Fajar Prasetya Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: yfhandayani03@gmail.com Abstrak Osteoporosis merupakan kelainan pada tulang yang disebabkan oleh gangguan metabolisme dikarenakan ketidakmampuan tubuh untuk menyerap dan memanfaatkan zat-zat yang diperlukan dalam proses pematangan tulang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan tulang. Cangkang telur dapat menjadi salah satu sumber nutrisi kalsium karena kandungan kalsiumnya yang cukup tinggi. Cangkang telur mengandung komponen kalsium karbonat 94%, kalium fosfat 1% dan magnesium karbonat 1%. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kalsium dalam tepung cangkang telur serta memformulasikan tepung cangkang telur dalam suatu sediaan snack bar. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium yaitu pengukuran kadar kalsium menggunakan spektrofotometri serapan atom pada tepung cangkang telur serta memformulasikan tepung cangkang telur dalam bentuk sediaan snack bar dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9%. Pengukuran kadar kalsium pada tepung cangkang telur didapatkan hasil yaitu 24,5%. Hasil pengukuran kadar kalsium pada snack bar dengan penambahan tepung cangkang telur 3%, 6% dan 9% yaitu 0,38%, 0,58% dan 0,69%. Maka, dapat disimpulkan bahwa cangkang telur memilki kandungan kalsium yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kalsium sehari-hari. Kata Kunci: Osteoporosis, kalsium, cangkang telur, snack bar Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 10 Abstract Osteoporosis is a bone disorder caused by metabolic disorders due to the body’s inability to absorb and utilize substances needed in the bone maturation process. One effort that can be done to prevent osteoporosis is to consume foods high in calcium. The main function of calcium is to fill the density of bones. Egg shells can be a source of calcium nutrition because the calcium content is quite high. Egg shells contain 94% calcium carbonate, 1% potassium phosphate and 1 % magnesium carbonate. Therefore, this study aims to determine the calcium content in eggshell flour and to formulate eggshell flour in a snack bar. The research method used was experimental laboratory, namely measuring calcium levels using atomic absorption spectrophotometry in eggshell flour and formulating eggshell flour in the form of snack bars with concentrations of 3%, 6% and 9%. Measurement of clacium levels in eggshell flour obtained the result that is 24,5%. The results of the measurement of calcium in the snack bar with the addition of egg shell flour 3%, 6% and 9% are 0,38%, 0,58 and 0,69%. So, it can be concluded that egg shells contain calcium which can be used to meet daily calcium needs. Keywords: Osteoporosis, calcium, egg shell, snack bar DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.661 1 Pendahuluan Osteoporosis adalah kelainan pada tulang yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme dimana tubuh tidak dapat menyerap dan memanfaatkan zat-zat yang diperlukan dalam proses pematangan tulang [1]. Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), penyakit osteoporosis terjadi secara progresif selama bertahun-tahun tanpa gejala. Gejala yang dapat timbul pada selanjutnya seperti patah tulang, punggung yang semakin membungkuk, hilangnya tinggi badan, atau nyeri punggung. Berkurangnya kepadatan tulang akan mengakibatkan tulang mudah hancur, maka akan timbul nyeri pada tulang dan kelainan pada bentuk tulang. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung [2]. Pada tahun 2013, pravalensi osteoporosis pada perempuan berusia 50-80 tahun adalah sebanyak 23% dan usia 70-80 tahun adalah sebanyak 53%. Diperkirakan pada 2050, di seluruh dunia diperkirakan 6,3 juta manusia pertahun akan mengalami patah tulang panggul [3]. Upaya yang dapat dilakukan sebagai pencegahan adalah dengan membiasakan berperilaku hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dan rutin berolahraga/beraktifitas fisik [4]. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak dalam tubuh dan termasuk sangat penting. Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang. Cadangan kalsium tubuh terdapat dalam tubuh. Jika kekurangan kalsium tubuh akan mengambil cadangan kalsium. Semakin lama semakin banyak kalsium yang diambil sehingga tulang menjadi semakin tipis dan dapat menyebabkan pengeroposoan tulang [5]. Sumber mineral kalsium dapat berasal dari protein hewani dan protein nabati. Sumber kalsium hewani diantaranya adalah susu sapi dan sumber jenis ikan, sedangkang sumber protein nabati paling banyak ditemukan di kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Sumber kalsium dapat diperoleh dari suplemen makanan dengan kandungan kalsium yang tinggi dan dapat juga diperoleh dari cangkang telur untuk pangan. Cangkang telur berpotensi untuk menjadi salah satu sumber nutrisi kalsium karena mengandung komponen kalsium karbonat 94%, kalium fosfat 1% dan magnesium karbonat 1% [6]. Snack bar merupakan bentuk sediaan yang dipilih dalam penelitian ini karena rasanya enak, dapat diterima oleh semua kalangan umur, dan bentuknya kotak ukuran kecil dan minimalis sehingga mudah untuk dikonsumsi. Snack bar adalah makanan ringan yang
Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 11 berbentuk batang yang terbuat dari campuran beberapa bahan kering seperti serealia, kacangkacangan, dan buah-buahan serta umumnya dikonsumsi sebagai makanan selingan Tujuan dari penelitian adalah untuk memberikan informasi bahwa cangkang telur yang merupakan limbah memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi dan dapat dijadikan suatu sediaan nutrasetikal yaitu snack bar. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunsen, ose bulat, mixer, loyang, oven, labu ukur 100 mL, pipet ukur, hot plate, lemari asam, batang pengaduk, gelas kimia, timbangan analitik, corong kaca, pipet ukur, pro pipet, Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), lampu katoda Ca. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam nitrat (HNO3), asam perklorat (HClO4), aquades, aluminium foil, larutan standar kalsium, mentega, madu, pasta kacang merah, kuning telur, tepung terigu, susu bubuk, tepung maizena. 2.2 Persiapan Sampel Cangkang telur ayam diperoleh dari Toko Kue di Kota Samarinda, Kalimantan Timur yang ditandai dengan warna coklat muda hingga coklat tua. Cangkang telur yang sudah terkumpul dicuci menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan dipisahkan dari lapisan membran [7]. 2.3 Pembuatan Tepung Cangkang Telur Cangkang telur yang telah bersih direbus dalam air panas selama 15 menit dengan tujuan untuk membunuh bakteri patogen. Cangkang telur yang telah direbus dioven selama 3 jam pada suhu 60°C. Cangkang telur yang telah kering dihaluskan menggunakan blender, kemudian diayak menggunakan ayakan mesh 100 [8] 2.4 Formulasi Snack Bar Formulasi snack bar dibuat dengan cara mencampurkan mentega dan kuning telur di aduk dengan mixer hingga menjadi krim. Setelah itu ditambahkan tepung cangkang telur, tepung terigu, tepung maizena, dan susu bubuk. Kemudian ditambahkan pasta kacang merah, kismis, dan madu, aduk kembali. Adonan dibentuk dan dipanggang dengan suhu sekitar 150°C selama 60 menit. Setelah snack bar matang, didinginkan selama 30 menit kemudian dikemas [9]. Tabel 1. Rancangan Snack Bar Bahan Formula (g) F1 F2 F3 Tepung cangkang telur 2,7 5,4 8,1 Tepung terigu 87,3 84,6 81,9 Pasta kacang merah 60 60 60 Tepung maizena 15 15 15 Susu bubuk 30 30 30 Kuning telur 30 30 30 Mentega 30 30 30 Madu 60 60 60 Kismis 30 30 30 Keterangan: F1: 3% tepung cangkang telur F2: 6% tepung cangkang telur F3: 9% tepung cangkang telur 2.5 Analisis Kualitatif Kadar Kalsium Sampel diletakkan dijarum ose lalu dibakar di atas bunsen, sampel positif mengandung kalsium akan menunjukkan warna merah bata [10]. 2.6 Analisis Kuantitaif Kadar Kalsium Pengukuran kadar kalsium secara kuantitatif dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (P2LH-SDA) Universitas Mulawarman. Cara pengerjaannya ialah sampel ditimbang 1 gram, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL. sampel yang sudah ditimbang ditambahkan HNO3 65% 10 mL dan HclO4 60% 20 mL. setelah panaskan diatas hot plate dalam lemari asam dengan suhu mula-mula 180°C secara bertahap ditingkatkan panasnya pada suhu 220°C. Selanjutnya dinaikkan lagi pada suhu 350°C. pembakaran ekstrak sampel selesai setelah keluar asap putih dan dibiarkan dingin. Setelah dingin sampel disaring pada labu ukur 100 mL dengan kertas saring Whatmann no. 42, lalu ditambahkan aquades hingga 100 mL dan homogenkan. Setelah itu dilakukan pengukuran
Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 12 kadar kalsium menggunakan spektrofotometri serapan atom. 3 Hasil dan Pembahasan Pembuatan tepung cangkang telur menggunakan cangkang telur ayam ras yang didapatkan di Toko Kue yang ada di Samarinda. Warna coklat pada cangkang telur ayam ras disebabkan karena adanya pigmen cephorypyrin [7]. Cangkang telur yang diperoleh dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada cangkang telur. Setelah dicuci bersih kemudian cangkang cangkang telur direbus. Pastikan saat perebusan cangkang telur tenggelam dalam air. Perebusan dalam air mendididh bertujuan untuk membunuh bakteri Salmonella pada cangkang telur. Perebusan dilakukan selama 15 menit. Selanjutnya setelah perebusan yaitu penirisan agar air sisa perebusan semua terjatuh. Setelah itu cangkang telur dikeringkan dengan menggunakan oven selama 3 jam dengan suhu 60°C untuk menghilangkan kadar air. Pengeringan dilakukan agar kadar air berkurang sehingga cangkang telur tidak mudah rusak dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur, serta menghentikan reaksi enzimatis saat penyimpanan. Setelah cangkang telur benar-benar kering tahap selanjutnya penghalusan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan mesh 100. Pastikan semua cangkang telur benar-benar halus agar tepung cangkang telur bisa dicampur dengan makanan [11]. Dalam penelitian ini tepung cangkang telur dilakukan analisis kadar kalsium secara kualitatif dan kuantitaif. Pengujian kualitatif kadar kalsium cangkang telur yang telah dilakukan menggunakan metode uji nyala. Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui secara kualitatif mineral kalsium. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2 dimana samepl positif mengandung kalsium akan menunjukkan warna nyala merah bata. Warna nyala merah bata disebabkan energi yang dibutuhkan untuk mengalami eksitasi. Energi yang dihasilkan berkolerasi dengan panjang gelombang radiasi suatu atom pada saat kembali ke keadaan dasar [10]. Tabel 2 Hasil analisis kualitatif tepung cangkang telur No. Replikasi Hasil Keterangan 1 Replikasi I Warna merah bata Positif 2 Replikasi II Warna nyala orange Positif 3 Replikasi III Warna nyala orange Positif Pengukuran kadar kalsium secara kuantitaif menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Dalam pengukuran kadar kalsium secara kuantitatif, sampel mula-mula di destruksi terlebih dahulu. Destruksi adalah suatu perlakuan untuk melarutkan atau mengubah sampel menjadi bentuk materi yang dapat diukur sehingga kandungan unsur-unsur didalamnya dapat dianalisis. Terdapat dua jenis destruksi yang biasa dilakukan ayitu destruksi basah dengan menggunakan pereaksi asam untuk mendekomposisi sampel dan destruksi kering dengan menggunakan pemanasan atau penghancuran dengan menggunakan suhu yang sangat tinggi [12]. Pada metode destruksi yang digunakan adalah destruksi basah. Keunggulan dari metode ini ialah pengerjaannya sederhana, waktu yang dibutuhkan lebih singkat serta dapat menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi yang sangat rendah. Namun kelemahan dari metode ini ialah dibutuhkan reagen dalam jumlah yang relatif banyak, selain itu pengerjaannya harus hati-hati sehingga saat destruksi residu tidak keluar [13]. Destruksi basah memerlukan zat-zat yang bersifat oksidator kuat seperti asam nitrat (HNO3) dan asam perklorat (HClO4) untuk mengoksidasi senyawa-senyawa organik, kemudian dilakukan pemanasan dengan tujuan agar menguapkan zat-zat organik tersebut, sehingga yang tertingal hanya logam-loggam yang akan dianalisa. Pada saat proses destruksi, muncul gelembung-gelembung gas berwarna coklat tipis, gas ini merupakan NO2 (hasil samping proses destruksi dengan menggunakan asam nitrat). Proses destruksi pada sampel dilakukan sebanyak 3 kali untuk pengambilan rata-rata kadar logam kalsium pada sampel agar mengurangi kesalahan pada saat pengukuran sampel. Proses destruksi telah selesai jika bentuk akhir sampel berupa larutan jernih [13]. Pada pengukuran kadar kalsium terdapat larutan standar kalsium 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm dan 10 ppm. Panjang gelombang maksimal yaitu 422,8 - 285,2 nm. Berdasarkan
Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 13 hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3, diperoleh kadar kalsium pada tepung tepung cangkang telur dengan 3 kali pengulangan yaitu 24,48%, 24,59%, dan 24,43%. Jadi, rata-rata kalsium yang terkandung pada tepung cangkang telur yaitu sebanyak 24,50%. Kandungan kalsium yang terdapat dalam 100 g tepung cangkang telur sekitar 24,50 g. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Safitri dkk, 2014) didapatkan hasil bahwa dalam 100 g tepung cangkang telur ayam ras terdapat 7,2 gram kalsium [14]. Jumlah tersebut lebih rendah jika dibandingkan jumlah kalsium pada penelitian ini. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh nutrisi pakan yang diberikan pada hewan ternak, sehingga menghasilkan kadar kalsium yang berbeda. Tabel 3 Hasil pengukuran kadar kalsium Tepung Cangkang Telur menggunakan SSA No. Replikasi Kadar (%) 1 Replikasi I 24,48% 2 Replikasi II 24,59% 3 Replikasi III 24,43% Rata-rata 24,50% (a) (b) (c) Gambar 1. Snack bar konsentrasi tepung cangkang telur (a) 3%, (b) 6%, dan (c) 9%. Pada pembuatan snack bar, dilakukan penambahan tepung cangkang telur dengan variasi konsentrasi yaitu 3%, 6% dan 9%. Hal ini berdasarkan pada penelitian (Hassan, 2015), dimana membuat cookies dari tepung cangkang telur [15]. Berat snack bar pada penelitian ini ialah 30 g. Dapat dilihat pada Tabel 4, hasil pengukuran kadar kalsium snack bar pada F1, rata-rata kadar kalsium snack bar 0,38%. Pada F2, rata-rata kadar kalsium snack bar 0,58%. Pada F3, rata-rata kadar kalsium snack bar 0,69%. Formula yang memiliki memiliki kadar kalsium tertinggi ialah F3 dengan penambahan tepung cangkang telur sebanyak 9%. Tabel 4 Hasil pengukuran kadar kalsium Snack Bar menggunakan SSA No. Replikasi Formula (%) F1 F2 F3 1 Replikasi I 0,39 0,59 0,69 2 Replikasi II 0,38 0,58 0,69 3 Replikasi III 0,38 0,57 0,69 Rata-rata 0,38 0,58 0,69 Berdasarkan (Angka Kecukupan Gizi, 2019), bahwa kebutuhan kalsium perhari untuk anak-anak: 200-1000 mg, dewasa: 1200 mg, ibu hamil dan menyusui: +200 mg kalsium. Dalam satu snack bar dengan berat 30 g, mengandung kalsium sekitar 208 mg. Maka untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian pada anak-anak dapat mengkonsumsi sekitar 1-5 buah snack bar, pada orang dewasa sekitar 6 buah snack bar,dan pada ibu hamil dan menyusui sekitar 1 buah snack bar. 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tepung cangkang telur memiliki kandungan kalsium yaitu 24,50%. Formulasi snack bar yang memiliki kandungan kalsium tertinggi yaitu F3 dengan penambahan 9% tepung cangkang telur yang memiliki kandungan kalsium 0,69%. 5 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kepada Laboratorium Pusat Penelitian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (P2LH-SDA) Universitas Mulawarman atas dukungan berupa pengukuran kadar kalsium menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. 6 Kontribusi Penulis Yeni Fitri Handayani sebagai peneliti, mengumpulkan data pustaka, serta menyiapkan data manuskrip. Erwin Samsul dan Fajar Prasetya sebagai pengarah, pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. 7 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini.
Formulasi Snack Bar Tinggi Kalsium Dari Tepung Limbah Cangkang Telur Sebagai Sumber Nutrisi Kalsium Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 14 8 Daftar Pustaka [1] M. Ramadani, 2010. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya. J. Kesehat. Masy. Andalas, vol. 4(2), pp. 111–115. [2] E. A. Limbong and F. Syahrul, 2015. Rasio Risiko Osteoporosis Menurut Indeks Massa Tubuh . J. Berk. Epidemiol., 3(2), pp. 194–204. [3] Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013. Situasi Osteoporosis Indonesia. Kemenkes RI. [4] N. Hidayah, D. Kholidah, and A. Mustafa, 2019. Edukasi Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan, Asupan Kalsium Dan Aktivitas Fisik Untuk Mencegah Osteoporosis Pada Lansia Nutrition Education With the Media Booklet Against the Level of Knowledge, Calcium Intake and Physical Activity To P. J. Pendidik. Kesehat., 8(1), pp. 79–92. [5] E. S. Wiraskusumah, 2007. Mencegah Osteoporosis Lengkap Dengan 39 jus dan 38 Resep Makanan. Niaga Swadaya. Jakarta. [6] H. Evanuraini, I. Thohari, and A. rahmania Safitri, 2021. Industri Pengolahan Telur. UB Press. Malang. [7] Kasmiati, S. Lumatauw, and I. Sumpe, 2019. Uji Kualitas Telur Ayam Ras Di Kota Manokwari. J. Ilmu Peternak. dan Vet. Trop. (Journal Trop. Anim. Vet. Sci., 8(1), p. 9. [8] W. A. Rahmawati and F. C. Nisa, 2015. Fortifikasi Kalsium Cangkang Telur Pada Pembuatan Cookies (kajian Konsentrasi Tepung Cangkang Telur dan Baking Powder). J. Pangan dan Agroindustri, 3(3), pp. 1050–1061. [9] I. M. B. Ilmi, F. A. Arini, and D. Novriyanti, 2021. Formulation of Snack Bar from Torbangun Leaf as Food Source for Iron and Calcium. Indones. J. Nutr. Sci., 1(1), pp. 21–26. [10] S. F. Sammulia, S. Suhaera, and M. Ardini, 2020. Identifikasi Kandungan Kimia Kalsium Karbonat dari Limbah Cangkang Siput GongGong (Strombus Turturella) Dengan Metode Wd-Xrf Fussion. J. Katalisator, 5(2), pp. 161– 168. [11] F. Pertanian, R. D. Puspitasari, and M. A. H. Swasono. 2018. Pengaruh Lama Perebusan Kulit Telur Pada Pembuatan Bubuk Suplemen Kalsium. Teknol. PANGAN Media Inf. dan Komun. Ilm. Teknol. Pertan., 9(1), pp. 20–27. [12] I. Asmorowati, Dian Sri. Sumarti, Sri Susilogati. Kristanti. 2020. Perbandingan Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering untuk Analisis Timbal dalam Tanah di Sekitar Laboratorium Kimia FMIPA UNNES. Indones. J. Chem. Sci., 9(3), pp. 169–173. [13] R. Asra, F. K. Harefa, Z. Zulharmita, and N. Nessa, 2018. DETERMINATION OF CALCIUM AND IRON METAL IN KELOR LEAF (Moringa oleifera Lam) by Using ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY. J. Pharm. Sci., 1(1), pp. 32–38. [14] A. I. Safitri, N. Muslihah, and S. Winarsi, 2014. Kajian Penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras terhadap Kadar Kalsium, Viskositas, dan Mutu Organoleptik Susu Kedelai, 1, pp. 149–160. [15] N. M. M. Hassan, 2015. Chicken Eggshell Powder as Dietary Calcium Source in Biscuits. World J. Dairy Food Sci., 10(2), pp. 199–206.
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 15 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Aktivitas Antioksidan Kombinasi Sari Daun Ketapang (Terminalia Catappa) dan Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) Antioxidant Activity Combination of Ketapang Leaf Extract (Terminalia Catappa) and Ginger Rhizome (Zingiber Officinale) Hanny Chynthia Vehrawati, Nurul Fitriani, Yurika Sastyarina* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: yurika@farmasi.unmul.ac.id Abstrak Daun ketapang merupakan tanaman yang memiliki antioksidan yang sangat tinggi namun belum termanfaatkan dengan baik. Selain ketapang, jahe juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Meski begitu, kedua tanaman ini memiliki antioksidan sekunder yang berbeda jenis dan belum ada penelitian aktivitas antioksidan sari segar dari kedua tanaman ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan sari daun ketapang dan sari rimpang jahe. Metode yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel, sortasi, pembuatan sari, penyaringan antara ampas dan sari, dan pembuatan sampel kombinasi ketapang dan jahe, pembuatan larutan induk 10.000 ppm, pembuatan seri konsentrasi 100, 200, 400, 800, dan 1.600 ppm , pembuatan larutan DPPH dan dilakukan uji menggunakan spektrofotometer uv-vis. Hasil yang diperoleh yaitu Aktivitas antioksidan sari daun ketapang > sari jahe, Aktivitas antioksidan kombinasi Ketapang dan jahe 2:1 memperoleh nilai IC50 164 ppm, 1:1 memperoleh 640 ppm, dan 1:2 memperoleh 1161 ppm, dan penambahan jahe dapat menurunkan aktivitas antioksidan sari daun ketapang secara signifikan. Hal ini menujukkan aktivitas antioksidan sari daun ketapang dan rimpang jahe memiliki aktivitas yang sangat kecil, dan kombinasi daun ketapang dan rimpang jahe dapat menurunkan aktivitas antioksidan dibanding sari tunggal. Kata Kunci: ketapang, jahe, antioksidan, kombinasi Abstract Ketapang leaves are plants that have very high antioxidants but have not been utilized properly. In addition to ketapang, ginger is also known to have high antioxidant activity. Even so, these two plants Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Aktivitas Antioksidan Kombinasi Sari Daun Ketapang (Terminalia Catappa) dan Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 16 have different types of secondary antioxidants and there has been no research on the antioxidant activity of fresh juice from these two plants. This study was conducted to determine the antioxidant activity of ketapang leaf extract and ginger rhizome extract. The methods used are sample collection, sorting, making juice, filtering between pulp and juice, and making a combination sample of ketapang and ginger, making 10,000 ppm mother liquor, making series of concentrations of 100, 200, 400, 800, and 1,600 ppm, making DPPH solution. and tested using uv-vis spectrophotometer. The results obtained were the antioxidant activity of ketapang leaf extract > ginger juice, the antioxidant activity of the combination of Ketapang and ginger 2:1 obtained an IC50 value of 164 ppm, 1:1 obtained 640 ppm, and 1:2 obtained 1161 ppm, and the addition of ginger could reduce antioxidant activity. ketapang leaf extract significantly. This shows that the antioxidant activity of ketapang leaf extract and ginger rhizome has very little activity, and the combination of ketapang leaves and ginger rhizome can reduce antioxidant activity compared to single extract. Keywords: ketapang, ginger, antioxidant, combination DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.663 1 Pendahuluan Ketapang merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur dalam berbagai tempat mulai dari dataran tinggi, hutan pantai, hutan rawa, aliran sungai, dan bahkan didaerah yang kurang nutrisi pun tumbuhan ini dapat tumbuh [1]. Ketapang mengandung banyak tanin yang terdiri atas Terflamin A, Terflavin B, Tergallain, Tercatin, Punicalin, Punicagalin, Chebulagin Acid, Geranin, Granatin B dan Corilagi [2]. Namun belum ada penelitian yang melakukan uji organoleptik terhadap minuman ketapang. Penelitian sebelumnya hanya sebatas menguji aktivitas antioksidan rebusan daun ketapang yang di minumkan pada Tikus dan hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa rebusan daun ketapang tidak bersifat toksin dan tidak menunjukkan reaksi imun, sehingga aman untuk dikonsumsi setiap hari [1]. Jahe memiliki zat aktif berupa oleoresin. Oleoresin jahe mengandung komponen shogaol, zingerone, gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan diatas vitamin E, paradol, resin dan minyak atsiri. Jahe juga mengandung senyawa lain berupa vitamin (A, B1, dan C), karbohidrat, dan asam-asam organik (malat, oksalat)[3]. Ketapang dan jahe merupakan tanaman yang sama-sama mengandung senyawa antioksidan sekunder dan sama-sama memiliki banyak manfaat. Namun, mekanisme dari senyawa antioksidan daun ketapang sedikit berbeda dengan jahe. Antioksidan dalam daun ketapang bekerja dengan cara mengikat logam [4] sedangkan jahe bekerja dengan mendonorkan atom hydrogen yang berasal dari gugus hidroksil senyawa fenol [5]. Penggunaan kombinasi ekstrak tanaman diyakini lebih ampuh dibanding hanya menggunakan satu tanaman saja menurut ahli pengobatan herbal, kombinasi dari tumbuhantumbuhan ini diyakini memiliki efek sinergi yang saling melengkapi dan bahkan dapat menambah daya khasiatnya. Kombinasi ini juga diyakini dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan [6]. Berdasarkan pernyataan ini peneliti ingin mengetahui dan membuktikan apakah dengan mengkombinasikan tanaman yang mengandung aktivitas antioksidan yang berbeda dapat meningkatkan aktivitas antioksidannya atau justru malah menurunkan aktivitas antioksidannya. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, gelas kimia, blender, saringan kain, pipet ukur, pipet tetes, batang pengaduk, corong kaca, labu ukur, botol vial,
Aktivitas Antioksidan Kombinasi Sari Daun Ketapang (Terminalia Catappa) dan Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 17 kaca arloji, cawan porselin, kuvet plastik, dan spektrofotometri Uv-Vis. Bahan yang digunakan yaitu Aluminium foil, Aquades, Daun Ketapang, Rimpang jahe, Metanol p.a, dan DPPH. 2.2 Penyiapan Sampel Disiapkan Sampel Daun Ketapang dan rimpang Jahe yang diambil sekitar Samarinda, Kalimantan Timur. Diperoleh sampel Daun Ketapang dan Rimpang Jahe sebanyak masingmasing 100 gram yang sudah dipisahkan dari batang dan pengotor. 2.3 Pembuatan Sari Sampel Daun ketapang dihaluskan dengan penambahan 300 mL Aquades untuk mempermudah proses penyarian kemudian disaring menggunakan saringan kain dan ditampung dalam gelas kimia. Rimpang Jahe dihaluskan dengan menambahkan 100 mL Aquades untuk mempermudah proses penyarian kemudian disaring menggunakan saringan kain dan ditampung dalam gelas kimia. 2.4 Pembuatan Formula Sari Sampel Dibuat kombinasi sari sampel dengan kombinasi Daun Ketapang dan Rimpang Jahe (2:1) dengan mengambil 10 mL Sari daun ketapang dan 5 mL sari rimpang jahe. Kombinasi Daun Ketapang dan Rimpang Jahe (1:1) dengan mengambil 7,5 mL Sari daun ketapang dan 7,5 mL sari rimpang jahe. Kombinasi Daun Ketapang dan Rimpang Jahe (1:2) dengan mengambil 5 mL Sari daun ketapang dan 10 mL sari rimpang jahe. 2.5 Uji Aktivitas Antioksidan 2.5.1 Pembuatan Larutan Induk Sebanyak 0,1 mL larutan Sari sampel dilarutkan dengan metanol p.a dalam labu ukur 10 mL sehingga diperoleh Larutan Induk 10.000 ppm 2.5.2 Pembuatan Seri Konsentrasi Dibuat larutan uji dengan seri konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 800 ppm dan 1600 ppm. Dengan melarutkan larutan induk sebanyak 0,1 mL, 0,2 mL, 0,4 mL, 0,8 mL, dan 1,6 mL dengan metanol p.a dalam labu ukur 10 mL. Setelah itu 10 mL larutan uji dimasukkan kedalam 2 botol vial masing masing 5 mL. 2.5.3 Pembuatan Larutan Induk DPPH Sebanyak 4 mg DPPH dilarutkan dalam metanol dalam labu ukur 100 mL yang sudah ditutupi aluminium foil agar terlindung cahaya, sebanyak 2 mg DPPH dilarutkan dalam metanol dalam labu ukur 50 mL yang sudah ditutupi aluminium foil agar terlindung cahaya, dan 1 mg DPPH dilarutkan dalam metanol labu ukur 25 mL yang sudah ditutupi aluminium foil agar terlindung cahaya. 2.5.4 Inkubasi Larutan Uji Sebanyak 5 mL larutan DPPH dimasukkan kedalam botol vial yang sudah berisi larutan uji. Kemudian botol vial di kocok dan didiamkan dalam tempat terlindung cahaya. 2.5.5 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukkan kedalam kuvet dan diukur panjang gelombangnya menggunakan spektrofotometri. 2.5.6 Dilakukan Uji Spektrofotometri Diukur nilai absorbansi blanko dengan mengambil 2 mL DPPH yang sudah dicampur dengan Metanol p.a yang kemudian dimasukkan kedalam kuvet dan diukur nilai absorbansinya. Sebanyak 2 mL larutan sampel dimasukkan kedalam kuvet dan diukur nilai absorbansinya. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Tanaman Tunggal Pengujian Ativitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH yaitu sengan cara mengukur nilai absorbansi menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis. Metode ini merupakan metose absorpsi radikal DPPH yang dapat dilakukan dengan cara yang mudah, sederhana, dan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. [7] IC50 merupakan parameter yang dilakukan untuk mengukur aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. IC (Inhibitor Concentration) merupakan
Aktivitas Antioksidan Kombinasi Sari Daun Ketapang (Terminalia Catappa) dan Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 18 konsentrasi yang dapat menghambat radikal bebas, angka 50 dalam IC50 merupakan nilai 50% yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan. Semakin kecil konsentrasi yang diperoleh dari nilai IC50 maka semakin baik aktivitas antioksidan dari sampel yang di uji [8] seperti yang terdapat dalam tabel 1. Pengujian Antioksidan yang dilakukan terhadap sari daun ketapang secara tunggal diperoleh nilai % Inhibisi yang lebih tinggi dibanding dengan hasil pengujian sari rimpang jahe seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 1. Tabel 1 Klasifikasi Antioksidan [9] Tingkat Aktivitas Antioksidan IC50 Sangat kuat < 50 µg/mL Kuat 50 – 100 µg/mL Sedang 101 – 250 µg/mL Lemah 251 - 500 µg/mL Sangat Lemah > 500 µg/mL Gambar 1 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Tunggal Daun Ketapang dan Rimpang Jahe Pengujian Aktivitas Antioksidan yang dilakukan menggunakan sari daun ketapang memperoleh nilai IC50 yang tergolong lemah yaitu 199 ppm seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 2. Hal ini bisa terjadi dikarenakan berbagai faktor, misalnya dalam penggunaan sampel segar yang tidak melalui tahap pengeringan hal ini dapat menyebabkan kandungan air dalam sampel masih tergolong tinggi [10]. Selain itu juga, hal ini kemungkinan terjadi akibat adanya pengotor yang dapat mengurangi kadar senyawa aktif didalam sampel yang seharusnya dihilangkan misalnya klorofil, mineral dan lain lain. [11]. Hal ini juga berlaku dalam hasil pengujian sari rimpang jahe, yang memperoleh nilai IC50 yang didapat yaitu 63445 ppm yang dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 2 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Sampel Daun Ketapang Konsentrasi (ppm) Absorbansi %Inhibisi Persamaan y= ax+b IC50 (µg/mL) Blanko 0,501 - y=54,12x-74,431 R² = 0,9101 199 100 0,320 36,085 200 0,300 40,013 400 0,136 72,903 800 0,046 90,812 1600 0,040 92,144 Tabel 3 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Sampel Rimpang Jahe Konsentrasi (ppm) Absorbansi %Inhibisi Persamaan y= ax+b IC50 (µg/mL) Blanko 0,501 - y=22,16x-56,426 R² = 0,6665 63445 100 0,518 3,529 200 0,556 8,256 400 0,542 9,654 800 0,452 11,119 1600 0,403 19,441 3.2 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Kombinasi Gambar 2 Uji Aktivitas Antioksidan Sari Kombinasi Daun Ketapang dan Rimpang Jahe. Formula 1 (ketapang : jahe (2:1)), Formula 2 (ketapang : jahe (1:1)), dan Formula 3 (ketapang : jahe (1:2)). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 500 1000 1500 2000 % Inhibisi Konsentrasi (ppm) ketapang Jahe 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 500 1000 1500 2000 2500 % Inhibisi Konsentrasi (ppm) Formula 1 formula 2 formula 3
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 19 Tabel 4 Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Daun Ketapang dan Rimpang Jahe Konsentrasi (ppm) Formula 1 Formula 2 Formula 3 % Aktivitas Antioksidan IC50 (µg/mL) % Aktivitas Antioksidan IC50 (µg/mL) % Aktivitas Antioksidan IC50 (µg/mL) 400 63,48898 164 36,25162 640 19,71466 1161 800 82,36057 53,89105 33,33333 1200 90,85603 72,04929 46,88716 1600 92,02335 78,92348 61,15435 2000 92,28275 89,36446 71,59533 Pengujian antioksidan terhadap kombinasi daun ketapang dan jahe memperoleh hasil yang signifikan dimana nilai IC50 dari kombinasi ketapang dan jahe sebanyak 2:1 memperoleh nilai aktivitas yang paling tinggi dibanding formula 2 yang terdiri atas ketapang : jahe 1:1 dan 1:2. Hal ini menandakan bahwa semakin besar konsentrasi jahe yang digunakan dapat menurunkan nilai aktivitas antioksidan yang diperoleh yaitu 164 ppm untuk kombinasi ketapang 10 mL dan jahe 5 mL. Kombinasi ketapang 7,5 mL dan ketapang 7,5 mL memperoleh nilai IC50 640 ppm. Dan yang terkhir kombinasi ketapang 5 mL dan jahe 10 mL memperoleh aktivitas antioksidan 1161 ppm yang dapat dilihat pada tabel 4. Perubahan Nliai IC50 kemungkinan terjadi dikarenakan perbedaan jenis seyawa metabolit sekunder dari kedua sampel tanaman, yang dimana daun ketapang memiliki senyawa antioksidan yang mekanismenya dengan mengikat logam [4] sedangkan untuk rimpang jahe mekanisme antioksidannya dengan cara mendonorkan atom hidrogen dari gugus hidroksil senyawa fenol [5]. Mekanisme yang berbeda ini kemungkinan yang menyebabkan terjadinya perbedaan pada hasil uji aktivitas antioksidan antara kombinasi daun ketapang dan rimpang jahe. 4 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh : 1. Aktivitas antioksidan sari daun ketapang > sari jahe. 2. Aktivitas antioksidan kombinasi Ketapang dan jahe 2:1 memperoleh nilai IC50 164 ppm, 1:1 memperoleh 640 ppm, dan 1:2 memperoleh 1161 ppm. 3. penambahan jahe dapat menurunkan aktivitas antioksidan sari daun ketapang secara signifikan. 5 Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih diberikan kepada bapak Aang Hasan Sudarjat dan ibu Suprihatin Ningsih selaku donatur utama dalam penelitian ini. 6 Kontribusi Penulis Kontribusi Penulis dalam penelitian ini yaitu Hanny Chynthia Vehrawati sebagai peneliti utama dalam melakukan pengujian secara langsung, Nurul Fitriani dan Yurika Sastyarina sebagai peneliti pendamping. 7 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan apapun yang ditujukan dalam pengerjaan penelitian ini. 8 Daftar Pustaka [1] Widyastuti, R, Tari, A. I. N., & Asmoro, N. W. (2020). Aktivitas Antioksidan Teh Daun Ketapang (Terminalia Catappa). Jurnal Ilmu Pangan Dan Hasil Pertanian, Vol 4 No. Doi:10.26877 2.7468 [2] Herli, M. A., % Wardaniati, I. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Dan Fraksi Daun Ketapang Yang Tumbuh Disekitar Univ. Abdurrab, Pekanbaru. Jops (Journal Of Pharmacy And Science). Vol. 2 No.2-June 2019 [3] Saraswati, Desnita, R., & Luliana, S. (2019). Optimasi Proses Pembuatan Minuman Serbuk Instan Kombinasi Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Dan Kencur (Kaempferia Galanga L.). Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. [4] Rochmat, A., Liantony, G., (2019). Uji Kemampuan Tanin Daun Ketapang Sebagai Inhibisi Korosi Pada Baja Mild Steel Dalam Pipeline. Jurnal Integrasi Proses. Http://Jurnal.Untirta.Ac.Id/Index.Php/Jip/Articl e/View/5601 [5] Septiana, A. T., Muchtadi, D., & Zakaria, Fransiska R. (2002). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dikhlorometana Dan Air Jahe ( Zingiber Officinale Roscoe ) Pada Asam Linoleat [
Aktivitas Antioksidan Kombinasi Sari Daun Ketapang (Terminalia Catappa) dan Rimpang Jahe (Zingiber Officinale) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 20 Antioxidant Activity Of Ginger ( Zingiber Officinale Roscoe ) Dichloromethane And Water Exctract On Linoleic Acid ] Inkubasi Dan Analisis Kadar P. Xiii(2). [6] Fitriyanti, Nasrudin, & Rudi, L. (2019). Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Kombinasi Imbang Kulit Batang Kayu Jawa ( Lannea Coromandelica ) Dan Rimpang Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Rubrum). Jurnal Pendidikan Kimia Universita Halu Oleo, 4(2), 102–109. [7] M. R. Marjoni, A. D. Novita, Dan K. Kunci, “Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Daun Kersen (Muntingia Calabura L . ) Total Content Of Fenol And Antioxidant Activity Of The Aqueous Extract Of Cherry Leaf ( Muntingia Calabura L.),” Vol. 23, No. 3, Hal. 187–196, 2015. [8] D. B. Pambudi, D. Raharjo, Dan N. N. Fajriyah, “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura L .) Dengan,” Hal. 979–985, 2021. [9] Sandhiutami, N.M.D., L. Rahayu, T. Oktaviani dan Lili Y.S. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Rebusan Daun Sambang Getih (Hemigraphis Bicolor Boerl) dan Sambang Solok (Aerva Sanguinolenta (L.) Blume) Secara In Vitro. Jakarta : Universitas Pancasila [10] Suryanto.,Sulaeman, Rudianda., Budiani, Evi.S. 2017. Pengaruh Pola Pengeringan Terhadap Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri Daun Pucuk Merah (Syzygium oleana.). [11] Wikanta, Thamrin., Januar, Hedi.I., Nursid, Muhammad. 2005. Uji Aktivitas Antioksidan, Toksisitas, dan Sitotoksisitas Ekstrak Alga Merah Rhodymenia Palmata Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 11(4) : 41-49
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 21 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Antioxidant Activity Test of Ethanol of Belimbing Wuluh Fruits (Averrhoa bilimbi L.) Elsa Akbar Wati, Fajar Prasetya, Juniza Firdha Suparningtyas* Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: junizafirdha@farmasi.unmul.ac.id Abstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) termasuk dalam famili oxalidaceae. Tanaman buah Belimbing Wuluh memiliki kandungan golongan senyawa oksalat, fenol, dan flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan dan antibakteri. Pada penelitian sebelumnya Belimbing Wuluh memiliki nilai aktivitas antioksidan sebesar 91,89%. Hasil penelitian ini bertujuan menentukan rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah Belimbing Wuluh ekstrak tanaman buah Belimbing Wuluh diperoleh dengan cara metode maserasi menggunakan etanol 96%. Hasil penelitian ini menghasilkan rendemen sebesar 12%. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) menggunakan variasi konsentrasi 100 ppm ,150 ppm ,200 ppm, 250 ppm, dan 300 ppm masingmasing 5 replikasi yang absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum 516 nm. Hasil dari pengujian aktivitas antioksidan didapatkan nilai IC50 ekstrak etanol buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebesar 78,313 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak buah Belimbing Wuluh tersebut mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat karena mempunyai nilai IC50 dari 50 – 100 µg/mL. Kata Kunci: Averrhoa bilimbi L., antioksidan, DPPH Abstract Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) belongs to the Oxalidaceae family. The Bilimbi plant contains oxalate, phenol, flavonoid compounds which act as antioxidants and antibaterials. In previous studies Belimbing Wuluh has an antioxidant activity value of 91.89%. The fructus Bilimbi extracted by maceration method using 96% ethanol. The fructus Bilimbi purpose of this study was to determine Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 22 the yield and the antioxidant activity of the ethanol extract from Bilimbi fructus this study resulted in a yield of 12% antioxidant activity tested by DPPH method (1,1 -diphenyl-2-picrylhydrazyl) from the extract various concentrations five replications of 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, and 300 ppm. Then absorbance was measuring by UV-Vis spectrophotometry with maximum wavelength 516 nm. The antioxidant activity result showed that the IC50 value was 78,313 µg/mL. this indicaticates that the fructus Bilimbi exctract has strong antioxidant activity because it has an IC50 value less than 50 – 100 µg/mL. Keywords: Averrhoa bilimbi L., antioxidant, DPPH DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.666 1 Pendahuluan Antioksidan merupakan zat yang dapat melawan berbagai pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif [1]. Fungsi utama antioksidan yaitu untuk menghentikan atau memutus reaksi berantai radikal bebas sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari efek merugikan yang timbul dari proses maupun reaksi yang menyebabkan oksidasi berlebihan [2]. Penggunaan antioksidan secara topikal dapat menurunkan radiasi sinar UV A, radiasi tersebut menyebabkan kulit menjadi gelap dan menyebabkan kerusakan kulit yang lainnya. Untuk mencegah radiasi sinar UV A diperlukan perawatan yang dapat melindungi secara langsung seperti sediaan masker. Salah satu bahan alam yang memiliki antioksidan adalah belimbing wuluh. Berdasarkan penelitian terdahulu, pada buah belimbing wuluh diyakini memiliki aktivitas antioksidan alami seperti vitamin a,c, beta karoten dan sebagainya [3]. Diketahui vitamin c pada buah belimbing wuluh hampir sama dengan buah jeruk [4]. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) dengan menggunakan metode 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazyl (DPPH). 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plastik wrap, batang pengaduk, cawan buchner, timbangan analitik, aluminium foil, kertas saring, pisau, blender, toples, tabung reaksi, botol coklat, pipet ukur, kuvet, kaca arloji, corong kaca, gelas kimia, labu ukur, spatel besi, mikropipet, pipet tetes dan spektrofotometri Uv-Vis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah belimbing wuluh, etanol, DPPH dan etanol p.a. 2.2 Pembuatan Simplisia Buah Belimbing Wuluh Disiapkan buah belimbing wuluh yang diambil didaerah Balikpapan, Kalimantan Timur. Dikumpulkan buah belimbing wuluh berwarna hijau segar sebanyak 5 kg, kemudian disortasi basah, dipotong kecil-kecil dan dikeringkan. Dilakukan pembuatan simplisia dan dihaluskan dengan blender. 2.3 Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh 200 gram simplisia buah belimbing wuluh dimaserasi dengan 2 liter pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 3 hari dengan merendam serbuk simplisia buah belimbing wuluh. Setelah perendaman dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring, digabungkan filtrat yang didapat dengan rotary evaporator pada suhu 50 ̊C sampai diperoleh ekstrak kental yang diperoleh diuapkan dengan
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 23 cara dimasukkan ke dalam toples kecil dan ditutup dengan plastik wrapping yang diberi lubang-lubang kemudian didapatkan ekstrak dihitung rendemennya dengan rumus persamaan 1. %Rendemen = berat ekstrak etanol buah belimbing wuluh berat awal simplisia kering × 100% (persamaan 1) 2.4 Uji antioksidan 2.4.1 Pembuatan Larutan Induk 40 ppm Serbuk DPPH ditimbang sebanyak 4 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan etanol p.a sampai tanda batas garis labu ukur dihomogenkan. 2.4.2 Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan DPPH 40 ppm diambil sebanyak 2 ml, diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 515-520 nm. 2.4.3 Pembuatan larutan induk sampel 1000 ppm Ekstrak etanol buah belimbing wuluh ditimbang 10 mg dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml ditambahkan etanol sampai tanda batas garis labu ukur lalu dihomogenkan. 2.4.4 Pembuatan larutan seri kosentrasi dan larutan uji Pembuatan larutan seri kosentrasi dibuat dengan kosentrasi 100,150, 200, 250, 300 ppm dalam labu ukur 10 ml. Diambil 2 ml masingmasing larutan seri kosentrasi kemudian ditambahkan 2 ml larutan DPPH. Larutan uji diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Diukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang telah diukur. 3 Hasil dan Pembahasan Pada penelitian ini dilakukan pembuatan ekstrak etanol buah belimbing yang di uji aktivitas antioksidannya. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini yakni 96%. Etanol memiliki sifat yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif baik bersifat polar, semi polar, maupun non polar. Selain itu, etanol juga memiliki ketoksikan yang paling rendah [5]. Berat ekstrak yang diperoleh dari 200 gram simplisia yaitu 24 gram, didapatkan hasil perhitungan rendemen sebesar 12%. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH dengan mengukur absorbansi pada alat spektrofotometer UV-Vis. Metode DPPH adalah metode absorpsi radikal DPPH yang sederhana dan mudah serta menggunakan sampel yang sedikit dalam waktu yang singkat. Paramater untuk mengukur aktivitas antioksidan menggunakan DPPH adalah IC50. IC50 (Inbitory Concentration) adalah kosentrasi yang menghambat radikal bebas (DPPH) sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin baik aktivitas antioksidan dari senyawa atau ekstrak tersebut [6]. Tingkat kekuatan antioksidan dapat ditentukan berdasarkan nilai IC50. Tabel 1. Klasifikasi antioksidan Tingkat Aktivitas Antioksidan IC50 Sangat kuat < 50 µg/mL Kuat 50 – 100 µg/mL Sedang 101 – 150 µg/mL Lemah > 150 µg/mL Aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah belimbing wuluh diukur dengan spektrofotometri Uv Vis untuk mendapatkan nilai absorbansi. Dari nilai tersebut dapat dihitung aktivitas penghambatan (% inhibisi) sehingga dapat diperoleh nilai IC50 dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Aktivitas antioksidan dari ekstrak buah belimbing wuluh ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah belimbing wuluh Konsentrasi (ppm) Absorbansi %Inhibisi Persamaan y= ax+b IC50 (µg/mL) Blanko 0,6086 0 y=0.1169x + 13.165 R² = 0.9617 78,313 100 0, 456 25,082 150 0,431 29,135 200 0,383 37,076 250 0,334 45,071 300 0,327 46,331
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 24 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada kosentrasi 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm secara berturutturut menghasilkan nilai persentase hambatan terhadap DPPH sebesar 25,082%; 29,1355; 37,076%; 45,071% dan 46,33% artinya nilai persentase hambatan termasuk baik karena kurang 50%. Persen inhibisi (%inhibisi) menggambarkan kemampuan senyawa antioksidan dalam sampel untuk menangkap radikal bebas pada kosentrasi larutan uji. Kenaikan persen inhibisi dipengaruhi oleh penurunan nilai absorbansi DPPH yang dihasilkan sampel. Hal ini menghasilkan kosentrasi sampel yang lebih tinggi dan nilai absorbansi yang lebih rendah, menghasilkan peningkatan persen penghambatan [7]. Gambar 1 Persamaan regresi linier aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah belimbing wuluh Pada gambar 1 untuk mendapatkan persamaan regresi linier dibuat kurva kalibrasi untuk mengetahui hubungan konsentrasi dengan persentase hambatan, kemudian didapatkan persamaan regresi. Dilakukan pengukuran dengan hasil persamaan regresi linier y=0.1169x+13.165 dengan koefisien determinasi R2 =0.9617. Nilai IC50 diperoleh dari regresi linier antara konsentrasi yang diperoleh dan absorbansi. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh nilai IC50 dari ekstrak etanol buah belimbing wuluh sebesar 78.313 μg/ml artinya pada konsentrasi 78.313 μg/ml sampel ekstrak etanol buah belimbing wuluh dapat menghambat 50% radikal bebas. 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki nilai rendemen sebesar 12% dan mengandung senyawa antioksidan dengan IC50 78.313 μg/ml dengan metode DPPH. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah belimbing memiliki senyawa antioksidan yang kuat karena IC50 78.313 μg/ml kurang dari 100 μg/ml. 5 Kontribusi Penulis Kontribusi penulis yaitu Elsa Akbar Wati sebagai peneliti utama sedangkan Fajar Prasetya dan Juniza Firdha Suparningtyas sebagai peneliti pendamping. 6 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan pada penelitian ini. 7 Daftar Pustaka [1] Amrun dkk, 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Dan Ekstrak Metanol Beberapa Varian Buah Kenitu (Chrysophylum Cainito L.) Dari Daerah Jember. Berk.Panel.Hayati :45-50. [2] Berdanier et al, 2008. Handbook Nutrition and Food. Ajcn [3] Zakaria et al, 2007. In vitro antibacterial activity Averrhoa bilimbi L. leaves and fruit extract. International journal of tropical medicine,2(3) : 96-100. [4] Ikram et al, 2009. Antioxidant Capacity And Total Phenolic Content Of Malaysian Underutilizies Fruits. Journal Of Food Composition And Analysis. 22(5): 388-393. [5] Puluh, E. A., Edy, H. J., & Siampa, J. P. 2019. Uji Antibakteri Sediaan Masker Peel Off Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea ameicana Mill.) terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis sebagai Antijerawat. Jurnal MIPA, 8(3), 101- 104. [6] S.Wulandari, “Aktivitas Antioksidan Fraksi Etil Asetat dan Fraksi Air Ekstrak Etanol Daun Salam ( Syzygium polyanthum ( Wight .) Walp .) dengan Metode DPPH ( 1 , 1 Difenil- Antioxidant Activity of ethyl acetate and water fraction from Syzygium polyanthum leaves ethanol extract with 1 , 1 Diphenyl- 2 picrylhydrazyl method,” vol. 6, no. 2, hal. 39–44, 2019. 20 25 30 35 40 45 50 50 100 150 200 250 300 350 y = 0.1169 x + 13.165 R2= 0.9617 Konsentrasi (ppm) % Inhibisi
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 25 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda The Effectiveness Antihypertensive Combination of Cucumber Juice (Cucumis sativus L.), Decoction of Moringa Leaves (Moringa oleifera Lam.) and Kelulut Honey on Hypertension Patients in Public Health Center Air Putih Lina Nur Amelia* , Noviyanty Indjar Gama, Fajar Prasetya Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: alinanuramelia@gmail.com Abstrak Hipertensi atau tekanan darah tinggi ialah penyakit silent killer yang dapat membunuh secara diamdiam tanpa gejala yang timbul. Faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia, jenis kelamin, genetik, riwayat penyakit, dan gaya hidup. Pengobatan hipertensi secara sintetik memiliki efek samping, sehingga masyarakat mulai memilih pengobatan herbal, salah satunya ialah mentimun, daun kelor dan madu kelulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan efek pemberian kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor dan madu kelulut terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi Puskesmas Air Putih Samarinda. Metode penelitian menggunakan pre - experimental rancangan desain penelitian pre-test and post-test one group only design. Hasil penelitian diperoleh karakteristik 20 responden jenis kelamin perempuan 70% dan laki-laki 30%. Usia dewasa awal (26-35) 15%, dewasa akhir (36-45) 5%, lansia awal (46-55) 60% dan lansia akhir (56-55) 20%. Kepatuhan minum obat rutin setiap hari 65%, kurang dari 2 hari dalam seminggu tidak minum obat 0% dan lebih dari 2 hari dalam seminggu tidak minum obat 35%. Terapi amlodipine 100%. Pemberian kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut pada 9 responden belum menunjukkan penurunan tekanan darah bermakna secara statistik belum terlihat menghasilkan efek signifikan setelah di uji paired t-test dengan nilai p > 0,05. Kata Kunci: Hipertensi, Cucumis sativus L., Moringa oleifera Lam., Madu Kelulut Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 26 Abstract Hypertension or high blood pressure is a silent killer disease that can kill silently without any symptoms. Risk factors that can cause hypertension are age, gender, genetics, disease history, and lifestyle. Synthetic hypertension drugs have side effects, so people starting to choose herbal treatment, one of which is cucumber, moringa leaves and kelulut honey. This study aims to determine characteristics and effects from combination of cucumber juice, decoction of moringa leaves and kelulut honey on blood pressure hypertension patients. The research method used pre-experimental research design pre-test and post-test one group only design. The results of the study obtained characteristics of 20 respondents are 70% female and 30% male. Early adulthood (26-35) 15%, late adulthood (36-45) 5%, early elderly (46-55) 60% and late elderly (56-55) 20%. Obediently consumption synthetic drugs every day 65%, less than 2 days a week not consumption synthetic drugs 0% and more than 2 days a week not consumption synthetic drugs 35%. 100% use amlodipine therapy. Giving combination of cucumber juice, decoction of moringa leaves, and kelulut honey to 9 respondents did not show statistic significant reduction in blood pressure, but it did not produce a significant effect after the paired t-test with p value > 0.05. Keywords: Hypertension, Cucumis sativus L., Moringa oleifera Lam., Kelulut Honey DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.668 1 Pendahuluan Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang lebih dari 90 mmHg yang diukur dua kali dalam selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Seringkali hipertensi terlihat keluhan dan gejala yang khusus pada penderitanya yang menyebabkan penderita hipertensi tidak menyadari bahwa telah mengalami hipertensi [1]. Penyakit hipertensi masih menjadi masalah kesehatan yang cukup besar di Indonesia, ditandai dengan peningkatan prevalensi tiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan data yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar, yang menunjukkan jika prevalansi pasien hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25,8% [2] dan terjadi peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2018 dengan prevalensi mencapai 34,1% [3]. Hipertensi dapat dikendalikan maupun dicegah secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi, hipertensi dapat ditangani dengan obat-obatan antihipertensi berupa penghambat sistem renin angiotensin, antagonis kalsium, penghambat adrenergik, dan diuretik [4]. Terdapat berbagai macam obat sintetik yang digunakan dalam pengobatan hipertensi dapat menimbulkan efek samping seperti hiperkalemia, hiponatrimia dan hipomagnesia, hiperkalesemia, hipokalsiuria, batuk kering, hipotensi, infark miokard, dan lain-lain [5]. Dari prevalensi 34,1% penderita hipertensi, diketahui bahwa sebesar 4,5% teradapat efek samping obat yang ditimbulkan [6]. Karena efek samping yang ditimbulkan dari golongan obat sintetik tersebut, maka banyak masyarakat menggunakan obat herbal sebagai alternatif terapi hipertensi, salah satunya buah mentimun, daun kelor dan madu kelulut. Mentimun atau Cucumis sativus merupakan salah satu dari buah-buahan yang sangat mudah ditemukan dan dapat dimanfaatkan sebagai sayur lalapan serta secara empiris digunakan sebagai obat berbagai penyakit, salah satunya untuk menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium (potassium), magnesium, dan fosfor dan memiliki sifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga mampu membantu menurunkan tekanan darah [7]. Dari penelitian sebelumnya
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 27 yang dilakukan pada 50 responden hipertensi dengan pemberian jus mentimun 100 gram sebanyak 150 ml selama tujuh hari menunjukkan bahwa nilai signifikansi p=0,000 dengan rata-rata tekanan darah sistol sebelum diberikan jus mentimun sebesera 150,03 mmHg dan rata – rata tekanan darah sistolik sesudah diberikan jus mentimun sebesar 145,69 mmHg [8]. Selain buah mentimun, daun kelor atau (Moringa oleifera Lam.) juga dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran, mudah didapatkan, menyehatkan serta dapat menurunkan tekanan darah. Daun kelor mengandung pottasium (kalium), dan magnesium yang dapat menurunkan tekanan darah [9]. Dari penelitian sebelumnya pemberian air rebusan daun kelor selama 7 hari pada 30 responden berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah., dengan rata – rata tekanan darah sebelum diberi perlakuan 164,33/103,33 mmHg dan rata – rata tekanan darah sesudah diberi perlakuan yaitu 148,33/89,00 mmHg [9]. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana karakteristik responden, serta efek dari pemberian kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan maud kelulut pada pasien hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda. 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah tensimeter digital (Omron HEM-7156), juice extractor (Panasonic MG-GX1462), timbangan analitik (HC series Electronic Balance), botol plastik 350 mL, pisau, sendok, panci, dan gelas ukur 500 mL. Bahan yang digunakan adalah air matang, buah mentimun segar, daun kelor segar, madu kelulut, dan lembar informed consent. 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di wilayah Puskesmas Air Putih Samarinda, dengan teknik pengambilan sampling yaitu purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 20 responden. Pemilihan responden didasarkan atas kriteria inklusi yaitu responden yaitu yang memiliki tekanan darah sistolik ≥120 mmHg dan diastolik ≥80 mmHg, berusia 25-65 tahun, meminum obat amlodipine, tidak sedang/bersedia menghentikan konsumsi herbal antihipertensi dan bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani formulir informed consent. 2.3 Cara Pembuatan Sediaan Buah mentimun segar dikupas kulitnya dan ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dicuci dengan bersih lalu dibuat jus dengan juice extractor dan mendapatkan 150 mL jus mentimun. Kemudian, daun kelor segar dipisahkan dari tangkai daunnya lalu ditimbang sebanyak 300 mg dan direbus dengan 450 mL air hingga mendapatkan air rebusan daun kelor 100 mL, tunggu hingga dingin. Jus mentimun dan rebusan daun kelor dituang ke dalam botol dan ditambahkan madu kelulut sebanyak 20 mL. Sehingga total sediaan kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut yang diberikan kepada responden ±270 mL. 2.4 Desain Penelitian Jenis penelitian ini ialah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian pre - experimental menggunakan rancangan desain penelitian pre-test and post-test one grup only design. Jumlah responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 20 responden dan penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok perlakuan yang akan diberikan kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut dengan total sediaan yang diberikan ±270 mL pada pagi hari selama 7 hari, selama masa perlakuan responden tetap meminum obat antihipertensi. Responden akan dilakukan pengukuran tekanan darah sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan pada hari ke-1 dan hari ke-7. Dilakukan pengukuran tekanan darah responden sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan sesudah diberikan perlakuan (post-test).
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 28 2.5 Analisis Data Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik 20 responden masing-masing diuji statistik menggunakan SPSS. Pertama ditentukan normalitasnya secara analitik deskriptif jika nilai p >0,05 maka data terdistribusi normal. Kemudian digunakan metode non parametric uji paired t - test untuk menentukan signifikasi dari pengaruh pemberian sediaan yang diberikan. Penilaian hasil uji dilakukan dengan melihat probabilitas (sig.), jika probabilitas (sog.) < 0,05 maka menandakan terjadi perubahan yang siginifikan. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Data Karakteristik Hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Oktober 2022 diperoleh data karakteristik dari 20 responden. Data karakteristik responden pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas Air Putih Samarinda, yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, kepatuhan minum obat, dan obat antihipertensi yang diminum. Tabel 1. Data Karakteristik Responden Pasien Hipertensi di Wilayah Puskesmas Air Putih, Samarinda Karakteristik Persentase Jenis Kelamin Laki-laki 30% Perempuan 70% Usia Dewasa awal (26-35) 15% Dewasa akhir (36-45) 5% Lansia awal (46-55) 60% Lansia akhir (56-65) 20% Kepatuhan Minum Obat Setiap hari rutin minum obat 65% Kurang dari 2 hari dalam seminggu tidak minum obat 0% Lebih dari 2 hari dalam seminggu tidak minum obat 35% Obat Antihipertensi yang diminum Amlodipine 100% Data karakteristik jenis kelamin, presentase tertinggi ialah perempuan. Jenis kelamin erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan tekanan darah, dimana pada wanita masa paruh baya lebih tinggi risiko mengalami hipertensi ketika mengalami menopouse. Menopause berhubungan dengan peningkatan tekanan darah hal ini terjadi karena wanita yang menopause mengalami penurunan hormon estrogen, yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis, sehingga wanita yang menopause mengalami penurunan hormon estrogen meningkatkan risiko terjadinya hipertensi [10]. Data karakteristik usia, presentase tertinggi ialah usia dewasa awal (46-55 tahun). Pertambahan usia dapat menyebabkan menaiknya tekanan darah yang menyebabkan risiko seseorang mengalami hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena elastisitas jaringan yang hilang dan menjadi kaku serta penebalan arteri akibat aterosklerosis yang menyebabkan arteri tersebut tidak dapat mengembang sewaktu jantung memompa darah [11]. Usia ≥ 45 tahun lebih berisiko 8,4 kali mengalami hipertensi dibandingkan usia ≤45 tahun karena menuanya umur meyebabkan gangguan mekanisme neurohormonal yaitu sistem RAAS (Renin Angiotensin Aldosteron) dan juga menyebabkan meningkatkan konsentrasi palsam perifer serta glomeruloskelorosis dan instestinal fibrosis sehingga meningkatkan vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah [12]. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat dikatakan bahwa bertambahnya usia dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Data karakteristik tingkat kepatuhan minum obat, presentase tertinggi yaitu rutin setiap hari hari minum obat. Kepatuhan berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pengobatan hingga 100%, kepatuhan menunjukkan bahwa telah adanya kesadaran dari responden bahwa gejala dan komplikasi dari hipertensi yang dapat muncul atau terjadi dapat mengganggu aktivitas responden sehingga muncul keinginan dari responden untuk dapat mengkontrol tekanan darahnya agar hal tersebut tidak terjadi, namun responden lansia cenderung sering mengalami lupa dalam minum obat yang disebabkan karena faktor usia lanjut sehingga responden mengalami kendala untuk dapat patuh secara penuh dalam minum obat [13]. Kepatuhan minum obat juga memiliki hubungan yang bermakna terhadap kualitas hidup pasien. Semakin tidak patuh pasien terhadap
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 29 pengobatan, maka kualitas hidup pasien semakin buruk. Kepatuhan pasien hipertensi dalam program terapi mampu meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi risiko terjadinya stroke sebesar 8-9 % serta dapat mengurangi risiko terjadinya kematian sebesar 7% [14]. Kepatuhan terhadap pengobatan merupakan faktor penting dalam kesehatan lanjutan dan kesejahteraan pasien. Sebagian tekanan darah responden dalam rentang normal dikarenakan telah adanya kesadaran yang baik dari responden untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang normal dengan cara pola hidup sehat dan konsumsi obat secara teratur hal ini dikarenakan responden telah sadar dan mengerti akan bahaya dari tekanan darah tinggi/hipertensi yang tidak terkontrol [13]. Pasien hipertensi yang tidak mematuhi mengkonsumsi obat hipertensi dari anjuran petugas kesehatan menyebabkan banyak pasien hipertensi tidak dapat mengkontrol tekanan darahnya. Obat antihipertensi harus dikonsumsi seumur hidup, maka pemberian obat antihipertensi oleh dokter memerlukan kepatuhan dari pasien sendiri. Kemauan pasien untuk mematuhi petunjuk minum obat sangat mendukung pencegahan komplikasi. Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan, disebabkan salah satu faktor yakni komunikasi petugas kesehatan dengan pasien. Konseling dan komunikasi terapi pada waktu pasien kontrol merupakan faktor yang meningkatkan pemahaman pasien terhadap kepatuhan minum obat. Ketidakpatuhan pasien minum obat antihipertensi disebabkan karena adanya persepsi yang salah tentang fungsi obat antihipertensi, dimana pasien takut jika tekanan darah akan turun terus menerus apabila minum obat secara rutin, sehingga pasien menganggap bahwa tidak minum obat 1 atau 2 kali tidak akan menimbulkan masalah, bahkan pasien akan minum obat apabila dirasa tekanan darahnya naik [15]. Dengan pasien patuh dan rutin minum obat maka tekanan darah akan terkontrol. Data karakteristik obat antihipertensi yang diminum oleh 20 responden yaitu amlodipine. Dimana obat amlodipine merupakan obat yang paling sering diresepkan untuk pasien hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda. Amlodipine banyak digunakan karena dirasa responden lebih cocok dan efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan jenis obat captopril yang dirasa kurang efektif dan efek obat sering menyebabkan batuk sehingga menyebabkan responden kurang nyaman mengkonsumsi obat captopril. 3.2 Pengaruh Pemberian Sampel Terhadap Tekanan Darah Hasil pengukuran tekanan darah pada 9 responden setelah diberikan kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut diperoleh responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik pada hari ke1 dengan rata-rata selisih sebesar 6,55 mmHg (Gambar 1). Gambar 1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik Responden Hari ke-1 Gambar 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sistolik Responden Hari ke-7 Hasil pengukuran tekanan darah pada 9 responden setelah diberikan kombinasi jus 0 20 40 60 80 100 120 140 160 A01 A02 AO3 A04 A05 A06 A07 A08 A09 Tekanan Darah Responden Pre-Test Hari ke-1 Post-Test Hari ke-1 0 20 40 60 80 100 120 140 160 A01 A02 AO3 A04 A05 A06 A07 A08 A09 Tekanan Darah Responden Pre-Test Hari ke-7 Post-Test Hari ke-7
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 30 mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut diperoleh responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik hari ke-7 dengan rata-rata selisih sebesar 4,55 mmHg (Gambar 2). Data tekanan darah sistolik pada 9 responden setelah diberikan sediaan pada hari ke-1 dan hari ke-7 terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Diperoleh nilai p > 0.05 yang berarti data terdistribusi normal. Kemudian data tekanan darah sistolik pada 9 responden di uji dengan paired t-test belum mengalami penurunan bermakna/perubahan setelah diberikan sediaan pada hari ke-1 dan hari ke-7 dengan rata-rata sebesar 0,00 mmHg dan standar deviasi ±4,63 dengan nilai p value >0.05. (Tabel 2). Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik Rerata Sistol ±SD Setelah Perlakuan Hari ke-1 (mmHg) Rerata Sistol ±SD Setelah Perlakuan Hari ke-7 (mmHg) Nilai p (p < 0,05) 127,11 ± 5,57 127,11 ± 4,78 1,000 Hasil pengukuran tekanan darah pada 9 responden setelah diberikan kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut diperoleh responden mengalami penurunan tekanan darah diastolik hari ke-1 dengan rata-rata selisih sebesar 4,33 mmHg (Gambar 3). Hasil pengukuran tekanan darah pada 9 responden setelah diberikan kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut diperoleh responden mengalami penurunan tekanan darah diastolik hari ke-7 dengan rata-rata selisih sebesar 7 mmHg (Gambar 4). Data tekanan darah diastolik pada 9 responden setelah diberikan sediaan pada hari ke-1 dan hari ke-7 terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro Wilk. Diperoleh nilai p > 0.05 yang berarti data terdistribusi normal. Kemudian data tekanan darah diastolik pada 9 responden di uji dengan paired t-test belum mengalami penurunan bermakna/perubahan setelah diberikan sediaan pada hari ke-1 dan hari ke-7 dengan dengan rata-rata penurunan sebesar 0,22 mmHg dan standar deviasi 3,89 mmHg dengan nilai p value >0.05 (Tabel 3). Gambar 3. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Diastolik Responden Hari ke-1 Gambar 4. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Diastolik Responden Hari ke-7 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Rata-Rata Tekanan Darah Diastolik Rerata Diastol ±SD Setelah Perlakuan Hari ke-1 (mmHg) Rerata Diastol ±SD Setelah Perlakuan Hari ke-7 (mmHg) Nilai p (p < 0,05) 85,77 ± 8,64 85,56 ± 7,21 0,868 Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah baik sistolik maupun diastolic, responden mengalami penurunan tekanan darah dan ada pula yang mengalami peningkatan tekanan darah. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut pada 9 responden belum terlihat berpengaruh secara signifikan 0 20 40 60 80 100 120 A01 A02 AO3 A04 A05 A06 A07 A08 A09 Tekanan Darah Responden Pre-Test Hari ke-1 Post-Test Hari ke-1 0 20 40 60 80 100 120 A01 A02 AO3 A04 A05 A06 A07 A08 A09 Tekanan Darah Responden Pre-Test Hari ke-7 Post-Test Hari ke-7
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 31 terhadap pemeliharaan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebelum dan sesudah perlakuan serta belum menunjukkan efek yang signifikan secara statistik. Penelitian ini masih dalam proses untuk dilanjutkan perlakuan pada 20 responden. Penurunan tekanan darah terjadi karena kandungan yang dimiliki oleh mentimun, daun kelor dan madu kelulut. Mentimun tiap 100 gram nya mengandung 147 mg kalium [7]. Daun kelor tiap 100 gram nya mengandung 259 mg kalium [16]. Penurunan tekanan darah disebabkan karena mentimun mempunyai kandungan kalium yang menyebabkan penghambatan pada Sistem Renin Angiotensin dan juga menyebabkan terjadinya penurunan sekresi aldosteron, sehingga terjadi penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun [17]. Daun kelor mengandung pottasium (kalium), dan magnesium yang dapat menurunkan tekanan darah. Pottasium dalam daun kelor dapat menurunkan tekanan darah karena kadar natrium dalam darah dapat dikendalikan dengan meningkatkan ekskresi natrium dalam urin sehingga membantu melebarkan pembuluh darah [9]. Kalium mempunyai efek Na-K, yaitu kalium dipompa dari cairan ekstraseluler menuju ke dalam sel, natrium dipompa keluar sehingga kalium dapat menurunkan tekanan darah [18]. Madu kelulut mengandung antioksidan yang dapat memperbaiki tekanan oksidatif dan mengurangi tekanan darah serta kandungan nitrit oksida (NO) dapat memicu sekresi insulin untuk mengabsorbsi ion magnesium yang dapat menyebabkan dilatasi vaskular yang dapat menurunkan tingkat gula dalam darah dan mengakibatkan vasodilatasi arteri koroner sehingga memberikan efek hipotensi [19]. 4 Kesimpulan 1. Karakteristik 20 responden diperoleh dominan penderita hipertensi perempuan usia lansia awal (46-55 tahun) dengan kepatuhan minum obat amlodipine rutin setiap hari. 2. Pemberian kombinasi jus mentimun, rebusan daun kelor, dan madu kelulut pada 9 responden belum menunjukkan penurunan tekanan darah bermakna secara statistik belum terlihat menghasilkan efek signifikan setelah di uji paired t-test dengan nilai p > 0,05. 5 Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi untuk melakukan penelitian ini dan berbagai pihak yang telah terlibat dalam kelancaran penelitian ini. 6 Etik Penelitian Keterangan layak etik pada penelitian dikeluarkan oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman No. 80-KEPKFFUNMUL/EC/EXE/09/2022. 7 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dari penelitian ini. 8 Daftar Pustaka [1] Situngkir SUA, Lubis NL, Siregar FA. 2019. Factors Associated with Hypertension among Elderly in Medan, Indonesia. J Epidemiol Public Heal 4(3):215-221. doi:10.26911/jepublichealth.2019.04.03.09 [2] Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [3] Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [4] Sukadana IM. 2009. Senyawa Antibakteri Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing Manis (Averrhoa carambola L). Jurnal Kimia 3(2):109- 116. [5] Gunawan, SG., Setiabudy R., Nafrialdi E. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. [6] Kementerian Kesehatan RepubIik Indonesia. 2019. Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Efektivitas Antihipertensi Kombinasi Jus Mentimun (Cucumis sativus L.), Rebusan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) dan Madu Kelulut pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Air Putih Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 32 [7] Barus, M., Ginting, A., Turnip, A. 2019. Pengaruh Pemberian Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Dusun IV Tanjung Anom. Jurnal Mutiara Ners. 2(2):230- 237. [8] Mahbubah, I., Handono, FR., Vivin, NF. 2022. Pengaruh Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Penelitian Perawat Profesional.4(3):747- 756. http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/in dex.php/JPPP. [9] Riniasih, W., W. Hapsari. 2021. Pengaruh Pemberian daun Kelor Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia Selama Masa Pandemi COVID-19. Jurnal SMART Keperawatan. 8(2):101-107.doi: http://dx.doi.org./10.34310/jskp.v8i2.491. [10] Kusumawaty, J., Nur, H., Eko, G. 2016. Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis. Mutiara Medika. 16(2):46-51. [11] Putriastuti L. 2016. Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Usia 45 Tahun keatas. J Berk Epidemiol. 4(2):225-236. doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.225–236. [12] Nuraeni, E. 2019. Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Beresiko Dengan Kejadian Hipertensi di Klinik X Kota Tangerang. Jurnal JKFT. 4(1):1- 6. [13] Anwar, K., Rusni, M. 2019. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Air Putih Samarinda. Borneo Student Research. 1(1):494-501. [14] Bailey, JE., Jim, YW., Jun Tang., Muhammad AG., William, CC. 2010. Antihypertensive Medication Adherence, Ambulatory Visits, and Risk of Stroke and Death. J Gen Intern Med. 25(6):495- 503. doi: 10.1007/s11606-009-1240-1. [15] Syamsudin., Ika, SH. 2019. Kepatuhan Minum Obat Klien Hipertensi di Keluarga. Jurnal Keperawatan. 5(2):14-18. [16] Hendarto, D. 2019. Khasiat Jitu Daun Kelor dan Sirih Merah Tumpas Penyakit. Yogyakarta: Laksana. [17] Christine, M., T. Ivana., M. Martin. 2021. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di PSTW Sinta Rangkang Tahun 2020. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI). 6(1):53-56. doi: https://doi.org/10.51143/jksi.v6il.263. [18] Tulungen RS, Sapulete IM, Pangemanan, Damajanty H M. 2016. Hubungan Kadar Kalium dengan Tekanan Darah pada Remaja di Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolang Mongondow Utara. J Kedokt Klin.1(2):37-45. [19] Aluko, E.O., Olubobokun, TH., Atang DE., Victor, U. 2014. Honeys Ability to Reduce Blood Pressure and Heart Rate in Healthy Male Subjects. Frontiers in Science. 4(1):8-11.doi: 10.5923/j.fs.20140401.02.
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 33 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Formulation of Chlorpheniramine Maleat (CTM) Tablets from Soybean Curd Residue Starch as a Fillers in Utilization Soybean Waste at Samarinda Nurdewi Halik* , Dewi Mayasari, Herman Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: nurdewihalik112@gmail.com Abstrak Ampas tahu adalah hasil sisa pemerasan gilingan kedelai pada produk tahu yang memiliki karbohidrat tinggi sehingga dapat dikelola menjadi pati yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengisi pada sediaan tablet. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pati ampas tahu sebagai bahan pengisi pada sediaan tablet Chlorpheniramine Maleat. Pati ampas tahu dibuat dengan cara perendaman dengan KOH 0,1% dan pengeringan, selanjutnya diidentifikasi sifat fisik dan kimia pati ampas tahu. Pati ampas tahu kemudian di formulasikan menjadi sediaan tablet dengan perbandingan pati ampas tahu dan avicel PH 102 yaitu F1 (34:62), F2 (62:34), F3 (48:48), F4 (20:76), F5 (76:20) dengan metode kempa langsung. Hasil identifikasi sifat fisik dan kimia pati ampas tahu berupa serbuk, berwarna putih kecoklatan, berbau khas tahu, tidak memiliki rasa, mengandung karbohidrat pada uji iodin, memiliki pH 5,41, kadar air 5,27 dan kadar abu 2,73. Hasil evaluasi kualitas serbuk dan sifat fisik tablet menunjukkan bahwa F2 sebagai formula tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) terbaik. Kata Kunci: Ampas tahu, pati, bahan pengisi, tablet, Chlorpheniramine Maleat Abstract Soybean curd residue is the result of the remaining squeezing of milled soybeans in tofu products which have high carbohydrates so that they can be managed into starch which has the potential to be used as a filler in tablet preparations. The purpose of this study was to evaluate soybean curd residue starch as a filler in Chlorpheniramine Maleate tablets. Soybean curd residue starch was made by soaking with 0.1% KOH and drying, then the physical and chemical properties of soybean curd residue were identified. Soybean curd residue starch was then formulated into tablet preparations with a ratio Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 34 of soybean curd residue starch and avicel PH 102, F1 (34:62), F2 (62:34), F3 (48:48), F4 (20:76), F5 (76 :20) with direct compression method. Soybean curd residue starch physic and chemical is shape powder, brownish-white in color, had a distinctive smell of tofu, has no taste, showed that it contain carbohydrates in the iodine test, pH 5.41, water content 5.27 and ash content 2.73. Results of evaluation quality of the powder and the physical properties of the tablets showed that F2 was the best formula for Chlorpheniramine Maleate (CTM) tablets. Keywords: Soybean Curd Residue, starch, filler, tablets, Chlorpheniramine Maleat DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.670 1 Pendahuluan Ampas tahu merupakan hasil dari pengolahan limbah padat dari industri tahu. Industri tahu di Samarinda menghasilkan sekitar 4.636.800 tahu setiap bulannya serta ampas tahu sebesar 9.120 kaleng setiap bulan [1]. Besarnya biaya dalam pengelolaan limbah tahu menyebabkan hanya sebagian kecil industri yang mengelolanya yaitu sebagai makanan ternak atau sisanya dibakar. Ampas tahu sering menjadi masalah seperti berbau busuk, sangat mudah rusak dan tidak dapat disimpan lama [2]. Dalam mengatasi permasalahan tersebut ampas tahu dapat dikelola menjadi pati atau tepung dikarenakan kandungan karbohidrat yang tinggi. Pati dalam bidang farmasi dimanfaatkan sebagai bahan pengisi pada pembuatan tablet. Penambahan pati dalam sediaan tablet juga dapat berfungsi sebagai penghancur, pengikat, dan mengatur laju alir [3]. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pati ampas tahu dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada sediaan tablet kunyah Antasida [4]. Selain itu di penelitian lain menyebutkan bahwa pati ampas tahu dapat digunakan sebagai bahan penghancur pada sediaan tablet paracetamol [5]. Dengan bervariasinya fungsi pati di mana dapat digunakan sebagai bahan pengisi, penghancur, pengikat, dan mengatur laju alir pada tablet, maka dapat diasumsikan bahwa pati ampas tahu juga dapat digunakan sebagai bahan pengisi pada sediaan tablet. Tablet adalah sediaan yang banyak disukai dan digunakan dalam pengobatan karena memiliki kelebihan antara lain bentuknya yang menarik, praktis dalam penggunaannya, penyimpanannya yang stabil, biaya pembuatannya relatif murah, serta sediaan oral yang paling kompak dan ringan [6]. Dalam menghasilkan sediaan tablet yang baik serta memenuhi persyaratan, maka dibutuhkan bahan tambahan yang sesuai, salah satunya yaitu pati sebagai bahan pengisi pada sediaan tablet. Bahan pengisi pada sediaan tablet memiliki fungsi antara lain memperbaiki daya kohesi agar tablet dapat dikempa langsung serta menjamin bobot tablet sesuai dengan persyaratan [6]. Pada zat aktif yang memiliki dosis kecil peranan bahan pengisi sangat penting dalam pembuat tablet, seperti pada chlorpeniramine maleat (CTM) dengan hanya memiliki dosis 4 mg sehingga sulit untuk dikempa [7]. Kadar bahan pengisi pada tablet CTM lebih banyak dibandingkan dengan bahan tambahan lain, sehingga bahan pengisi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan tablet agar dapat menghasilkan tablet yang baik sesuai dengan persyaratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat fisik dan kimia dari pati ampas tahu serta memformulasikan sediaan tablet chlorpeniramine maleat (CTM) yang memenuhi syarat kualitas serbuk dan sifat fisik tablet dengan menggunakan pati ampas tahu sebagai bahan pengisi.
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 35 2 Metode Penelitian 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian yaitu alat kaca dan alat non kaca, oven, timbangan analitik, tanur, moisture analyzer, pH meter, stopwatch, flow tester, volumeter, friabilator, disintegration tester, mikrometer sekrup, dan alat cetak tablet. Bahan yang digunakan yaitu ampas tahu yang diperoleh dari pabrik tahu di daerah Sidodadi, chlorpeniramine maleat (CTM), avicel PH 102, magnesium stearat, talkum, aquades, kalium hidroksida 0,1%, dan pereaksi iodin. 2.2 Pembuatan Pati Ampas Tahu Ampas tahu dicuci terlebih dahulu dengan aquades kemudian diperas dan dikeringkan hingga menjadi serbuk. Sebanyak 222 gram serbuk ampas tahu dicampurkan dengan kalium hidroksida 0,1% sebanyak 500 ml dan diaduk kemudian didiamkan 24 jam di lemari pendingin. Fase padat ampas tahu kemudian ditambahkan dengan aquades dan didiamkan 20 menit dengan penambahan aquades direplikasi 3 kali. Residu pati kemudian diambil dan dikeringkan di oven pada suhu 50°C selama 6 jam. Pati ampas tahu yang kering selanjutnya di haluskan dengan grinder. 2.3 Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Pati Ampas Tahu 2.3.1 Organoleptik Pati ampas tahu dilakukan pengamatan secara langsung dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa [8]. 2.3.2 Uji Iodin Diambil 1 gram serbuk pati ampas tahu lalu dilarutkan dalam 2 ml aquades dan dipanaskan dalam 15 ml air mendidih selama 2 menit lalu dinginkan. Kemudian ditambahkan 3 tetes pereaksi iodin kedalam larutan tersebut dan amati perubahan warna yang terjadi [8]. 2.3.3 Uji pH Serbuk pati ampas tahu ditimbang sebanyak 5 gram dan dilarutkan dalam 25 ml aquades. Kemudian dilakukan pengukuran pH dengan alat pH meter yang telah dikalibrasi dengan pH asam sebelumnya. pH meter dicelupkan kedalam larutan uji dan didiamkan hingga menunjukkan pH yang konstan [8]. 2.3.4 Kadar Air Sampel ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan kedalam alat moisture analyzer. Selanjutnya diatur alat dengan suhu 105°C dan ditunggu sampai lampu pada alat mati dan alat menunjukkan kadar air pada monitor [9]. 2.3.5 Kadar Abu Dipanaskan cawan krus kosong pada tanur 600°C selama 30 menit lalu dinginkan pada deskikator dan timbang beratnya. Selanjutnya 2 gram pati ampas tahu dimasukkan pada cawan krus lalu ditimbang. Selanjutnya dimasukkan cawan krus kedalam tanur suhu 600°C selama 6 jam lalu dinginkan dan timbang bobotnya [10]. 2.4 Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) Tabel 1. Formula Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) Bahan Formula 1 2 3 4 5 Chlorpheniramine maleate 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg 4 mg Pati Ampas Tahu 34% 62% 48% 20% 76% Avicel PH 102 62% 34% 48% 76% 20% Mg Stearat 1% 1% 1% 1% 1% Talkum 2% 2% 2% 2% 2% Keterangan : Formula dibuat dalam 400 mg/tablet Formula tablet Chlorpheniramine Maleat didapatkan dari hasil optimasi bahan pengisi yaitu pati ampas tahu dan bahan pengikat yaitu avicel PH 102 dari software Design Expert 13 dengan metode Simplex Lattice Design (SLD). Formulasi tablet Chlorpheniramine Maleat dilakukan dengan menimbang bahan yang digunakan seperti Chlorpheniramine maleate, pati ampas tahu, avicel PH 102, mg stearat, dan talkum. Kemudian, dicampurkan setengah pati ampas tahu dengan Chlorpheniramine maleate aduk hingga homogen. Selanjutnya, ditambahkan sisa pati ampas tahu dan aduk hingga homogen. Ditambahkan avicel PH 102 dan talkum kedalam campuran lalu aduk hingga
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 36 homogen. Selanjutnya, ditambahkan mg stearat kedalam campuran serbuk aduk hingga homogen. Selanjutnya, campuran serbuk dicetak menjadi tablet menggunakan alat pencetak tablet [11]. 2.5 Evaluasi Kualitas Serbuk dan Sifat Fisik Tablet 2.5.1 Uji Waktu Alir Pengujian waktu alir dilakukan dengan dimasukkan 50 gram serbuk kedalam alat flow tester, kemudian dibuka penutup bawah corong dan dihitung waktu jatuhnya serbuk menggunakan stopwatch. Waktu alir yang baik adalah ≥10 gram/detik [12]. 2.5.2 Sudut Diam Pengujian sudut diam dilakukan dengan dimasukkan 50 gram serbuk kedalam alat flow tester, kemudian dibuka penutup bawah corong dan diukur tinggi serta diameter serbuk yang berbentuk kerucut. Sudut diam yang baik yaitu antara 20-40° [12]. 2.5.3 Indeks Kompresibilitas Indeks kompresibilitas dilakukan dengan cara dimasukkan serbuk kedalam gelas ukur 100 mL. Selanjutnya, dicatat volume awal serbuk dan berat serbuk. Kemudian, dinyalakan volumeter sampai terjadi hentakan. Selanjutnya dicatat volume akhir serbuk dan dihitung nilai indeks kompresibilitasnya. Nilai indeks kompresibilitas yang baik yaitu <20% [13]. 2.5.4 Keseragaman Bobot Pengujian keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 10 tablet satu persatu, kemudian dihitung bobot rata-rata tablet dan penyimpangan bobot pertablet. Penyimpangan untuk bobot >300 mg yaitu <2 tablet bobotnya menyimpang 5% dan tidak satupun tablet yang menyimpang >10% [14]. 2.5.5 Keseragaman Ukuran Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur ketebalan dan diameter pada 10 tablet menggunakan alat mikrometer sekrup. Keseragaman ukuran tablet yang baik yaitu diameter tablet <3 kali tebal tablet dan > 11 3 kali tebal tablet [14]. 2.5.6 Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet diuji dengan menggunakan alat friabilator. Ditimbang 20 tablet lalu dicatat, kemudian tablet dimasukkan kedalam alat friabilator dan diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 100 putaran. Syarat kerapuhan tablet yang baik <1% [15]. 2.5.7 Waktu Hancur Pengujian waktu hancur tablet dilakukan dengan menggunakan alat disintegration tester terhadap 6 tablet. Dimasukkan air pada bejana tempat medium pengujian. Disintegration tester dinyalakan untuk memanaskan medium air dengan suhu 37 °± 2°C, lalu dimasukkan 1 tablet pada setiap tabung dari keranjang, dan alat dijalankan. Syarat waktu hancur untuk tablet yang tidak bersalut yaitu <15 menit [14]. 2.5.8 pH Tablet Sebanyak 2 tablet digerus dan dilarutkan dalam 25 ml aquades. Kemudian dilakukan pengukuran pH dengan alat pH meter yang telah dikalibrasi dengan pH asam sebelumnya. pH meter dicelupkan kedalam larutan uji dan didiamkan hingga menunjukkan pH yang konstan., pH tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) yang baik yaitu 4-5 [14]. 3 Hasil dan Pembahasan Identifikasi sifat fisik dan kimia pati ampas tahu meliputi uji organoleptik, uji iodin, uji pH, kadar air, dan kadar abu. Hasil uji organoleptik pati ampas tahu (Gambar 1.) menunjukkan pati ampas tahu berbentuk serbuk, berwarna putih kecoklatan, berbau khas tahu, dan tidak memiliki rasa. Pengujian iodin bertujuan untuk mendeteksi adanya karbohidrat pada ampas tahu [16]. Hasil pengujian iodin pada pati ampas tahu menunjukkan bahwa ampas tahu terdeteksi mengandung karbohidrat setelah ditetesi pereaksi iodin. Hal tersebut ditandai dengan perubahan warna pada pati ampas tahu menjadi warna merah, hal ini mengindikasikan bahwa pati ampas tahu mengandung amilopektin lebih banyak dibandingkan dengan amilosa. Pengujian pH dilakukan untuk melihat pati ampas tahu dalam keadaan asam atau basa [17]. Pati ampas tahu menunjukkan pH 5,41 yang menunjukkan pH bersifat asam. Pengujian kadar air pada pati ampas tahu dilakukan untuk
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 37 menentukan kualitas dan ketahanan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi, semakin tinggi kadar air suatu bahan, maka semakin besar kemungkinan bahan tersebut mengalami kerusakan akibat aktivitas mikroba perusak [9]. Kadar air pati ampas tahu diperoleh 5,60%, hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kadar air pati ampas tahu 5,74% [18]. Pengujian kadar abu bertujuan untuk menunjukkan kandungan mineral atau bahan organik yang tidak terabukan pada proses pengabuan pada suatu bahan. Abu merupakan residu anorganik yang didapat pada proses pengabuan komponen organik pada suatu bahan [10]. Kadar abu pati ampas tahu diperoleh 2,73%, hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kadar abu pati ampas tahu sebesar 2,89% [18]. Gambar 1. Pati Ampas Tahu Tabel 2. Hasil Evaluasi Kualitas Serbuk dan Sifat Fisik Tablet Evaluasi Formula 1 2 3 4 5 Waktu Alir (gram/detik) 10,55 10,13 10,27 10,27 10,64 Sudut Diam (°) 38,52 33,65 35,60 37,39 34,59 Indeks Kompresibilitas (%) 20,55 10,55 13,60 19,59 20,55 Keseragaman Bobot (mg) 399,8 400 399,6 406,3 399,5 Keseragaman Ukuran Diameter (mm) 12,10 12,16 12,17 12,13 12,13 Keseragaman Ukuran Tebal (mm) 4,07 4,26 4,28 4,23 4,30 Kerapuhan Tablet (%) 0,903 0,325 0,572 0,607 0,748 Waktu Hancur (menit) 1,21 1,88 4,47 3,18 2,29 pH Tablet 4,95 4,94 4,94 4,90 4,99 Persyaratan waktu alir yang baik adalah 100 gram serbuk dengan laju alir <10 detik atau mempunyai waktu alir ≥10 gram/detik [12]. Berdasarkan Tabel 2. terlihat kelima formula memiliki waktu alir yang baik. Waktu alir sangat berpengaruh terhadap pembuatan tablet, dimana akan menghasilkan tablet yang memiliki keseragaman bobot yang baik sehingga akan berpengaruh baik terhadap dosis dan efek terapi dari suatu obat. Hasil pengujian sudut diam (Tabel 2.) serbuk menunjukkan bahwa kelima formula sudah sesuai dengan persyaratan, dimana sudut diam yang baik yaitu 20-40° [12]. Hal tersebut disebabkan oleh ukuran partikel serbuk yang besar sehingga menghasilkan gaya kohesi yang kecil. Pengujian indeks kompresibilitas bertujuan untuk memprediksi sifat alir serbuk [13]. Pada kelima formula, hanya formula 2,3 dan 4 yang memiliki indeks kompresibilitas yang memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 20%, sedangkan formula 1 dan 2 melebihi standar (Tabel 2.). Hal tersebut dapat disebabkan oleh tidak meratanya bentuk ukuran serbuk. Semakin kecil kerapatan bulk yang dihasilkan maka akan semakin baik sifat alirnya, sehingga menyebabkan massa serbuk semakin kompak jika diberikan tekanan. Pengujian keseragaman bobot tablet bertujuan untuk memastikan bahwa setiap tablet yang dikempa mengandung sejumlah obat atau zat aktif dengan takaran yang tepat dan merata [14]. Pengujian keseragaman bobot dengan bobot rata-rata tablet 400 mg memiliki parameter persyaratan, dimana <2 tablet yang bobotnya menyimpang 5% dan tidak boleh satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10%. Sehingga rentang toleransi bobot tablet 400 mg yaitu 380 mg – 420 mg. Pada kelima formula menunjukkan semua tablet memenuhi rentang persyaratan (Tabel 2.). Persyaratan keseragaman ukuran tablet yaitu diameter tablet <3 kali tebal tablet dan > 1 1 3 kali tebal tablet [14]. Rentang diameter tablet dengan ketebalan rata-rata berdasarkan kelima formula yaitu 4,233 mm sehingga memiliki rentang diameter tablet yang diperbolehkan yaitu 5,644 mm – 12,699 mm. Hasil uji keseragaman ukuran tablet (Tabel 2.) menunjukkan bahwa kelima formula memenuhi persyaratan. Faktor yang mempengaruhi keseragaman ukuran dari suatu tablet yaitu keseragaman distribusi suatu bahan obat pada pencampuran serbuk, pemisahan dari campuran serbuk atau selama proses
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 38 pembuatan dan penyimpangan bobot dari sediaan tablet. Pengujian kerapuhan tablet bertujuan untuk menentukan kekuatan fisik dari permukaan tablet terhadap gesekan serta tekanan mekanik dan pengikisan pada saat produksi. Tablet yang baik yaitu bila kerapuhan tabletnya tidak lebih dari 1% [15]. Hasil pengujian kerapuhan tablet (Tabel 2.) didapatkan kelima formula sudah memenuhi persyaratan. Kerapuhan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Persyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut yaitu kurang dari 15 menit [14]. Hasil uji waktu hancur tablet (Tabel 2.) menunjukkan bahwa kelima formula memenuhi parameter uji waktu hancur yang baik. Pengujian waktu hancur tablet sangat penting dikarenakan komponen obat sepenuhnya harus tersedia untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan untuk mencapai terapi yang diinginkan. Pengukuran pH pada sediaan tablet menunjukkan bahwa kelima formula sesuai dengan rentang pH sediaan ctm yaitu antara 4 dan 5, sehingga aman digunakan [14]. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh konsentrasi pati ampas tahu terhadap pH sediaan tablet ctm. Berdasarkan hasil pengujian pH (Tabel 2.) diketahui bahwa kelima formula sediaan tablet memiliki rata-rata pH 4,9. Gambar 2. Hasil Prediksi Optimasi Tablet Chlorpeniramine Maleat Hasil prediksi formula optimum dari bahan pengisi yaitu pati ampas tahu dan bahan pengikat yaitu avicel PH 102 dilakukan dengan software Design Expert 13 dengan metode Simplex Lattice Design (SLD). Berdasarkan hasil analisis diperoleh formula optimum atau terbaik yaitu pada F2 dengan konsentrasi pati ampas tahu (62%) dan avicel PH 102 (34%) dengan nilai desiribilitiy 1,00 (satu) yang dapat dilihat pada gambar 2, dimana formula optimum merupakan formula terbaik yang memiliki hasil evaluasi berada dalam batas rentang pada setiap parameter yang diinginkan. Kemudian dilihat derajat desiribility, derajat desiribility merupakan nilai target optimasi, dimana semakin tinggi nilainya maka menunjukkan solusi yang terbaik sehingga dikatakan memiliki formula yang terbaik atau optimum [19]. Tabel 3. Hasil Verifikasi Formula Optimum Tablet Chlorpeniramine Maleat Evaluasi Hasil Prediksi Hasil Percobaan Nilai Signifikansi Keterangan Waktu Alir 10,115 10,13 0,809 Tidak signifikan Sudut Diam 33,407 33,65 0,29 Tidak signifikan Indeks Kompresibilitas 10,185 10,55 0,22 Tidak signifikan Keseragaman Bobot 400,329 400 0,556 Tidak signifikan Keseragaman Ukuran 12,183 12,167 0,219 Tidak signifikan Kerapuhan Tablet 0,315 0,325 0,109 Tidak signifikan Waktu Hancur 1,88 1,883 0,984 Tidak signifikan pH Tablet 4,938 4,94 0,932 Tidak signifikan Hasil selanjutnya akan diuji statistik untuk mengetahui kedekatan nilai prediksi dengan verifikasi. Uji statistik yang digunakan yaitu SPSS dengan metode One-sample T test. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengujian menggunakan program SPSS Onesample T test dengan taraf kepercayaan 95%. Verifikasi formula sediaan tablet chlorpeniramine maleat yang optimal dengan melihat data nilai p-value yang digunakan untuk membandingkan hasil prediksi pada software Design Expert 13 dengan hasil pengujian di laboratorium. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa setiap respon evaluasi memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p-value >0,05) yang menunjukkan tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prediksi pada software Design Expert 13 dengan hasil percobaan yang dilakukan di laboratorium.
Formulasi Tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) dengan Pati Ampas Tahu sebagai Bahan Pengisi dalam Pemanfaatan Limbah Tahu di Samarinda Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 39 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil identifikasi pati ampas tahu, berupa serbuk, berwarna putih kecoklatan, berbau khas tahu, tidak memiliki rasa, mengandung karbohidrat pada uji iodin, memiliki pH 5,41, kadar air 5,27 dan kadar abu 2,73. Hasil evaluasi kualitas serbuk dan sifat fisik tablet menunjukkan bahwa F2 sebagai formula tablet Chlorpheniramine Maleat (CTM) terbaik. 5 Kontribusi Penulis Nurdewi Halik berkontribusi dalam merancang metode, melaksanakan penelitian, menganalisis data hasil penelitian dan menyiapkan draft manuskrip. Dewi Mayasari berkontribusi dalam pengarah, pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. Herman berkontribusi dalam pengarah, pembimbing, serta penyelaras akhir manuskrip. 6 Konflik Kepentingan Seluruh penulis menyatakan tidak ada konflik dari penelitian, penyusunan, dan publikasi artikel ilmiah ini. 7 Daftar Pustaka [1] Rusmadi, & Takwin. 2009. Studi Kasus Industri Pengolahan Tahu di Kota Samarinda (Case Study of Processing Industry of Tofu in Samarinda City). Jurnal Ekonomi Pertanian dan Pembangunan, 6(1), 44–50. [2] Pagoray, H., Sulistyawati, S., & Fitriyani, F. 2021. Limbah Cair Industri Tahu dan Dampaknya Terhadap Kualitas Air dan Biota Perairan. Jurnal Pertanian Terpadu, 9(1), 53–65. [3] Rowe, R., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E. 2009. Handbook Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press. [4] Endarwati, A. 2020. Formulasi Tablet Kunyah Antasida dengan Variasi Konsentrasi Gelatin dan Pati ampas Tahu sebagai Eksipien menggunakan Metode Kempa Langsung. Universitas Muhammadiyah Magelang. [5] Kuniawati, D. 2004. Pengaruh Penambahan Ampas Tahu Sebagai Bahan Penghancur Tablet Parasetamol Secara Intragranuler Terhadap Sifat Fisik dan Pelepasan Obatnya. Universitas Islam Indonesia. [6] Rapael, S. 2013. Uji Amilum Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai Bahan Pengisi Pada Tablet Klorfeniramin Maleat (CTM) dengan Granulasi Basah. Universitas Tanjungpura Pontianak. [7] Winandy, G. 2016. Formulasi dan Evaluasi Tablet CTM dengan Penggunaan Amilum Umbi Talas dan HPMC Hasil Kombinasi Metode Pregelatinasi Parsial dan Ko-Proses. Universitas Islam Indonesia [8] Sari, N. T., Riayah, P. D., Fasya, N., & A, A. M. 2017. Pengembangan Formulasi Pasta Antiinflamasi Piroksikam Berbasis Ampas Tahu dalam Pemanfaatan Limbah Tahu Di Purwokerto (Formulation of Piroksikam AntiInflamation Paste from Soybean Curd Residue in Utilization Soybean Waste at Purwokerto). Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 15(2), 148– 154. [9] Daud, A., Suriati, & Nuzulyanti. 2019. Kajian Penerapan Faktor yang Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri. Lutjanus, 24(2), 11–16. [10] Sudarmadji, S., Bambang, H., & Suhardi. 2007. Prosedur Analisis Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty : Yogyakarta. [11] Niazi, S. K. 2016. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Second edition: Volume one, Compressed Solid Products. Informa Healthcare, New York. [12] Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University: Yogyakarta. [13] Anief, M. 2015. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. [14] Depkes RI. 2009. Farmakope Indonesia V. Edisi V. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. [15] Syamsuni, H. A. 2016. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. [16] Setiawan, P. P. 2015. Isolasi dan Identifikasi Karbohidrat. Universitas Pendidikan Ganesha : Singaraja. [17] Asiah, N., Cempaka, L., & David, W. 2018. Panduan Praktis Pendugaan Umur Simpan Produk Pangan. UB Press, Penerbitan Universitas Bakrie. [18] Utami, D. F. 2000. Uji kelayakan ampas tahu kering sebagai disintegran tablet vitamin C yang dibuat secara cetak langsung dibandingkan dengan Avicel PH 101. Universitas Surabaya. [19] Kusuma, I. Y., & Prabandari, R. 2020. Optimasi Formula Tablet Piroksikam Menggunakan Eksipien Laktosa, Avicel pH-101, dan Amprotab dengan Metode Simplex Lattice Design. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 31–44..
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 40 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Ethnomedicinal Study on Medicinal Plants of Paser Tribe in Samurangau Village and Tepian Batang Village of Paser Regency Nabila Nur Rahma Hidayat* , Putri Anggreini, Niken Indriyanti Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: nabilahidayat68@gmail.com Abstrak Informasi mengenai tanaman berkhasiat obat yang digunakan secara tradisional pada suku- suku di indonesia masih kurang dieksplorasi, salah satunya pada suku Paser Kalimantan Timur. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan tanaman serta ramuan yang digunakan oleh masyarakat Suku Paser. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan teknik purposive sampling dan snowball sampling yang dilakukan di desa Tepian Batang dan desa Samurangau, kabupaten Paser. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara terbuka dengan menggunakan kuisioner terstruktural. Penelitian dilanjutkan dengan survei, dokumentasi, identifikasi, dan studi literatur tanaman. Hasil penelitian diperoleh informasi mengenai 46 spesies tanaman dan 12 ramuan untuk mengobati 38 penyakit. Tanaman yang paling banyak direkomendasikan oleh penduduk suku paser adalah ombung (Blumea balsamifera (L.) DC) yang digunakan untuk mengobati batuk, demam, batuk berdahak dan diperuntukkan bagi wanita pasca melahirkan. Cara penggunaan tanaman herbal yang paling banyak adalah diminum (55%). Bagian tanaman yang paling banyak digunakan adalah daun (48%) dan yang paling sedikit adalah umbi (1%). Habitat tanaman yang digunakan paling banyak diperoleh dari hutan (53%) dan paling sedikit adalah dari tepi sungai (3%). Berdasarkan hasil studi etnofarmasi disimpulkan bahwa terdapat 46 spesies tanaman obat dan 12 jenis ramuan berkhasiat obat yang dapat menjadi dasar penemuan obat baru. Kata Kunci: Etnofarmasi, Tanaman Obat, Suku Paser Abstract Information of medicinal plants used traditionally by tribes in Indonesia is still not explored, whice Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 41 includes is the Paser tribe of East Borneo. This study aims to collect the plants and herbs used by the Paser Tribes. This research is descriptive study with purposive sampling and snowball sampling, the study was conducted in the Tepian Batang and Samurangau village, Paser district. The Data was collected using open-ended interviews with structured questionnaire, continued with survey, documentation, identification, and study of plant literature. We found 46 species from 30 families and 12 herbs has been collected and identified for 38 variant diseases. The most recommended plant is ombung (Blumea balsamifera (L.) DC) which is to treat coughs, fever and postpartum recovery. We found that drink (55%) is the most common way to use the medicinal plants and herbs. The most used parts are the leaves (48%) and the least is tubers (1%). The most widely habitats obtained from the forests (53%) and the least is from the riverside (3%). Based on the results of the ethnopharmaceutical study, we concluded there are 46 species of medicinal plants and 12 herbs can be used as the basis for the discovery of new drugs. Keywords: Ethnomedicinal, Medicinal Plants, Paser Tribe DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v16i1.671 1 Pendahuluan Etnofarmasi merupakan salah satu bidang ilmu dalam farmasi yang mempelajari mengenai tata cara pengobatan tradisional menggunakan bahan alam dari suatu etnis tertentu [1]. Etnofarmasi meliputi studi identifikasi, klasifikasi, kategorisasi kognitif terhadap bahan alam yang digunakan untuk pengobatan (etnobiologi), pembuatan sediaan farmasi (etnofarmasetika), penentuan aktivitas tertentu dari suatu sediaan (etnofarmakologi), dan aspek sosio-medis akibat penggunaan sediaan tersebut (etnomedisin) [2]. Etnofarmasi merupakan studi pendahuluan yang dapat menjadi dasar dalam penemuan obat-obat baru dari informasi yang diperoleh oleh masyarakat lokal pada suatu daerah dan etnis tertentu atau yang biasa disebut dengan penggunaan secara empiris [1]. Namun studi etnofarmasi ini belum merambah ke semua suku yang ada di Indonesia. Maka dikhawatirkannya di masa depan informasi mengenai pengobatan tradisional menggunakan tanaman lokal para suku akan mengalami kepunahan karena proses modernisasi dan kemajuan teknologi yang terus berjalan. Dampak dari proses modernisasi dan kemajuan teknologi ini menyebabkan budaya asli memudar, perubahan pola hidup dan peralihan dari pengobatan tradisional menuju ke pengobatan modern [1]. Diketahui ada sekitar 400 suku bangsa termasuk didalamnya etnis dan sub-etnis yang berada di Indonesia. Dari berbagai etnis dan sub-etnis yang berada di Indonesia masingmasing memiliki keberagaman pengetahuan dan pemanfaatan terhadap bahan alam yang digunakan sebagai pengobatan tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satunya yaitu suku-suku yang ada di Kalimantan Timur, salah satu suku asli Pulau Kalimantan yang masih menjunjung tinggi adat-istiadat serta masih mengandalkan pengobatan tradisional sebagai salah satu alternatif pengobatan mereka ialah Suku Paser. Suku Paser merupakan kerabat dekat dari suku Dayak yang secara geografis terletak di wilayah Kalimantan Timur bagian selatan tepatnya di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara [3]. Masyarakat suku Paser masih menggunakan tanaman sebagai salah satu alternatif pengobatan mereka, salah satunya yaitu daun sungkai (Peronema canescens Jack). Masyarakat Suku Paser mempercayai bahwa tanaman tersebut dapat mengobati gatal-gatal pada kulit [4]. Namun, karena terjadinya proses modernisasi yang terbentuk pada masyarakat suku Paser yang dapat dilihat dari aspek pengobatannya. Sehingga menyebabkan berkurangnya para dukun dan masyarakat yang menggunakan tanaman sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit, pernyataan tersebut
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 42 disampaikan oleh beberapa tetua dari suku Paser. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan data terkait tanaman yang digunakan sebagai obat, cara penggunaan, ramuan hingga cara meracik dan penggunaannya agar hal tersebut dapat diteliti aktivitasnya lebih lanjut nantinya dan menjadi sebuah data agar tidak terjadi kepunahan informasi. Serta dapat menjadi dasar dalam penemuan obat baru dan sebagai bentuk upaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengembangan obat berbasis bahan alam. 2 Metode Penelitian 2.1 Jenis Penelitian Metode penelitian ini bersifat observasional dengan jenis penelitian deskriptif yang berfokus pada fenomena yang terjadi dan siapa yang terlibat dalam hal tersebut pada suatu populasi tertentu. 2.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai dari bulan Juli hingga Agustus 2022, di dua Desa yaitu Desa Tepian Batang dan Desa Samurangau, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. 2.3 Pemilihan Informan Informan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik kombinasi antara teknik purposive sampling dan teknik snowball sampling dengan cara sampel dipilih melalui beberapa pertimbangan tertentu dan berdasarkan arahan dari narasumber yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Informan dinilai paling tahu terkait tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional oleh Suku Paser. 2.4 Pengambilan Data dan Pengumpulan Spesimen Pengambilan data diawali dengan wawancara secara terbuka menggunakan kuisioner terstruktural. Tahap selanjutnya ialah survey lokasi dan dokumentasi tanaman yang digunakan oleh masyarakat Suku Paser. Tanaman yang diperoleh kemudian dibuat menjadi herbarium dan diidentifikasi di Laboratorium Ekologi dan Konservasi Hutan, Universitas Mulawarman. 3 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil studi lapangan yang diperoleh dari ahli pengobatan tradisional di desa Samurangau dan desa Tepian Batang kabupaten Paser dan telah di identifikasi maka diperoleh 30 famili yang terdiri dari 46 tumbuhan yang digunakan sebagai obat (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara, suku Paser sejak dahulu sudah mengandalkan pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan mereka karena mengandalkan hutan sebagai sumber daya utama bagi Suku Paser. Dari 30 famili yang digunakan, famili yang paling sering digunakan adalah Zingiberaceae, yang terdiri atas 5 jenis tumbuhan meliputi tumbuhan jomit (Curcuma longa L.), lengkuas (Alphania galanga (L.) Sw.), leo (Zingiber officinale Rosc.), singkut (Kaepmpfaria galanga L.) dan tekalo (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.), selanjutnya 29 famili lainnya berjumlah lebih sedikit. Tabel 1. Hasil studi dan jenis tanaman yang digunakan oleh masyarakat Suku Paser Nama Lokal Tanaman Nama Spesies Familia Bagian yang digunakan Indikasi UV Pustaka Bajakah Spatholobus littoralis Hask Fabaceae Akar Tifus 0.2 - Belaran Merremia peltata (L.) Merr Convolvulaceae akar Tifus 0.2 - Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae daun dan bunga Batuk, Hipertensi 0.2 [5], [6] Benalu Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. Crypteroniaceae herba Kanker payudara 0.2 [7] Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis Basellaceae daun Keracunan, Muntah darah 0.2 - Ciplukan Physalis angulata L. Solanaceae herba Malaria 0.2 [8] Dompu boku Ipomea batatas (L.) Lam. Convolvulaceae umbi Sariawan 0.2 - Ilalang Imperata cylindrica (L.) P.Beauv. Poaceae akar Sariawan 0.2 [9] Jambu biji Psidium guajava L. Myrtaceae daun Diare 0.2 [10] Jarak Jatropha curcas L. Euphorbiaceae daun Sakit gigi 0.4 [11] Jelukap Centella asiatica (L.) Urb. Apiaceae daun Batuk berdahak 0.2 - Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle, orth. Rutaceae buah Radang 0.2 -
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 43 Tabel 1. Lanjutan… Nama Lokal Tanaman Nama Spesies Familia Bagian yang digunakan Indikasi UV Pustaka Jomit Curcuma longa L. Zingiberacea rimpang Mengobati luka, 0.8 [12] Katuk Sauropus androgynus (L.) Merr. Euphorbiaceae daun Memperbanyak ASI 0.2 [13] Kelapa Cocos nucifera L. Araceae akar Diare 0.2 - Keling manis Zea mays L. Poaceae buah Cacar 0.2 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Malvaceae daun Bengkak 0.4 [14] Koyur Tetracera scandens (L.) Merr. Dilleniaceae akar, daun Muntaber 0.4 [15] Kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth. Lamiceae daun dan bunga Hipertensi 0.2 [16] Langsat Lansium domesticum Correa Meliaceae kulit batang Cacar 0.4 - Lembonu Embelia ribes Burm.f. Primulaceae daun Sakit kepala sebelah, Kembung 0.6 [17] Lengkuas Alphania galanga (L.) Sw. Zingiberacea rimpang Panu 0.2 [18] Leo Zingiber officinale Rosc. Zingiberacea rimpang Bengkak 0.2 [19] Lewok Piper betle L. Piperaceae daun Mimisan, hipertensi, Asam urat, Mengobati luka 0.8 [20], [21], [22] Longo payo Ludwigia octovalvis (Jacq.) P.H.Raven Onagraceae daun Kutu air pada sela-sela jari kaki 0.2 - Luak Ficus racemosa L. Moraceae batang Bisul 0.4 [23] Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae buah Hipertensi 0.2 [24] Nangka belanda Annona muricata L. Annonaceae daun Hipertensi, Asam urat, Kolestrol 0.8 [25], [26] Ombung Blumea balsamifera (L.) DC. Astaraceae daun Batuk, Demam, Batuk berdahak, Diperuntukkan untuk wanita setelah melahirkan 1.2 [27] Owas Dacryodes rugasa (Blume) H.J. Lam Burseraceae akar Tifus 0.2 - Petion umbi Ambeien 0.2 - Pinang Areca catechu L. Araceae akar Memperkuat gigi, Wasir 0.8 Plam Veitchia merrillii (Becc.) H.E.Moore Adonidia buah Sakit gigi 0.2 - Raya Spatholobus ferrugineus (Zoll. & Moritzi) Benth. Fabaceae akar Muntaber 0.2 - Retok Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk. Fabaceae daun Menumbuhkan rambut 0.2 [28] Rumbia Metroxylon sagu Rottb. Araceae akar Batuk 0.2 - [29]Sao Manilkara zapota (L.) P.Royen Sapotaceae buah Radang, Sariawan 0.2 [30] Serunai Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Astaraceae daun Mengobati luka, Batuk berdahak 0.8 [31] Singkut Kaepmpfaria galanga L. Zingiberacea rimpang Bayi kembung 0.2 - Sukun Artocarpus alitilis (Parkinson) Fosberg Moraceae daun Hipertensi 0.2 [32] Sungkai Peronema canescens Jack. Verbenaceae daun Gatal-gatal, Mengobati luka, Kerumut 1.2 - Tarap Artocarpus odoratissimus Blanco Moraceae daun Wasir 0.2 - Tekalo Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm. Zingiberaceae Batang Muda Demam 0.2 - Tembong Norrisia major Soler. Loganiaceae akar Flu 0.4 - Tembora Ageratum conyzoides L. Astaraceae daun dan herba Batuk berdahak, Diperuntukkan untuk wanita setelah melahirkan 0.2 - Tow mea Saccharum officinarum L. Poaceae akar Ambeien 0.2 - Gambar 1. Nilai famili tumbuhan yang digunakan 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 5 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 0 1 2 3 4 5 6 Jumlah Family
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 44 Nilai UV menyatakan bahwa tanaman ombung atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.) dari famli Astraceae, merupakan tanaman yang paling sering digunakan dan disebutkan. Masyarakat Suku Paser menggunakan tanaman ombung untuk mengobati demam, batuk berdahak dan diperuntukkan bagi wanita melahirkan. Pada penggunaan daun ombung terhadap batuk berdahak, informan menyatakan bahwa terdapat efek melegakan pada tenggorokan setelah mengkonsumsi daun sembung. Namun, rasa dari daun sembung ini sangatlah pahit dan berlendir. Sehingga untuk menghidari rasa pahit dari daun ombung, maka digunakan beberapa metode pengolahan yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Azimatur dkk., (2021) menyatakan bahwa penggunaan ekstrak etanol daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.) pada dosis 100, 250, dan 20 mg/BB gram mencit menunjukkan aktivitas antipiretik pada mencit [27]. Namun, studi terkait aktivitas terhadap batuk berdahak dan luka perineum belum dilakukan. Gambar 2. Tanaman Ombung (Blumea balsamifera (L.) DC.) Tanaman lainnya yang plaing sering digunakan adalah sungkai (Peronema canescens Jack.) dari famili Verbenaceae, bagian yang digunakan adalah daun. tanaman sungkai (Peronema canescens Jack.) digunakan untuk mengobati gatal-gatal, mengobati luka dan untuk kerumut, biasanya lebih banyak digunakan dalam mengobati gatal-gatal. Cara pengolahannya bermacam-macam seperti di rebus lalu air rebusan dipakai untuk mandi ataupun di oleskan langsung pada tubuh. Hingga saat ini belum ada studi laboratorium lebih lanjut terkait bioaktivitas ataupun metabolit sekunder yang berfungsi dalam mengatasi gatal-gatal, mengobati luka dan kerumut. Gambar 3. Tanaman Sungkai (Peronema canescens Jack.) 3.1 Pemanfaatan Tumbuhan Obat Berdasarkan Bagian yang digunakan Jenis bagian tanaman (Gambar 2) yang digunakan oleh Suku Paser adalah daun, buah, rimpang, akar, bunga, getah, batang, kulit kayu dan herba. Bagian tanaman yang paling sering digunakan adalah daun (48%), sedangkan bagian yang paling sedikit digunakan adalah umbi. Hal tersebut juga sejalan dengan studi etnomedisin yang dilakukan pada suku Dayak Kenyah, studi tersebut menyatakan persentase bagian tanaman tertinggi ada pada daun sedangkan paling rendah adalah tunas, batang dan herba atau seluruh bagian [33]. Daun adalah bagian tanaman yang paling sering digunakan karena daun umumnya memiliki tekstur yang lunak, memiliki kadar air yang tinggi (70-80%) selain itu juga daun sangat mudah didapatkan serta cara pengolahannya yang tidak sulit [34].
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 45 Gambar 2. Diagram Persentase Bagian yang Digunakan 3.2 Metode Preparasi Tumbuhan Obat Preparasi yang digunakan oleh masyarakat suku Paser ada bermacam-macam metode meliputi tanpa diolah, direbus, ditumbuk, diremas, dibakar dan direndam (Gambar 3). Persentase metode preparasi dengan persentase tertinggi yaitu direbus (37%). Hal tersebut selaras dengan studi etnofarmasi yang dilakukan pada suku Dayak di Desa Gerantung, cara preparasi yang paling banyak digunakan adalah direbus (52,94%) [33]. Salah satu tumbuhan dengan cara preparasi direbus yaitu daun nangka belanda atau disebut dengan daun sirsak (Annona muricata L.) yang digunakan untuk mengobati hipertensi, asam urat dan kolestrol. Pengolahan dilakukan dengan cara merebus daun nangka belanda hingga airnya berwarna cokelat, adapun informan lain menyatakan hingga airnya menyusut dari takaran awal sebanyak 1 gelas air hingga menjadi 3 gelas. Sedangkan persentase terendah yaitu dibakar (5%), terdapat dua tanaman dengan metode pengolahan dibakar yaitu longo payo (Ludwigia octovalvis (Jacq.) P.H.Raven) yang digunakan untuk kutu air. Longo payo dibakar kemudian ditunggu hingga suhu daun menghangat lalu ditempelkan pada sela-sela jari kaki. Gambar 3. Diagram Persentase Metode Pengolahan 3.3 Metode Penggunan Tanaman Obat Cara penggunaan tumbuhan obat berdasarkan hasil penelitian meliputi dikunyah, ditelan, dikunyah tanpa ditelan, diguyur, dimakan, diminum, dioles, ditempel, disumpal dan ditetes (Gambar 4). Cara penggunaan terbanyak adalah diminum (55%) hal tersebut selaras dengan metode preparasi dengan persentase tertinggi yaitu direbus (Gambar 3). Ada beberapa tanaman obat yang diminum yaitu luak (Ficus racemosa L.), koyur (Ficus racemosa L.) dan tembong (Norrisia major Soler.). sedangkan persentase terendah yaitu dikunyah tanpa ditelan, tanaman dengan cara penggunaan ini adalah pinang (Areca catechu L.) yang digunakan untuk memperkuat gigi. Gambar 4. Diagram Persentase Penggunaan 11% 9% 48% 15% 3% 4% 3% 3% 3% 1% buah daun rimpang akar bunga getah batang kulit kayu herba umbi 23% 6% 5% 21% 37% 8% tanpa diolah diremas dibakar ditumbuk direbus direndam 2% 55% 3% 15% 1% 11% 5% 1% 4% 3% dikunyah diminum ditelan dioles dikunyah tanpa ditelan ditempel diguyur disumpal dimakan ditetes
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 46 3.4 Habitat Perolehan Tumbuhan Obat Tumbuhan obat yang digunakan diperoleh dari hutan, perkarangan, ladang, tepi sungai dan perkarangan rumah. Tumbuhan paling banyak diperoleh dari hutan (53%), hal tersebut terjadi karena kondisi alam pada Desa Samurangau Kecamatan Batu Sopang yang dikelilingi oleh hutan. Kecamatan Batu Sopang merupakan salah satu dari 4 kawasan hutan produksi di Kabupaten Paser, sehingga banyak dari masyarakat Suku Paser di Desa Samurangau menggunakan lahan tersebut sebagai perkebunan dan peternakan [35]. Gambar 5. Diagram Persentase Habitat Tumbuhan 3.5 Ramuan 3.5.1 Flu Jomit (Curcuma longa L.) dan kapur sirih, jomit dipotong kemudian dioleskan dengan kapur sirih pada bagian yang dipotong. Kunyit kemudian dioleskan pada bagian dahi dan telapak kaki. 3.5.2 Bayi kembung Sahang (Piper nigrum) dan minyak goreng, sahang dihaluskan dan dicampur dengan minyak goreng kemudian dioleskan pada punggung. 3.5.3 Masuk angin Bawang merah (Allium cepa L.) dan minyak goreng, umbi dirajang kasar kemudian dicampur dengan minyak goreng kemudian dioleskan pada punggung dan kepala lalu dipijat. 3.5.4 Muntaber Dompu (Manihot esculenta), minyak goreng dan garam Daun diremas-remas hingga teksturnya kasar kemudian dicampur dengan minyak tanah dan garam, lalu diremas kembali hingga tercampur rata. Kemudian dioleskan pada perut. 3.5.5 Demam dan diperuntukkan untuk wanita setelah melahirkan Tekalo (Etlingera elatior (Jack) R. M. Sm.), ombung (Blumea balsamifera (L.) DC.), belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), sungkai (Peronema canescens Jack.), jomit (Curcuma longa L.), dan sereh (Cimbopogon nardus L.). Batang muda tekalo yang berwarna kemerahan, batang serai digeprek dan direbus bersamaan dengan bahan lainnya 3.5.6 Biduran Lewok (Piper betle L.) dan minyak tanah dan garam, daun dihaluskan menggunakan lumpang dan alu kemudian dicampurkan dengan minyak tanah dan garam, lalu diremasremas menggunakan tangan. 3.5.7 Maag Jomit (Curcuma longa L.) dan madu, rimpang diparut kemudian diperas lalu dicampurkan dengan madu kemudian diinum setiap pagi 3.5.8 Kosmetik alami Plam (Veitchia merrillii (Becc.) H.E.Moore), beras (Oryza sativa) dan pandan (Pandanus amaryllifolius). buah plam dibakar kemudian dihaluskan dan dicampurkan dengan bahan lainnya lalu ditambahkan air hingga mengental, beras disangrai kemudian dihaluskan dan dicampurkan dengan bahan lainnya lalu ditambahkan air hingga mengental dan daun pandan disangrai kemudian dihaluskan dan dicampurkan dengan bahan lainnya lalu ditambahkan air hingga mengenta. Kemudian ramuan dibalurkan pada wajah, tangan, leher dan kaki. 3.5.9 Batuk berdahak Serunai (Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins) dan jomit (Curcuma longa L.), daun 21% 53% 17% ladang 6% 3% perkarangan hutan beli tepi sungai
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 47 dan kunyit dihaluskan bersamaan menggunakan lumpang dan alu hingga halus dan mengeluarkan sari, kemudian diperas lalu diminum. 3.5.10 Menghilangkan bekas luka a. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan beras (Oryza sativa), daun ditumbuk dengan lumpang dan alu hingga mengeluarkan sari, kemudian diperas. Air perasan dicampurkan dengan beras yang dihaluskan kemudian dibalurkan pada bekas luka. b. Perangat (Sonneratia caseolaris) dan beras (Oryza sativa), daun ditumbuk dengan lumpang dan alu hingga mengeluarkan sari, kemudian diperas. Air perasan dicampurkan dengan beras yang dihaluskan, kemudian dibalurkan pada bekas luka. 3.5.11 Kencing batu Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.), meniran putih (Phyllanthus urinaria L.), kejibeling (Strobilanthes crispus), daun dan bunga direbus bersamaan dengan bahan lain hingga mendidih, daun dipisahkan terlebih dahulu dari batang kemudian direbus bersamaan dengan bahan lain hingga mendidih, daun dipisahkan terlebih dahulu dari batang kemudian direbus bersamaan dengan bahan lain hingga mendidih. Kemudian ramuan diminum dua kali sehari. 4 Kesimpulan 1. Hasil studi lapangan dan identifikasi menyatakan terdapat 46 tanaman dari 30 famili yang digunakan masyarakat Suku Paser yang dapat diteliti lebih lanjut terkait aktivitasnya. Serta bagian tanaman yang paling banyak digunakan adalah daun. 2. 12 ramuan digunakan oleh Suku Paser dalam mengobati berbagai penyakit dengan cara pengolahan dan penggunaan yang bermacaam-macam 3. Berdasarkan hasil analisis semi kuantitatif mengunakan parameter UV didapatkan 2 tanaman yang memiliki nilai UV tertinggi dengan masing-masing nilai UV 1,2 yaitu ombung (Blumea balsamifera (DC.) L.) dan sungkai (Peronema canescens Jack.). 5 Konflik Kepentingan Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. 6 Daftar Pustaka [1] Moelyono., 2017. Etnofarmasi. Yogyakarta: Deepublish. [2] A. Pieroni, Cassandra Quave;, S. Nebel;, and M. Heinrich., 2002. Ethnopharmacy of the ethnic Albanians (Arbereshe) of Northern Basilicata, Italy.Fitoterapia.no. 73.pp. 217–241. [3] C. Widaty, Y. Apriati, A. Hudaya, and S. Kusuma., 2021. Makna Upacara Balian dalam Ritual Pengobatan Tradisional Suku Paser Kabupaten Paser.J. Sosiol. Pendidik. Humanis.vol. 6, no. 1. [4] Noorcahyati., 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balikpapan: Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam, 2012. [5] L. Nurlela and M. Harfika., 2019. Air Rebusan Belimbing Wuluh Sebagai Antitussive dan Expectorant pada ISPA.J. Ilm. Keperawatan.vol. 14, no. 2.pp. 50–60. [6] Desmariyenti., 2021. Efektivitas Rebusan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia.J. Midwifery Sempena Negeri.vol. 1, no. 1.pp. 23–29. [7] M. F. Diba, Salni, and Subandrate;, 2019. Uji Sitotoksik Ekstrak Dan Fraksi Dendrophtoe Pentandra (L) Miq Pada Sel T47D.J. Kim. Sains dan Apl.vol. 22, no. 3.pp. 73–78. [8] M. Lusakibanza et al., 2010. In vitro and in vivo antimalarial and cytotoxic activity of five plants used in congolese traditional medicine.J. Ethnopharmacol.vol. 129, no. 3.pp. 398–402. [9] Y. K. Jung and D. Shin., 2021. Imperata cylindrica: A review of phytochemistry, pharmacology, and industrial applications, Molecules, vol. 26, no. 5. [10] W. D. H. Chiwororo., 2008. Antidiarrhoeal activity of Psidium guajava Linn. (Myrtaceae) leaf aqueous extract in rodents.J. Smooth Muscle Res.vol. 44, no. 6.pp. 195–207. [11] Irmaleny, N. Sumawinata, and D. Fatma., 2011. Effect of Latex and Extract of Jatropha Curcas Linn on Expression of Substance P (Sp) and Cyclooxygenase-2 of Dental Pulp.Dentika Dent. J.vol. 16, no. 1.pp. 31–35. [12] B. Cheppudira et al., 2013. Curcumin: A novel therapeutic for burn pain and wound healing.Expert Opin. Investig. Drugs.vol. 22, no. 10.pp. 1295–1303. [13] N. Triananinsi, Z. Y. Andryani, and F. Basri., 2020. Hubungan Pemberian Sayur Daun Katuk Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile The Correlation of Giving
Studi Etnofarmasi Tanaman Berkhasiat Obat pada Suku Paser di Desa Samurangau dan Desa Tepian Batang Kabupaten Paser Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 48 Sauropus Androgynus LeavesTo The Smoothness of Breast Milk In Multiparous Mother At Caile Community Health Centers.J. Healthc.vol. 6, no. 1.pp. 12–20. [14] R. B. Birari et al., 2009. Antiinflamatory, Analgesic and Antypyretic Effect of HIbiscus Rosa Sinensis Linn Flower.Pharmacologyonline.vol. 3.pp. 737–747. [15] E. Muliyah, S. Sulistijorini, Y. Sulistyaningsih, and M. Rafi., 2018. Tetracera scandens as a Medicinal Plant: Secretory Structures, Histochemistry, and Antibacterial Activity.J. Trop. Life Sci.vol. 8, no. 1.pp. 68–74. [16] M. Almatar, H. Ekal, and Z. Rahmat., 2014. A glance on medical applications of Orthosiphon stamineus and some of its oxidative compounds.Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.vol. 24, no. 2.pp. 83–88. [17] C. K. Atal et al., 1984. Non-narcotic orally effective, centrally acting analgesic from an ayurvedic drug.J. Ethnopharmacol.vol. 11, no. 3.pp. 309–317. [18] M. R. Nst, E. Susanti, and S. Rahman., 2013. Isolasi Jamur Penyebab Infeksi Kulit dan Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Lengkuas Merah (Alpinia purpurata K.Schum).Phot. J. Sain dan Kesehat.vol. 3, no. 2.pp. 39–46. [19] N. Mascolo, R. Jain, S. C. Jain, and F. Capasso., 1989. Ethnopharmacologic investigation of ginger (Zingiber officinale).J. Ethnopharmacol.vol. 27, no. 1–2.pp. 129–140. [20] S. Sinulingga, S. Subandrate, B. A. Kesumaputri, and G. Anggraini., 2017. Hemostatic Effect of Ethanol Extract of Piper betle, Linn Leaves to Male Mice.Molekul.vol. 12, no. 1.p. 23. [21] P. Vikrama Chakravarthi, S. Murugesan, A. Arivuchelvan, K. Sukumar, A. Arulmozhi, and A. Jagadeeswaran., May 2022. Therapeutic antigout and antioxidant activity of Piper betle L. in gout-induced broilers.Br. Poult. Sci.vol. 63, no. 3.pp. 324–331. [22] K. C. Nilugal, K. Perumal, and R. E. Ugander., 2014. Evaluation of Wound Healing Activity of Piper Betle Leaves and Stem Extract In Experimental Wistar Rats.Am. J. Pharmtech Res.vol. 4, no. 3.pp. 443–452. [23] K. Murti and U. Kumar., 2012. Enhancement of wound healing with roots of Ficus racemosa L. in albino rats.Asian Pac. J. Trop. Biomed.vol. 2, no. 4.pp. 276–280. [24] T. Hidayat, E. Sri Wahyuni, and S. S Karyono., 2003. Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Aorta Terpisah Marmut (Cavia porcellus) Tanpa Endotel.J. Kedokt. Brawijaya.vol. 19, no. 3.pp. 120–124. [25] P. Ristyaning et al., 2017. Efektivitas Teh Daun Sirsak ( Annona muricata Linn ) terhadap Hipertensi The Effectivity Soursop Leaf ( Annona muricata Linn ) Tea of Hypertension.Majority.vol. 6.pp. 49–54. [26] I. Posangi, J. Posangi, and J. Wuisan., 2013. Efek Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Pada Kadar Kolesterol Total Tikus Wistar.J. Biomedik.vol. 4, no. 1. [27] R. Azimatur, T. Afriani, permata L. Sari, and Filmawati., 2021. Uji Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Sembung Blumea balsamifera (L.) DC. Secara In Vivo Terhadap Mencit Putih Jantan ( Mus musculus ).Maj. Farm. dan Farmakol.vol. 25, no. 1.p. 8. [28] G. Dwi Mulyanti, Y. Nurhayati, and S. Adila., 2019. Uji efek formulasi sediaan hair tonic sinensis (l.) savi ex hassk) terhadap pertumbuhan rambut kelinci jantan.Wellness Heal. Mag.vol. 1, no. 2.p. 285. [29] T. T. Phan, M. A. Hughes, and G. W. Cherry., 1998. Enhanced proliferation of fibroblasts and endothelial cells treated with an extract of the leaves of Chromolaena odorata (Eupolin), an herbal remedy for treating wounds, Plastic and Reconstructive Surgery, vol. 101, no. 3. pp. 756– 765. [30] K. Konuku et al., 2017. Anti-Inflammatory Activity Of Manilkara Zapota Leaf Extract. [31] E. F. Yanti, E. Nazareth, Y. D. Agustin, and M. R. Usman., 2021. Synthesis of Pentapeptide FWKVV (Phe-Trp-Lys-Val-Val) and Its Activity as Antioxidants.Indo. J. Chem. Res.vol. 9, no. 1.pp. 1–7. [32] C. R. Nwokocha et al., 2012. Possible mechanisms of action of the aqueous extract of Artocarpus altilis (breadfruit) leaves in producing hypotension in normotensive SpragueDawley rats.Pharm. Biol.vol. 50, no. 9.pp. 1096–1102. [33] D. Gunadi, H. A. Oramahi, and G. E. Tavita., 2017. Studi tumbuhan obat pada etnis dayak di Desa Gerantung Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang.J. Hutan Lestari.vol. 5, no. 2.pp. 425–436. [34] W. O. I. Indrayangingsih, N. Ibrahim, and S. Anam., 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Buton Di Kecamatan Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.J. Farm. Galen. (Galenika J. Pharmacy).vol. 1, no. 2.pp. 79–84. [35] Bappeda., 2020. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Paser.
Proc. Mul. Pharm. Conf. 2022. e-ISSN: 2614-4778 Samarinda, 15-17 November 2022 49 Journal homepage: https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id Efek Toksik Pemberian Ekstrak Etanol Daun Mekai (Albertisia papuana Becc.) Terhadap Mencit Toxic Effects of Mekai (Albertisia papuana Becc.) Leaf Ethanol Extract On Mice Febrianto Ubang* , Vita Olivia Siregar, Herman Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur *Email korespondensi: febriantoubang@gmail.com Abstrak Daun mekai merupakan tanaman khas Kalimantan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak secara tradisional sebagai terapi untuk penyakit seperti hipertensi, stroke, kanker. Secara ilmiah daun mekai memiliki potensi sebagai anti plasmodium, antibakteri dan antifungi. Saat ini penelitian dan pengembangan daun mekai sebagai kandidat obat baru masih terus berlanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik pemberian ekstrak etanol daun mekai berdasarkan kematian, tanda toksisitas, perubahan berat badan, dan indeks organ. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol (NaCMC) dan 4 kelompok dosis ekstrak etanol daun mekai (5000, 10000, 15000, dan 30000 mg/KgBB). Masing-masing diamati dalam rentang waktu 30, 60, 120, 180, dan 240 menit setelah pemberian ekstrak etanol daun mekai. Pengamatan dilanjutkan hingga 14 hari untuk mengamati gejala toksik, perubahan berat badan dan kematian serta mencit dibedah setelah 14 hari untuk diamati organnya. Berdasarkan hasil penelitian efek toksik pemberian ekstrak etanol daun mekai memberikan pengaruh pada mencit uji berdasarkan tanda toksisitas, indeks organ dan kematian dengan nilai LD50 31,5723 g/KgBB namun tidak memberikan pengaruh terhadap berat badan mencit. Kata Kunci: Daun Mekai, Etanol, Mus musculus, Toksisitas Abstract Mekai leaf is typical plant of Kalimantan which is traditionally used by Dayak community as a theraphy for diseases such as hypertension, stroke, cancer. Scientifically mekai leaves have potential as antiplasmodial, antibacterial and antifungal. Currently, the research and development of mekai leaves as a new drug candidate is still ongoing. This study aims to determine the toxic effect of giving mekai Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences