The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKn TENTANG MATERI KERJA SAMA MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH 1 TENGGARONG

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Siti Aminah, 2023-06-17 18:56:30

Karya Ilmiah Anis Safa'ati, S.Pd.I

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKn TENTANG MATERI KERJA SAMA MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH 1 TENGGARONG

1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKn TENTANG MATERI KERJA SAMA MELALUI MEDIA GAMBAR SISWA KELAS III SD MUHAMMADIYAH 1 TENGGARONG Anis Safa’ati 1 , Zainal 2 1Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka 2Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka E-mail : [email protected] , zainalle84@gmail,com2 ABSTRAK Media gambar ini dapat digunakan sebagai alat belajar mengajar untuk menyampaikan informasi dan menggugah siswa untuk belajar. Melalui pemanfaatan gambar siswa kelas III SD Muhammadiyah 1 Tenggarong, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PPKn pada konten kolaborasi materi kerjasama. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah istilah untuk jenis penelitian ini. Subjek eksplorasi adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah 1 Tenggarong berjumlah 31 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Metode pemeriksaan informasi dalam penelitian ini menggunakan penyelidikan sejenis yang jelas. Ketuntasan siswa meningkat dari 35,48 persen pada pra siklus menjadi 74,19 persen pada siklus I dan 90,32 persen pada siklus II, dengan ketuntasan klasikal mencapai 90,32 persen sesuai hasil. Berdasarkan temuan penelitian ini, hasil belajar meningkat dari pra siklus ke siklus I dan siklus II. Sehingga dapat diduga bahwa media gambar yang digunakan dalam pengalaman pendidikan dapat lebih mengembangkan hasil perolehan siswa yang ditampilkan dari 31 siswa dan telah memenuhi petunjuk pencapaian yang telah ditetapkan. Kata Kunci: Media gambar, Hasil belajar, PPKn PENDAHULUAN Untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan, instruktur harus menyusun strategi belajar mengajar yang memungkinkan dia untuk bertindak sebagai fasilitator daripada orang yang paling penting di kelas. Jika Anda seorang fasilitator yang baik, diharapkan siswa akan menemukan makna dalam proses pembelajaran (Jennah, 2009). Memilih, memutuskan, merakit, dan mengedarkan aset pembelajaran merupakan salah satu kemampuan yang harus digerakkan oleh pendidik agar dapat digunakan secara ideal di ruang belajar (Permana & Indihadi, 2018). Dalam hal ini, pengajar harus menyediakan bahan ajar yang bernilai strategis tinggi agar dapat membantu siswa dalam menangkap makna isi dengan cepat (Irdawati et al., 2017). Aset pembelajaran yang dapat digunakan dalam sistem peragaan sangat banyak macamnya dan salah satunya adalah dengan memanfaatkan media gambar (Fatmawati et al., 2015). Tidak semua pembelajaran yang dilakukan di kelas penulis berhasil, termasuk pembelajaran tentang PKn (Hasan, 2021). Pembelajaran PKn adalah kerinduan untuk


2 memperoleh PKn mulai dari siklus, membentuk siklus dan selanjutnya bekerja menuangkan dan mengendalikan ide-ide tersebut dalam keadaan baru yang fokus pada melihat bukan pengulangan ingatan (Ridarti, 2019). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau pendidikan kewarganegaraan, sebagaimana didefinisikan oleh Cogan (1999), adalah subjek penting yang bertujuan untuk mempersiapkan kaum muda untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Menurunnya rasa percaya diri generasi muda tanah air juga menjadi tontonan awal bagi semua kalangan, tak terkecuali para pelajar khususnya. Untuk mengalahkan ini, instruksi harus memiliki pilihan untuk mengintegrasikan semua mata pelajaran ke dalam pendidikan karakter dan perspektif yang menggembirakan. termasuk dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mengajarkan siswa untuk bertindak sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan. Anggap diri Anda sebagai anggota masyarakat yang berkontribusi (Ridarti, 2019). Menilik pengalaman eksplorasi terhadap pengalaman belajar PPKn siswa kelas III SD Muhammadiyah 1 Tenggarong, peneliti memperoleh informasi bahwa hasil belajar PPKn siswa masih tergolong rendah. sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PPKn di SD Muhammadiyah adalah 75. Banyaknya siswa yang tidak memenuhi syarat ketuntasan minimal (KKM) yaitu 11 siswa dari 31 siswa atau (35,48%) sedangkan rata-rata yang diperoleh siswa adalah 72. Ketidakmampuan media dalam menjelaskan suatu pokok bahasan secara memadai berpengaruh terhadap pemahaman siswa sehingga hasil belajar PKn sangat rendah. Selain itu, sebagian besar kegiatan pembelajaran hanya melibatkan penyampaian secara verbal, yang membuat proses pembelajaran menjadi berulang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencari cara untuk memecahkan masalah yang muncul. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan media gambar (Ramli, 2012). Siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, itulah sebabnya media gambar paling banyak digunakan. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002:2), “Pemanfaatan media akan menonjol bagi siswa sehingga dapat mendorong inspirasi belajar”, sehingga peneliti memilih media gambar untuk lebih mengembangkan hasil belajar siswa. Media gambar sering digunakan sebagai alat pembelajaran di pendidikan dasar karena media gambar biasanya membangkitkan minat siswa dan menginspirasi mereka untuk menyelidiki gambar. digambarkan, dan pendidik dapat menyampaikan informasi dengan baik melalui gambar (Kristanto, 2016; Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). Media gambar ini dapat digunakan sebagai alat belajar mengajar untuk menyampaikan informasi dan menggugah siswa untuk belajar. Citra yang baik harus sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan siswa, realistis, dan mudah dimanipulasi secara manual (Taufiqillah, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu penerapan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa. METODE Studi ini dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Tenggarong kelas III. Subjek eksplorasi adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah 1 Tenggarong berjumlah 31 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas adalah istilah untuk jenis pemeriksaan ini. Menurut Kemmis dan Taggart, ada tiga tahapan dalam prosedur PTK: perencanaan, pelaksanaan, serta pengamatan dan refleksi. (Mualimin, M., & Cahyadi, 2014). Penelitian ini dilakukan oleh guru dengan bantuan seorang observer atau pengamat terhadap


3 siswanya. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Gambar 1. Metode spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart Dengan memberikan item-item yang berkaitan dengan materi kerjasama, penelitian ini menggunakan metode tes untuk pengumpulan data. Metode tes digunakan untuk mendapatkan hasil belajar kognitif. Metode analisis data penelitian ini menggunakan analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian siklus I, II, dan prasiklus dibandingkan dalam penelitian deskriptif komparatif ini. Perbandingan ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator keberhasilan dan ketidakhadiran siklus. Indikator yang belum terpenuhi diperbaiki pada siklus berikutnya. sehingga kekurangan yang diperbaiki dapat meningkatkan hasil belajar pada siklus berikutnya. Ketuntasan belajar siswa dapat dihitung dengan rumus dibawah ini : = 100% Dimana : P = Prosentase F = frekuensi tiap aktifitas N = Jumlah seluruh aktifitas Tabel. 1 Kriteria Ketuntasan Belajar Rentan Nilai Kriteria 86 – 100% Sangat baik 76 – 85 % Baik 60 – 75 % Cukup 55 – 59 % Kurang ≤ 54% Kurang sekali HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pra Siklus Hasil belajar pada tahap prestest atau pra siklus ini hanya satu pertemuan tanpa penerapan media gambar. Hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil Belajar Pra Siklus No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 60 Tidak Tuntas


4 No Nama Nilai Keterangan 2 Siswa 2 60 Tidak Tuntas 3 Siswa 3 65 Tuntas 4 Siswa 4 75 Tuntas 5 Siswa 5 80 Tuntas 6 Siswa 6 90 Tuntas 7 Siswa 7 65 Tidak Tuntas 8 Siswa 8 85 Tuntas 9 Siswa 9 65 Tidak Tuntas 10 Siswa 10 65 Tidak Tuntas 11 Siswa 11 80 Tuntas 12 Siswa 12 90 Tuntas 13 Siswa 13 85 Tuntas 14 Siswa 14 80 Tuntas 15 Siswa 15 85 Tuntas 16 Siswa 16 70 Tidak Tuntas 17 Siswa 17 90 Tuntas 18 Siswa 18 70 Tidak Tuntas 19 Siswa 19 70 Tidak Tuntas 20 Siswa 20 90 Tuntas 21 Siswa 21 60 Tidak Tuntas 22 Siswa 22 60 Tidak Tuntas 23 Siswa 23 65 Tidak Tuntas 24 Siswa 24 65 Tidak Tuntas 25 Siswa 25 70 Tidak Tuntas 26 Siswa 26 60 Tidak Tuntas 27 Siswa 27 65 Tidak Tuntas 28 Siswa 28 65 Tidak Tuntas 29 Siswa 29 60 Tidak Tuntas 30 Siswa 30 70 Tidak Tuntas 31 Siswa 31 65 Tidak Tuntas Jumlah 2225 Nilai Rata-Rata 71 Grafik Hasil Belajar Pra Siklus Tuntas Tidak Tuntas


5 Gambar 1.1 Grafik Hasil Belajar Pra Siklus Dari tabel hasil sebelumnya diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 71. Terdapat 20 siswa yang tidak tuntas, sedangkan 11 siswa tuntas. Nilai yang paling tinggi pada prasiklus adalah 90 dan nilai yang paling sedikit adalah 60. Hasil Siklus I Hasil belajar siklus I pertemuan 1 dan 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebelum menggunakan media gambar. Nilai rata-rata pertemuan 1 dan 2 merupakan nilai akhir pada siklus I. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus I. Tabel 3. Hasil Belajar Siklus I No Nama Nilai Nilai Akhir Keterangan Pertemuan1 Pertemuan2 1 Siswa 1 69 77 73 Tidak Tuntas 2 Siswa 2 70 75 73 Tidak Tuntas 3 Siswa 3 91 85 88 Tuntas 4 Siswa 4 97 97 97 Tuntas 5 Siswa 5 65 80 73 Tidak Tuntas 6 Siswa 6 100 100 100 Tuntas 7 Siswa 7 70 75 73 Tidak Tuntas 8 Siswa 8 91 91 91 Tuntas 9 Siswa 9 86 86 86 Tuntas 10 Siswa 10 88 88 88 Tuntas 11 Siswa 11 91 91 91 Tuntas 12 Siswa 12 95 95 95 Tuntas 13 Siswa 13 82 82 82 Tuntas 14 Siswa 14 88 88 88 Tuntas 15 Siswa 15 88 88 88 Tuntas 16 Siswa 16 68 80 74 Tidak Tuntas 17 Siswa 17 100 95 98 Tuntas 18 Siswa 18 65 80 73 Tidak Tuntas 19 Siswa 19 91 95 93 Tuntas 20 Siswa 20 100 100 100 Tuntas 21 Siswa 21 60 67 63 Tidak Tuntas 22 Siswa 22 93 93 93 Tuntas 23 Siswa 23 91 91 91 Tuntas 24 Siswa 24 97 97 97 Tuntas 25 Siswa 25 80 85 83 Tuntas 26 Siswa 26 97 97 97 Tuntas 27 Siswa 27 73 75 74 Tidak Tuntas 28 Siswa 28 100 100 100 Tuntas 29 Siswa 29 94 90 92 Tuntas 30 Siswa 30 100 100 100 Tuntas 31 Siswa 31 87 80 83 Tuntas Jumlah 2664 2721 2692 Nilai Rata-Rata 86 88 87


6 Gambar 1.2 Grafik Hasil Belajar Siklus I Dilihat dari tabel hasil di atas diketahui bahwa nilai normal hasil belajar siswa adalah 87. 23 siswa menyelesaikan mata pelajaran PPKn tersebut, sedangkan 8 siswa tidak tuntas. Skor tertinggi pada siklus I adalah 100 dan skor terendah adalah 63. Hasil Siklus II Pada siklus II hasil belajar meningkat secara signifikan. Nilai akhir pada siklus II merupakan nilai khas dari pertemuan 1 dan 2. Tabel di bawah ini menampilkan hasil belajar siswa pada siklus II. Tabel 4. Hasil Belajar Siklus II No Nama Nilai Nilai Akhir Keterangan Pertemuan1 Pertemuan2 1 Siswa 1 80 90 85 Tuntas 2 Siswa 2 90 75 83 Tuntas 3 Siswa 3 100 85 93 Tuntas 4 Siswa 4 100 97 98 Tuntas 5 Siswa 5 70 78 74 Tidak Tuntas 6 Siswa 6 100 100 100 Tuntas 7 Siswa 7 70 75 73 Tidak Tuntas 8 Siswa 8 85 91 88 Tuntas 9 Siswa 9 96 86 91 Tuntas 10 Siswa 10 93 88 90 Tuntas 11 Siswa 11 100 91 96 Tuntas 12 Siswa 12 100 95 97 Tuntas 13 Siswa 13 89 82 85 Tuntas 14 Siswa 14 100 88 94 Tuntas 15 Siswa 15 100 88 94 Tuntas 16 Siswa 16 85 85 85 Tuntas 17 Siswa 17 96 95 95 Tuntas 18 Siswa 18 80 88 84 Tuntas 19 Siswa 19 96 95 96 Tuntas 20 Siswa 20 98 100 99 Tuntas 21 Siswa 21 70 72 71 Tidak Tuntas Grafik Hasil Belajar Siklus I Tuntas Tidak Lulus


7 No Nama Nilai Nilai Akhir Keterangan Pertemuan1 Pertemuan2 22 Siswa 22 93 93 Tuntas 23 Siswa 23 91 88 Tuntas 24 Siswa 24 100 100 Tuntas 25 Siswa 25 85 90 Tuntas 26 Siswa 26 97 95 Tuntas 27 Siswa 27 90 85 Tuntas 28 Siswa 28 100 100 Tuntas 29 Siswa 29 90 90 Tuntas 30 Siswa 30 100 100 Tuntas 31 Siswa 31 80 88 Tuntas Jumlah 2825 2768 2796 Nilai Rata-Rata 91 89 90 Gambar 1.3 Grafik Hasil Belajar Siklus II Berdasarkan tabel hasil di atas diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 90. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa dan yang tidak tuntas yaitu 3 siswa. Nilai tertinggi pada siklus II adalah 100 dan nilai terendah adalah 71 Tabel 5. Perbandingan Hasil Belajar Siswa No Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II 1 Siswa 1 60 73 85 2 Siswa 2 60 73 83 3 Siswa 3 65 88 93 4 Siswa 4 75 97 98 5 Siswa 5 80 73 74 6 Siswa 6 90 100 100 7 Siswa 7 65 73 73 8 Siswa 8 85 91 88 9 Siswa 9 65 86 91 10 Siswa 10 65 88 90 11 Siswa 11 80 91 96 12 Siswa 12 90 95 97 Grafik Hasil Belajar Siklus II Tuntas Tidak tuntas


8 No Nama Pra Siklus Siklus I Siklus II 13 Siswa 13 85 82 85 14 Siswa 14 80 88 94 15 Siswa 15 85 88 94 16 Siswa 16 70 74 85 17 Siswa 17 90 98 95 18 Siswa 18 70 73 84 19 Siswa 19 70 93 96 20 Siswa 20 90 100 99 21 Siswa 21 60 63 71 22 Siswa 22 60 93 93 23 Siswa 23 65 91 88 24 Siswa 24 65 97 100 25 Siswa 25 70 83 90 26 Siswa 26 60 97 95 27 Siswa 27 65 74 85 28 Siswa 28 65 100 100 29 Siswa 29 60 92 90 30 Siswa 30 70 100 100 31 Siswa 31 65 83 88 Jumlah 2225 2692 2796 Nilai Rata-Rata 72 87 90 Tabel 6. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No KKM Kriteria Pretes Siklus I Siklus II Fi % Fi % Fi % 1 ≥ 75 Tuntas 11 35,48% 23 74,19% 28 90,32% 2 < 75 Tidak tuntas 20 64,52% 8 25,8% 3 9,68% Jumlah 31 100 31 100 31 100 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5 dan 6, terdapat sebanyak 20 siswa yang tidak tuntas pada pra siklus sehingga diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 35,48 %. Pada siklus I terlihat bahwa 23 siswa menuntaskan, sedangkan 8 siswa tidak tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 74,19%. Pada siklus II, sebaliknya, 28 siswa menyelesaikan mata kuliah, sedangkan 3 siswa tidak menyelesaikannya, sehingga ketuntasan klasikal sebesar 90,32%. Dari pra siklus ke siklus I dan siklus II hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan pada setiap siklus, antara lain: 1) Proses pembelajaran masih konvensional karena siswa pada pra siklus belum mengetahui model, metode, atau pendekatan proses. 2) Kurangnya pengalaman siswa dalam proses pembelajaran yang tercermin dari rendahnya tingkat keaktifan siswa pada saat


9 kegiatan pra siklus. Hal ini disebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran matematika yang diajarkan. Selama mengikuti pembelajaran, pendidik hanya meminta siswa untuk mengutak-atik pertanyaan dan tidak memacu siswa, terutama bagi siswa yang tidak menguasai materi PPKn. Hal ini mengakibatkan kurangnya pengalaman siswa. Mengingat beberapa variabel di atas, pengalaman pendidikan akan ditingkatkan dengan melakukan dua siklus pembelajaran. Pada siklus I, siswa mengenal media lain untuk menambah pengalaman, khususnya memanfaatkan media gambar. Siswa masih ragu-ragu tentang apa yang dimaksud dengan gambar pada saat awal pelaksanaan siklus I menggunakan media gambar. Namun ketika guru menjelaskan semua maksud yang ada pada gambar tersebut, lambat laun siswa mengerti maksud dari materi dan apa yang ingin disampaikan oleh guru. Selain itu, siswa mulai mandiri dalam belajarnya sehingga pembelajaran kurang berpusat pada guru. Dari pra siklus hingga siklus I, siswa yang menggunakan metode ini mulai memahami dan berpartisipasi secara mandiri dalam proses pembelajaran. Peningkatan tersebut ternyata kurang signifikan dengan ketuntasan klasikal mencapai 74,19% pada siklus I dari 35,48% pada prasiklus. Pra siklus meningkat pada siklus I sebesar 38,71%, peningkatan ini dirasa belum ideal sehingga penemuan yang telah selesai pada siklus I akan lebih unggul lagi pada siklus II. Siswa sudah mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari indikator keberhasilan yang telah ditentukan pada siklus II yang merupakan peningkatan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Siswa sudah terbiasa dengan media pembelajaran gambar pada siklus II. Siswa yang sudah mulai mendominasi dengan menggunakan pendekatan ini digambarkan dengan pergerakan siswa yang berkembang selama pengalaman berkembang. Siswa dapat mengelola proyek dan memutuskan proyek mereka sendiri selama proses pembelajaran, yang memungkinkan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Pada siklus II hasil belajar siswa meningkat dari 74,19 % menjadi 90,32 % sebagai akibat dari peningkatan aktivitas siswa. Selain dipengaruhi oleh siswa yang sudah mulai mandiri, metode ini memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa, sehingga mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang diajarkan. Perbandingan penguasaan siswa antara pra siklus, siklus I, dan siklus II ditunjukkan pada diagram batang di bawah ini: Gambar 1. Histogram Perbandingan Ketuntasan Klasikal Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% Category 1 Pra Siklus Siklus I Siklus II


10 Sesuai gambaran di atas, dapat dilihat dengan jelas adanya peningkatan dominasi siswa pada prasiklus, siklus I dan siklus II, dari 35,48% pada prasiklus menjadi 74,19% pada siklus I. dan 90,32% pada siklus II dengan ketuntasan sebesar 90,32%. Dari pra siklus ke siklus I dan siklus II, temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar meningkat. Hasil belajar yang meningkat ini karena siswa sudah terbiasa menggunakan media gambar. Peningkatan hasil belajar dapat ditinjau dari besarnya skor maksimum, skor minimum dan skor rata-rata, yang ditunjukkan melalui Tabel 3 berikut: Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Maksimum 90 100 100 Nilai Minimum 60 63 71 Rata-rata 72 87 90 Hasil belajar mengalami peningkatan seperti terlihat pada Tabel 7 di atas. Peningkatan perolehan hasil harus terlihat dari peningkatan skor terbesar, skor terkecil, dan skor normal pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra siklus skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 90, skor dasar 60 dan skor rata-rata 71. Skor minimal dinaikkan menjadi 63, skor rata-rata dinaikkan menjadi 87, dan skor maksimal dinaikkan menjadi 100 pada siklus I. Nilai maksimal mencapai 100 pada akhir siklus II, nilai terendah mencapai 71, dan nilai rata-rata mencapai 90. KESIMPULAN DAN SARAN Mencermati hasil penelitian yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan lebih lanjut hasil pembelajaran PPKn pada siswa kelas 3 SD Muhammadiyah dengan menggunakan media gambar, maka dapat diduga bahwa media gambar yang digunakan dalam penumbuhan pengalaman dapat lebih mengembangkan hasil belajar siswa seperti yang ditampilkan dari 31 siswa dalam materi kerjasama. dan telah memuaskan penanda pencapaian yang telah ditentukan sebelumnya. Dilihat dari hasil ujian dan tujuan akhir, disarankan kepada pendidik agar pemanfaatan media gambar dapat dijadikan salah satu pilihan dalam mengurus masalah pembelajaran bagi peserta didik. Dalam mata pelajaran atau pembelajaran tematik, penggunaan media gambar juga dapat dikembangkan sebagai referensi penelitian tambahan. DAFTAR PUSTAKA Fatmawati, Septiwiharti, D., & Nurvita. (2015). Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Mata Pelajaran PKn di SDN 05 Lakea Kabupaten Buol. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 5(4), 54–67. Hasan, M. M. D. H. K. T. (2021). Media Pembelajaran. In Tahta Media Group (Issue Mei). Irdawati, Yunidar, & Darmawan. (2017). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 5(4), 1–14. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/2918 Jennah, R. (2009). Media Pembelajaran. In Media Pembelajaran. Kristanto, A. (2016). Media Pembelajaran. Bintang Sutabaya, 1–129. Mualimin, M., & Cahyadi, R. A. H. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Ganding Pustaka. Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013.


11 In Nizmania Learning Center. Permana, D., & Indihadi, D. (2018). Penggunaan media gambar terhadap pembelajaran menulis puisi peserta didik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1), 193– 205. http://ejournal.upi.edu/index.php/pedadidaktika/index Ramli, M. (2012). Media dan Teknlogi Pembelajaran. IAIN Antasari Press, 1–3. Ridarti, D. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Media Gambar Kelas II SDN 006 Kubang Jaya. Jurnal PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran), 1(November), 302– 308. Taufiqillah, T. (2013). Penggunaan Media Gambar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD Hang Tuah Sidoarjo. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 1–5.


Click to View FlipBook Version