The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Savira Dyalova, 2023-03-05 07:53:03

nia

Nia

KERAJAAN MATARAM KUNO Disusun Oleh : Nia Shavina X MPLB 1 / 24


A. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno adalah salah satu kerajaan terbesar era Nusantara yang berdiri sekitar abad 8 dan diperkirakan berpusat di Jawa Tengah. Ahli berpendapat bahwa letak kerajaan Mataram Kuno ada di Medang dan Poh Pitu. Letak Poh Pitu sendiri sampai sekarang belum begitu jelas. Dalam beberapa catatan sejarah, hanya dijelaskan bahwa letak Mataram di kelilingi gunung, pegunungan dan sungai-sungai. Catatan itu kemudian dipadukan dengan kondisi geografis sekarang yang dulunya adalah wilayah kekuasaan Mataram Kuno. Banyak ahli yang menganggap sangat mungkin Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, dan Sindoro adalah pegunungan di sebelah utara kerajaan Mataram Kuno. Kemudian di sebelah barat terdapat Pegunungan Serayu, di sebelah timur terdapat Gunung Lawu, serta di sebelah selatan berdekatan dengan Laut Selatan dan Pegunungan Seribu. Sedangkan sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowonto, Progo, Opak, dan Bengawan Solo. Sedangkan Poh Pitu kemungkinan berada diantara Kedu Sampai sekitar Prambanan. Nama Mataram diambil dari istilah Bhumi Mataram. Artinya daerah yang dikelilingi oleh gununggunung. Berdasarkan letak pemerintahannya sejarah Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode. Periode pertama ditandai dengan lokasi pusat pemerintah yang terletak di Jawa Tengah pada abad ke-8. Sementara itu periode kedua ditandai dengan lokasi pusat pemerintah di Jawa Timur pada abad ke 9-10. Periode Jawa Tengah diwarnai dengan adanya dua wangsa (dinasti) yang berkuasa dalam satu masa, yaitu Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Wangsa Syailendra (Buddha). Salah satu peninggalan keagamaan Dinasti Sanjaya adalah Candi Prambanan, sedangkan peninggalan Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur. B. Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno


1.a Jawa Tengah Di Prasasti Canggal diketahui raja pertama yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanna. Kemudian Raja Sanna digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tentram. Setelah, Kerajaan Mataram Kuno diperintahkan oleh Panangkaran dari Dinasti Syailendra. Setelah wafatnya Panangkaran Mataram Kuno terpecah menjadi dua, yakni Mataram Kuno yang bercorak Hindu dan Buddha. Kerajaan mataram kuno yang bercorak Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara di bawah pemerintahan Dinasti Sanjaya. Raja-rajanya: Panunggalan, Warak, Garung, dan Pikatan. Sementara itu, Kerajaan Mataram Kuno bercorak Buddha meliputi Jawa Tengah bagian selatan di bawah kekuasaan Dinasti Syailendra. Indra adalah salah satu rajanya. Kerajaan yang terpisah itu kembali disatukan melalui perkawinan politik Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno mendapatkan serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh Balaputradewa. Di sisi lain, Gunung Merapi terjadi erupsi yang menyebabkan Mpu Sindok memutuskan untuk melakukan perpindahan. 1.b Jawa Timur 1. Mpu Sendok (Memerintah 928-947) Mpu Sindok merupakan pendiri dinasti baru (Dinasti Isyana) dengan bergelar Mpu Sindok Sri Isyana-tunggadewa Wijaya. Berita-berita pemerintahan Mpu Sindok tampaknya kurang berkembang melalui Prasasti Kalkuta sampai kemudian muncul nama Dharmawangsa. 2. Dharmawangsa (memerintah 991-1016) Dharmawangsa melakukan penyerangan ke Sriwijaya untuk merebut jalur perdagangan Laut Jawa dan berhasil menguasai Sriwijaya pada tahun 992. Tidak lama kemudian, Sriwijaya mengirimkan serangan balasan yang mengakibatkan Kerajaan Medang hancur dan para pembesar istana termasuk Dharmawangsa ikut tewas. Tetapi, menantu Dharmawangsa berhasil menyelamatkan diri dan kerajaan hancur terpecah menjadi beberapa wilayah yang berdiri sendiri, peristiwa itu terjadi pada tahun 1016. 3. Airlangga (memerintah 1019-1042) Airlangga dinobatkan sebagai raja setelah pergi bertapa di hutan selama tiga tahun, namun rajaraja dari kerajaan kecil di sekitarnya tidak mau mengakuinya sebagai raja. Airlangga melakukan penaklukan kerajaan tersebut dan berhasil menyatukan kembali kerajaan yang terpecah pada


tahun 1037. Kemudian, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kahuripan. Setelah kerajaan kembali utuh, kebijakan diarahkan pada peningkatan perekonomian. Sebagai kerajaan agraris, irigasi (sistem pengairan sawah) diperbaiki dan dibangun bendungan Waringin Sapta di Sungai Brantas. Pengembangan perdagangan dimajukan melalui perbaikan pelabuhan Hujung Galuh. Untuk menggantikan dirinya sebagai raja, Airlangga sudah menyiapkan putrinya bernama Sanggar Wijaya. Akantetapi, putrinya tidak tertarik menjadi raja dan memilih untuk menjadi pertapa. Agar tidak terjadi perebutan kekuasaan antara dua orang putra Airlangga dan selir-selirnya, kerajaan dibagi dua, yaitu Jenggala dan Kediri (Panjalu). Panji Grasakan menjadi Raja Jenggala dan Samarawijaya menjadi Raja Kediri. C. Kondisi Ekonomi, Politik, dan Budaya Kerajaan Mataram Kuno ➢ Ekonomi : Letak kerajaan Mataram yang terisolasi menyebabkan perekonomian kerajaan itu sulit untuk berkembang dengan baik. Selain itu, transportasi dari pesisir ke pedalaman sulit untuk dilakukan karena keadaan sungainya. Dengan demikian, perekonomian rakyat banyak yang mengandalkan sektor agraris daripada perdagangan, apalagi perdagangan internasional. Dengan keadaan tersebut, wajar bila Raja Kayuwangi berusaha untuk memajukan sektor pertanian, sebab dengan sektor inilah, perekonomian rakyat dapat dikembangkan. Berdasarkan prasasti Purworejo (900 M) disebutkan bahwa Raja Belitung memerintahkan pendirian pusat-pusat perdagangan. Pendirian pusat-pusat perdagangan tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan perekonomian masyarakat, baik di sektor pertanian dan perdagangan. Selain itu, dimaksudkan agar menarik para pedagang dari daerah lain untuk mau berdagang di Mataram. Prasasti Wonogiri (903 M) menceritakan tentang dibebaskannya desa-desa di daerah pinggiran sungai Bengawan Solo apabila penduduk setempat mampu menjamin kelancaran lalu lintas di sungai tersebut. Terjaminnya sarana pengangkutan atau transportasi merupakan kunci untuk mengembangkan perekonomian dan membuka hubungan dagang dengan dunia luar. Dengan demikian, usaha-usaha mengembangkan sektor perekonomian terus diusahakan oleh raja Mataram demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya. ➢ Sosial Budaya :


Struktur sosial masyarakat Mataram Kuno tidak begitu ketat, sebab seorang Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem kosmologi). Dengan demikian, segala yang terjadi di alam semesta ini akan berpengaruh pada kehidupan manusia, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk keserasian alam semesta dan kehidupan manusia maka harus dijalin hubungan yang harmonis antara alam semesta dan manusia, begitu pula antara sesama manusia. Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana. Dalam bidang kebudayaan, Mataram Kuno banyak menghasilkan karya yang berupa candi. Pada masa pemerintahan Raja Sanjaya, telah dibangun beberapa candi antara lain: Candi Arjuna, Candi Bima dan Candi Nakula. Pada masa Rakai Pikatan, dibangun Candi Prambanan. Candicandi lain yang dibangun pada masa Mataram Kuno antara lain Candi Borobudur, Candi Gedongsongo, Candi Sambisari, dan Candi Ratu Baka. ➢ Politik : Kerajaan Mataram Kuno dikenal sebagai kerajaan yang toleran dalam hal beragama. Sebab, di Kerajaan Mataram Lama berkembang agama Buddha dan Hindu secara berdampingan. Kerajaan ini diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan Dinasti Syailendra yang beragama Buddha. Berdasarkan interpretasi terhadap prasasti-prasasti bahwa kedua dinasti itu saling bersaing berebut pengaruh dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Asal usul Dinasti Sanjaya tercantum dalam prasasti Canggal (732 M) yang menyebutkan bahwa Sanjaya adalah keponakan Sanna (anak dari Sannaha). Dinasti Syailendra sendiri tercantum dalam prasasti Sojomerto (tidak berangka tahun), isinya menceritakan tentang Dapuntahyang Syailendra. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M), terletak di atas Gunung Wukir, Kecamatan Salam Magelang, diketahui bahwa raja pertama dari Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya yang memerintah di ibu kota bernama Medang. Prasasti itu juga menceritakan tentang pendirian sebuah lingga (lambang dewa Syiwa) di atas bukit di wilayah Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya pada tanggal 6 Oktober 732.


Disebutkan juga tentang Pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum atau padi dan kaya akan tambang emas, yang mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Setelah Raja Sanna meninggal, ia digantikan oleh Raja Sanjaya, anak saudara perempuan Raja Sanna. Raja Sanjaya adalah seorang raja yang gagah berani yang telah menaklukkan raja di sekelilingnya dan menjadikan kemakmuran bagi rakyatnya . Menurut Carita Parahyangan (buku sejarah Pasundan), disebutkan Sanna berasal dari Galuh (Ciamis). Selain prasasti Canggal, ada juga prasasti Kalasan (778 M) yang terdapat di sebelah timur Yogyakarta. Dalam prasasti itu disebutkan Raja Panangkaran dengan nama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Hal itu menunjukkan bahwa raja-raja keturunan Sanjaya termasuk keluarga Syailendra. Prasasti Kedu ( Prasasti Mantyasih ) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja yang memerintah di Kerajaan Mataram. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai Dyah Balitung. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di Mataram yaitu sebagai berikut : 1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya 2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran 3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan 4. Sri Maharaja Rakai Warak 5. Sri Maharaja Rakai Garung 6. Sri Maharaja Rakai Pikatan 7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi 8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang 9. Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung. Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran. Selanjutnya salah seorang keturunan raja Dinasti Syailendra yang bernama Sri Sanggrama Dhananjaya berhasil menggeser kekuasaan Dinasti Sanjaya yang dipimpin Rakai Panangkaran pada tahun 778. Sejak saat itu, Kerajaan Mataram dikuasai sepenuhnya oleh Dinasti Syailendra. Tahun 778 sampai dengan tahun 856 sering disebut sebagai pemerintahan selingan. Sebab, antara Dinasti Syailendra dan Dinasti Sanjaya silih berganti


berkuasa. Dinasti Syailendra yang beragama Buddha mengembangkan Kerajaan Mataram Lama yang berpusat di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu mengembangkan kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara. Puncak kejayaan Dinasti Sanjaya terjadi pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia mendirikan candi Prambanan dan Loro Jonggrang menurut model candi-candi Syailendra. Masa pemerintahan raja-raja Mataram setelah Dyah Balitung tidak terlalu banyak sumber yang menceritakannya. Yang dapat diketahui adalah nama-nama raja yang memerintah, yakni, Daksa (913-919), Wawa (919-924), Tulodhong (924-929), sampai Mpu Sindok pada tahun 929 M memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isanawangsa. D. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno 1. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta berangka tahun 723 M, menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja. 2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa kalasan yogyakarta berangka 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta. 3. Prasasti Mantyasih di temukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah berangka tahun 907 M menggunakan bahasa Jawa Kuno.


4. Prasasti Klurak, ditemukan di Desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta. Candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Sojiwan, Candi Barong dan tentunya yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.


E. Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno Pada tahun 928, Mpu Sindok memindahkan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang). Alasan perpindahan ini ada beberapa faktor yaitu : Mataram Kuno di Jawa Tengah makin tidak menguntungkan Hal ini disebabkan: 1. Pendangkalan Pelabuhan, 2. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi, 3. Sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang, dan 4. Mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Sementara di Jatim 1. Terdapat Sungai Berantas dan Solo 2. Dataran rendah yang subur dan melimpah 3. Berdekatan dengan sumber rempah-rempah 4. Tersedia tenaga yang banyak 5. Jauh dari jangkauan Serangan Sriwijaya. Oleh karena itu, pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur F. Kesimpulan Kerajaan Mataram Kuno atau yang biasa di sebut Kerajaan mataram hindu merupakan sebuah kerajaan dengan corak agraris (pertanian). Dari sejarah tercatat kalau terdapat 3 Wangsa atau dinasti yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno antara lain Wangsa( dinasti) Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya adalah pemeluk Agama Hindu yang


beraliran Syiwa sedang Wangsa Syailendra adalah pengikut agama Budha, dan Wangsa Isana sendiri adalah dinasti baru yang di dirikan oleh Mpu Sindok. Wangsa atau dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan di Mataram setelah putri Raja Samaratungga, la Pramodawardhani lalu menikah dengan Rakai Pikatan yang merupakan keturunan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu. Dari pernikahan itulah yang membuat seorang Rakai Pikatan bisa menjadi seorang Raj. Selain itu Rakai Pikatan berhasil juga membuat tersingkirnya seorang anggota Dinasti Sailendra yang bernama Balaputradewa yang sejatinya masih saudara dari Pramodawardhani. Balaputradewa lalu mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang nantinya ia akan menjadi seorang Raja di sana. Daftar Pustaka Hapsari, Ratna. 2021. Sejarah SMK Kelas 10. Jakarta: Erlangga. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6443588/kerajaan-mataram-kuno-sejarah-letak-rajaraja-dan-peninggalannya/amp Diunduh tanggal 26 Januari 2023 pukul 20.58 WIB https://images.app.goo.gl/S3HQYHwrdA4F6EK46 Diunduh tanggal 26 Januari 2023 pukul 20.59 WIB https://www.materisma.com/2014/02/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html Diunduh tanggal 26 Januari 2023 pukul 21.02 WIB


Click to View FlipBook Version