BAB 1
=========================================
Ces!… Ces!… Ces…!
Sepagi ini, seperti biasa, aku menjalani rutinitasku sebagai
seorang istri dari suami yang telah menikahiku 4 tahun
yang lalu. Suami yang juga memacariku selama 2 tahun
lamanya hingga memutuskan untuk mengajakku menuju
ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu - Pernikahan.
Masih memakai daster ala kadarnya, karena rumah yang
kami KPR - kan setahun yang lalu, hanya ada kami berdua
saja, aku dan suami. Jadi, aku tak masalah jika hijab
penutup kepalaku yang biasa ku kenakan sehari-hari saat
ini masih belum ku kenakan.
Sesuai request suamiku semalam setelah menghabiskan
waktu bercinta kami, untuk proses pencaharian keturunan
pak suami, maka sepagi ini, di saat suami belum bangun
aku sudah mempersiapkannya. Yah! Permintaannya gak
neko-neko juga sih, hanya nasi goreng ikan teri doang, dan
bagiku, cukup mudah memasaknya, meski aku adalah
seorang wanita karir. Namun, tanggung jawab sebagai
seorang istri tak boleh ku lupakan juga.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 1
Dari paragraf awal kalian tentu sudah dapat menebak
bagaimana kehidupan pernikahanku dengan pak suami,
bukan?
Memang benar kata orang, awal pernikahan semua
memang indah. Semua memang sangat bagus, hanya
proses awalnya. Hingga menjelang tahun ke dua
pernikahan, maka di situlah di mulai proses pendewasaan
dan menancapkan pondasi keluarga untuk
mempertahankan ikatan pernikahan kami berdua. Di
butuhkan keikhlasan, kesabaran dan menurunkan ego
masing-masing.
Apalagi ketika sebuah pertanyaan yang datang dari
berbagai arah. Sebuah pertanyaan yang amat sangat ingin
ku hindari selama ini - “Udah ngisi belum?” - ataukah, “Kok,
belum hamil-hami juga, Nit?”
Oh iya, sebelum jauh melangkah…
Mungkin ada baiknya, aku memperkenalkan diri terlebih
dahulu kali ya, kepada teman-teman pembaca sekalian.
Perkenalkan, namaku Anita. Anita Larasati. Teman-teman
biasa memanggilku Nita saja. Aku berasal dari keluarga
yang cukup kuat pondasi agamanya, apalagi ayah, cukup
aktif di kegiatan keagamaan selama ini. Maka dari itu, sejak
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 2
kecil, orang tuaku sudah membiasakanku untuk
mengenakan hijab.
Walaupun mengenakan hijab, aku merupakan tipe wanita
yang tidak bisa ketinggalan mode. Oleh karena itu aku
selalu memperhatikan penampilanku, mulai dari pakaian
mode terbaru sampai merawat tubuh. Salah satu juga
sebagai penunjuang penampilanku dalam berkarir selama
ini.
Hmm…
Bercerita mengenai hal lain dari diriku. Yah! Menurutku
masih sebatas normal, sebagai wanita normal, aku merasa
senang apabila penampilanku membuat orang lain atau
lawan jenis memperhatikanku dan memujiku.
Meski demikian, kalian jangan mengira aku adalah wanita
nakal, apalagi wanita penggoda serta murahan yang
dengan gampangnya tertariki oleh godaan lelaki di luar
sana.
Aku sangat menyayangi suamiku.
Ininya ada kepuasan tersendiri ketika aku menjadi pusat
perhatian oleh para lelaki, dan tentu saja menambah rasa
percaya diriku.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 3
Bercerita mengenai pekerjaanku. Walaupun kini aku
sedang berada di puncak karierku sebagai seketaris
direktur di salah satu perusahaan ternama, aku tetap
menghormati suamiku. Apalagi usia kami yang tepaut
cukup jauh yaitu 9 tahun.
Suamiku bukan hanya sekedar suami, dia kadang menjadi
sesosok ayah, menjadi kakak serta menjadi sahabat bagiku.
Dia sangat senang mendengar cerita-ceritaku dan juga ia
tak pernah meninggikan egonya selama ini. Makanya aku
sangat menyayanginya.
Penghasilan suamiku yang jauh lebih kecil, tidak
menjadikanku istri yang membangkang.
Meski belum di karuniai anak oleh sang khaliq, namun
kehidupan keluarga kami cukup harmonis.
Sudah hampir dua tahun belakangan ini, aku diangkat
sebagai sekertaris dari direktur utama di perusahaan
tempatku bekerja.
Aku memang termasuk wanita yang rajin dan ulet dalam
bekerja, oleh karena itu Pak Ardan mengangkatku sebagai
seketarisnya langsung.
Pekerjaanku sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya
membantu mengatur dan mengurus segala keperluan
administrasi dari Pak Ardan. Namun profesi ini
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 4
mewajibkanku untuk selalu ikut kemanapun Pak Ardan
pergi mengurusi perusahaan, oleh karena itu profesi ini
sungguh menyita waktuku.
Tentunya aku terlebih dahulu meminta pendapat suamiku,
sebelum menyetujui pengangkatan jabatan tersebut. Dan
untungnya suamiku sangat pengertian dan memaklumi bila
terkadang aku harus pulang malam atau pergi keluar kota
bersama Pak Ardan karena meeting atau pertemuan bisnis.
Pak Ardan, berusia 40 tahun. Dengan kulit yang putih,
tubuh yang atletis dan perawakan yang masih tampak
begitu fresh, tak akan di sadari jika Pak Ardan sudah
berumur kepala empat. Dia sering merawat tubuhnya,
dirinya, serta selalu berolahraga sepert nge-GYM.
Walaupun terkenal dengan pribdi yang tegas, sebenarnya
Pak Ardan adalah orang yang cukup humoris dan asik untuk
diajak komunikasi. Candaannya yang apa adanya serta
tawanya yang khas, seringkali menghiburku saat penat
bekerja.
Sebenarnya penampilan Pak Ardan tergolong biasa
layaknya bos, dengan rambut yang selalu di potong rapi,
serta Pakaian mahal dan jam mahal selalu menempel di
tubuhnya.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 5
Pak Ardan memang sangat menghormatiku sebagai wanita
berhijab, dan tidak pernah melakukan hal yang kurang ajar
kepadaku. Walau kadang becandaan kami sering
menyerempet-nyerempet ke arah vulgar, itu pun masih
dalam batas wajar layaknya obrolan antara orang dewasa.
Intinya aku tak akan mungkin mengkhiatani suamiku
Apalagi seperti pemikiran kalian, akan terjadi hal-hal
negatif antara aku dan Pak Ardan.
Karena aku sangat mengenal pak Ardan dengan baik…
Dia tidak mungkin memiliki ketertarikan terhadap wanita
sepertiku.
Wong! Yang menyukainya banyak. Bahkan beberapakali
aku harus menjadi tameng dalam menjawab panggilan
telfon wanita-wanita yang mengejarnya.
Hihihi… dasar bosku ini.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 6
BAB 2
=========================================
Beres menyiapkan makan pagi buat suami, aku pun segera
berberes-beres mempersiapkan segala sesuatu untukku
karena pagi ini aku ada jadwal keluar kota untuk menemani
Pak Ardan. Seperti menyiapkan pakaian ganti di dalam
koper serta kebutuhan mandi dan make up, hal wajar bagi
perempuan untuk menyiapkan banyak hal, bukan? Dan
seperti itu pula diriku saat ini.
“Mah… jadi pergi ke Bali, kan?” Tanya suamiku yang
kembali masuk kamar, menghampiriku.
“Jadi Pah… paling dua sampai tiga hari aja kok sayang”
Jawabku sambil terus merapihkan isi koper di atas tempat
tidur.
“Jangan diforsir kerjanya yah mah!” Ujar Suamiku yang kini
duduk di pinggir tempat tidur.
Melihat suamiku yang sepertinya agak berat untuk
melepasku pergi, aku pun duduk dipangkuannya dan
melingkarkan tanganku di lehernya. “Iya Pah… Papah juga
jangan lupa makan yah” Ucapku manja.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 7
Aku saat ini memang belum mengenakan hijab-ku dan
hanya mengenakan tangtop putih dan celana kerja panjang
bahan yang senada dengan blazer coklat yang nanti akan
aku kenakan untuk menutupi bagian atas tubuhku.
“Papah mau.. kok liatin nenen mamah gitu?” Tanyaku
manja karena melihat pandangan suamiku yang terus
menatap belahan di atas tangtopku.
“Pakaian kamu kok seperti itu mah?”
“Iya… kan nanti ditutup blazer dan kerudung pah”
Suamiku hanya geleng-geleng kepala, namun tak langsung
melaksanakan tugasnya sebagai suami. Mungkin ia tak
ingin membuatku terlambat. Itulah mengapa aku
menyayanginya, dia adalah type suami yang teramat
sangat pengertian terhadapku.
“Udah ah jangan diliatin terus nanti kita telat” Ujarku yang
langsung bangkit dan mengenakan blazer serta penutup
kepala.
“Yakin tidak mau ngambil jatah dulu?” tanyaku kembali
untuk memastikan.
“Nanti aja setelah kamu pulang, kasian kamunya nanti telat.
Kasian Pak Ardan juga kalo sampai menunggu mamah yang
kelamaan sampai ke tujuan.”
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 8
“Duh papah, makasih ya pah.”
“Iya sayang”
Aku lantas memberikan suamiku kecupan ringan di bibir,
menandakan jika aku sangat mencintainya, dan tak akan
pernah ingin menghianatinya selama aku berada di luar,
dan tak berada di dekatnya.
…
…
…
Singkat cerita, setelah berpamitan kepada suami, dengan
menggunakan jasa taksi online, aku segera menuju ke
bandara sesuai pesan dari Pak Ardan agar kami bertemu
langsung saja di Bandara biar gak ribet, dan tentu saja
ongkos taksinya akan di klaim ke perusahaan.
Wong bosku adalah pemilik perusahaan, kok. Hehehe!
“Hi Nit….”
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 9
Sapaan suara bariton dari belakang, setelah aku tiba di
pintu keberangkatan, refleks membuatku menoleh.
“Eh bapak… maaf pak, udah nunggu lama”
“Hmm, gak kok. Kebetulan baru tiba juga, Nit” yah! Beliau
adalah Pak Ardan.
Pagi ini ia tampil lebih modis. Yang aku suka dengan
stylenya, adalah rambut berubannya yang mirip seperti
Doni Damara di sisir rapi keatas dengan memakai gel, serta
jaket hitam yang sering ia kenakan, di sertai jeans
denimnya, apalagi dengan aroma parfum yang ia kenakan
yang tentu saja adalah parfum mahal, sungguh, andai aku
masih single, aku akan ikat beliau agar tidak boleh jauh-
jauh dariku.
Ups! Becanda…
Setelah berbasa-basi aku dan Pak Ardan segera masuk
melalui pintu keberangkatan. Setelah menunggu beberapa
jenak lamanya, akhirnya pesawat yang kami tumpangi
memberikan informasi bagi penumpangnya untuk segera
naik ke atas pesawat.
Aku dan Pak Ardan pun langsung terbang ke Bali.
Sebenarnya aku cukup senang jika harus berkerja
menemani Pak Ardan ke luarkota, karena bisa jalan-jalan
gratis dan menjadikan pekerjaan tidak membosankan.
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 10
…
…
…
Huwaaa…
Akhirnya sampai juga kami di Bali setelah perjalanan dari
Bandara Soekarno-Hatta memakan waktu nyaris 2 jam
lamanya, dan karena adanya perbedaan waktu, makanya
keliatannya hanya sejam aja waktu penerbangannya.
Seperti biasa setelah kami check in di salah satu hotel
bintang lima, kami langsung berangkat untuk meeting di
salah satu cabang perusaan disana. Dan baru kembali ke
hotel setelah acara makan malam bersama karyawan dan
jajaran direksi di sana.
Tentu saja kami menginap di kamar hotel yang berbeda
namun bersebelahan.
Setelah mandi dan merapihkan beberapa dokumen. Aku
menyempatkan diri untuk mengubungi suamiku.
Tak beberapa lama kemudian Pak Ardan menelefon untuk
membahas jadwal besok.
Setelah kembali mengenakan pakaian yang sedikit santai,
aku pun turun menyusul Pak Ardan yang telah siap
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 11
menunggu di lobi hotel. Dan akupun ikut duduk dan mulai
menjelaskan beberapa rincian pekerjaan yang akan
dikerjakan selama di Bali.
“Hmm.. sepertinya kita akan sibuk banget, Nit” Ujar Pak
Ardan yang hendak menyeruput secangkir expresso. Pak
Ardan memang terbiasa memanggilku Nita, mungkin agar
lebih akrab dan tentu saja aku tidak mempermasalahkan
hal tersebut. Toh umur kami memang terpaut cukup jauh.
10 tahun kalo gak salah.
“Iya pak.. Walau cabang kecil tapi transaksi disini cukup
ramai” Jawabku
“Bisa gak sempat nih, saya jalan-jalan sambil liat-liat cewek
bule disini.. Hahaha” Ucap-nya santai sambil diikuti
tawanya yang khas.
“Kan bisa liat saya pak..” Jawabku mengikuti candaannya.
“Bosen ah… Hahahahha”
Tawa kami pun meledak seketika, memang tidak aneh
bagiku dan Pak Ardan untuk bercanda seperti ini. Obrolan
kami pun berlanjut dengan bahasan yang lebih santai dan
banyak diselingi candaan dan tawa.
BERSAMBUNG KE BAB 3
ANITA – SEBUAH KISAH DALAM PERJALANAN DINAS 12