The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by milawa097, 2020-10-30 00:53:36

MILAWATI-dikonversi

MILAWATI-dikonversi

Ebook
Pencemaran Lingkungan

Author
MILAWATI
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiratan Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan ebook saya yang berjudul “Pencemaran
Lingkungan” dengan baik dan lancar.

Karya ini merupakan hasil dari penelitian saya
mengenai strategi pengelolaan sampah di salah satu
kawasan wisata di kota Palangka Raya. ini disusun karena
dorongan serta keinginan untuk dapat mengembangkan
pengetahuan yang saya terima selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna mengingat keterbatasan penulis dalam hal
pengetahuan dan kemampuan sehingga tidak luput dari
kekurangan-kekurangan.

DAFTAR ISI

A. Pengertian Pencemaran
B. Wisata dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

1. Sampah
2. Jenis Sampah
3. Pengelolaan Sampah
4. Pemanfaatan Sampah
C. Dampak Pengelolaan Sampah Terhadap
Pencemaran Lingkungan
D. Upaya Penanggulangan Pencemaran Lingkungan

PENDAHULUAN

Kawasan Wisata Air Hitam Sabangau Kereng Bangkirai merupakan salah satu tempat wisata yang
dimiliki oleh provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya berada di Dermaga Kereng Bangkirai kota Palangka
Raya. Kawasan Wisata Air Hitam Sabangau Kereng Bangkirai saat ini menjadi salah satu objek wisata yang
diminati banyak pengunjung terutama di hari libur, dimana jarak tempuh ke lokasi hanya sekitar 12 km dari
pusat kota Palangka Raya dengan waktu sekitar 20 menit. Pesona wisata alam ini sifatnya terbuka yang
cocok untuk melihat panorama alam dengan suasana sejuk, dan dapat difungsikan untuk berfoto bersama
keluarga, kerabat, sahabat dan teman-teman sambil melihat matahari terbenam bahkan bagi pengunjung dan
masyarakat sekitar bisa berenang atau mandi saat sungai pasang.

Sampah telah menjadi permasalahan di kawasan wisata sehingga pengelolaanya perlu dilakukan
secara terpadu dan komprehensif mulai dari pengumpulan sampai dengan pemrosesan sampah. Pengelolaan
sampah dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila terdapat kerjasama yang baik dari pemerintah dan
masyarakat. Menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah dapat berasal dari kegiatan manusia, hewan dan alam.

Upaya pengelolaan sampah juga mengalami kendala seperti masih kurangnya kesadaran beberapa
pengunjung dan masyarakat sekitar untuk membuang sampah pada tempatnya. Oleh dari itu diperlukan
pengetahuan lingkungan bagi pengelola daerah wisata maupun masyarakat sekitar.

Strategi pengelolaan sampah merupakan salah satu pemanfaatan Pengetahuan Lingkungan yaitu
untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Strategi pengelolaan sampah pada tempat wisata sangat
diperlukan untuk menjaga keindahan alam agar tetapterjaga dan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Apabila strategi pengelolaan sampah dapat berjalan dengan optimal, diharapkan tidak mengakibatkan
masalah bagi kehidupan bermasyarakat seperti tumpukan sampah makanan pengunjung yang menumpuk
pada perumahan masyarakat sekitar dermaga.

A. Pengertian Pencemaran

Pencemaran adalah perubahan yang tidak diinginkan
pada udara, daratan, dan air secara fisik, kimiawi, maupun
biologi yang mungkin akan membahayakan bagi kehidupan
manusia dan lingkungannya, serta merugikan dan merusak
sumber daya alam. Pencemaran sering juga disebut dengan
“polusi”.

Penyebab pencemaran sebenarnya adalah sisa-sisa
benda yang dibuat, dipakai dan dibuang oleh maunusia
secara sengaja maupun tidak sengaja. Pencemaran
meningkat bukan hanya karena meningkatnya kebutuhan
manusia, tetapi juga karena semakin sempitnya lahan atau
tempat yang layak untuk segala aktivitas manusia yang
semakin hari semakin meningkat.

B. Wisata dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya

Pengelolaan yang berkaitan dengan semua
aktivitas pariwisata harus dilakukan secara baik
sehingga memberikan manfaat ekonomi dan
dalam pengelolaan tersebut harus meminimalkan
dampak negatif kawasan lindung. Perencanaan
dan manajemen yang baik dan tepat terhadap
aktivitas pariwisata pada daerah yang dilindungi
selain memberikan manfaat ekonomi juga
memberikan dampak minimum terhadap
kerusakan lingkungan (Purmada& Hakim, 2016).

1) SAMPAH Menurut defenisi World Health
Organization (WHO) sampah
su adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006). Menurut Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Nomor :
18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan
atau proses alam yang
berbentuk padat. Sampah dapat
berasal dari kegiatan manusia,
hewan dan alam.

• Sampah organik adalah sampah yang mudah

2) Jenis sampah terdegradasi sehingga mudah terurai.
Contohnya : sampah sayuran, daun-daunan,

bagian tubuh hewan, sisa makanan, kertas,

kayu dan lain-lain.

• Sampah anorgaik adalah sampah yang sulit

terdegradasi sehingga sulit terurai.

Contohnya : plastik, kaca, logam, kaleng dan

lain-lain.

• Sampah basah juga disebut sampah yang

mudah membusuk (garbage) karena

aktivitas mikroorganisme, seperti daun,

Menurut Bahrin (2011) batang dan ranting pohon, sisa sayur mayur,
menyatakan komposisi dan buah-buahan, dan lainya. Sampah keri juga
disebut sampah yang sulit membusuk
karakteristik sampah (refuse) seperti kertas, plastik, kain, logam,

berhubungan langsung dengan gelas, dan karet (Wardi, 2011). Beragamnya

sumber sampah. Berdasarkan jenis sampah akibat sifat konsumtifnya

sifatnya sampah dapat dibagi manusia. Semakin banyak kegiatan atau

menjadi dua yaitu: aktivitas manusia maka semakin banyak
poplasi sampah yang ada dan beragam

jenisnya.

3) Pengelolaan sampah

Neolaka (2008) berdapat bahwa, pengelolaan sampah
merupakan upaya menciptakan keindahan dengan cara mengolah
sampah yang dilaksanakan secara harmonis antara rakyat dan
pengelola atau pemerintah secara bersama-sama. Sedangkan
menuut Alex (2015) pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendauran
ulang atau pembuangan dari material sampah.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, pengelolaan sampah yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri
atas: (a) pengurangan sampah; dan (b) penanganan sampah.
Dimana pengurangan sampah yang dimaksud meliputi: (a)
pembatasan timbulan sampah; (b) pendauran ulang sampah;
dan/atau (c) penmanfaatan kembali sampah.

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan
dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan
pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan
pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :

1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak

diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam
menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat
ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan
dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang
disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03
tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya
timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8
kg/orang/hari.

2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang

dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari
kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih
memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.

Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan
(shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan
di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)

3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS.

Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke
lokasi TPS.

4. Pengangkutan (transfer and transport)

Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan
sampah atau lokasi pembuangan akhir.

5. Pengolahan (treatment)

Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang
tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :

a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting),
yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah
menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik
yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik
tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.

c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan -
bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses
pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan
pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka
pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat
dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.

d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik.
Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar
dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik
(± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses
pengelolaan.

6. Pembuangan akhir Masalah sampah merupakan fenomena sosial
yang perlu mendapat perhatian dari semua fihak,
Pada prinsipnya, pembuangan karena setiap manusia pasti memproduksi
akhir sampah harus memenuhi sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin
syarat-syarat kesehatan dan berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui
kelestarian lingkungan. Teknik bersama bahwa sampah yang tidak ditangani
yang saat ini dilakukan adalah dengan baik dapat menimbulkan berbagai
dengan open dumping, di mana dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang
sampah yang ada hanya di ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit
tempatkan di tempat tertentu, hingga terganggunya estetika lingkungan.
hingga kapasitasnya tidak lagi
memenuhi. Teknik ini sangat
berpotensi untuk menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan.
Teknik yang direkomendasikan
adalah dengan sanitary landfill. Di
mana pada lokasi TPA dilakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk
mengolah timbunan sampah.

Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan
sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :

a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai
dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah
belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan diterapkan teknologi
lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk
pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal
ini akan memerlukan dana maupun menyita waktu.

b. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya

- Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya
cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak
terpakai. bila kota menjadi semakin bertambah jumlah
penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik
jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan
lahan bagi TPA.

- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri
serta bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap
yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada
akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

4) Pemanfaatan sampah

Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan
sampah yang secara luas diterapkan khususnya di
negara industri antara lain adalah:
• Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara
mekanis berdasarkan jenisnya.
• Pemadatan sampah (baling).
• Pemotongan sampah.
• Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional
maupun dengan rekayasa.
• Pemrosesan sampah sebagai sumber biogas.
• Pembakaran dalam Insenerator dengan pilihan
pemanfaatan energi panas.
• Daur ulang.

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri
atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang antara lain botol
bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer, kertas, aluminium bekas wadah minuman
ringan, bekas kemasan kue, besi bekas, plastik bekas wadah shampo, air mineral,
jerigen, ember, sampah basah dapat diolah menjadi kompos. Daur ulang bisa
menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle. Menggunakan kembali barang-
barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya dapat dimanfaatkan
kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah didaur
ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini,
sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.

Sampah organik dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti
kompos, pupuk kandang, briket dan biogas. Secara teoritis apabila program daur
ulang sampah dengan sistem terpadu dapat dilakukan, maka sampah yang tersisa
hanya tinggal 15 – 20% saja, sehingga akan mengurangi ritasi transportasi sampah
ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan umur TPA akan semakin panjang.

Pada akhirnya aspek peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat
penting dalam pengelolaan persampahan. Dalam strategi jangka panjang peran aktif
masyarakat menjadi tumpuan bagi suksesnya pengelolaan sampah kota, dan dalam
program jangka panjang setiap rumah tangga disarankan mengelola sendiri
sampahnya melalui program 3 R (Reduce, reuse dan recycle).

C. Dampak pengelolaan sampah pada

Pencemaran lingkungan

Kegiatan manusia sehari-hari secara tidak langsung telah menambah jumlah sampah di
lingkungan perairan, seperti pembuangan sisa kegiatan rumah tangga seperti sampah dapur, kemasan
makanan dan/atau minuman ke sungai. Penambahan sampah juga dapat berasal dari pengunjung
wisata yang membuang sampah tidak pada tempat yang disediakan.

Pembuangan sampah yang langsung dibuang ke sungai menyebabkan sampah tergenang dan
menyebabkan pencemaran air. Salah satu contoh sumber pencemaran seperti deterjen dari limbah
masyarakat. Komposisi deterjen mengandung fosfat dan sebagai pemicu terjadinya eutrofikasi.
Eutrofikasi adalah rangkaian proses alamiah pada lingkungan perairan yang menyebabkan terjadinya
pertumbuhan pesat tumbuhan air. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok
akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus
sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat
berfotosintesis, sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.

Ketika pengamatan lapangan sering pula ditemui kantong-kantong plastik berisi sampah yang
dijatuhkan atau dilemparkan oleh pengunjung wisata dan masyarakat sekitar pemukiman.Sungai
menjadi tempat pembuangan sampah secara langsung oleh masyarakat dan juga pengunjung tempat
wisata.Aktivitas membuang sampah ke sungai sudah dilakukan warga sekitar bantaran sungai selama
bertahun-tahun, sehingga membuang sampah dan kotoran ke sungai bukan kisah baru. Oleh karena
itu tidak jarang terjadi penumpukan dan penyumbatan sampah. Namun demikian, kondisi tersebut
tetap dibiarkan dan jarang dibersihkan, baik oleh petugas kebersihan maupun masyarakat. Dengan
demikian sampah tersebut kelak mengalir bersama banjir pada musim hujan.

Menurut hasil penelitian Dwi, (2018). Adanya kebiasan warga membuang sampah ke
sungai seperti, sampah organik umumnya berupa bahan buangan yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan
populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik dan tidak tertutup
kemungkinan dengan bertambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri pathogen
yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk buangan olahan bahan makanan yang
sebenarnya adalah juga bahan buangan organik. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa
yang mudah menguap dan berbau busuk (misal NH3).

Jenis sampah anorganik yang paling umum dibuang ke sungai-sungai yang adalah
sampah anorganik yang berupa gelas plastik, kantong plastik dan bahan pembungkus,
pembungkus makanan cepat saji, botol plastik, dan kemasan plastik lainnya.Selain jenis
sampah anorganik tersebut di atas, juga terdapat komponen sampah anorganik seperti kaleng
atau logam lainnya. Adanya jenis sampah anorganik ini di perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Sampah anorganik ini biasanya berasal dari bekas
kemasan cat, minuman ringan, atau wadah lainnya yang terbuat dari logam termasuk bekas
kemasan cairan kimia berbahaya, seperti pestisida. Adanya sampah anorganik tersebut akan
meningkatkan kadar logam berat, seperti timbal (Pb), arsen (As), kadmium (Cd), merkuri
(Hg), nikel (Ni), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan lain-lain. Apabila ion-ion logam berasal
dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang
mengandung ion-ion logam tersebut akan berdampak bagi kesehatan manusia.

Dampak plastik terhadap lingkungan. antara lain
adalah tercemamya tanah, air tanah, dan makhluk
bawah tanah; racun dari partikel plastik yang masuk
kedalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai
di dalam tanah seperti cacing; PCB yang tidak dapat
terurai rneskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan
nantai makanan; kantong plastik akan mengganggu
jalur air yang meresap ke dalam tanah; menurunkan
kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi
sirkulasi udara didalam tanah dan ruang gerak makhluk
bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-
sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan
penyumbatan aliran sungai sehingga menyebabkan
banjir.(Wibowo, 2016)

D. Upaya Penanggulangan

Pencemaran

Pengendalian pencemaran air dapat dimulai dari diri sendiri. Dalam
keseharian, warga dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi
jumlah timbulan sampah (reduce) setiap harinya. Selain itu, juga mendaur ulang
(recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut. Teknologi dapat kita gunakan
untuk mengatasi pencemaran air yang dikibatkan oleh sampah, antara lain dengan
membangun fasilitas pengolahan sampah, termasuk air limbah (leachate) yang
ramah lingkungan serta dioperasikan dan dipelihara dengan baik. (Dwi, 2018).

Menurut penelitian Kartiwi, (2019) pengembangan wisata edukasi perlu
adanya penambahan fasilitas sarana dan prasarana wisata untuk memancing
pengunjung datang ke lokasi pembuangan sampah.Sistem pengelolaan sampah yang
baik dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pengumpulan dan pemindahan
sampah yang ada di lokasi tersebut. Sistem pengumpulan sampah merupakan
bagian dari sistem pengelolaan sampah yang berhubungan langsung dengan
penghasil sampah (dalam hal ini masyarakat umum ).

Daur ulang sampah plastik Daur ulang
merupakan proses pengolahan kembali barang-
barang yang dianggap sudah tidak mempunyai
nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun
kimiawi atau kedua-duanya sehingga diperoleh
produk yang dapat dimanfaatkan atau
diperjualbelikan lagi. Daur ulang (recycle)
sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat
cara yaitu daur ulang primer, daur ulang
sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang
quarter. Daur ulang primer adalah daur ulang
limbah plastik menjadi produk yang memiliki
kualitas yang hampir setara dengan produk
aslinya. Daur ulang cara ini dapat dilakukan pada
sampah plastik yang bersih, tidak terkontaminasi
dengan material lain dan terdiri dari satu jenis
plastik saja. Daur ulang sekunder adalah daur
ulang yang menghasilkan produk yang sejenis
dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas
dibawahnya. Daur ulang tersier adalah daur ulang
sampah plastik menjadi bahan kimia atau menjadi
bahan bakar. Daur ulang quarter adalah proses
untuk mendapatkan energi yang terkandung di
dalam sampah plastik (Purwaningrum, 2016).


Click to View FlipBook Version