Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala
karunia-Nya sehingga modul ini dapat diselesaikan sesuai dengan target
yang telah ditentukan. Selain itu tak lupa pula shalawat dan salam penulis
haturkan untuk Nabi Muhammad SAW. sebagai manusia paling
berpengaruh pada peradaban manusia hingga menjadi seperti sekarang.
Agama Islam beserta ajarannya menjadi pedoman hidup bagi
umat Islam. Mengenai sumber ajaran Islam, hadits merupakan sumber
ketentuan Islam yang kedua setelah Al-Quran yang disampaikan dan
dipraktikkan Nabi Muhammad SAW. serta dapat dijadikan sebagai
landasan dalam pendidikan agama Islam. Sejalan dengan hal tersebut,
banyak ditemukan hadits Nabi SAW. yang memiliki relevansi ke arah dasar
pemikiran dan implikasi langsung bagi pengembangan dan penerapan
dalam dunia pendidikan. Hadits sebagai ajaran yang sarat akan nilai-nilai
luhur perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
semakin urgen mengingat derasnya arus globalisasi dan sekularisasi
dewasa ini. Pengimplementasian tersebut dapat dilakukan melalui tradisi
living hadits terutama pada lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, proses penanaman dan pembiasaan
sikap Islami berdasarkan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. khususnya
pada pendidikan agama Islam perlu didesain sedemikian rupa sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan sikap Islami dalam kehidupan
sehari-hari, juga dapat membantu siswa dalam memenuhi kompetensi yang
ingin dicapai. Melihat realitas yang ada, maka penulis ingin
mengembalikan alternatif solusinya kepada hadits-hadits Nabi Muhammad
SAW. melalui penelitian dan pengembangan modul living hadits. Hal ini
mengingat Nabi Muhammad SAW. sebagai Uswatun Hasanah (suri
tauladan yang baik) dan diutus oleh Allah SWT. untuk menyempurnakan
akhlak seluruh umat manusia.
Pengembangan modul ini didasarkan pada penelitian Research &
Development yang dilakukan oleh penulis pada rentang waktu bulan April
2020 hingga bulan Januari 2021. Adapun judul penelitian tersebut adalah
“Living Hadits (Pengembangan Modul Pedoman Pembiasaan Amalan
Sunnah dalam Komponen Penanaman Sikap) Bagi Siswa Kelas I Madrasah
Ibtidaiyah”. Modul ini juga telah melalui serangkaian tahap penelitian dan
uji validasi oleh para validator ahli.
Modul ini hadir sebagai solusi dalam membantu proses
pembiasaan amalan sunnah bagi siswa. Pada modul ini, penulis telah
melakukan serangkaian kegiatan analisis terkait psikologi pertumbuhan dan
perkembangan anak, relevansi materi dengan kurikulum, serta kebutuhan
lembaga pendidikan dan masyarakat. Dengan demikian penulis berharap
modul ini dapat membantu siswa dalam proses pembiasaan amalan sunnah
dan membantu lembaga pendidikan dalam mewujudkan generasi Islami
yang berakhlak mulia dan mencintai sunnah Nabi Muhammad SAW.
Modul ini memuat topik pembelajaran mengenai amalan sunnah
yang dapat dilaksanakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Modul
ini dapat dipelajari siswa di sekolah melalui bimbingan dari guru maupun
di rumah melalui bimbingan dari orang tua. Modul ini berisi materi living
hadits tentang syahadat, thaharah (bersuci), mandi, pakaian dan berhias,
makan, minum, menuntut ilmu, lisan, akhlak kepada orang tua,
persaudaraan, asmaul husna, dan hafalan surah-surah pendek. Pada setiap
judul materi, modul ini terdiri dari beberapa komponen yaitu: 1) definisi,
guna memperjelas pemahaman anak terkait judul yang sedang dipelajari,
2) kalimat motivasi sebagai motivasi belajar anak, 3) adab-adab, yaitu
serangkaian amalan sunnah yang dapat dilaksanakan dan dibiasakan oleh
siswa dalam kehidupan seharihari, 4) doa, yaitu doa-doa yang diambil dari
hadits terkait materi yang dipelajari, 5) hafalan hadits, yaitu hadits-hadits
pendek yang dapat dihafalkan oleh siswa.
Sebagai penutup, penulis memohon maaf jika terdapat
kekurangan dalam modul ini karena penulis hanyalah manusia biasa yang
tak luput dari segala khilaf dan salah, serta kebenaran dan kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan modul ini. Semoga Allah SWT. membalas amal baik mereka
dengan limpahan rahmat, kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan.
Aamiin
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida ()شهد
yang artinya “ia telah menyaksikan”. Syahadat juga disebut dengan
syahadatain karena terdiri dari dua kalimat (dalam bahasa Arab,
syahadatain berarti dua kalimat). Kalimat pertama merupakan
syahadah at-tauhid, dan kalimat kedua merupakan syahadah ar-
rasul. Dalam syariat Islam, syahadat berarti sebuah pernyataan
kepercayaan sekaligus pengakuan akan keesaan Tuhan (Allah) dan
Muhammad sebagai Rasul-Nya.
Artinya:
“Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah
dan saya bersaksi bahwa Baginda Muhammad adalah utusan
Allah.”
Menurut bahasa, thaharah berarti bersih dan suci dari segala
kotoran, baik yang nyata seperti najis maupun yang tidak nyata
seperti aib.
Thaharah termasuk tuntutan fitrah. Fitrah manusia cenderung
kepada kebersihan dan membenci kotoran serta hal-hal yang
menjijikkan. Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan
utama yang memelihara manusia dari berbagai penyakit, karena
penyakit lebih sering tersebar disebabkan oleh kotoran.
Membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan
kedua kaki sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan
langsung dengan kotoran, akan membuat tubuh terpelihara dari
berbagai penyakit.
Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci.
o Masuk WC dengan kaki kiri lebih dahulu. (HR. Tirmidzi).
Usahakan masuk dengan beralas kaki untuk menghindari najis.
(HR. Imam Nawawi).
o Dianjurkan bertutup kepala ketika di dalam WC dan baru
membukanya jika perlu membasahi rambut. (HR. Ibnu Sa’ad).
o Buang air hendaknya dengan duduk, jangan berdiri. Buang air
berdiri adalah perbuatan Yahudi dan Nasrani. (HR. Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, Nasai). *Cara duduk beristinja adalah
bertumpu di atas kaki kiri dan kaki kanan tegak di atas tanah.
Hal itu lebih memudahkan najis keluar dan mengistirahatkan
anggota tubuh utama, seperti lambung, dsb. (HR. Imam
Nawawi).
o Hendaknya beristinja hanya dengan tangan kiri. Jangan
menyentuh kemaluan dengan tangan kanan. (HR. Bukhari,
Muslim, Tirmidzi, Nasai).
o Sunnah menghemat air. Gunakan secukupnya. Nabi
Muhammad ﷺbiasa menggunakan air dengan ukuran,
seperti; ukuran air wudhu, ukuran air buang air kecil, dan untuk
mandi. (HR. Tirmidzi).
o Jangan membawa lafazh ‘Allah’ dan ‘Muhammad’ atau ayat-
ayat Al-Quran ke dalam WC. (HR. Nasai).
o Jangan makan, jangan bernyanyi dan bersiul di dalam WC
walaupun sedang tidak buang air atau mandi. (HR. Abu Dawud,
Ibnu Majah).
WC adalah tempat berkumpul setan, mudharat berlama-lama
di dalamnya. Jika selesai hajatnya, secepatnya keluar dari WC. (HR.
Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah).
Sebelum masuk WC/kamar mandi disunnahkan membaca doa:
اَلّٰلُِه َّم إِِِّن أَعُْوذُبِ َك ِم َن اْْلُبُ ِث َواْْلَبَائِ ِث
Artinya: “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan
laki-laki dan setan perempuan.” (HR. Bukhari, Muslim)
Keluar WC melangkahkan kaki kanan lebih dulu, dan membaca
doa:
اْْلَْم ُد لِِِّٰلِ اَلّ ِذي أَْذ َه َب َعِِّن الأََذى َو َعافَاِّن- غُْفَرانَ َك
Artinya: “Aku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang
telah menghilangkan penyakit dariku, dan telah
menyembuhkanku.”
(HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)
Mandi (dalam bahasa Arab: )الغُ ْسلmerupakan suatu
kegiatan dimana seseorang membersihkan seluruh anggota badan
dengan air dari kepala sampai kaki. Mandi termasuk dalam
rangkaian bersuci. (HR. Bukhari, Muslim). Mandi merupakan ajaran
Islam tentang kebersihan, yang bertujuan untuk menghilangkan
hadats, baik sebagai syarat untuk ibadah ataupun tidak.
o Masuk dengan kaki kiri terlebih dahulu, dan keluar dengan kaki
kanan terlebih dahulu. (HR. Nasai)
o Sunnah mendahulukan badan sebelah kanan ketika menyiram
badan, kemudian sebelah kiri, lalu bagian depan dan belakang.
(HR. Nasai)
o Usahakan menutup diri ketika mandi sehingga aurat tertutup.
(HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah).
o Berdoa ketika masuk kamar mandi, yaitu dengan
mengucapkan:
(بِ ْسِم اللِه) اَلّٰلُِه َّم إِِِّنْ أَعُْوذُبِ َك ِم َن اْْلُبُ ِث َواْْلَبَائِ ِث
Artinya: “(Dengan nama Allah) Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari godaan setan laki-laki dan setan
perempuan.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai,
Ibnu Majah, Ahmad).
o Berdoa ketika keluar kamar mandi, dengan membaca:
غُْفَرانَ َك
Artinya: “Aku memohon ampunan kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim).
Berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi
aurat, dan sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani
seseorang. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam
Surah Al-A’raf ayat 26 :
﴿ ٰي َب ِني ٰا َد َم َقد َان َزل َنا َع َلي ُكم ِل َبا ًسا ُّي َوا ِري َسو ٰء ِت ُكم َو ِري ًشا
﴾ ٢٦ َيَّذَّك ُرو َن َل َعَّل ُهم ٰ ٰا ٰي ِت ِمن ٰذِل َك َخير ٰذِل َك الَّتق ٰوى َوِل َبا ُس
اّل ِل
)26 :7/( الاعراف
Artinya : “Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan bulu
(sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan
sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Allah agar mereka selalu ingat.”
(Al-A'raf/7:26)
o Memulai berpakaian dengan memasukkan tangan kanan lebih
dulu, kemudian tangan kiri. Begitupun jika memakai alas kaki.
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)
o Sunnah mengenakan pakaian berwarna putih (bagi laki-laki).
(HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim)
o Sebaiknya memakai dan melepas sandal/sepatu tidak dengan
berdiri. Dan melepas sandal/sepatu hendaknya dengan tangan
kiri. Melepaskannya mulai dari kaki kiri, dan memakainya mulai
dari kaki kanan. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi,
Ibnu Majah)
o Dilarang berjalan dengan memakai sandal/sepatu hanya satu
(sebelah). (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu
Majah)
o Dianjurkan menjaga keindahan dan kerapian rambut, tetapi
dianjurkan agar tidak menyisir rambut terlalu sering. (HR. Abu
Dawud) *Disunnahkan menyisir rambut dengan tangan kanan.
(HR. Muslim)
o Laki-laki dilarang berpenampilan seperti wanita dan wanita
dilarang berpenampilan seperti laki-laki. (HR. Bukhari, Tirmidzi)
o Wanita haram berambut dengan model kaum laki-laki dan
sebaliknya. Wanita boleh berambut pendek, namun haram bagi
wanita menggundul rambutnya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi,
Nasai)
o Sunnah meminyaki rambut dan janggut untuk merawatnya. (HR.
Bukhari, Imam Malik). *Cara meminyaki rambut adalah:
Letakkan minyak di telapak tangan, oleskan di alis kanan tiga
kali dan di alis kiri tiga kali. Kemudian oleskan ke kepala,
digosok-gosok sampai minyaknya masuk ke pori-pori.
o Sunnah memotong kuku. Kuku yang panjang adalah tempat
setan bersembunyi. (HR. Bukhari, Muslim). *Rasulullah ﷺ
memotong kumis dan kukunya rutin setiap hari Kamis dan
Jum’at. Barangsiapa memotong kukunya pada hari Jum’at,
maka Allah akan menolongnya dari bala bencana dan musibah
hingga Jum’at depannya. (HR. Tirmidzi)
o Urutan memotong kuku jari-jari tangan adalah: Dimulai dari jari
telunjuk kanan, tengah kanan, jari manis kanan, jari kelingking
kanan, jari kelingking kiri, jari manis kiri, jari tengah kiri, jari
telunjuk kiri, ibu jari kiri, dan terakhir adalah ibu jari kanan.
Urutan memotong kuku jari-jari kaki, ialah: dari kelingking
kanan terus sampai kelingking kiri. (HR. Imam Nawawi).
*Jangan sekali-kali memotong kuku dengan gigi.
o Doa Hendak Mengenakan Pakaian
اَلّٰلُِه َّم اِِِّن اَ ْسئَلُ َك ِم ْن َخِْْيِه َو َخِْْيَما ُهَو لَهُ َو اَعُْوذُبِ َك ِم ْن َشِِرِه َو َشِِرَما
ُُهَو لَه
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini
dan memberikan rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatan
bagiku.”
o Doa Hendak Melepas Pakaian
بِ ْسِم اللِه اَلّ ِذ ْى لآ إِّٰلهَ إَِّل ُهَو
Artinya: “Dengan nama Allah yang tiada Ilah selain Dia.”
o Doa Ketika Bercermin
اَْْلَْم ُد لِِِّٰلِ اَلّٰلُِه َّم َك َما َح َّسْن َت َخْلِقى فَ َح ِِس ْن ُخلُِق ْى
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Ya Allah ya Tuhan kami
sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku/bentukku, maka
baguskanlah budi pekertiku.”
Makan adalah kegiatan mengonsumsi makanan agar
energi kita dapat terisi dan kita dapat melakukan aktifitas dengan
baik. Makanan merupakan sumber energi, sehingga pertumbuhan
manusia sangat tergantung pada makanan yang dikonsumsi. Oleh
karena itu, dalam Islam sangat dianjurkan untuk mengonsumsi
makanan yang halal dari segi zat dan cara mendapatkannya.
Makanan yang halal dari segi zatnya ialah makanan yang baik dan
layak dikonsumsi, kecuali bangkai, darah, dan daging babi.
Sedangkan makanan halal dari segi cara mendapatkannya adalah
makanan yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan bukan
didapat dari cara menipu atau mencuri.
o Mencuci tangan hingga pergelangan (tanpa mengeringkannya).
(HR. Tirmidzi).
o Membaca doa sebelum makan. (HR. Tirmidzi).
o Makan dengan tangan kanan. (HR. Bukhari) *Makan dengan
tangan kiri adalah perbuatan setan. (HR. Muslim, Tirmidzi, Ibnu
Majah).
o Disunnahkan memulai makan dari makanan yang terdekat.
Dimulai dari pinggir piring, menuju ke tengah, karena berkah
makanan terletak di tengah. (HR. Bukhari, Muslim, Nasai, Ibnu
Majah).
o Sunnah memuji makanan, tidak boleh mencela makanan. (HR.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai).
o Disunnahkan makan dengan memakai alas di bawah piring
makanan. (HR. Bukhari). Agar makanan yang terjatuh dari
piring, tetap bersih dan bisa dimakan.
o Makanan yang jatuh hendaknya diambil kembali. Mungkin itu
adalah makanan yang mengandung berkah. (HR. Muslim,
Nasai).
o Sesudah makan disunnahkan menjilati jari-jari tangan, sebelum
dibersihkan dengan air atau sapu tangan. (HR. Bukhari, Muslim,
Nasai, Ibnu Majah).
o Cuci tangan dan berkumur setelah makan. (HR. Bukhari,
Tirmidzi).
o Selesai makan disunnahkan untuk membersihkan piring bekas
makannya, sehingga piring dapat bersih seperti semula. (HR.
Muslim).
o Dilarang makan sambil bersandar, berjalan, atau tidur-tiduran.
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai).
o Tidak makan secara berlebihan. (HR. Bukhari, Muslim).
o Sunnah makan dengan berjamaah. Makan berjamaah akan
menambah berkah. Makanan untuk satu orang, bila dengan
berjamaah cukup untuk dua orang. Makanan untuk dua orang,
cukup untuk empat orang. Makanan untuk empat orang, cukup
untuk delapan orang. (HR. Muslim, Abu Dawud).
o Sunnah memulai makan dengan membaca basmalah.
بِ ْسِم اللِه
Artinya: “Dengan nama Allah (aku menyantap makanan).” (HR.
Tirmidzi)
o Jika lupa dipermulaan, hendaklah membaca:
ُبِ ْسِم اللهِ أََّولَهُ َوآ ِخَره
Artinya: “Dengan nama Allah awal dan akhirnya. (HR. Abu Dawud)
o Setelah selesai makan disunnahkan membaca doa:
اَْْلَْم ُد لِِِّٰلِ اَلّ ِذ ْى اَطْعَ َمنَا َو َسَقاََن َو َجعَلَنَا ِم َن الْ ُم ْسلِ ِمْ َي
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan
dan minum, dan menjadikan kami dari golongan muslimin.” (HR.
Tirmidzi, Nasai).
Minum adalah kegiatan mengonsumsi cairan seperti air ke
mulut untuk membantu proses metabolisme dalam tubuh. Namun
dalam Islam kita dianjurkan untuk mengonsumsi minuman yang
halal dari segi zat dan cara mendapatkannya. Minuman yang halal
dari segi zatnya adalah: 1) semua jenis air atau cairan yang tidak
membahayakan kehidupan manusia baik dari segi jasmani, akal,
jiwa, maupun aqidah, 2) air atau cairan yang tidak memabukkan,
dan 3) air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci
yang terkena najis. Sedangkan minuman yang halal dari segi cara
mendapatkannya adalah minuman yang didapat dengan cara-cara
yang halal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
o Minumlah dengan tangan kanan. (HR. Muslim).
o Minumlah sambil duduk. (HR. Muslim).
o Dianjurkan melihat ke dalam air minum lebih dahulu sebelum
meminumnya. Jangan sampai ada sesuatu yang berbahaya
terminum. (HR. Abu Dawud).
o Dianjurkan memulai minum dengan membaca basmalah dan
diakhiri dengan hamdalah. (HR. Tirmidzi).
o Jangan meniup air minum, walaupun air panas. (HR. Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban).
o Jangan minum dengan sekali teguk, seperti unta minum.
Disunnahkan tiga kali tegukan, itu akan lebih menyehatkan.
(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ahmad).
o Jangan bernafas di dalam gelas ketika minum. Jika ingin
bernafas, jauhkan gelas dari mulut. (HR. Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Ibnu Majah).
o Jangan meminum langsung dari tempat minum atau teko. (HR.
Bukhari, Muslim).
o Dianjurkan meninggalkan minuman dalam keadaan tertutup,
jika darurat cukup letakkan batang kayu di atasnya. (HR.
Bukhari, Muslim).
o Disunnahkan sering minum susu. (HR. Tirmidzi).
o Dianjurkan berkumur-kumur setelah meminum susu karena
terdapat lemak di dalamnya. (HR. Bukhari, Muslim).
o Sunnah minum air Zam-zam sambil berdiri menghadap kiblat.
(Muttafaqun Alaih).
o Membaca بِ ْسِم اللِهsebelum minum. (HR. Tirmidzi).
o Membaca ِ اَْْلَْم ُد للsetelah minum. (HR. Tirmidzi).
o Setelah minum disunnahkan berdoa:
َوَلْ َْيعَْلهُ ِمْل احا اُ َجا اجا بُِذنُْوبِنَا،اَْْلَْم ُد لِل اَلّ ِذي َج َعلَهُ َع ْذًاب فَُراًات بَِرْْحَتِِه
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya air tawar
dan segar dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikannya asin lagi
pahit karena dosa-dosa kita.” (Kanzul Ummal dari Sahabat Abu
Ja’far radhiyallahu ‘anhu).
o Ketika diberi minuman susu, disunnahkan membaca doa:
ُاَلّٰلُِه َّم ًَب ِرْك لَنَا فِْيِه َوِزْدََن ِمنْه
Artinya: “ Ya Allah, berkahilah kami padanya dan tambahkan kami
darinya.” (HR. Tirmidzi).
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik,
karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran
dan meninggalkan kebodohan.
Setan tidak berani mengganggu seseorang yang selalu menjaga
adab-adab etika dan kesopanan. (Abu Nashr Samarqandi).
*Diantara adab dan etika bagi seorang penuntut ilmu adalah:
o Wajib mencari ilmu dengan niat hanya karena Allah. (HR.
Tirmidzi).
o Menjaga makan jangan sampai kenyang, sebab kenyang itu
dapat mengeraskan hati, memberatkan badan, menghilangkan
kecerdasan, menyebabkan mengantuk, dan melemahkan
ibadah. (Asy-Syafi’i).
o Menjauhi sifat malas dan bosan, karena malas dan bosan dapat
membawa bahaya dan kesesatan. (Al-Gazali).
o Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut
ilmu. (HR. Bukhari).
o Diam (menyimak dengan baik) ketika pelajaran disampaikan.
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
o Menghafalkan ilmu yang disampaikan. (HR. Tirmidzi)
o Mengikat ilmu pelajaran dengan tulisan (mencatat). (Ibnu ‘Abdil
Barr).
o Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. (HR. Thabrani, Al-
Khattib).
o Menghormati ilmu dan rela hidup sederhana, meninggalkan
yang sia-sia dan sering mengulang pelajaran dan
bermudzakarah dengan teman atau sendirian. (Abu Nashr
Samarqandi).
o Memperhatikan adab-adab ilmu, diantaranya adalah
memuliakan kitab-kitab, yaitu dengan cara: Tidak meletakkan
kitab di bawah, selalu berwudhu atau mencuci tangan sebelum
menyentuh kitab. (Abu Nashr Samarqandi).
o Selalu berdoa memohon kepada Allah agar ditambahkan ilmu
yang bermanfaat. (QS. Thaha: 114).
َو َع َمًال ُمتَ َقَبًّال، َو ِرْزقاا طَيِِباا،اَلّٰلُِه َّم إِِِّنْ أَ ْسأَلُ َك ِعلْ اما ََنفِاعا
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.”
(HR. Ahmad, Al-Humaidi, Ibnu Majah, Ibnus Sunni, Nasai)
Lisan merupakan panca indra manusia yang berfungsi
sebagai pengecap dan untuk berbicara. Lisan sangat membantu
manusia untuk berkomunikasi dengan yang lain dan untuk
mendapatkan pahala (dalam menyampaikan hal yang baik). Namun
lisan juga dapat mendatangkan dosa jika yang disampaikan
menyakiti perasaanorang lain. Allah subhanahu wata’ala telah
memberi keberkahan berupa lisan dan kita diperintahkan untuk
menjaganya.