The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Komunikasi dengan berlandaskan keilmuan filsafat merupakan salah satu langkah utama untuk generasi 5.0 membangun komunikasi yang efektif dan berfikir kritis terhadap isi pesan komunikasi.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ikhfa Amelia, 2023-07-02 23:25:29

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MENGGUNAKAN KEILMUAN FILSAFAT DI ERA 5.0

Komunikasi dengan berlandaskan keilmuan filsafat merupakan salah satu langkah utama untuk generasi 5.0 membangun komunikasi yang efektif dan berfikir kritis terhadap isi pesan komunikasi.

Keywords: Komunikasi

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MENGGUNAKAN KEILMUAN FILSAFAT DI ERA 5.0 Ikhfa Amelia Tantiyuana – 04040522117 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi Prodi Ilmu Komunikasi Surabaya, 02 Juli 2023


KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat , karunia-Nya serta kesempatan besar hingga saya dapat menyelesaikan mini book dengan judul Efektifikasi Komunikasi Menggunakan Keilmuan Filsafat di Era 5.0 guna memenuhi UAS mata kuliah filsafat komunikasi dengan tepat waktu. Pada makalah ini saya berharap besar dapat bermanfaat bagi pembacanya dan menyadari akan banyaknya pula kekurangan karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan dalam makalah ini. Maka dari itu alangkah baiknya saran dan kritik bisa disampaikan agar saya dapat belajar lebih jauh lagi. Terima kasih pula saya ucapkan kepada bapak dosen mata kuliah filsafat komunikasi yang telah membimbing saya dan ilmu-ilmu yang telah disampaikan.


DAFTAR ISI Halaman judul …………………………………………..........................……………………..i Halaman pengesahan..............................................................................................................ii Daftar Isi...............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang...........................................................................................................................1 Rumusan masalah.......................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN Komunikasi efektif.....................................................................................................................2 Membangun Komunikasi Efektif ..............................................................................................4 Penerapan filsafat komunikasi pada generasi 5.0.....................................................................11 KESIMPULAN ......................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................15


BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Komunikasi memiliki banyak definisi dalam setiap bidang keilmuan yang membahasnya , komunikasi secara umum yakni proses penyampaian informasi (pesan,ide,gagasan) dari satu pihak ke pihak lainnya. Adapun definisi komunikasi melalui bidang keilmuan filsafat yang pastinya memiliki beberapa penekanan dan pendalaman dalam memahami baik secara definisi maupun luar definisi. Komunikasi secara filsafat dapat diartikan sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodelogis, sistematis, analisis, kritis dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. Dapat terlihat bahwa secara definisi, filsafat memberi penjelasan lebih detail dan mendalam mengenai komunikasi itu sendiri namun, pada zaman sekarang mungkinkah bidang keilmuan filsafat terealisasikan oleh para pelaku komunikasi baik dari kalangan muda maupun tua. Kefektivan komunikasi juga sangat diperlukan karena komunikasi bukan hanya sekedar menyampaikan pesan namun juga ada timbal balik antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikator dan komunikan memahami isi pesan dengan maksud yang sama. Apabila komunikasi dilakukan dengan berlandaskan bidang keilmuan filsafat maka komunikasi akan lebih memudahkan bagi siapa saja yang melakukan interaksi dengan orang lain karena selain pemahaman yang mendalam filsafat juga memberikan banyak nilai positif sehingga komunikasi bisa terjalin secara efektif. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa itu komunikasi yang efektif? b. Bagaimanakah membangun komunikasi yang efektif? c. Apakah bidang keilmuan filsafat dapat diterapkan oleh generasi 5.0?


A. Komunikasi Efektif Komunikasi merupakan definisi secara singkat dari percakapan dua orang atau lebih dalam menyampaikan pesannya. Namun, bukan berarti setiap pesan yang disampaikan telah berhasil dilakkan oleh keduanya tetapi harus saling mengerti dan memiliki persepsi yang sama mengenai pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif ialah komunikasi yang dilakukan ole komunikator dengan komunikan memiliki timbal balik yang sama dengan syarat minimal keduanya memahami isi pesan yang disampaikan oleh komunikan. Komunikasi melalui bidang keilmuan filsafat memberikan penjelasan lebih detail terhadap apa yang dikaji karena pentingnya nilainilai positif mengenai komunikasi itu sendiri. Ditinjau dari aspek ontologi, ilmu komunikasi mengkaji tindakan manusia dalam konteks menyampaikan pesan. Objek kajiannya adalah komunikasi penyampaian pesan kepada manusia. Dengan kata lain, penyampaian pesan kepada non-manusia bukan merupakan objek kajian ilmu komunikasi. Ada banyak ontologi dalam ilmu komunikasi, tetapi Littlejohn (1989) mengklasifikasikannya dalam dua hal yang saling bertentangan: 1. Bersifat Tindakan (action). 2. Bukan Tindakan (non-action). Teori bersifat tindakan (action) menyatakan bahwa dalam penyampaian pesan komunikasi harus memiliki makna, tujuan, dan membuat pilihan-pilihan nyata. Di sisi lain, teori bukan tindakan (non-action) menyatakan bahwa perilaku komunikator dan komunikan sebagian besar ditentukan pada respon tekanan di masa lalu. Namun keduanya memiliki nilainya tersendiri akan tetapi dasar ilmu komunikasi sendiri lebih menekankan pada point pertama yakni bersifat tindakan. Komunikasi dinilai dan dikatakan berhasil apabila terjadi timbal balik dimana hal tersebut jika terlihat langsung interaksi yang dilakukan oleh komunkator dengan komunikan. Komunikasi menggunakan bidang keilmuan filsafat memiliki banyak nilai yang dapat direalisasikan oleh siapapun yang mempelajarinya sehingga komunikasi yang dilakukan akan mengarahkan pada kefektivan seseorang dalam berkomunikasi. Pada dasarnya awal mula pemikiran filsafat adalah pengetahuan, pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan keraguan, dan filsafat muncul karena keduanya. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari hingga mempunyai kemampuan untuk mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan.


Filsafat dan ilmu sangat erat hubungannya, yaitu filsafat dan ilmu mempunyai persamaan dan perbedaan, walaupun kadang-kadang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Demikian pula ilmu mempunyai persamaan dan perbedaan terutama dalam memahami arti kata ilmu dan pengetahuan. Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan, dengan kata lain disebut juga sebagai induk dari segala pengetahuan. Semua ilmu terapan yang ada saat ini pada hakekatnya lahir dari pemikiran filosofis, yang kemudian melahirkan disiplin ilmu. Filsafat komunikasi adalah “sebuah disiplin yang berusaha untuk memahami secara menyeluruh, metodis, sistematis, analitis, kritis dan tuntas teori proses komunikasi, yang mencakup beberapa dimensi dan berdasarkan bidang, jenis, misi, sasaran, aksi, teknik dan metode komunikasi”. Jadi jelas bahwa filosofi komunikasi berusaha untuk masuk lebih dalam ke pemahaman seseorang (untuk memahami) atau kelompok dalam berkomunikasi, baik yang berkaitan dengan metodologi, Sistematika, analisis, tingkat kritis dan universalitas. Setiap teori studi komunikasi mengkaji proses komunikasi dari prespektif yang berbeda. Perspektif yang berbeda. Prespektif yang berbeda dapat membantu kita melihat konsep dan fungsi komunikasi yang berbeda. Oleh karena itu, teori komunikasi memiliki orientasi multiteoritis. Salah satu contoh komunikasi yang efisien adalah ketika kedua belah pihak atau lebih mampu menyimak pernyataan seseorang dan memberikan respons, bisa dalam bentuk pertanyaan atau memberikan kritik atau saran akan menunjukkan bahwa mereka setuju atau bertentangan. Adapun ciri di atas dapat terlihat dengan ciri berikut: 1. Langsung , to the point tidak ragu menyampaikan pesan 2. Asertif , tidak takut mengatakan apa yang diinginkan dan mengapa 3. Congenial , ramah dan bersahabat 4. Jelas , hal yang disampaikan mudah dimengerti. Masih banyak lagi ciri yang dapat kita temui dalam berkomunikasi dan yang pastinya dapat diketahui secara langsung oleh komunikator dan komunikan karena mereka yang terjun langsung dalam komunikasi sehingga mereka yang lebih tau arah komunikasi , timbal balik komunikasi, reaksi komunikasi maupun berhasil atau tidaknya sebuah komunikasi tersebut. Komunikasi efektif merupakan bentuk hasil buah dari teori komunikasi efektif dimana teori ini menurut : Sondang P. Siagian (2001: 24) memberikan definisi sebagai berikut: 16 “Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam


jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya”. Sementara itu Abdurahmat (2003 : 92) “Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana dan prasaranadalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat yang menjelaskan bahwa: “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. Proses komunikasi akan efektif apabila komunikator melakukan perannya, sehingga terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, dimana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, dan terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat. B. Membangun Komunikasi Efektif Komunikasi efektif merupakan salah satu bentuk pencapaian bagi siapa saja pelaku komunikasi. Banyak sekali orang menganggap remeh mengenai komunikasi, bahkan beranggapan bahwa komunikasi dilakukan seperlunya dengan orang-orang tertentu. Hal di atas sangat mempengaruhi bagaimana komunikasi dapat berkembang karena dengan mindset-mindset yang seperti itulah seseorang tidak dapat menentukan dirinya berhasil atau tidak walau dalam lingkup berkomunikasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara-cara kita untuk mencapai sebuah tujuan atau pencapaian tersebut karena sebuah pencapaian memerlukan proses, usaha dan hasil akhir. Komunikasi efektif memiliki prinsip sebagai berikut : 1. Respect (menghormati) 2. Empathy (empati)


3. Audible (dapat didengar) 4. Clarity (jelas) 5. Humble (rendah hati) Dari lima point di atas merupakan bentuk bagaimana kita dapat membangun sebuah komunikasi yang efektif dengan lawan bicara , hal tersebut dapat terlihat dari lima point tersebut bagaimana kita menghormati lawan bicara dengan menghargai setiap pendapat maupun keputusan yang disampaikan lalu menjadi sosok pendengar yang baik sebagai komunikan agar apa yang kita beri sebagai feedback dapat pula didengar dan dihargai dan selanjutnya adalah jelas , bukan hanya pesan yang jelas namun penyampaian saat kita berkomunikasi sangat diperhatikan karena menjadi pertimbangan seseorang untuk menerima atau tidaknya apa yang kita yang sampaikan dan yang terakhir adalah rendah hati , dimana selain kita menghargai orang lain kita juga perlu rendah hati dalam menyampaikan pendapat maupun pesan yang kita sampaikan. Prinsip komunikasi di atas dapat membawa ke arah komunikasi efektif , bukan hanya soal bagaimana berkomunikasi namun kita juga belajar bagaimana kita memahami lawan bicara dengan dasar teori yang biasa kita lakukan. Apabila kita tidak mendapati point-point di atas saat berkomunikasi maka kembali lagi pada point terakhir yakni rendah hati agar kita senantiasa diberi kemudahan dan kepercayaan bagi siapapun yang melihatnya. Adapun dampak-dampak yang apabila kita tidk merealisasikan prinsip-prinsip di atas adalah tidak tersampaikannya pesan , tidak ada timbal balik dalam interaksi atau bahkan yang paling fatal adalah ketidak nyamanan seseorang dalam berkomunikasi sehingga dapat menimbulkan perpecahan. Komunikasi efektif memiliki teknik-teknik tertentu untuk membangun kefektivan salah satunya adalah: 1. Komunikasi Persuasif Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang


dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu. 2. Komunikasi Bersifat Perintah Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orangorang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik ,perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis. 3. Hubungan Manusia Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai-nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis. Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatanhambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosiocultur approach). Selain teknik-teknik komunikasi efektif di atas ada pula komponen komunikasi yang efektif sebagai berikut:


1. Encoding Komunikasi efektif diawali dengan encoding atau penetapan kode atau simbol yang memungkinkan pesan tersampaikan secara jelas dan dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh komunikan (penerima pesan). 2. Decoding 20 Decoding, komponen penting lainnya dalam komunikasi efektif, yaitu kemampuan penerima memahami pesan yang diterimanya. Karenanya, dalam komunikasi efektif, pemahaman tentang audiens sangat penting guna menentukan metode penyampaian dan gaya bahasa yang cocok dengan mereka. 3. Konteks (Context) Konteks komunikasi yaitu konteks ruang, tempat, dan kepada siapa kita melakukan komunikasi. Konteks komunikasi juga mengacu kepada level komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (grup), komunikasi organisasi, komunikasi massa. Konteks komunikasi mempertimbangkan usia, wilayah, jenis kelamin, dan kemampuan intelektual penerima pesan. Berkomunikasi dengan anak kecil tentu akan berbeda cara dan gaya bahasanya dengan berkomunikasi dengan orang dewasa. 4. Bahasa Tubuh (Body Language) Bahasa tubuh dikenal juga sebagai komunikasi non-verbal meliputi postur, posisi tangan dan lengan, kontak mata, ekspresi wajah. Bahasa tubuh yang konsisten dan sesuai dapat meningkatkan pengertian. Gerakan anggota badan harus sesuai dengan yang diucapkan. Bahasa tubuh terpenting adalah senyum dan kontak mata. 5. Gangguan/Hambatan (Interference) Emosi bisa mengganggu terjadinya komunikasi efektif. Jika komunikator marah, kemampuannya mengirim pesan efektif mungkin berpengaruh 21 negatif. Begitu juga jika komunikan dalam keadaan kecewa atau tidak setuju dengan komunikator, mungkin dia mendengar sesuatu yang berbeda. 6. Pikiran Terbuka (Be Open-minded) Pikiran terbuka merupakan komponen penting lain dalam komunikasi efektif. Jangan terburu-buru menilai atau mengkritisi ucapan orang lain. Kita harus


mengedepankan respek, menghargai pendapat atau pandangan orang lain, dan juga menunjukan empati dengan berusaha memahami situasi atau masalah dari perspektif orang lain. 7. Mendengar Aktif (Active Listening) Menjadi pendengar yang baik dan aktif akan meningkatkan pemahaman terhadap orang lain. Tunjukan bahwa kita fokus mendengarkan ucapan orang lain, misalnya dengan mengganggukkan kepala dan membuat “indikasi verbal” bahwa kita setuju dengan mengatakan misalnya “oh”. Jangan menginterupsi pembicaraan orang lain. karena akan mengganggu kelancaran obrolan. 8. Refleksi (Reflection) Pastikan bahwa kita mengerti ucapan orang lain dengan “konfirmasi”, yaitu meringkas pesan utama yang disampaikan orang lain. Kita bisa mengulang yang diucapkan orang lain, sekaligus “klarifikasi” bahwa maksud perkataannya “begini” dan “begitu”. C. Penerapan Filsafat Komunikasi Pada Generasi 5.0 Komunikasi efektif menggunakan bidang kelimuan filsafat memiliki kerumitan dalam menjalankan sebuah komunikasi yang efektif karena tingkat pemahaman dan pemikiran yang berkali-kali lipat untuk mencapai golas sebuah komunikasi efektif. Pada era digital ini sangat mudah kita berinteraksi oleh masyarakat sekitar , karena mudahnya akses yang diberikan oleh teknologi zaman sekarang. Namun , tidak semua komunikasi yang kita lakukan dengan teknologi memiliki goals layaknya sebuah definisi komunikasi itu sendiri. Komunikasi yang dilakukan oleh kebanyakan pemuda zaman sekarang tidak memiliki etika dan ketentuan-ketentuan tertentu karena luasnya lingkup pertemanan yang mereka miliki pada digitalnya masing-masing. Teknologi yang sangat mudah di akses memiliki banyak perubahan pada setiap oknum-oknum yang mengaksesnya, baik dari kalangan muda maupun tua. Hal ini dikarenakan banyaknya budaya luar yang masuk tanpa kontrolisasi, sangat disayangkan bahwa banyak pendidikan di indonesia masih belum merata membahas mengenai teknologi dengan bagaimana kita bersikap pada budaya luar yang masuk melalui teknologi , apa saja hal positif dan negatif yang ada pada teknologi, siapakah pihak-pihak yang pantas mengakses teknologi dan kapan kah waktu-waktu yang tepat untuk menggunakan teknologi. Pembahasan kecil mengenai sebuah teknologi bisa berdampak baik pada keberlangsungan hidup pemuda indonesia zaman sekarang karena apapun alasannya,


pembekalan materi yang tidak jauh dari kebiasaan kita sehari-hari akan menimbulkan pemikiran terhadap perbuatan yang akan dilakukan. Dengan demikian, mempelajari filsafat komunikasi dan etika komunikasi akan dapat membantu mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi dan selanjutnya dapat memberikan pemahaman mengenai dasar bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi1 . Setiap manusia memiliki pikiran, pikiran ini digunakan untuk berpikir. Pastinya setiap manusia memikirkan apa yang akan dibuat untuk tujuan dalam hidupnya. Manusia akan terus mengolah, mengembangkan, mengeluarkan potensi dalam dirinya untuk mewujudkan melaksanakan hal-hal tersebut, dibutuhkan kedalaman kedewasaan dalam berpikir.Tidak cukup hanya memikirkan sesuatu saja, perlu ada analisis kritis akademis sehingga membentuk pemikiran yang sehat cerdas. Menurut saya, cara membentuk logika berpikir kritis akademik memerlukan cabang ilmu, yaitu filsafat. Dari sedikit pengertian di atas, dapat memberikan gambaran bahwa filsafat berkaitan dengan cara berpikir , mempertanyakan sesuatu secara kritis mendasar. Beberapa alasan mendasar mengapa mahasiswa harus belajar filsafat sebagai pengetahuan dasar yang harus dimiliki: 1. Sebagai seorang yang kritis Dengan mempelajari filsafat, mahasiswa dapat memiliki pemikiran kritis. Setelah mahasiswa lulus bekerja, mereka pasti akan menghadapi berbagai masalah dalam pekerjaannya. Memecahkan masalah pasti membutuhkan keterampilan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya oleh karena itu, filsafat akan membentuk pemikiran diplomasi yang dapat membuat mahasiswa peka terhadap lingkungan sekitarnya. 2. Berfikir secara kritis Filsafat bersifat dinamis, tidak terbelenggu dalam satu aturan. Hal ini akan membuat mahasiswa memiliki kebebasan berpikir, memiliki kemauan untuk mencoba hal-hal baru. tidak harus terikat dengan ide-ide lama, karena mahasiswa bisa menggantinya dengan ide-ide baru yang lebih efektif. 1 Kismiyati El; Wahyudin Karimah, Filsafat dan Etika Komunikasi (Widya Padjadjaran, 2010), //fia.ub.ac.id%2Fkatalog%2Findex.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D8934.


3. Memahami bahwa segala sesuatu yang sudah berlaku berlandaskan sebabakibat. Prinsip ini disebut kausalitas, bahwa segala sesuatu yang sudah berlaku pasti ada sebab yang mengawalinya. ketika mahasiswa ditanya tentang bagaimana sesuatu terjadi, ataupun bagaimana mengatasi suatu masalah, mereka tidak lagi menjawab “Tidak tahu”, karena mereka sudah memiliki jawabannya. 4. Mampu berfikir secara rasional dan logis Filsafat juga dapat membentuk mahasiswa sebagai pemikir yang logis rasional, dengan berpikir secara rasional mahasiswa tidak akan mudah dibohongi dengan berita palsu yang ada di media sosial. Dengan metode berpikir ini, mahasiswa dapat menghadapi masalah dalam hidup dengan baik. 5. Membangun semangat toleransi Dengan belajar ilmu filsafat mahasiswa dapat menjaga toleransi perbedaan baik itu perbedaan pemikiran, seseorang yang belajar filsafat tidak akan langsung menganggap sesuatu itu benar, mereka akan menghargai perbedaan pikiran baik yang menyimpang dari pemikirannya maupun yang satu pendapat dengannya. Dengan begitu mahasiswa tidak langsung mudah menyalahkan sesuatu yang tidak sejalan dengan pemikirannya.2 Pengembangan ilmu filsafat ini dapat mengembangkan pula pemikiranpemikiran mahasiswa atau generasi 5.0 ini untuk membentuk sebuah gagasan,ide maupun pendapat. Tanpa adanya ilmu filsafat ini merupakan bentuk kurangnya pemahaman generasi 5.0 karena tidak ada pemikiran kritis yang dirasakan oleh setiap individu. Maka dari itu dengan banyaknya tantangan generasi 5.0 ini dalam menggunakan teknologi sangat sulit untuk menerapkan ilmu filsafat ke dalam kehidupan sehari-hari karena menerapakan ilmu filsafat memerlukan beberapa kali pemikiran untuk mncapai sebuah kefilsafatan. 2 BAMAI UMA, “Pentingnya Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa,” Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Universitas Medan Area - Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Terbaik di Sumatera Utara (blog), August 16, 2022, https://bamai.uma.ac.id/2022/08/16/pentingnya-belajar-filsafat-bagi-mahasiswa/.


KESIMPULAN 1. Berkembangnya teknologi yang sangat mudah untuk di akses dengan keuntungannya kita dapat berkomunikasi melaluinya merupakan sebuah bentuk kewaspadaan bagi kita karena kontroliasasi yang kurang dari setiap individu yang memakainya. 2. Komunikasi bukan hanya menyampaikan pesan namun hubungan antara komunkator dan komunikan yang disepakati telah memahami isi pesan dengan sama. 3. Komunikasi yang berhasil merupakan komunikasi yang efektif dimana komunikasi efektif dapat dibangun melalui teknik dengan berlandaskan konsep-konsep komunikasi. 4. Komunikasi yang dilakukan oleh generasi 5.0 ini memberi dampak negatif karena kurangnya pemahaman mengenai apa itu komunikasi itu sendiri sehingga diperlukannya sosialisasi tentang komunikasi efektif namun berlandaskan cabang ilmu kefilsafatan, dengan begitu generasi 5.0 ini tidak hanya memahami namun juga berfikir kritis terhadap isi pesan komunikasi. 5. Adanya wadah dan sebuah lembaga yang masih mengedepankan keilmuan filsafat sangat membantu para pelaku komunikasi merealisasikan ilmu filsafat dalam berkomunikasi, pada akhirnya banyak pula generasi muda untuk mempertahankan nilai dari definisi komunikasi itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA Karimah, Kismiyati El; Wahyudin. Filsafat dan Etika Komunikasi. Widya Padjadjaran, 2010. //fia.ub.ac.id%2Fkatalog%2Findex.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D8934. UMA, BAMAI. “Pentingnya Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa.” Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Universitas Medan Area - Biro Administrasi Mutu Akademik dan Informasi Terbaik di Sumatera Utara (blog), August 16, 2022. https://bamai.uma.ac.id/2022/08/16/pentingnya-belajar-filsafat-bagi-mahasiswa/.


Click to View FlipBook Version