The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pengarang : Satriawati

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by perpustakaansmpwarga, 2024-06-05 20:50:56

Seni Tari

Pengarang : Satriawati

Keywords: Tari,Seni

Seni tari 45 6) Murni Postur tanpa garis-garis yang kontras. Garis-garis murni dapat mengubahsetiap unsur yang ada (kecuali garis berlawanan) garis yang paling sederhana ini dapatmemberikan sentuhan ketenangan. 7) Statis Pose statis tapi bergerak. Garis statis dapat digunakan dalam semua desain,kecuali desain lukisan, garis lanjutan, dan tertunda. Garis ini memberi rasa teratur dan berisi. Kebanyakan tarian daerah timur digarap atas garis statis berupa seri dari pose-pose yang mengalir yang disisipi garis lukisan dan kualitas dinamis. Tekanan dinamikatersebut dapat mengibaskan kesan ambisi dan nafsu. 8) Lengkung Postur dengan badan atau anggota badan yang dilengkungkan. Garis lengkung(dalam semua unsur kecuali bersudut) dapat memberi kesan penonton dekat dengan penari atau perubahan dinamis dapat memberikan rasa egosentris. 9) Bersudut Postur dengan badan atau anggota badan ditekuk membentuk sudut. Garis bersudut dapat digunakan dengan setiap unsur kecuali lengkung, spiral, garis lanjutan,dan tertunda. Garis ini dapat memberi sugesti penggunaan kekuatan secara sadar. 10) Spiral Postur dengan badan dan anggotabadan berputar. Spiral merupakan serilingkaran naik-turun yang tak dapat digunakan pada garis datar, kontras, atau bersudut.Penari yang berputar mengikuti alunan naik-turun dapat merasa dekat dengan penonton. 11) Tinggi


Menekankan ruang tari di bagian dada ke atas. Sesuai dengan sifatnya, aksengera yang dibuat pada bagian ini dapat menghasilkan sentuhan intelektual dan spiritual.Tarian pemujaan sedikit menggunakan anggota badan bagian bawah, tapi efek dapatdiatur atau dimanusiakan dengan memberikan tekanan gerak pada tubuh bagian atas ini. 12) Medium Menekankan ruang tari antara bagian dada hingga pinggang. Aksen gerak tubuh bagian tengah ini dapat menimbulkan sentuhan emosi dan motivasi. 13) Rendah Menekankan ruang tari di bagian pinggang ke bawah. Aksen gerak pada tubuh bagian bawah ini dapat memberikan gairah. 14) Terlukis Garis atau bentuk di udara yang terlukis lebih berkesan daripada anggota badan atau properti yang melukisnya. 15) Garis Lanjutan Kesan garis yang terlukis di udara di luar jangkauan tubuh penari. 16) Garis Tertunda Garis yang terlukis di udara oleh busana, rambut, atau properti, karena imbsgerak diluar motorik tapi terkontrol oleh kesadaran penari. 17) Lurus Desain ini adalah desain yang menggunakan garis-garis lurus pada anggota badan, seperti kaki, badan. Desain ini memberi kesan sederhana kokoh, tapi kalauterlalu banyak dipergunakan akan kurang menarik. 18) Simetris Desain simetris adalah desain yang dibuat dengan menempelkan garis-garisanggota badan yang kanan dan kiri


Seni tari 47 berlawanan arah. Desain ini memberikan kesansederhana, kokoh, tenang. 19) Asimetris Desain asimetris adalah desain yang dibuat dengan menempelkan garis-garisanggota badan yang kiri berlainan dengan yang kanan. Misalnya lengan kanan ke atasdan lengan kiri ke bawah. Desain ini memberikan kesan menarik dan dinamis. 4. Desain Dramatik Hal ini dibutuhkan terutama pada tarian yang memiliki unsur dramatik didalamnya. Dengan desain dramatik diharapkan struktur dramatik mulai dari pemaparan cerita, hadirnya klimaks sampai pada penurunan suasana (kesimpulan). Desain dramatik adalah pengaturan emosional dan sebuah komposisi untuk mencapai klimaks atau titik kulminasi serta pengaturan penyelesaian atau mengakiri sebuah tarian. Hal ini dapat dicapai antara lain melalui penyajian beberapa suasana pada satu koreografi, melalui pengaturan waktu/tempo gerak, mengolah musik iringan sedemikian rupa sehingga tercipta rasa emosional yang dikehendaki. Didunia barat ada dua buah desain garis yang dapat diikuti dalam menata desain dramatik, yaitu desain kerucut “tungga” desain kerucut“ganda”. a. Desain Kerucut Tunggal. Struktur dramatik yang berbentuk garis kerucut tunggal ini dibuat oleh Bliss Perry untuk drama. Ia mengibaratkan bahwa pola dramatik itu bagaikan perjalanan naik turun di pegunungan. Berangkat dari titik dasar (A) sebagai permulaan pendakian memerlukan kekuatan yang tinggi menanjak, dan


memerlukan waktu yang agak lambat, karena pendakian tersebut memerlukan tenaga kekuatan yang besar untuk menuju ke titik B. Di titik B ini terdapat dataran yang membentang rendah yang disebut kekuatan yang merangsang dari gerak. Di titik (B) inilah sebagai awal peningkatan komunikasi emosional. Setelah mencapai titik (B) sebagai tempat persiapan dari kekuatan yang merangsang, maka diperlukan energi kekuatan yang lebih besar lagi untuk memulai perkembangan ke titik (C) untuk menuju puncak gunung. Menjelang hampir puncak gunung, energi benar-benar penuh dan sampailah pada titik (D) yaitu puncak gunung merupakan klimaks. Dengan demikian samakin tinggi penanjakannya, maka semakin besar energi yang dibutuhkannya, oleh karena itu pendakian ini berjalan dalam waktu yang lambat. Setelah mencapai titik puncak, maka perjalanan mulai menurun dan energi mulai mengendor (E). Karena perjalanan menurun maka tempo menjadi lebih cepat. Awal penurunan ini disebut pelarian atau denoument. Namun sebelum laju penurunan ini mencapai pada titik terendah (G), maka ditahan di titik (F) yang disebut penahanan akhir. Setelah itu baru terjadi penurunan yang lebih cepat hingga mencapai titik dasar (G). La Meri menganjurkan, bahwa desain kerucut tunggal ini dipergunakan sebagai pola membuat koreografi kelompok yang dramatik atau dramatari. Karena dramatari ini memiliki struktur dan timing yang sama dengan drama. b. Desain Kerucut Ganda Pada desain kerucut ganda, yaitu merupakan jalinan dari beberapa kerucut sebelum sampai pada klimaks. Rangkaian klimaks kecil yang menanjak itu secara keseluruhan menuju ke klimaks tertinggi, kemudian turun dengan cepat sampai serendah dasar permulaannya.


Seni tari 49 Didalam gambar terlihat bahwa ada bagian yang menanjakj dan ada bagian yang menurun di masing-masing kerucut. Bagian yang menurun tersebut merupakan pengendoran emosional, yang merupakan persiapan menuju klimaks yang lebih tinggi. Pengendoran emosional ini dibutuhkan agar ketegangan emosional yang terus-menerus dan semakin menjadi kuat tidak melelahkan penonton dengan segera. Di samping itu, penurunan ini berguna untuk membentuk frase emosional. Menurut La Meri, desain kerucut ganda ini untuk sangat cocok untuk menggarap tarian tunggal dan tarian kelompok murni (tarian yang hanya menampilkan keindahan komposisi gerak saja, tanpa tema cerita khusus). Yang perlu diingat didalam pemahaman konstruksi dramatik kerucut ganda didalam tari, adalah: 1) Kerucut yang akan dijangkau harus lebih tinggi daripada kerucut yang telah dilampaui. 2) Pengendoran dari setiap kerucut yang harus tetap lebih pendek dan lebih cepat dilakukan daripada penanjakan menuju kerucut yang bersangkutan. Contoh penggunaan desain dramatik kerucut ganda pada tari Remo (Jawa Timur). Permulaan Tari Remo ini adalah labas, atau berjalan sedemikian rupa memasuki ruang pentas. Kemudian naik sedikit pada gerak gedruk lombo, gedruk rangkep, lalu naik sedikit lagi pada gerak kipasan sempur, singget junjungan, labas lombo, dan kemudian naik lagi pada gerak gejegan, hingga mencapai puncaknya (klimaks yang pertama) pada gerak junjungan. Dari sini ada penurunan yang drastis pada gerak gedruk singget. Penanjakan dimulai lagi pada gerak kebet kipat sampur, pesutan, dan mulai naik pada gerak gedegan lalu naik lagi pada gerak gendewo lombo dan naik lebih tinggi lagi pada gerak


gendewo rangkep hingga sampai puncak yang ke II pada gerak kipatan sampur nebak. Dari klimaks yang ke dua ini ada penurunan lagi pada gerak gedruk singget yang ditandai dengan mengendornya gerak maupun tempo musiknya. Penanjakan dimulai lagi dari gerak ngurerikma sampai gerak gedruk lomba. Selanjutnya naik pada gedruk rangkep (gedruk tiga), singget lalu naik lagi pada gerak labas lembo dari sini lalu turun lagi dengan ditandai pengendoran gerak maupun tempo musiknya, yaitu pada gerak labas lombo gerak ini kadang-kadang diisi dengan kidungan (nyanyian). Penanjakan dimulai lagi dengan mempercepat tempo gerak maupun musiknya. Lalu naik lagi dengan gerak junjungan, naik lagi pada gerak ulap-ulap bumi langit lamba, dan pada puncak akhirnya (klimaks) pada gerak ulap-ulap bumi langit rangkap, lalu penurunan dengan gerak singget dan ditahan sejenak pada gerak pentutup lalu diakhiri dengan gerak labas meninggalkan ruang pentas. Tari remo yang dipakai sebagai contoh ini adalah tari Remo yang singkat. Adapun pada tari Remo yang lengkap, kerucutnya bertambah lagi sesuai naik turun dramatiknya. 5. Desain Kelompok Garapan gerak yang dilakkan lebih dari satu orang, maka masing-masing aktor/penari dituntut adanya hubungan timbal balik yang saling membantu, saling merasakan, baik dalam hubungan keruangan, tempo, maupun pengaturan dinamika. Untuk tarian tunggal, mungkinj komposisinya dapat disusun dan dikembangkan yang cukup rumit. Akan tetapi, jika dilakukan lebih dari satu orang, maka komposisinya harus ditata lebih sederhana. Dengan kata lain, bahwa koreografer hendaknya berpedoman kasar, jika semakin besar jumlah kelompoknya,


Seni tari 51 maka semakin sederhana desain gerak yang harus dibuat. Suatu misal, jika di atas panggung terdapat delapan sampai sepuluh aktor/penari, dan masing-masing melakukan gerak yang berbeda, maka kesannya adalah ribut bagaikan sebuah orkes yang masing-masing instrumen dibunyikan dengan keras-keras oleh pemusiknya. Namun demikian hal tersebut bukan berarti bahwa tarian tunggal harus lebih rumit dan tarian kelompok harus selalu lebih sederhana dan serempak. Yang perlu diingat, bahwa di dalam desain kelompok, di samping harus merupakan kesatuan yang utuh, juga harus memiliki variasi dan cukup sederhana. Setiap pola gerak maupun pola lantai didalam sebuah komposisi kelompok dapat dilaksanakan dengan rencana atau desain “serempak”, desain “berimbang”, desain “selang-seling”, desain “bergantian”, desain “kontras/berlawanan” dan desai “terpecah”. Desain-desain tersebut juga dapat dilakukan diam di tempat maupun bergerak berpindah tempat atau melintas ruang. Di samping itu, didalam usaha mencapai dinamika pada tarian kelompok, dapat dilakukan dengan memecah-mecah kelompok besar menjadi beberapa kelompok kecil yang berbeda jumlah kelompoknya. Contoh jika ada tarian kelompok dengan jumlah aktor/penarinya 5 (lima) orang, dapat dibuat enam kemungkinan kelompok, yaitu: 5, 4-1, 3-2, 3-1-1, 2-2-1, dan 1-1- 1-2. Namun demikian perlu dipertimbangkan dan diperhatikan, jika satu kelompok besar yang dibagi menjadi kelompokkelompok kecil terlalu banyak, hasilnya sering kurang “baik”. Lebih-lebih jika koreografer kurang teliti didalam memikirkan pusat perhatian atau fokusnya. Adapun kelima desain kelompok tersebut di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Desain Unison atau Serempak


Pola-pola gerak yang didalam tarian tunggal dilakukan oleh seorang aktor/penari, maka didalam tarian kelompok dapat dilakukan oleh sejumlah aktor/penari dalam waktu dan tempo yang bersamaan. Pelaksanaan inilah yang dinamakan serempak atau unison. Pelaksanaan gerak dengan desain serempak ini akan sekaligus terjadi pengulangan desain keruangan, wujud waktu, dan dinamika. Desain serempak ini akan memberikan kesan mempertegas dan memperkuat pola gerak yang dilakukan. Desain serempak ini dapat dilakukan dengan diam di tempat umum berpindah tempat serta dapat diterapkan pada berbagai macam desain lantai, sesuai dengan kebutuhan dan bentuk gerak yang direncanakan 2) Desain Balance atau Berimbang Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa didalam tarian kelompok dapat dilakukan dengan memecah-mecah kelompok utama menjadi kelompok-kelompok kecil. Dari kelompok-kelompok kecil tersebut, dapat diatur pola lantainya sedemikian rupa, sehingga tempat para kelompok kecil tersebut berada di daerah pentas yang seimbang. Dari kedudukan para aktor/penari didalam pola lantai yang sedemikian rupa, gerak dapat dilakukan dengan diam di tempat, atau berpindah tempat, gerak dapat dilakukan oleh seluruh aktor/penari, secara serempak atau seluruh aktor/penari namun berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, atau hanya dilakukan oleh beberapa aktor/penari saja. Yang menjadi tuntutan didalam desain berimbang ini adalah keseimbangan pola penataan ruang didalam pentas. Peranan keseimbangan ini sangat penting didalam tarian kelompok, sebab ketidak seimbangan di dalam tarian kelompok ini sangat mudah dapat dirasakan maupun diamati oleh penonton daripada tarian tunggal.


Seni tari 53 3) Desain Alternate atau Selang-seling Desain selang-seling ini dapat diamati pada tarian kelompok dengan berbagai macam desain lantai. Akan tetapi haru tepat dan jeli menentukan letak aktor/penari kelompok satu dengan aktor/penari kelompok lain yang diselang-seling tersebut. Misal sejumlah aktor/penari kelompok dengan pola lantai diagonal, aktor/penari bernomor ganjil bergerak ke kiri dan aktor/penari bernomor genap bergerak ke kanan. Atau dengan pola lantai yang sama, aktor/penari bernomor genap menggerakkan lengan menjulur lurus ke atas, sedangkan aktor/penari lain menggerakkan lengan ke samping. Contoh lain, sejumlah aktor/penari kelompok dengan poola lantai berbanjar, dengan aktor/penari bernomor ganjil berada di depan dengan gerak sambil duduk, sedang aktor/penari lain berada di bagian belakang dengan bergerak sambil berdiri. 4) Desain Canon atau Susul-Menyusul Jika sederetan aktor/penari kelompok, misalnya 5 orang, aktor/penari pertama bergerak maju sambil melakukan gerakan, kemudian disusul oleh aktor/penari kedua untuk melakukan serangkaian gerakan yang sama, lalu disusul lagi aktor/penari ke tiga kemudian aktor/penari keempat dan selanjutnya aktor/penari ke lima yang masing-masing melakukan serangkaian gerak yang sama. Akan tetapi didalam desain susul-menyusul atau canon ini, tidak harus satu persatu, namun dapat dilakukan, misalnya ada lima aktor/penari, yang pertama satu, kemudian dua dan terakhir dua atau dengan kemungkinan yang lain. Demikian pula ketukannya atau hitungannya tidak harus konstan


(tetap/sama) namun bebas sesuai dengan ekspresi koreografernya. 5) Desain Kontras/Berlawanan Di dalam tarian kelompok, untuk menghindari kejenuhan karena kurang variasi lebih-lebih jika durasi tarian tersebut relative panjang, dapat dilakukan dengan memberikan bentuk desain kontras atau berlawanan. Yang dimaksud desain ini adalah, menampilkan gerakan atau level yang disengaja diberi kontradiksi, baik dari gerak, seperti gerak cepat dengan lambat, gerak statis dengan dinamis, gerak di atas dan di bawah dan lain sebagainya. Lavel adalah tempat kedudukan tinggi rendahnya aktor/penari,dan lain sebagainya. 6) Desain Broken atau Saling Berbeda Didalam kelompok besar dapat dibagi menjadi dua atau lebih kelompok-kelompok keci. Dari masing-masing kelompok tersebut, ada kalanya memang sama pentingnya atau memang dibuat sedemikian rupa yang memerlukan kekuatan yang sama. Dengan demikian kelompok-kelompok tersebut melakukan desian yang saling berbeda, dengan harapan kelompok-kelompok tersebut saling menopang atau saling menguatkan kelompok yang lain. Didalam tari kelompok yang hendak menggunakan desain terpecah atau saling berbeda ini, yang pertama harus dikuasai “waktu” (timing) komposisinya dengan cermat dan desain-desain geraknya harus dibuat jelas dan sederhana, demikian pula desain laintanya. Jika hal tersebut tidak dilakukan maupun tidak dikuasai, maka akan mudah sekali timbul kesan kacau (semrawut) atau kurang kebersamaan serta timbul kesan seakan-akan tiap-tiap aktor/penari bergerak sendiri-sendiri yang tidak harmonis atau mungkin ada dugaan bahwa aktor/penarinya belum hafal sehingga melakukan improvisasi semaunya sendiri.


Seni tari 55 C. Perbedaan Komposisi Tari Modern Dengan Tari Tradisional 1. Modern a. Gerak Tari Gayanya lebih bebas karna kita bisa menciptakan koreografi menurut keinginan kita sendiri b. Desain Lantai Didalam tari-tarian modern, pola lantainya sering menggunakan kedua-duanya, yaitu kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung. c. Musik atau Bunyi Musik dalam tari Modern ini adalah dimana semua musik sudah menggunakan teknologi dengan adanya itu,musik modern ini jauh dianggap lebih populer dan mudah dikenal dikalangan masyarakat sekarang. d. Kostum Dan Property Kostum dan properti adalah alat penunjang konsep sebuah tarian, jadi harus disesuaikan dengan konsep yang diambil. Bukan berarti kostum yang bagus dan mahal akan membuat sebuah tarian akan jadi bagus. Sering kita jumpai dibeberapa pementasan modern dance ada unsur "pemaksaan" dalam memilih kostum, dalam arti tidak sesuai dengan konsep dan gerakan tarian yang dibawakan. Bahkan ada penari yang akhirnya terganggu gerakannya karena menggunakan kostum yang "berlebih". Usahakan kostum yang digunakan untuk sebuah tarian dibuat sedemikian rupa supaya terlihat nyaman dan cocok dengan konsep tarian. Demikian juga dengan properti, hati-hati bila tarian yang kita bawakan menggunakan properti tertentu karena bisa


menimbulkan masalah apabila kita tidak pandai atau salah menggunakannya. Memang betul sebuah tarian akan terlihat indah dan bagus apabila ditunjang dengan kostum dan properti yang proposional. e. Stage Panggung modern adalah bentuk panggung proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri panggung. f. Lighting Pada pertunjukan tari modern, lighting merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dalam sebuah pertunjukan tarian. Unsur ini mampu menguatkan nuansa dan menciptakan rasa tertentu pada tarian yang dipentaskan. Lampu pada tari modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana yang diinginkan. 2. Tradisional a. Tema Tema dalam tari tradisional biasanya berhubungan dengan kisah-kisah merakyat. Ada juga tarian lain yang mengangkat keperawan, doa datangnya hujan atau tentang agama dan pendidikan. b. Gerak Tari Gerak tari tradisioan, gerakannya menyusun dan biasanya gerakannya tidak bebas. c. Desain Lantai Pola lantai pada tari tradisional indonesia pada prinsipnya hampir sama yaitu garis lurus dan garis lengkung garis


Seni tari 57 lengkung termasuk pola lingkaran dan garis lurus membuat segi empat segi tiga atau berjajar pola lantai dapat juga dilakukan dengan cara kombinasi antara garis lurus dan garis lengkung kombinasi ini dilakukan agar gerak tampak lebih dinamis. d. Music Dalam Tari Tradisional Musik dalam tari Tradisional biasanya musik yang mengandung dalam instrumen-instrumen daerah, dan biasanya menggunakan alat music tradisional pada daerah tertentu. e. Properti Penunjang Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau dimainkan oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan, selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi, boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya. Dalam pemakaian property yang perlu dipertimbangkan adalah mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai dengan isi garapan tarinya. f. Lighting Lampu tradisional, masih bersifat sederhana menggunakan minyak tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin


BAB IV JENIS-JENIS TARI A. Jenis tari berdasarkan fungsinya Fungsi seni tari untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah dengan melalui stimulan individu, sosial dan komunikasi. Dengan demikian tari dalam memenuhi kebutuhan individu dan social merupakan alat yang digunakan untuk penyampaian ekspresi jiwa dalam kaitannya dengan kepentingan lingkungan. Oleh karena itu tari dapat berfungsi sebagai pemujaan, sarana komunikasi, dan pernyataan batin manusia dalam kaitannya dengan ekspresi kehendak. Secara garis besar fungsi tari ada 5 antara lain : 1. Tari Sebagai Upacara Fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual. tari dalam upacara pada umumya bersifat sakral dan magis. pada tari upacara faktor keindahan tidak diutamakan, yang diutamakaan adalah kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri ataupun hal hal diluar dirinya. Tari upacara dibagi menjadi 2 yaitu tari upacara adat dan agama. Contoh: a. Tari pendet, tari ini berasal dari Bali yang ditarikan oleh para gadis yang bersih jiwa raganya. Tari ini menggambarkan gadis-gadis yang membawa sesajian untuk persembahan para dewa. b. Tari bedaya semang dan bedaya ketawang. Tari bedaya semang adalah tari yang biasanya dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Sedangkan bedaya ketawang biasanya


Seni tari 59 dipentaskan di Keraton Surakarta, tarian ini merupakan tarian sakral yang menggambarkan hubungan suci antara Nyi Roro Kidul (Ratu pantai selatan) dengan Sultan Agung (Raja Mataram). Tarian ini dipentaskan saat upacara penobatan raja atau hari lahir raja. Karena sifatnya sakral, maka hanya ditarikan oleh para gadis dalam keadaan bersih jiwa raganya. 2. Tari Adat Beberapa contoh tari uapacar adat adalah bedhoyo ketawang (penobatan raja), gambyong, karonsih, dan gatot kaca gandrung (adat perkawinan), kuda lumping, jatilan (seni tontonan rakyat), tari sekapur sirih untuk penyambutan tamu agung dan tari rangguk (Jambi) untuk persembahan untuk tamu biasa. 3. Tari Agama Tari upacara agama adalah tari yang diyakini memiliki karismatik khusus. Apabila tidak dilaksanakan akan berdampak kepada peri kehidupan selanjutnya. Tari upacara agama memiliki tradisi khusus, dilaksanakan dalam konteks yang berhubungan dengan pernyataan penghayan keagamaan di mana mereka lebih asyik apabila melakukan dengan penghayatan dalam dan bersifat memuja, dan penghayantan persembahan secara total. Contoh tari pendet, rangde, rejang, keris, pasraman, gabor, ngaben bedoyo semang, bendaya ketawang, gandari. 4. Tari Sebagai Sarana Hiburan Salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk di tonton. Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam menarikan. Tari hiburan disebut tari gembira, pada dasarnya tarian gembira tidak bertujuan untuk ditonton akan tetapi tarian ini cenderung untuk kepuasan para penarinya itu sendiri. Keindahan tidak


diutamakan, tetapi mementingkan kepuasan individual, bersifat spontanitas dan improvisasi. contoh tari hiburan yakni tari genderang bulo (sul-sel) tari tayub (jatim, jateng), ketuk tilu (jabar), gandrung (banyuwangi), jogged bumbung (bali), serampang dua belas (Sumatra). Tarian ini biasanya dilakukan untuk meramaikan pesta perkawinan, khitanan, atau acara-acara tertentu yang sifatnya gembira/senang. 5. Tari Sebagai Sarana Pertunjukkan Tari pertunjukkan adalah bentuk momunikasi sehingga ada penyampai pesan dan penerima pesan. Tari ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat‟ tarian ini sengaja disusun untuk dipertontonkan. Oleh sebab itu penyajian tari mengutamakan segi artistiknya yang konsepsional yang mantap, koreografer yang baik serta tema dan tujuan yang jelas. Contoh tari pertunjukan tari piring (Sumatra), tari ngremo(jatim), gambyong (surakarta) dan padduppa (sulawasi selatan). B. Jenis tari berdasarkan bentuk penyajiannya Jenis tari ditinjau dari bentuk penyajiannya terbagi atas enam kelompok, yaitu: 1. Tari solo Tari Solo/Tunggal yaitu tari yang dilakukan oleh satu orang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya adalah tari gambir anom, tari koncar, tari gunung sari, tari gatotkaca, tari bondan, tari gambyong dan tari kukilo. 2. Tari duet Tari berpasangan yaitu tari yang dilakukan dengan berpasangan, laki-laki dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki, atau perempuan dengan perempuan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat).


Seni tari 61 3. Tari trio Tari trio yaitu tari yang dilakukan oleh tiga orang penari, baik itu ketiganya perempuan atau laki-laki. 4. Tari quarted Tari quarted yaitu tari yang dilakukkan oleh empat orang penari, tarian ini di lakukan dengan empat orang penari perempuan atau laki-laki atau bahkan dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. 5. Tari quinted Tari quinted yaitu tari yang dilakukan oleh lima penari dengan melakukan koreografi yang berpindah posisi/ yang melangkah berpindah tempat. 6. Tari massal Tari ini dilakukan dengan ramai-ramai, atau dengan menggunakan banyak penari. Contohnya tari genderang bulo (Sulawesi selatan) C. Jenis tari berdasarkan perkembangannya Bentuk penyajian tari atau komposisi tari tersebut dapat dibagi dalam dua berdasarkan perkembangannya antara lain: 1. Tari perorangan, yaitu tari yang diciptakan untuk ditarikan seorang diri (tari tunggal), ataupun tari yang diciptakan untuk ditarikan oleh dua orang penari (tari berpasangan) 2. Tari kelompok, yaitu tari yang dibuat dengan melibatkan beberapa orang penari. D. Jenis tari berdasarkan pola garapannya Jenis-jenis tarian yang ada di nusantara yaitu dibagi atas Tari Tradisional, Tari Kreasi Baru dan Tari Kontemporer. Ketiga jenis dari tarian tersebut akan dijelaskan dibawah ini. 1. Tari Tradisional


Di Indonesia, hampir di setiap daerah memiliki tari tradisional. Nah, arti dari tari tradisional yaitu sebuah bentuk tarian yang sudah lama ada. Tarian ini diwariskan secara turun temurun hingga menjadi budaya dari daerah tersebut. Umumnya tari tradisional mengandung nilai-nilai filosofis seperti keagamaan, kepahlawanan, dsb. Semua aturan ragam gerak tari tradisional, formasi, busana, dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah. Tari tradisional di Indonesia terbagi atas dua, tari rakyat dan tari klasik (keraton). a. Tari Rakyat Tarian rakyat atau tarian daerah merupakan tarian yang berkembang pada masyarakat biasa. Tarian rakyat lahir sebagai lambang dari kebahagiaan dan sukacita. Contohnya jika musim panen tiba dan hasil panen melimpah maka masyarakat akan berkumpul dan menari bersama untuk merayakannya. Nah, tarian rakyat terus berkembang dan menjadi tradisi. Tarian rakyat tidak memiliki aturan-aturan baku sehingga bentuk tariannya sangat bervariasi. Contoh lainya yakni: Jaipongan (Jawa Barat), payung (Melayu), Lilin (Sumatera Barat). b. Tari Klasik (Tari Keraton) Tari klasik dikembangkan oleh para penari kalangan bangsawan istana. Karena tarian ini berkembang pada lingkungan atas, maka masyarakat biasa dilarang untuk menarikan tarian ini, aturan tarian biasanya baku atau tidak boleh diubah lagi. Gerakannya anggun dan busananya cenderung mewah. Fungsi : sebagai sarana upacara adat atau penyambutan tamu kehormatan. Contoh : Tari Topeng Kelana (Jawa Barat), Bedhaya Srimpi (Jawa Tengah), Sang Hyang (Bali), Pakarena dan pajaga (Sulawesi Selatan) 2. Tari Kreasi Baru


Seni tari 63 Karena tari kreasi baru merupakan perkembangan dari tari tradisi yang ada. Maksudnya disini jenis tarian yang biasanya dipakai untuk upacara ritual, adat dan keagamaan dimodifikasi oleh penata tari sehingga tari ini bisa dinikmati khalayak umum. Contohnya yaitu Tari Rapai yang merupakan perpaduan dari gerak tari yang berkembang di Aceh dan Semenanjung Malaya, yaitu Tari Seudati, Saman dan Zapin. Merupakan tarian yang lepas dari standar tari yang baku. Dirancang menurut kreasi penata tari sesuai dengan situasi kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar hingga kini terus berkembang dengan iringan musik yang bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. Pada garis besarnya tari kreasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi Yaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidahkaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, musik/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun ada pengembangan tidak menghilangkan esensi ketradisiannya. b. Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi) Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. Walaupun tarian ini tidak menggunakan pola-pola tradisi, tidak berarti sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur tari tradisi, mungkin saja masih menggunakannya tergantung pada konsep gagasan penggarapnya. Tarian ini disebut juga tari modern, yang istilahnya berasal dari kata Latin “modo” yang berarti baru saja. 3. Tari Kontemporer


Kita telah sampai pada point terakhir dari jenis tarian di Indonesia yaitu Tari Kontemporer. Nah, apa sih yang dimaksud dengan tari kontemporer?. Jadi tari kontemporer merupakan salah satu jenis tarian modern yang berkembang di Indonesia. Tarian ini lahir sebagai reaksi atas seni tari klasik yang telah mencapai titik akhir dalam perkembangan teknisnya. Apa bedanya tari kontemporer dengan tari kreasi baru? Nah, seperti yang telah dijelaskan pada paragraph awal bahwa tari kontemporer merupakan tari modern sehingga tidak ada unsure tradisi lama lagi. Biasanya gaya tari kontemporer bernuansa unik dan memakai jenis music dari computer. Sedangkan tari kreasi baru merupakan tari tradisi yang telah dimodifikasi tapi tetap meninggalkan unsur asli tradisinya. E. Jenis tari berdasarkan bentuk geraknya Jenis tari berdasarkan bentuk geraknya secara garis besar dibagi atas dua yaitu: 1. Tari representasional, adalah tari yang menggambarkan sesuatu secara jelas. Contohnya tari pattenung dari Sulawesi selatan dan tari bondang dari jawa tengah 2. Tari nonrepresentasional, tari yang tidak menggambarkan sesuatu. Contohnya tari pendet dari bali. Baik tari representasional maupun nonrepresentasional garapan geraknya terkandung dua jenis gerak yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Jenis tari tradisional di nusantara, berikut ini beberapa contoh nama-nama tari tradisional di seluruh Indonesia antara lain: 1. Tarian Daerah Provinsi Bali 1. Tari Kecak 2. Tari Legong 3. Tari Barongan 4. Tari Pendet


Seni tari 65 2. Tarian Daerah Banten 1. Tari Prajurit 3. Tarian Daerah Provinsi Bengkulu 1. Tari Andun 2. Tari Bidadari Terminang Anak 3. Tari Ganau 4. Tarian Daerah Provinsi DI Aceh 1. Tari Saman 2. Tari Seudati 5. Tarian Daerah Propinsi DI Yogyakarta 1. Tari Bedaya Pangkur 2. Tari Serimpi 6. Tarian Daerah Gorontalo 1. Tari Dana-Dana 7. Tarian Daerah DKI Jakarta 1. Tari Betawi 2. Tari Yapong 8. Tarian Daerah Jambi 1. Tari Sekapur Sirih 2. Tari Selampir Delapan 9. Tarian Daerah Provinsi Jawa Barat 1. Tari Jaipong 2. Tari Topeng 10. Tarian Daerah Provinsi Jawa Tengah 1. Tari Bambang Cakil 2. Tari Sintren 11. Tarian Daerah Provinsi Jawa Timur 1. Tari Gandrung Banyuwangi 2. Tari Remo 3. Tari Reog Ponorogo


12. Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Barat 1. Tari Monong 2. Tari Zapin 13. Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Selatan 1. Tari Babujugan 2. Tari Radap Rahayu 14. Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Tengah 1. Tari Dadas dan Bawo 2. Tari Giring-Giring 15. Tarian Daerah Provinsi Kalimantan Timur 1. Tari Gong 16. Tarian Daerah Kepulauan Riau 1. Tari Tandak, 2. Tori Joged Lambak 17. Tarian Daerah Propinsi Lampung 1. Tari Bedana 2. Tari Jangget 3. Tari Malinting 18. Tarian Daerah Propinsi Maluku 1. Tari Cakalele 2. Tari Lenso 3. Tari Nahar Iaa 4. Tari Perang 5. Tari Tidetide 19. Tarian Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat 1. Tari Batu Nganga 2. Tari Mpaa Lenggogo 20. Tarian Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur 1. Tari Gareng Lameng 2. Tari Perang 21. Tarian Daerah Propinsi Papua 1. Tari Musyoh 2. Tari Selamat Datang


Seni tari 67 3. Tari Sojojo Papua 4. Tari Papua 5. Tari Perang 6. Tari Suanggi 22. Tarian Daerah Propinsi Sulawesi Selatan 1. Tari Bosara 2. Tari Kipas 3. Tari Pakarena 23. Tarian Daerah Propinsi Sulawesi Tengah 1. Tari patuddu 2. Tari Dero Poso 3. Tari Lumense 4. Tari Pamonte 5. Tari Peule Cinde 6. Tari Torompio 24. Tarian Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara 1. Tari Balumpa 2. Tari Dinggu 3. Tari Lumense 4. Tari Manguru 25. Tarian Daerah Propinsi Sulawesi Utara 1. Tari Katrili 2. Tari Maengket 3. Tari Polo-Palo 26. Tarian Daerah Propinsi Sumatra Barat 1. Tari Lilin 2. Tari Payung 3. Tari Piring 27. Tarian Daerah Propinsi Sumatra Selatan 1. Tari Gending Sriwijaya


2. Tari Putri Bekhusek 3. Tari Tanggai 28. Tarian Daerah Propinsi Sumatra Utara 1. Tari Serampang Dua Belas 2. Tari Tor Tor


Seni tari 69 BAB V PRINSIP DASAR DAN TOKOH SENI TARI A. Prinsip Dasar Seni Tari Sebuah tarian dapat dikomunikasikan melalui pertunjukan tari. Karya tari adalah bahasa seorang koreografer dalam mengungkapkan gagasannya, yang disampaikan oleh penari kepada penonton. Agar bisa menangkap isi yang tersampaikan dalam sebuah tarian, perlu adanya pemahaman tentang unsur estetika tari. Mari, kita kenali dari prinsip mendasar wujud sebuah karya seni tari. Prinsip dasar seni yang harus menjadi pedoman dalam wujud atau bentuk sebuah karya seni tari adalah memahami hal-hal berikut: 1. Unity (Keutuhan) Unity atau kesatuan dalam karya seni tari adalah membuat satu bentuk yang memiliki keterkaitan unsur satu dengan yang lain berdasarkan sumber yang sama. Bayangkan sebuah lingkaran labalaba (spider circle). Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus jelas akar sumbernya sehingga ketika tema ditentukan akan dengan mudah ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang memiliki keterkaitan dengan tema tadi. Oleh karenanya semua faktor yang harus ada didalam sebuah tarian harus terangkai dengan lengkap dan utuh. Gerak tari harus menimbulkan kesan karakter tertentu agar kreativitas pemilihan iringan tari jelas menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya. Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap bagian pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung


kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak. Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari. Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan antara benang merah yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni tari adalah: a. Ide atau gagasan b. Tema c. Desain/motif gerak d. Dinamika iringan tari e. Dinamika rangkaian motif gerak f. Desain rias g. Desain busana Ide/Gagasan dalam mengawali sebuah kreativitas harus jelas akar sumbernya sehingga ketika tema ditentukan akan dengan mudah ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga menjadipola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang memiliki keterkaitan dengan tema tadi. Gerak tari harus menimbulkan kesan karakter tertentu agar kreativitas pemilihan iringan tari jelas menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya. Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap bagian pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan dinamika rangkaian motif gerak. Keseluruhan unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana sebuah tari. 2. Harmoni (Keselarasan) Harmoni atau keselarasan, keselarasanantara gerak, lagu, dan gerak tarian antara penari yang satu dengan penari yang lain harus disusun menjadi sebuah rangkaian yang berkaitan, berkesinambungan dalam sebuah harmoni yang baik sehingga dapat menyampaikan pesan yang dimaksud. Harmoni juga merupakan


Seni tari 71 paduan penggunaan warna busana tari yang dapat memberi kesan sebuah karakter dengan warna yang ada. Kesan yang ditimbulkan dari karya seni ketika diapresiasi dan dinikmati penonton secara alami harus dapat saling menjelaskan antara unsur yang satu dengan yang lainnya. Jadi, setiap unsur yang membentuk sebuah karya bukan merupakan comotan-comotan yang dirangkai menjadi sesuatu. Apabila hanya gabungan hasil comotan, sebuah karya seni akan seperti seni mozaik/tempelan, atau yang lebih ekstrem lagi dapat dikategorikan karya plagiat (menjiplak). Misalnya, anda akan membuat sebuah karya tari tanpa didasarkan ide hasil penghayatan dan apresiasi, kemampuan, ilmu seni, serta pengalaman. Anda hanya memiliki ide, anda ingin seperti yang pernah anda lihat. Suatu saat, anda pernah melihat pertunjukan seni bela diri kapuera dari brazil, silat dari jawa barat, tari kreasi baru „asyiik‟ dari jambi, yang semuanya mengandung unsur seni bela diri. kemudian, anda mengambil gerak yang persis sama dari tari asyiik pada bagian akrobatik untuk disimpan pada karya anda dan dilanjutkan dengan gerak meloncat sambil menendang, kemudian berputar dari kapuera, diakhiri dengan gerakan pencak silat pada saat padungdung (bukan susunan jurus saja, tetapi jurus yang sudah digambarkan pada sebagai pertarungan), dan diiringi musik dari daerah anda sendiri. Itulah salah satu bentuk contoh sederhana. Meskipun semua berada pada satu style tari yang dilatarbelakangi tema seni bela diri, akan terasa terputus-putus secara keseluruhan ketika dinikmati penonton sehingga jelas tidak memberikan sebuah kenikmatan kepuasan kepada pelaku maupun penontonnya. Harmoni juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang dapat memberi kesan sebuah karakter dengan warna yang pada. Contohnya kuning dengan hijau, merah dengan biru atau kuning.


Namun misalnya untuk karakter lincah misalnya, tidak memadukan hitam dengan ungu tua. 3. Balance (Keseimbangan) Bagian ini maksudnya adalah proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak bertele-tele seperti mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus proporsional menggunakan tenaga karena jika semua gerakan menggunakan tenaga yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton. 4. Dinamika Naik turunnya suasana tarian menentukan wujud struktur tarian. Sebuah tarian yang dapat menciptakan kejutan kecil yang dapat membuat penonton penasaran untuk terus menyaksikannya dan dapat ditangkap maksudnya, maka dia telah memakai dinamika sajian tari. Cepat lambatnya sebuah gerakan (tempo), cepat lambatnya atau tebal tipisnya iringan, juga kontras atau harmoninya antara gerakan dan iringan termasuk dinamika. Komunikasi berasal dari wujud fisik penari dari teknik menarinya yang kita lihat secara visual dan gerakan tubuhnya yang luwes. Kita juga menangkap sebuah perasaan dan imajinasi yang sama ketika melihat sajian dilakukan dengan penuh penjiwaan, seolah-olah begitu menjelma menjadi tokoh dengan karakter seperti sebenarnya. 5. Pengulangan (Repetisi) Bagaimana pola gerak maupun iringan yang dapat meninggalkan kesan sehingga masih dapat diingat penonton? Gerakan harus dilakukan berulang dengan variasi motif gerak/iringan, diselingi


Seni tari 73 peralihan transisi sebagai jembatan gerak ke gerak pokok lainnya. Paduannya tergantung kreativitas Anda. Pengulangan ini dapat diterapkan pada yang pertama, kemudian ke gerak yang ke-3, kemudian gerakan yang ke 5; atau gerakan yang awal dan akhir saja. Pengulangan dapat dalam bentuk gerak, motif iringan, lintasan (gerak mobilisasi), dan pola lantai (posisi di tempat). Pengulangan gerak dapat berbentuk gerak berseling, berturutan, berimbang, dan saling berbeda. 6. Transisi (Perpindahan/Peralihan) Jika Anda mendengar ibu Anda mengatakan sesuatu tentang Anda kepada ayah Anda dengan menyebut bahwa Anda sedang mengalami masa transisi, hingga sikap Anda berubah dan kebiasaan Anda berubah, apa yang Anda tangkap dari hal itu? Ya, perubahan yang teridentifikasi dari perilaku. Transisi (peralihan/perpindahan) merupakan jembatan atau penyambung pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain, atau posisi penari dari wilayah panggung yang satu ke wilayah panggung yang lain. Umumnya transisi dapat diidentifikasi dari gerak, yaitu berlari, berjalan, bergeser, sedangkan pada komposisi pola lantai penari, transisi dilihat dari perubahan pola kedudukan penari yang menimbulkan adanya perubahan suasana dan perubahan karakter tari. 7. Desain Dramatik (Membuat Klimaks) Naik turunnya suasana tarian merupakan sebuah tahapan untuk menuju sebuah puncak sajian tari yang disebut klimaks. Klimaks dapat diwujudkan dengan menyusun suasana yang ditimbulkan dari serangkaian pola gerakan tari dari awal ke suasana tenang hingga menunjukkan “sesuatu” di puncaknya. Biasanya ditegaskan dengan ritme gerak dan tempo iringan sebagai tanda klimaks. Adapun dalam sebuah pertunjukan, penyusunan materi pertunjukan harus dapat memberikan kesan klimaks kepada penonton dengan membuat susunan materi tarian yang dinamis agar pertunjukan


menarik dan membuat penonton betah menonton walaupun sebuah pertunjukan berdurasi lebih dari satu jam. B. Para Tokoh Seni Tari 1. AM. Munardi, S.Pd (alm) Tokoh tari Jawa Timur, lahir di Yogyakarta, 15 Nopember 1939 dan mulai belajar menari tahun 1954 di Among Beksa Kraton Yogyakarta. Beberapa karya tarinya, diantaranya: Sang Duta (1967), Cermin (1975), Seblang Nukyeng (1972), Reog Brantas (1982), Topeng Panji Reni (1977), Sabu-Sabu (1976), Sudamala (1978),Sumantri Wirotama (1979), Dramatari Calonarang (1970), dan Damarwulan Jurit (1983). Penghargaan pernah diraihnya, diantaranya: penghargaan penulisan naskah tari dari Direktorat Kesenian Depdikbud (1977, 1978, 1979), gelar Jalma Dwija (1994) oleh Paguyuban Sutresno Pusaka Lan Budaya Jawa dan Penghargaan Seniman Jawa Timur (2001). Pada sekitar tahun 1970-an, Karya tari topeng Malang yang disusun kembali oleh AM Munardi, diantaranya: tari Topeng Bapang, Topeng Patih, Topeng Gunungsari, Grebeg Jawa, dan Topeng Sekartaji. 2. Munali Fatah Munali Fatah dilahirkan di Sidoarjo 17 Mei 1924. Munali mulai bergabung dengan kesenian Ludruk Rukun Makno pada tahun 1938 dan pada tahun 1963 bergabung dengan Ludruk RRI Surabaya dengan kemampuan ngidung dan beksa ngremo. Munali adalah tokoh tari yang dikenal melalui susunan tari Ngremo gaya Munali Fatah. Tari Ngremo yang disusun oleh Munali atau lebih sering disebut Ngremo Munali (gaya Munali) merupakan suatu bentuk tatanan tari yang lebih menonjolkan pada kejelasan akan bentuk gerak tari yang sederhana namun


Seni tari 75 memiliki kepekaan, kekentalan struktur tari yang membentuk pola baku yang mapan dan mantap. 3. Soenarto AS. S.Sn Senarto AS dilahirkan di Solo pada tanggal 22 Mei 1936, hingga saat ini menjadi dosen di STKW Surabaya. Soenarto yang juga sebagai seorang penata tari telah menciptakan berbagai karya tari diantaranya; tari Ngremo Putra, tari Ngremo Putri, tari Gandrung, Tari Gunungsari (1979), tari Tanganku (1979), Dramatari Kudo Noro Wongso (1990), dan Bedoyo Ujung Galuh (1978) yang pernah mendapat penghargaan Walikota Surabaya pada saat itu. 4. Soeparmo Soeparmo dilahirkan di Probolinggo 25 Desember 1943. Pengalaman berkesenian diawali pada tahun 1950 menjadi penari bersama orang tuanya. Ketrampilan menari diperolehnya dari orang tuanya. Pada tahun 1983, Soeparno menata kembali tari Glipang yang pernah dipelajarinya dari ayahnya, dan susunan tari itu mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Pandangan Soeparmo tentang karya tari adalah berpijak dari kebiasaan serta situasi dan kondisi masyarakat daerah sekitar komunitasnya sehingga dapat memunculkan ide untuk menghasilkan sebuah karya seni. 5. Karimun Karimun adalah tokoh tari gaya Malangan yang eksis dengan tari topengnya. Karimun dilahirkan di Malang tanggal 19 Juni 1919 dan dibesarkan dari keluarga seniman. Perjalanan berkesenian sempat terhenti tahun 1948 karena jaman penjajahan Jepang dan pada tahun 1950 mendirikan sanggar “Asmoro bangun” di Dukuh Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Malang.


Melalui pengalamannya, Karimun menata kembali tari Topeng menjadi bentuk-bentuk tari lepas sesuai karakter topeng, diantaranya: tari Topeng Gunungsari, Tari Topeng Bapang, Tari Grebeg, Tari Topeng Beskalan, Tari Topeng Patih, Tari Topeng Sekartaji, dan Topeng Panji. 6. Sumitro Hadi Sumitro Hadi yang akrab dipanggil dengan Mitro adalah tokoh tari Banyuwangi yang cukup dikenal melalui karya-karya seni tari tradisional yang ritmis, dinamis dan sangat menarik dalam segi penampilan secara keseluruhan. Sumitro Hadi dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 16 Agustus 1951. Hasil karya yang pernah diciptakan Sumitro Hadi, diantaranya: Jaran Goyang (1969), Jaran Buto (1974), Padang Bulan (1976), Jejer Banyuwangi (1976), Jaran Dawuk (1986), Kundaran (1992) dan Kuntulan (1995). 7. Drs. M. Soleh Adi Pramono Soleh adalah panggilan akrapnya, dan dilahirkan di Yogyakarta 1 Agustus 1951. Dalam karya tari telah dihasilkan berbagai karya, diantaranya; tari Kolosal Babad Malang (1976), Dramatari Condro Mowo (1991), tari Jaranan Dor, dan berbagai tari tradisional yang dikemas menjadi bentuk tari kreasi. Karya tari hasil kemasan yang bernuansa tradisi karya Soleh sangat digemari masyarakat dan karya itu dimasukkan pula dalam materi tari pelatihan di berbagai sanggar. 8. Tri Broto Wibisono, S.Pd Tri Broto adalah panggilan akrabnya, beliau adalah tokoh tari Jawa Timur yang masih relatif muda namun mempunyai pemikiran dan konsep ke depan terhadap perjalanan seni tari Jawa Timuran. Keberhasilan Tri Broto dapat dilihat dari karyakaryanya, diantaranya; tari Ngremo Jugag, tari Tandang Tayub, Tari Sekartaji, Tari gunungsari, Tari Probolengger, Tari Wirogo Putri, dan masih banyak lagi. Tri Broto juga telah mencoba


Seni tari 77 menyusun struktur tari Jawa Timur dalam tingkat dasar putri, tingkat dasar putra dan gagahan. 9. Taufikurachman Taufikurachman adalah seorang tokoh tari Sumenep yang masih memiliki darah Keraton Sumenep. Taufik lahir di Sumenep tanggal 10 Oktober 1945 dan mulai mempelajari tari sejak tahun 1957 saat dia berusia 12 tahun. Karya Taufik yang cukup dikenal oleh masyarakat, diantaranya; Muwang Sangkal, Condik Somekar, Sape Sono, Topeng Potre, Tari Pecut Sumenep, Pleteng, Tongkeng Pangilen, dan Topeng Rampak Prapatan. Tari Muwang Sangkal diciptakan tahun 1962 adalah salah satu karya Taufik yang telah beberapa kali dipentaskan di manca negara, diantaranya: London (1996) dan Den Hag (Pasar Raya Malam Tong-Tong, 2000). Hingga saat ini Tari Muwang Sangkat karya Taufik telah menjadi salah satu bentuk materi tari yang diajarkan di Jurusan Sendratasik FBS UNESA dan STKWS Surabaya.


BAB VI PENCIPTAAN SEBUAH KARYA TARI A. Produksi Tari Untuk Anak Materi produksi tari untuk anak memberikan kesempatan kepada penari untuk berekspresi, berkhayal melalui latihan di dalam produksi tari. Penari harus aktif dan kreatif dalam menemukan gerak tari yang nantinya dapat dijadikan sebagai tata susunan gerak tari. Dalam produksi tari berarti penari mendapatkan pengalaman membuat atau menyusun tata gerak menjadi satu kesatuantang disebut tari. Gerak-gerak yang dibuatnya sesuai dengan karakteristik anak. Kreativitas dalam tari diartikan sebagai suatu kemampuan yang diperoleh seseorang dalam menciptakan suatu karya tari, kegiatan kreatif ini berawal dari adanya rangsangan atau dorongan (motivasi) yang pada akhirnya menjadi suatu kegiatan eksplorasi. Dengan kata lain kreativitass dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menciptakan atau membuat suatu hal yang baru atau produk-produk baru yang mempunyai makna sosial, dalam hal ini kemampuan untuk membuat tata susunan gerak tari yang baru. Pada umumnya dalam diri anak daya khayal telah ada, walaupun terbatas pada dunia yang ada disekitarnya terutama dunia yang pernah dilihat atau dialaminya. Ada berbagai macam cara yang dapat ditemukan dalam usaha untuk menumbuhkan imajinasi kreatif anak. Dan ini tak ubahnya dengan latihan lain yang telah dibahas. Pada latihan ini senantiasa harus membantu anak dalam mengungkapkan kembali secara estetis tentang apa yang pernah dilihatnya, dikerjakan, dan tentang apa yang


Seni tari 79 mampu di bayangkan. Dalam latihan ini anak diperkenalkan dengan gerakan-gerakan yang sifatnya meniru alam (natural) baik manusia itu sendiri, binatang, tumbuhan, maupun yang lainnya. Untuk itu, marilah mencoba melakukan gerakan-gerakan sederhana, yang inspirasinya dapat diambil dari alam sekitar diantaranya: 1. Apa yang pernah dilihat a. Melakukan gerakan manusia 1) Bagaimana orang menyapu halaman 2) Bagaimana orang mencangkul 3) Bagaimana orang menanam padi 4) Bagaimana orang menuai padi b. Melakukan gerakan binatang 1) Bagaimana kucing berjalan 2) Bagaimana burung terbang 3) Bagaimana kupu-kupu menghisap madu c. Melakukan gerakan tumbuhan 1) Bagaimana pohon tertiup angin 2) Bagaimana pohon tumbang 3) Bagaimana daun tertiup angin, kemudian jatuh ke tanah d. Melakukan gerakan benda mati 1) Bagaimana air mengalir deras dan tenang 2) Bagaimana asap mengepul 3) Bagaimana api membara 2. Apa yang pernah dikerjakan a. Bagaimana mencuci pakaian b. Bagaimana memetik bunga c. Bagaimana menyabit rumput d. Bagaimana menyisir rambut Dalam pengajaran seni tari seorang penari harus diberi kebebasan untuk melakukan keterampilan agar sesuai dengan hasil


pengamatannya dan dalam melakukan keterampilan gerak tersebut tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan pelatih/ guru tari. Untuk itu perlu diketahui oleh penari tentang tahapan-tahapan dalam menyusun gerak yang nantinya menjadi satu kesatuan tari yang indah. Adapu tahapan-tahapan dalam menyusun tari antara lain: 1. Eksplorasi seni tari Eksplorasi dalam seni tari adalah pengamatan terhadap suatu objek yang akan dijadikan sumber ide. Pengamatan dapat dilakukan terhadap lingkungan alam sekitar, kehidupan seharihari, buku cerita dan sebagainya. Eksplorasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu: a. Pengamatan secara internal yaitu pengamatan yang dilakukan di dalam diri si pencipta dengan tidak mengambil objek di luar dirinya. Misalnya: mengingat-ingat, menghayal,, membayangkan, melamun dan sebagainya. b. Pengamatan secara eksternal, yaitu pengamatan yang dilakukan oleh seorang pencipta tari dengan cara langsung menggunakan objek-objek di luar dirinya. Misalnya meraba, merasakan, dan melihat. Eksplorasi merupakan proses pikir, berimajinasi, merasakan dan merespon suatu objek untuk dijadikakn bahan dalam karya tari. Wujudnya bisa berupa benda, irama, cerita, tema, dan sebagainya. Selanjutnya dikatakan bahwa eksplorasi yang dilakukan berdasarkan pandangan mata disebut visual contoh mengamati gerakan binatang, dengan memperhatikan gerakan burung elang yang terbang kemudian ditirukan dengan menggunakan anggota badan dan dilanjutkan dengan gerakan lainnya. Eksplorasi yang dilakukan berdasarkan pendengaran (audio) dapat dilakukan dengan cara mendengarkan beberapa bunyi suara, misalnya suara angin, tombol, kendaraan, suara manusia, dan sebagainnya. Kemudian melakukan gerakan yang seirama


Seni tari 81 dengan suara tersebut atau dapat pula dilakukan berlawanan arah. 2. Improvisasi seni tari Pada tahap ini para calon pelatih/guru perlu mempunyai pengalaman dan pengetahuan menata gerak atau menciptakan gerak tari melalui improvisasi. Improvisasi dapat dilakukan dengan menggunakan properti. Hal ini tentu harus sesuai dengan objek yang diamati. Ciri khas dari kegiatan ini adalah kegiatan-kegiatan yang spontan dan terkendali. Dengan improvisasi akan hadir suatu kesadaran baru dan sifat ekspresi gerak dan juga munculnya pengalaman-pengalaman yang pernah dipelajari. Dalam berimprovisasi sebaiknya diawali dengan gerakangerakan yang sangat sederhana yakni menggunakan anggota tubuh kita misalnya tangan, kaki, badan, kepala dan sebagainya. Selanjutnya gerakan-gerakan tersebut dikembangkan lebih jauh lagi mulai dari gerak ditempat kemudian mengisi ruangan dengan memperhatikan arah, tempo, level, dan ritme. Improvisasi dapat dilakukan melalui: a. Properti alat Properti yang berupa bagian dari busana antara lain: rambut panjang, selendang, kain panjang, kipas, kris, dan sebagainya. b. Suara lingkungan Yang termasuk suara lingkungan antara lain: suara ombak di pantai, suara petir, suara angin, suara hujan, suara tembakan dan sebagainya c. Suara musik Improvisasi yang dilakukan dengan mendengarkan musik, baik musik tradisional, maupun musik modern dengan menggunakan berbagai jenis irama, dapat menimbulkan


ide-ide baru dalam menciptakan gerakan-gerakan yang diinginkan yang pada akhirnya tercipta sebuah tarian yang baik dan bermutu. d. Bermain peran Dapat dilakukan dengan monolog dan dialog dengan memperhatikan gerakannya tidak cenderung mengarah ke gerak pantomime Setelah anda melalukan eksplorasi dan improvisassi mulailah dengan memilih gerak yang dapat dijadikan suatu tata susunan tari. Setelah melakukan pemilihan gerak dari improvisasi, maka tahap terakhir barulah menyusun gerakangerakan tersebut membentuk sebuah tari. Dengan demikian anda telah belajar konsep seni tari secara tidak langsung. Jika digambarkan proses pemerolehan konsep tari bagi anak terlihat seperti dibawah ini: Mengamati gerak Menirukan gerak Mengklasifikasikan gerak Menyusun gerak Tari


Seni tari 83 B. Kreativitas Tari Sesuai dengan perkembangan zaman dimana seni tari telah menjadi sarana untuk meningkatkan kehidupan budaya, maka seni tari perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran tari kreatif anak diberi kemerdekaan mengembangkan imajinasinya guna menggagas, menciptakan dan menyajikan karya tarinya sesuai dengan tingkat perkembangannya dengan memanfaatkan alam sekitar dalam penciptaan suatu karya seni. Pendidikan seni tari dapat memberikan kontribusi kepada perkembangan pribadi peserta didik (siswa). Kontribusi yang dimaksud berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut. 1. Ruang bagi ekspresi diri, artinya pendidikan seni tari menjadi wahana untuk mengungkapkan keinginan, perasaan pikiran, melalui berbagai bentuk aktivitas, sehingga menimbulkan kesenangan dan kepuasan; 2. Pengembangan potensi kreatif yaitu ditandai oleh kemampuan berfikir kritis, rasa ingin tahu menonjol, percaya diri, sering melontarkan gagasan baru orisinil, berani mengambil resiko, tampil beda dan terbuka terhadap pengalaman baru; 3. Meningkatkan kepekaan perasaan, khususnya rasa keindahan alam maupun buatan manusia. Siswa yang peka perasaannya ditandai oleh kesadaran dan responsif terhadap gejala yang ada disekitarnya. Hal ini tercermin pada kemampuannya untuk menerima, mengamati dan menghayati berbagai rangsang dari luar. Dengan kata lain, siswa yang peka rasa memiliki daya penghayatan tinggi terhadap lingkungannya dan; 4. Mengembangkan wawasan budaya, Pendidikan seni tari adalah pendidikan berbasis budaya, artinya belajar seni tari sekaligus belajar budaya dari mana seni tari tersebut berasal.


Sesungguhnya istilah kreativitas adalah setiap perilaku atau produk kreatif, merupakan respon individu terhadap suatu masalah, apakah masalah itu datang dari luar atau timbul dalam diri sendiri didasarkan atas motivasi yang sama (kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri), dan berkembang melalui proses yang sama. Adapun ciri tingkah laku orang kreatif adalah: 1. Orisinalitas, keingin tahuan, dan kecerdikan. 2. Fasih dalam ide-ide. 3. Keterlibatan, motivasi, dan penghayatan yang dalam. 4. Kepekaan, citarasa, dan kekuatan melawan bentuk-bentuk klise. 5. Kemampuan membedakan dan memilih serta keberanian untuk menolak yang tidak penting. 6. Keterampilan, ketahanan, dan ketetapan hati (keyakinan). 7. Jujur dalam keputusan-keputusan pribadi 8. Kapasitas untuk evaluasi diri. Apabila hendak kreatif dalam tari dibutuhkan beberapa hal diantaranya pengalaman dan kemampuan dibidang tari itu sendiri serta seni lain yang saling terkait. Hal ini diperlukan adanya dasar kemampuan dan pengalaman dalam bidang tari baik yang bersifat teoritis (pengetahuan) ataupun praktis (keterampilan). Jelas sudah merupakan bahan baku utamanya, begitupula elemen seni lainnya sebagai penunjang atau sebagai pendukung langsung terhadap tarinya itu sendiri sebagimana telah didedikasi selama ini bahwa taru dalam perwujudannya selalu ditunjang oleh unsur-unsur dari seni kerawitan/ iringan tari, sastra, drama, pentas, dan seni dekor. Selain hal diatas adapun kemampuan dasar yang menjadi salah satu syarat mutlak yang dianggap penting untuk dimiliki agar menjadi manusia kreatif yaitu sikap dan tingkahlaku dari pribadi yang positif. C. Penyusunan Pertunjukan Tari


Seni tari 85 Sebelum melakukan pertunjukan tari sebaiknya harus menyusun sebuah proposal. Proposal disusun dan diperlukan agar pergelaran tari dapat diselenggarakan dan juga sebagai penggalangan dana untuk keperluan pergelaran. Isi proposal biasanya terdiri atas pokok – pokok bagian sebagai berikut : 1. Bentuk kegiatan Pada bagian ini diuraikan bentuk kegiatan yang akan dipentaskan dan susunan kepanitiaan. Bentuk kegiatan dapat berupa tema, selanjutnya isi didalamnya terdapat uraian nama – nama penari, karya tari yang diciptakan, dan synopsis. 2. Spesifikasi kegiatan Di bagian ini adalah penjelasan tentang maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan. Misalnya, pergelaran bertujuan untuk hiburan, perayaan, atau upacara. 3. Waktu jadwal kegiatan Bagian ini menjelaskan secara terperinci waktu diselenggarakannya kegiatan pergelaran, yang meliputi hari, tanggal, waktu, tempat diselenggarakannya pertunjukan, dan susunan acara yang akan disajikan secara lengkap. 4. Anggaran biaya Anggaran biaya yang dibuat dalam proposal biasanya dinaikkan sampai 10 % dari dana yang sebenarnya. Hal ini dilakukan untuk menutupi kelebihan biaya dari jumlah yang dianggarkan. 5. Lain – lain Pada bagian ini diuraikan bentuk keja sama yang diharapkan dengan sponsor dan donator. Bentuk kerja sama yang sering ditawarkan, di antaranya spomsor tunggal, yaitu perusahaan atau sponsor yang sanggup membiayai seluruh penyelenggaraan kegiatan. Dalam mengadakan pertunjukan tari pun harus memiliki struktur yang telah disiapkan disebut juga dengan manajemen produksi. Manajemen produksi bertugas untuk menyediakan semua keperluan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pertunjukan tari.


Adapun bagian – bagian dari manajemen produksi : 1. Stage crew (petugas panggung) 2. Kebersihan 3. Keamanan 4. Dekorasi panggung (setting) 5. Lighting 6. Bendahara (pendanaan) 7. Konsumsi 8. Dan Lain – lain D. Tari Dalam Pendidikan Sasaran pendidikan tari pada lembaga pendidikan formal bukanlah untuk menciptakan seniman tari melainkan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan di Indonesia yang tergolong baru. Berbicara mengenai pendidikan tari pada lembaga formal khususnya di sekolah dasar maka akan berbicara pula pada menu penyajian tari untuk anak-anak, bukanlah sekedar taruan untuk orang dewassa yang disederhanakan, tetapi anak hendaknya jangan diperlakukan sebagai konsumen atau objek untuk menerima apa saya yang diajarkan oleh guru/pelatih, hal ini akan memaksa anak untuk menyerap rasa diluar kedewasaanya. Pendidikan tari pada anak merupakan alat untuk mengembangkan daya ekspresi anak dengan memberikan pengalaman-pengalaman kreatif, untuk mengalami dan merasakan kembali nilai estetika yang dialami dalam kehidupannya. Pada hakikatnya pendidikan meliputi: kemampuan untuk menanggapi atau menerima kesan dan kemampuan untuk mewujudkan kembali. Menurut Murgianto, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam mengajar tari secara kreatif yaitu:


Seni tari 87 1. Guru hendaknya jangan mendikte begitu saja, tetapi komunikasi sebaiknya timbal balik. 2. Kepada anak boleh diberitahukan apa yang harus dilakukan, tetapi anak bebas menentukan bagaimana pelaksanaanya. 3. Guru harus selalu memberikan alternatif gerakan tari kepada anak. 4. Anak harus dibimbing untuk menemukan sendiri gerakangerakan mereka.


Daftar Pustaka Lailanuradiana. 2015. Seni Budaya (Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari dan Seni Theater). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pekerti, Widia., dkk. 2010. Pendidikan Seni Musik, Tari dan Drama. Jakarta: Depdikbud. Rukayah. 2015. Studio Seni Tari. Makassar: FIP UNM. Saripudin Dandi. 2016. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Blogger Buzz. Sulastianto Harry. 2016. Seni dan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka.


Seni tari 89 Riwayat Penulis Satriawati, S.Pd., M.Pd., lahir di Tanete Harapan, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada 01 Oktober 1991. sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Buah hati dari pasangan Mashudi dan Muliati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 201 Ajangpulu Kabupaten Bone pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 6 Watampone lulus tahun 2006, dan melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Watampone lulus pada tahun 2009. Penulis menempuh pendidikan program sarjana pada tahun 2009-2014 di jurusan PGSD Kampus VI Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar lulus dengan gelar S.Pd. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan program pascasarjana di Universitas Negeri Makassar Program Studi Administrasi Pendidikan kekhususan Pendidikan Dasar dengan program bebas tes dan lulus pada tahun 2016 dengan gelar M.Pd. Penulis memulai karir sebagai dosen pada Program Studi PGSD STKIP Mega Rezky Makassar sejak tahun 2014 sampai sekarang.


Click to View FlipBook Version