KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah,Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Laporan Praktikum
Fisika ini dengan baik meskipun masih jauh dari kata sempurna dan dapat menyelesaikan Buku
ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Buku Laporan Praktikum Fisika ini, terkhusus kepada :
1. Kepada Ibu Saparini, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampuh mata kuliah Praktikum
Fisika Dasar.
2. Kepada para Orang Tua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami berjalan
dengan baik.
3. Dan seluruh teman-teman dari Kelompok 4 yang berkenan membantu hingga Buku
Praktikum Fisika Dasar ini dapat selesai.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca sekalian.
Demikian Buku Laporan Praktikum Fisika Dasar ini kami buat dengan sepenuh hati. Semoga
buku laporan ini bisa bermanfaat bagi teman-teman semua dan terkhusus bagi selaku penulis.
Terima Kasih.
Indralaya, 16 November 2021
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
PENGUKURAN DASAR DAN KETIDAKPASTIAN ................................................. 1
GAYA DAN GERAK....................................................................................................1. 0 19
GERAK PARABOLA ...................................................................................................2. 0 34
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM (TUMBUKAN)....................................3..5...56
HUKUM HOOKE ..............................................................................................................5...2.. 79
Percobaan I
I. Judul Praktikum : Pengukuran Dasar dan Ketidakpastian pada
Hasil Pengukuran
II. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur;
2. Menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran dan hasil percobaan.
III. Alat dan Bahan
Alat : 1. Mistar
2. Mikrometer Sekrup
3. Jangka Sorong
4. Aplikasi venier caliper
Bahan : 1. Penghapus
2. Keleren
1
IV. Landasan Teori :
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah
ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran disebut
alat ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya alat ukur
panjang (mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, alat ukur
waktu, dan alat ukur suhu, Sasmito 2010.
Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan dengan
namanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita mendapatkan data
hasil adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara
lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kondisi suatu lingkungan dan orang
yang melakukan pengukuran. Alat-alat pengukuran tersebut antara lain (Mikrajuddin,
2016).
Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2 skala
ukuran yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar adalah sentimeter
(cm) dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu
1 mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05cm (Ihsan, 2006).
Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi,diameter
luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat mengukur
hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang di batang jangka sorong,
sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan panjang 9 mm
maka disebut skala nonius.
Mikrometer Sekrup adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
panjang,tebal maupun diameter luar benda yang berukuran kecil. Mikrometer sekrup
mempunyai ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur ketebalan kertas.
V. Langkah Percobaan :
1. Mengukur panjang, lebar dan tinggi balok dengan mistar.
➢ Posisi balok harus ada di titik nol alat ukur.
➢ Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.
➢ Cara membaca skala alat ukur atau melakukan pengukuran.
➢ Melaporkan hasil pengukuran ( X ± ΔX ) mm.
➢ Pemberian makna terhadap hasil pengukuran.
2
2. Mengukur panjang, lebar dan tinggi balok dengan jangka sorong.
➢ Posisi balok harus ada di titik nol alat ukur.
➢ Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.
➢ Cara membaca skala alat ukur atau melakukan pengukuran.
➢ Melaporkan hasil pengukuran ( X ± ΔX ) mm.
➢ Pemberian makna terhadap hasil pengukuran.
3. Mengukur panjang, lebar dan tinggi balok dengan mikrometer sekrup (aplikasi venier
caliper)
➢ Posisi balok harus ada di titik nol alat ukur yang ada di aplikasi
➢ Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.
➢ Cara membaca skala alat ukur atau melakukan pengukuran.
➢ Melaporkan hasil pengukuran ( X ± ΔX ) mm.
➢ Pemberian makna terhadap hasil pengukuran.
4. Mengukur diameter kelereng dengan jangka sorong.
➢ Posisi balok harus ada di titik nol alat ukur.
➢ Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.
➢ Cara membaca skala alat ukur atau melakukan pengukuran.
➢ Melaporkan hasil pengukuran ( X ± ΔX ) mm.
➢ Pemberian makna terhadap hasil pengukuran.
5. Mengukur diameter kelereng dengan mikrometer sekrup (aplikasi venier caliper)
➢ Posisi balok harus ada di titik nol alat ukur.
➢ Menentukan Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.
➢ Cara membaca skala alat ukur atau melakukan pengukuran.
➢ Melaporkan hasil pengukuran ( X ± ΔX ) mm.
➢ Pemberian makna terhadap hasil pengukuran.
VI. Hasil Praktikum :
3
Tabel Percobaan 1 NST(mm)
NO Nama Alat 1
1 Mistar
2 Jangka sorong 0,1 atau 0,05
3 Mikrometer sekrup 0,01
Tabel Percobaan 2 Bahan Besaran Hasil
No Nama Alat Penghapus Panjang 1,6 cm
1 Mistar
2 Jangka sorong Kelereng Diameter 27,1 mm
3 Mikrometer sekrup Kelereng Diameter 20,32 mm
Tabel Percobaan 3 Jangka Sorong Diameter Kelereng
Pengamat 21,60 mm
No 24,40 mm
1 Pengamat 1 25,80 mm
2 Pengamat 2 22,75 mm
3 Pengamat 3
4 Pengamat 4
No Mikrometer Sekrup Diameter Kelereng
1 Pengamat 1 Pengamat 18,30 mm
2 Pengamat 2 18,36 mm
4
3 Pengamat 3 18,53 mm
4 Pengamat 4 16,70 mm
VII. Analisis Data :
Percobaan 1
a. mencari NST pada mistar
NST = 1 cm ÷10 garis skala nonius
= ,01 cm = 1 mm
Panjang balok =1,6 cm
=16 mm
Ketidakpastian(Δx) = ½ × NST
= ½ × 1 mm
= 0,5 mm
HP = (x ± Δx)mm
= (16 ± 0,5) mm
KR =ΔX ×100%
X
=01,65 ×100%
=3,1%
b. mencari NST pada jangka sorong
NST = skala utama ÷ skala nonius
= (1 cm÷10) ÷10 = 1 ÷ 100
= 0,01 cm = 0,1 mm
Diameter kelereng = 27,1 mm
Ketidakpastian (Δx) = ½ × NST
= ½ × 0,1 mm
= 0,05 mm
HP = (x ± Δx) mm
= (0,1 ± 0,05) mm
KR = ΔX ×100%
X
= 0,05 ×100%
27,1
= 0,18 %
5
c. mencari NST pada mikrometer sekrup
NST = (5 mm ÷ 5) ÷ 2 = 5 ÷ 10 mm
= 0,5 mm
Diameter kelereng 20,32 mm
Ketidakpastian (Δx) = ½ × NST
= ½ × 0,5 mm
= 0,25 mm
HP = (x ± Δx) mm
= ( 0,5 ± 0,25) mm
KR = ΔX ×100%
X
= 0,25 ×100%
20,32
= 1,23 %
Jangka sorong
No Pengamat d(mm) d2(mm2)
1 Pengamat 1 21,60 466,56
2 Pengamat 2 24,40 595,36
3 Pengamat 3 25,80 665,64
4 Pengamat 4 22,75 517,56
Σd2 = 2.245,12
Σd = 94,55
d̅ = (21,60+24,40+25,80+22,75)
4
= 94,4
4
= 23,63 mm
Δd̅ = 1 (N. Σd −( Σd)2)1/2
N
−1
= 1 (4×2.245,12−(94,55))1/2
4 4−1
= 1 (8.980,48−8.939,70)1/2
4
3
= 1 (403,78)1/2
4
=1 (13,59)1/2
4
= 1,69
6
= 1,7
Mikrometer sekrup
No Pengamat d(mm) d2(mm2)
1 Pengamat 1 18,30 334,89
2 Pengamat 2 18,36 337,08
3 Pengamat 3 18,53 343,36
4 Pengamat 4 16,70 278,89
Σd = 71,89
Σd2 = 1.294,22
d̅ = (18,30+18,36+18,53+16,70)
4
= 71,89
4
= 17,97 mm
Δd̅ = 1 (N. Σd −( Σd)2)1/2 N.
N −1
= 1 (4×1−4−(711,89))1/2
4
= 1 (5.176,88−3 5.168,17)1/2
4
= 1 (8,371)1/2
4
=1 (13,59)1/2
4
= 1 (2,9)2
4
= 0,36
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini menggunakan 3 buah alat, yaitu mistar, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Setiap alat ukur tersebut memiliki fungsi, skala terkecil dan
ketelitian yang berbeda. Percobaan mengenai pengukuran dasar ini dimaksudkan untuk
mengukur Panjang, diameter luar dan diameter dalam maupun diameter suatu benda
yang diukur dengan Teknik mengukur yang benar Mistar adalah alat ukur Panjang yang
paling sederhana dan memiliki 2 skala ukuran yaitu skala utama dan skala terkecil.
Skala utama pada mistar adalah sentimeter (cm) dan skala terkecil adalah milimeter
(mm). Nilai skala terkecil mistar yaitu 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm. Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk
7
mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman suatu benda. Jangka sorong
dapat mengukur ketelitian hingga 0,1 mm. skala utama terletak di batang jangka sorong,
sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 bagian dengan Panjang 9 mm
maka disebut nonius. Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur
ketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil, dan dimensi luar benda yang
kecil. Mikrometer sekrup meiliki ketelitian 0,01 mm sehingga cocok untuk mengukur
ketebalan kertas. Dari ketiga alat tersebut yang memiliki ketelitian paling akurat adalah
mikrometer sekrup. Keakuratan yang dimiliki adalah 0,01 mm. sebelum mendapatkan
hasil pengamatan, masing-masing alat ukur, diamati dengan teliti dan seksama agar
penentuan NST tepat. Pengamatan harus sejajar dengan mata pengamat alat ukur.
Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung pada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Kesalahan titik nol ditentukan
dengan rumus ½ NST. Setiap pengukuran selalu memiliki ketidakpastian dalam
pengukuran baik terjadi perbedaan ukuran meskipun menggunakan objek dan alat yang
sama.
Dari percobaan yang telah dilakukan, kami dapat mengukur menggunakan alat-alat
tersebut dengan cara posisi benda berada di titik nol alat ukur, lalu menentukan nilai
skala terkecil (NST) alat ukur. Selain itu, cara membaca skala alat ukur atau melakukan
pengukuran. Lalu melaporkan hasil pengukuran (X ± ΔX ) mm. Dan pemberian makna
terhadap hasil pengukuran berupa hasil kuantitatif dan hasil kualitatif.
IX. Kesimpulan :
Berdasarkan praktikum pengukuraan dasar di atas diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Nilai skala terkecil (NST) pada alat ukur ditentukan pada skala yang tertera pada
alat ukur tersebut.
2. Penggunaan alat ukur harus dengan cara yang benar.
3. Pada praktikum ini diperoleh hasil pengamatan dengan tingkat kepercayaan
tinggi.
4. Kecilnya presentase kualitatif atau kesalahan relative menunjukkan semakin
tepatnya hasil pengukuran.
5. Besarnya presentase kualitatif atau kesalahan relatif menunjukkan semakin
kurang tepatnya hasil pengukuran.
8
6. Setiap alat ukur memiliki fungsinya masing-masing dengan ketelitian yang
berbeda.
7. Alat ukur yang digunakan yaitu mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
8. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm. Jangka sorong dapat
mengukur hingga ketelitiannya 0,1 mm. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian
0,1 mm.
X. Daftar Pustaka :
Esomar, Anthon J, Kinardi A K dan Adni Adjis 1995, Fisika Jakarta Erlangga.
(Ihsan, 2006)
Kanginan, Marthen 2003 Fisika 2000 Jakarta Erlangga.
(Mikrajuddin, 2016)
(Sasmito, 2010)
Suryama, D 2002 Fisika Jakarta Erlangga.
https://www.academia.edu/37559103/laporan_praktikum_fisika_dasar_penguk
uran_dasar_
9
Percobaan II
I. Judul Praktikum : Gaya dan Gerak
II. Tujuan Praktikum :
➢ Mahasiswa akan menyelidiki hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan
gerak benda tersebut.
➢ Mahasiswa dapat memprediksi gerak suatu benda.
III. Alat dan Bahan Bahan :
1. Simulasi Phet Colorado
Alat :
1. Buku
2. Pena
3. Smartphone
IV. Landasan Teori :
Gaya adalah tarikan dan dorongan yang terjadi pada suatu benda. Gaya ini juga
akan menyebabkan benda-benda menjadi berubah posisi atau bentuknya.Gaya juga
termasuk ke dalam besaran vector, karena memiliki nilai dan arah. Simbol dari gaya
adalah huruf F (Force), dan dalam SI (Satuan Internasional), satuan gaya adalah
Newton, yang disingkat dengan N.
Gerak merupakan perpindahan kedudukan suatu benda terhadap benda lainnya.
Baik perpindahan kedudukan yang mendekati maupun menjauhi suatu benda atau
tempat asal akibat benda itu dikenai gaya.
Benda dapat bergerak karena adanya tarikan dan dorongan yang disebut dengan
gaya. Kemampuan benda untuk bergerak disebut dengan energi gerak sehingga
gerak pada benda tersebut menjadi bermanfaat.
V. Prosedur percobaan :
a. Tugas 1
➢ Buka link phet.colorado menggunakan smartphone pilih penjumlahan gaya
https://phet.colorado.edu/sims/html/forces-and-motion-basics/latest/forces-and-
motion-basics_in.html
➢ Tempatkan 2 orang yang berukuran sama dengan jarak yang sama dari gerobak.
10
➢ Buatlah prediksi tentang pergerakan gerobak.
➢ Setelah mengamati gerakan yang sebenarnya, klik pada jumlah kotak kekuatan
di sudut kanan atas simulasi. Catat di buku
b. Tugas 2
➢ Buka link phet.colorado menggunakan smartphone pilih penjumlahan gaya
https://phet.colorado.edu/sims/html/forces-and-motion-basics/latest/forces-and-
motion-basics_in.html
➢ Tempatkan 2 orang yang berukuran sama dengan jarak yang berbeda dari
gerobak.
➢ Buatlah prediksi tentang pergerakan gerobak.
11
➢ Setelah mengamati gerakan yang sebenarnya, klik pada jumlah kotak kekuatan
di sudut kanan atas simulasi. Catat di buku
c. Tugas 3
➢ Buka link phet.colorado menggunakan smartphone pilih penjumlahan gaya
https://phet.colorado.edu/sims/html/forces-and-motion-basics/latest/forces-and-
motion-basics_in.html
➢ Tempatkan 2 orang yang berbeda ukuran dengan jarak yang sama dari
gerobak.
➢ Buatlah prediksi tentang pergerakan gerobak.
➢ Setelah mengamati gerakan yang sebenarnya, klik pada jumlah kotak
kekuatan di sudut kanan atas. Catat di buku
12
d. Tugas 4
➢ Buka link phet.colorado menggunakan smartphone, pilih penjumlahan gaya
https://phet.colorado.edu/sims/html/forces-and-motion-basics/latest/forces-and-
motion-basics_in.html
➢ Tempatkan 2 orang yang berbeda ukuran dengan jarak yang berbeda dari
gerobak
➢ Buatlah prediksi tentang pergerakan gerobak.
➢ Setelah mengamati gerakan yang sebenarnya, klik pada jumlah kotak kekuatan
di sudut kanan atas simulasi. Catat di buku.
13
VI. Hasil Praktikum :
Tabel 1
Pergerakan Pergerakan Jumlah
yang
diperkirakan Sebenarnya Kekuatan (0, x-
(tidak ada, kiri, kiri, x-kanan)
kanan)
Ukuran sama, penempatan Tetap Tetap 0N
yang sama pada tali
Tabel 2
Pergerakan yang Pergerakan Jumlah
diperkirakan Sebenarnya Kekuatan
(tidak ada, kiri, (0, x-kiri, x-
kanan) kanan)
Ukuran sama, penempatan yang Tetap Tetap 0N
14
berbeda pada tali
Tabel 3
Pergerakan yang Pergerakan Jumlah
diperkirakan Sebenarnya Kekuatan
(tidak ada, (0, x-kiri,
kiri, kanan) x-kanan)
Ukuran berbeda, penempatan Ke kiri Ke kiri 50-kiri
yang sama pada tali
Tabel 4
Pergerakan yang Pergerakan Jumlah
diperkirakan Sebenarnya Kekuatan
(tidak ada, (0, x-kiri,
kiri, kanan) x-kanan)
Ukuran berbeda, penempatan Ke kanan Ke kanan 50-kanan
yang berbeda pada tali
15
VII. Analisis Data & Pembahasan :
Benda yang dapat bergerak atau diam disebabkan karena adanya gaya. Dari
contoh pada praktikum kali ini gayanya berupa tarikan. Jika ada dua orang yang
posisinya masing-masing satu di kanan dan satunya di kiri lalu memberi gaya yang
sama besar, maka benda yang ditarik tersebut akan tetap diam atau tidak akan
bergerak. Ini disebabkan karena resultan gayanya tetap nol misalnya gaya sebelah
kanan 50 N dan gaya yang di sebelah kiri 50 N juga, maka benda yang ditarik tetap
ada diposisi semula atau tidak bergerak. Lalu benda yang dapat bergerak ini
disebabkan resultan gayanya berbeda. Salah satu dari mereka mempunyai gaya
yang lebih besar maka benda yang ditarik dapat berpindah atau bergerak. Misalnya
gaya yang diberikan yang sebelah kanan 50 N sedangkan gaya yang diberikan
sebelah kiri yaitu 100 N maka akan terjadinya perpindahan atau pergerakan ke
arah kiri sebanyak 50 N.
➢ Untuk contoh gaya yang seimbang, yaitu:
1. Seorang anak yang sedang menaiki sepeda.
2. Orang yang lagi berjalan di atas tali.
➢ Untuk contoh gaya yang tidak seimbang, yaitu:
1. Dua anak yang berbadan kurus dan gendut sedang bermain jungkat-jungkit.
2. Dua anak yang berbadan kurus dan gendut sedang bermain tarik tambang.
Benar atau salah? Gaya yang tidak seimbang menyebabkan perubahan gerak?
Dari praktikum yang kami lakukan tepatnya dipercobaan 1 dan 2, menurut
kelompok kami salah karena resultan gaya yang dihasilkan yaitu nol.
Tarikan yang dilakukan kedua orang tersebut tidak akan mendapatkan perubahan
gerak. Karena gaya yang diberikan oleh kedua orang tersebut sama besar maka
benda yang ditarik akan tetap diam ditempat semula dan tidak terjadi perubahan
gerak.
Benar atau salah? Gaya yang tidak seimbang menyebabkan perubahan gerak?
16
Dari praktikum yang kami lakukan tepatnya dipercobaan 3 dan 4, menurut
kelompok kami benar karena adanya perbedaan resultan gaya yang diberikan
salah satu dari orang tersebut. Maka tarikan pada benda yang dilakukan kedua
orang itu akan mengalami perubahan gerak dan akan bergerak ke arah gaya yang
lebih besar.
Menurut Anda apa cara terbaik untuk membagi teman-teman Anda untuk
permainanan tarik tambang? Pastikan untuk menjelaskan alasan Anda.
Menurut kelompok kami cara terbaik membagi teman-teman untuk
permainan tarik tambang yaitu memposisikan orang yang mempunyai gaya 150
N di ujung tali keduanya. Lalu posisikan 1 orang yang mempunyai gaya 100 N
disebelah kiri maka total gaya yang ada disebelah kiri yaitu 250 N. Kemudian
posisikan 2 orang yang mempunyai gaya 50 N disebelah kanan maka total gaya
yang ada disebelah kanan yaitu 250 N atau sudah sama dengan total gaya yang
disebelah kiri. Meskipun resultan gayanya sama tapi ada perubahan gerak yang
terdapat disitu. Jadi, permainan tarik tambangnya akan ada timbul pergerakan
yaitu saling tarik-menarik meskipun nilai resultan gayanya sama.
Anda dan beberapa teman ada di taman. Anda menemukan beberapa tali dan
memutuskan Anda ingin memainkan permainan tarik tambang. Sayangnya, ada 5
orang sehingga Anda tidak dapat memiliki jumlah orang yang sama disetiap sisi.
Salah satu teman Anda menyarankan bahwa dua orang terbesar harus berada di
satu sisi, sedangkan 3 orang yang lebih kecil harus berada di sisi lain. Apakah
menurut Anda ini cara yang adil untuk membagi tim? Mengapa iya atau mengapa
tidak?
Menurut kelompok kami, tidak adil karena walaupun 2 orang terbesar
melawan 3 orang kecil itu tidak menentukan gaya yang mereka beri itu sama. Bisa
saja yang badan kecil lebih besar gaya yang diberi daripada orang yang berbadan
gendut atau sebaliknya. Jadi, alangkah baiknya saat bermain tarik tambang
dilakukan dengan jumlah dan ukuran badan orang yang imbang.
VIII. Kesimpulan :
Gaya merupakan tarikan atau dorongan suatu kekuatan yang memengaruhi
keadaan suatu benda. Sedangkan, gerak merupakan perpindahan kedudukan suatu
benda terhadap benda lainnya akibat benda itu dikenai gaya.
Ada lima pengaruh gaya terhadap benda, teman-teman, yaitu:
17
➢ Gaya bisa membuat benda diam menjadi bergerak.
➢ Gaya bisa membuat benda bergerak menjadi diam.
➢ Gaya bisa membuat arah gerak benda.
➢ Gaya bisa mengubah kecepatan gerak benda.
➢ Gaya bisa mengubah bentuk benda.
Dan dapat kita ketahui hasil dari praktikum kita kali ini yaitu gaya dapat
mempengaruhi suatu benda akan bergerak atau tidak. Jika besar gaya sama
antara kiri dan kanan maka benda tersebut tidak akan bergerak atau tetap diam
karena hasil resultan gayanya nol. Dan jika besar gaya yang diberikan antara kiri
dan kanan berbeda maka benda tersebut akan mengalami perubahan gerak dan
akan berpindah ke arah gaya yang lebih besar.
IX. Daftar Pustaka :
https://m.merdeka.com/jabar/gaya-adalah-tarikan-dan-dorongan-pada-
sebuah-benda-ketahui-jenis-jenisnya-kln.html
https://m.tribunnews.com/amp/pendidikan/2021/03/27/apa-itu-gerak-berikut-
pengertian-sifat-dan-jenis-gerak
http://eprints.umsida.ac.id/3487/4/artikel%20widya1.docx
X. Lampiran :
18
19
Percobaan III
I. Judul Praktikum : Gerak Parabola
II. Tanggal Praktikum : 04 oktober 2021
III. Tujuan Praktikum :
➢ Siswa dapat memahami tentang gerak parabola.
➢ Siswa mampu menentukan jarak maksimum (Rmax).
➢ Siswa mampu menentukan kecepatan awal benda yang bergerak parabola.
IV. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Pulpen
2. Buku
3. Laptop
Bahan :
1. Simulasi Peth Colorado
http://phet.colorado.edu/simulations/sims.php?sim=Projectile_Motion
V. Landasan Teori :
A. Pengertian gerak Parabola
Gerak parabola merupakan suatu gerak yang lintasannya berbentuk parabola. Gerak
parabola adalah gerak dua dimensi, yang memadukan dua sumbu yaitu sumbu
horizontal dan sumbu vertikal (Putu Artawan, 2014). Pada sumbu horizontal
merupakan Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan sumbu vertikal merupakan Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Asumsi yang banyak dipakai adalah gesekan
udara diabaikan, meskipun kenyataannya gesekan udara sangat berperan dalam
mengurangi energi gerak benda yang akhirnya mengurangi ukuran trayektori
proyektil (Purwadi dkk, 2014). Prinsip gerak parabola benar berlaku pada gerak
benda kalau: bumi homogen, ketinggian benda tetap, tekanan udara kecil atau benda
bergerak lambat, dan terjadi dikutub utara atau kutub selatan (Putu Artawan, 2014).
20
B. Jenis – jenis gerak Parabola
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis gerak parabola antara
lain sebagai berikut. Pertama, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan
kecepatan awal dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak
pada gambar di bawah. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak gerakan
benda yang berbentuk demikian. Beberapa di antaranya adalah gerakan bola yang
ditendang oleh pemain sepak bola, gerakan bola basket yang dilemparkan ke ke
dalam keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola voli, gerakan lompat jauh dan
gerakan peluru atau rudal yang ditembakan dari permukaan bumi.
Kedua, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal pada
ketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontaL. Beberapa contoh gerakan jenis
ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, meliputi gerakan bom yang
dijatuhkan dari pesawat atau benda yang dilemparkan ke bawah dari ketinggian
tertentu.
Ketiga, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal
dari ketinggian tertentu dengan sudut θ terhadap garis horisontal.
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi gerak parabola
a.Adanya pengaruh gaya yang diberikan, misalnya dilempar, ditendang, dipukul,
maupun dilontarkan
b.Adanya gaya gravitasi yang mengarah ke bawah menuju pusat bumi sebesar g =
9,8 m/s²
c.Ketinggian tembok meriam/benda untuk menembakkan peluru
d.Kecepatan awal yang diberikan pada benda mempengaruhi ketinggian maksimum
dan jarak horizontal maksimun karena dipengaruhi jarak dan waktu.
e.Besar kecilnya sudut elevasi yang mempengaruhi ketinggian maksimun. Sudut
elevasi tidak berpengaruh terhadap jarak horizontal maksimum karena
kecepatannya adalah nol.
VI. Langkah Percobaan :
Percobaan 1
21
A. Dengan virtual lab Anda, pilih salah satu faktor yang baru saja Anda disebutkan di
atas dan ajukan pertanyaan untuk menguji faktor tersebut. Tujuannya Anda adalah
untuk mencapai target!
1. Faktor: Pengaruh kecepatan awal
2. Pertanyaan: Apa yang terjadi jika kecepatan awal besar dan kecil?
B. Dengan langkah-langkah
1. Buka aplikasi Phet Colorado
2. Pada simulasi, terdapat empat menu dan pilih intro untuk memulai
3. Pada halaman intro terdapat sebuah meriam dengan ketinggian dan sudut elevasi
bisa diubah.
C. Pada simulasi percobaan pertama, dengan tujuan menyelidiki pengaruh kecepatan
awal dan jarak maksimum yang ditempuh benda.
1. Atur ketinggian meriam menjadi 1 m
2. Atur elevasi meriam sebesar 20o
3. Tekan tombol untuk menembakkan pelur. Akan muncul hasil jarak peluru yang
dilempar jika belum mengenai target coba lagi sampai mengenai target
4. Ubah kecepatan awal meriam menjadi 20 m/s dengan dan elevasi awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru dan ternyata belum mengenai target
5. Ubah kecepatan awal meriam menjadi 15 m/s dengan dan elevasi awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru dan ternyata belum mengenai target
6. Ubah kecepatan awal meriam menjadi 13 m/s dengan dan elevasi awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru dan ternyata belum mengenai target
karena kecepatan awalnya terlalu kecil
7. Ubah kecepatan awal meriam menjadi 14 m/s dengan dan elevasi awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru dan ternyata pas mengenai target
D. Tuliskan hipotesis Anda tentang bagaimana faktor yang Anda pilih akan
mempengaruhi kemampuan Anda untuk mencapai target (jika, maka, karena).
E. Tuliskan variabel pengujian Anda dan variabel hasil
F. Perhatikan variabel apa saja yang harus Anda jaga agar tetap konstan
22
G. Setelah Anda melakukan semua variabel di tempatnya, tembak! Tuliskan apakah
Anda mencapai target Anda? Tuliskan pernyataan kesimpulan yang menjelaskan hasil
Anda.
Percobaan 2
• Dengan virtual lab Anda, pilih salah satu faktor yang baru saja Anda disebutkan di
atas dan ajukan pertanyaan untuk menguji faktor tersebut. Tujuannya Anda adalah
untuk mencapai target!
1. Faktor: Sudut elevasi
2. Pertanyaan: Apa yang terjadi jika sudut elevasi terlalu besar dan kecil?
• Dengan langkah-langkah
1. Buka aplikasi Phet Colorado
2. Pada simulasi, terdapat empat menu dan pilih intro untuk memulai
3. Pada halaman intro terdapat sebuah meriam dengan ketinggian dan sudut elevasi
bisa diubah.
• Pada simulasi percobaan kedua, dengan tujuan menyelidiki sudut elevansi meriam.
1. Atur ketinggian meriam menjadi 1 m
2. Atur kecepatan awal peluru pada 15 m/s
3. Tekan tombol untuk menembakkan pelur. Akan muncul hasil jarak peluru yang
dilempar jika belum mengenai target coba lagi sampai mengenai target
4. Ubah sudut elevasi meriam menjadi 50o dengan dan kecepatan awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru, hasilnya tidak mengenai target
karena terlalu jauh
5. Ubah sudut elevasi meriam menjadi 70o dengan dan kecepatan awal yang tetap.
Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru, hasilnya mengenai target
• Tuliskan hipotesis Anda tentang bagaimana faktor yang Anda pilih akan
mempengaruhi kemampuan Anda untuk mencapai target (jika, maka, karena).
• Tuliskan variabel pengujian Anda dan variabel hasil
• Perhatikan variabel apa saja yang harus Anda jaga agar tetap konstan
23
• Setelah Anda melakukan semua variabel di tempatnya, tembak! Tuliskan apakah
Anda mencapai target Anda? Tuliskan pernyataan kesimpulan yang menjelaskan hasil
Anda.
Percobaan 3
I. Dengan virtual lab Anda, pilih salah satu faktor yang baru saja Anda disebutkan di
atas dan ajukan pertanyaan untuk menguji faktor tersebut. Tujuannya Anda adalah
untuk mencapai target!
1. Faktor: Ketinggian meriam
2. Pertanyaan: Apa yang terjadi jika meriam terlalu tinggi dan rendah?
II. Dengan langkah-langkah
1. Buka aplikasi Phet Colorado
2. Pada simulasi, terdapat empat menu dan pilih intro untuk memulai
3. Pada halaman intro terdapat sebuah meriam dengan ketinggian dan sudut elevasi
bisa diubah.
III.Pada simulasi percobaan ketiga, dengan tujuan menyelidiki pengaruh ketinggian
meriam.
1. Atur sudut elevasi meriam sebesar 70o
2. Atur kecepatan awal peluru pada 15 m/s
3. Tekan tombol untuk menembakkan pelur. Akan muncul hasil jarak peluru yang
dilempar jika belum mengenai target coba lagi sampai mengenai target
4. Ubah ketinggian meriam sebesar 5 m dengan dan kecepatan awal yang tetap. Lalu
tekan tombol untuk menembakkan peluru, ternyata hasilnya hampir mengenai
target
5. Ubah ketinggian meriam menjadi sebesar 2 m dengan dan kecepatan awal yang
tetap. Lalu tekan tombol untuk menembakkan peluru, ternyata hasilnya mengenai
target
IV. Tuliskan hipotesis Anda tentang bagaimana faktor yang Anda pilih akan
mempengaruhi kemampuan Anda untuk mencapai target (jika, maka, karena).
V. Tuliskan variabel pengujian Anda dan variabel hasil
VI. Perhatikan variabel apa saja yang harus Anda jaga agar tetap konstan
24
VII. Setelah Anda melakukan semua variabel di tempatnya, tembak! Tuliskan
apakah Anda mencapai target Anda? Tuliskan pernyataan kesimpulan yang
menjelaskan hasil Anda.
VII. Hasil Praktikum :
Percobaan 1 :
Faktor kecepatan awal
Variabel pengujian :Intro
Hipotesis : Jika kecepatan awal sebesar 20 m/s hasilnya melewati target, karena
kecepatan awalnya besar maka tembakannya akan semakin jauh dan jika kecepatan awalnya
diubah menjadi 14 m/s maka hasilnya mengenai target, karena kecepatan awalnya lebih kecil
maka tembakannya akan menjadi dekat.
No. Kecepatan awal Sudut elevasi Ketinggian
1 20 m/s 20o 1m
2 15 m/s 20o 1m
3 13 m/s 20o 1m
4 14 m/s 20o 1m
Variabel hasil : Pada saat kecepatan awal sebesar 14 m/s peluru mencapai target
Variabel yang harus dijaga : Ketinggian dan sudut elevasi harus tetap konstan
Mencapai target, pada saat kecepatan awal sebesar 14 m/s, pada sudut 20o dan ketinggian 1 m
25
26
Percobaan 2
Faktor sudut elevasi
Variabel pengujian :Intro
Hipotesis : Jika sudut elevasi sebesar 50o maka hasilnya melewati target dan jika
sudut elevasinya diubah menjadi 70o maka hasilnya mengenai target, karena tembakannya
menjadi tinggi dan melambat maka tembakannya akan menjadi dekat.
No. Sudut elevasi Kecepatan awal Ketinggian
1 50o 15 m/s 1m
2 70o 15 m/s 1m
Variabel hasil : Pada saat sudut elevasi sebesar 70o peluru mencapai target
Variabel yang harus dijaga : Kecepatan dan tinggi meriam harus tetap konstan
Mencapai target, pada saat sudut elevasi sebesar 70o, pada kecepatan awal 15 m/s dan
27
ketinggian 1 m
28
Percobaan 3
Faktor ketinggian meriam
Variabel pengujian :Intro
Hipotesis : Jika ketinggian meriam pada 5 m maka hasilnya melewati target dan
jika ketinggiannya diubah menjadi 2 m maka hasilnya mengenai target.
No. Ketinggian Kecepatan awal Sudut elevasi
1 5m 15 m/s 70o
2 2m 15 m/s 70o
Variabel hasil : Pada saat ketinggian meriam sebesar 2m peluru mencapai target
Variabel yang harus dijaga : Sudut elevasi dan kecepatan awal harus tetap konstan
Mencapai target, pada saat ketinggian meriam sebesar 2m, pada sudut 70o dan kecepatan awal
15 m/s
29
VIII. Pembahasan :
Percobaan 1
A. Faktor : Kecepatan awal
B. Apa yang terjadi jika kecepatan awal lebih besar dan lebih kecil?
Jika kecepatan awal lebih besar maka tembakkannya akan semakin jauh dan jika
kecepatan awalnya lebih kecil maka tembakkannya akan semakin dekat. Pada
percobaan pertama, kelompok kami menggunakan 2 situasi yaitu kecepatan awalnya
lebih besar 20 m/s dan tembakkannya akan lebih jauh. Dan jika kecepatan awalnya
lebih kecil menjadi 15 m/s maka tembakkannya akan menjadi lebih dekat dari target.
Tetapi pada percobaan kali ini kami tidak mencapai target karena kecepatan awalnya
terlalu besar yaitu 20 m/s sehingga melewati target. Dan pada kecepatan awal yang
lebih kecil tetap masih melewati target namun setidaknya lebih dekat dengan target.
Percobaan 2
30
A. Faktor : Sudut yang dialami benda
B. Apakah yang terjadi jika sudut yang dialami benda besar dan kecil?
Jika sudut yang dialami benda kecil maka tembakkannya akan semakin jauh. Pada
percobaan kedua ini, variabel hasil yang kelompok kami dapatkan ketika sudut yang
dialami benda besar sebesar 70° maka tembakkannya mencapai target. Mencapai target
karena sudutnya pas 70° dan kecepatannya juga pas 15 m/s sehingga dapat mencapai
target 15 m
Percobaan 3
A. Faktor : Gaya gravitasi
B. Apakah yang terjadi jika gaya yang ditembakkan kecil dan besar?
Jika gaya gravitasinya kecil maka tembakkannya akan jauh dan apabila gravitasinya
besar maka tembakkannya akan lebih dekat. Yang kelompok kami dapatkan adalah
ketika gravitasinya kecil yaitu 10 m/s maka yang terjadi adalah tembakkannya jauh dari
target dan apabila gravitasinya besar sebesar 15 m/s maka tembakkannya semakin dekat
dengan target. Pada percobaan kali ini tidak mencapai target karena ketika kami
melakukan uji pada variabel gaya gravitasinya terlalu kecil sehingga tidak mencapai
targetnya. Dan jika kami melakukan uji pada variabel gaya gravitasinya besar maka
melewati target yang ingin dicapai
IX. Kesimpulan :
Kesimpulan yang bisa diambil dari percobaan juga pembahasan praktikum kali ini
adalah sudut elevansi dan kecepatan awal sangat berpengaruh terhadap tinggi
maksimum dan jarak maksimum yang ditempuh suatu benda dalam gerak parabola.
Sesuai dengan rumusnya, kecepatan awal dan sudut elevansi berbanding lurus
dengan tinggi maksimum dan jarak maksimum dimana semakin besar kecepatan
awal dan sudut elevansinya maka semakin besar juga tinggi maksimumnya dan
semakin jauh juga jarak terjauhnya. Tanpa adanya sudut elevansi juga kecepatan
awal kecepatan awal kita tidak bisa menghitung jarak dan tinggi maksimumnya.
31
Praktikum mandiri tentang gerak parabola menggunakan simulasi PhET “Projectile
Motion” dapat dikatakan efektif digunakan untuk membantu mahasiswa memahami
gerak parabola melalui pembelajaran mandiri di tengan pembelajaran daring ini.
X. Daftar Pustaka :
https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/161766-1601744366.pdf
(Putu Artawan, 2014).
(Purwadi dkk, 2014).
XI. Lampiran :
32
33
34
Percobaan IV
I. Judul Praktikum : Tumbukan
II. Tanggal Praktikum : 24 Oktober 2021
III. Tujuan Praktikum :
1. Menganalisis perubahan yang terjadi pada peristiwa tumbukan
2. Menganalisis perubahan momentum pada peristiwa tumbukan
IV. Alat dan Bahan :
Alat : Bahan :
1. Buku 1. Simulasi Phet Colorado
2. Pena http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Smartphone
V. Landasan Teori :
Peristiwa tumbukan merupakan peristiwa yang menjadi ciri utama sifat-sifat partikel suatu
benda. Tumbukan dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep momentum. Dalam mekanika,
besaran momentum merupakan salah satu besaran gerak yang paling mendasar. Momentum
merupakan besaran besaran vektor dengan arah momentum sama dengan arah kecepatan benda.
Pustaka-pustaka fisika dasar seperti Halliday, dkk (1997) banyak menyajikan pembahasan
tentang momentum. Momentum sebuah partikel didefinisikan sebagai hasil kali massa dan
kecepatannya.
p=mv. (1)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa momentum berbanding lurus dengan massa dan
kecepatan. Semakin besar massa, semakin besar momentum. Semakin besar kecepatan,
semakin besar momentum.
Suatu sistem yang terisolasi tidak akan memiliki gaya-gaya eksternal yang bekerja padanya.
Akibatnya, momentum sistem bernilai konstan. Keadaan tersebut dikenal sebagai hukum
kelestarian momentum. Gaya-gaya internal dalam sistem dapat mengubah energi mekanik total
sistem, tetapi karena selalu terjadi berpasangan, gaya-gaya tersebut tidak dapat mengubah
momentum total sistem. Keadaan ini dapat dilukiskan dalam persamaan berikut.
P=∑mivi =konstan. (2)
35
Sebuah benda bermassa m1 yangbergerak dengan kecepatan awal v1i ke arah benda kedua
yang massanya m2 dan bergerak dengan kecepatan awal v2i. Jika kedua mengalami tumbukan
maka kedua benda setelah bertumbukan akan bergerak dengan kecepatan v1f dan v2f.
Lambang v1f dan v2f merupakan kecepatan akhir benda-benda setelah tumbukan. Kelestarian
momentum dalam sistem tersebut dilukiskan pada persamaan berikut.
m1v1i +m2v2i =m1v1f +m2v2f
m1(v1i −v1f )=m2(v2f −v2i). (3)
Halliday, dkk (1997) menyatakan bahwa persamaan 3 memberikan suatu hubungan antara
kedua kecepatan v1f dan v2f yang dapat diketahui melalui tinjauan energi. Jika tidak ada
perubahan energi potensial pada internal sistem, energi kinetik akhir setelah tumbukan sama
dengan energi awal, sehingga timbul persamaan.
1mv2 +1mv2 =1mv2 +1mv2 2 1 1i 2 2 2i 2 1 1f 2 2 2f
m(v2−v2)=m(v2 −v2) 11i1f 22f2i
m1(v1i −v1f )(v1i +v1f )=m2(v2f −v2i)(v2i +v2f ). (4)
Dengan membagi persamaaan 4 dengan persamaan 3, diperoleh
v1i +v1f =v2f +v2i. (5)
yang dapat ditulis
v2f −v1f =−(v2i −v1i)
∆vf =−∆vi. (6)
Salah satu penerapan hukum kekekalan momentum adalah pada peristiwa tumbukan dua benda.
Dari persamaan 5, dapat diketahui persamaan umum koefisien restitusi pada peristiwa
tumbukan dua benda:
e=−∆vf/∆vi. (7)
Tumbukan dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan koefisien restitusinya yaitu:
a. Tumbukan lenting sempurna
Pada jenis tumbukan ini berlaku hukum kelestarian momentum dan hukum kelestarian energi
kinetik. Pada tumbukan lenting sempurna besarnya nilai koefisien restitusi e = 1.
36
b. Tumbukan inelastik/tidak lenting sama sekali Pada peristiwa ini sesaat setelah tumbukan
kedua benda bersatu dan bergerak bersama dengan kecepatan yang sama. Besarnya koefisien
restitusi e = 0.
c. Tumbukan lenting sebagian
Tumbukan lenting sebagian adalah tumbukan yang berada di antara dua keadaan ekstrem
tumbukan lenting sempurna dan tumbukan tidak lenting sama sekali. Nilai e antara 0 dan 1.
VI. Prosedur percobaan :
Bagian 1
Skenario 1
1. Buka link pada laman modul praktikum tumbukan (Phet Colarado)
2. Kemudian klik "Intro"
3. Lalu ceklis semua menu pilihan kecepatan, momentum, massa nilai, batas pemantulan
dll
4. Atur elastisitas sesuai dengan modul praktikum yaitu 100%
5. Klik momenta diagram untuk menampilkan diagram
6. Atur nilai position sesuai dengan modul praktikum
7. Atur nilai massa benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum yaitu massa
benda nya sama
8. Atur nilai kecepatan benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum
9. Atur kecepatan menjadi slow
10. Terakhir jalankan simulasi tumbukan
11. Jangan lupa catat hasil percobaannya
Skenario 2
1. Buka link pada laman modul praktikum tumbukan (Phet Colarado)
2. Kemudian klik "Intro"
3. Lalu ceklis semua menu pilihan kecepatan, momentum, massa nilai, batas pemantulan
dll
4. Atur elastisitas sesuai dengan modul praktikum yaitu 100%
5. Klik momenta diagram untuk menampilkan diagram
6. Atur nilai position sesuai dengan modul praktikum
37
7. Atur nilai massa benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum yaitu massa
benda nya berbeda
8. Atur nilai kecepatan benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum
9. Atur kecepatan menjadi slow
10. Terakhir jalankan simulasi tumbukan
11. Jangan lupa catat hasil percobaannya
Bagian 2
Skenario 1
1. Buka link pada laman modul praktikum tumbukan (Phet Colarado)
2. Kemudian klik "Intro"
3. Lalu ceklis semua menu pilihan kecepatan, momentum, massa nilai, batas pemantulan
dll
4. Atur elastisitas sesuai dengan modul praktikum yaitu 0%
5. Klik momenta diagram untuk menampilkan diagram
6. Atur nilai position sesuai dengan modul praktikum
7. Atur nilai massa benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum yaitu massa
benda nya sama
8. Atur nilai kecepatan benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum
9. Atur kecepatan menjadi slow
10. Terakhir jalankan simulasi tumbukan
11. Jangan lupa catat hasil percobaannya
Skenario 2
1. Buka link pada laman modul praktikum tumbukan (Phet Colarado)
2. Kemudian klik "Intro"
3. Lalu ceklis semua menu pilihan kecepatan, momentum, massa nilai, batas pemantulan
dll
4. Atur elastisitas sesuai dengan modul praktikum yaitu 0%
5. Klik momenta diagram untuk menampilkan diagram
6. Atur nilai position sesuai dengan modul praktikum
7. Atur nilai massa benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum yaitu massa
benda nya berbeda
8. Atur nilai kecepatan benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum
38
9. Atur kecepatan menjadi slow
10. Terakhir jalankan simulasi tumbukan
11. Jangan lupa catat hasil percobaannya
Skenario 3
1. Buka link pada laman modul praktikum tumbukan (Phet Colarado)
2. Kemudian klik "Intro"
3. Lalu ceklis semua menu pilihan kecepatan, momentum, massa nilai, batas pemantulan
dll
4. Atur elastisitas sesuai dengan modul praktikum yaitu 50%
5. Klik momenta diagram untuk menampilkan diagram
6. Atur nilai position sesuai dengan modul praktikum
7. Atur nilai massa benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum yaitu massa
benda nya sama
8. Atur nilai kecepatan benda pertama dan kedua sesuai pada modul praktikum
9. Atur kecepatan menjadi slow
10. Terakhir jalankan simulasi tumbukan
11. Jangan lupa catat hasil percobaannya
VII. Hasil Praktikum :
Part 1
Skenario 1
Hipotesis : Menurut kelompok kami bola 1 dan bola 2 saling menjauhi
Ball Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum
(kg*m/s)
1 0.25 1.00
0.25
2 0.25 -1.00
-0.25
Total 0.50 0
0
Trial 1 After Sim
39
Ball Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum
(kg*m/s)
1 0.25 -1.00
2 0.25 1.00 -0.25
Total 0.50
0 0.25
0
Trial 2 Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum
Ball (kg*m/s)
0.50 1.00
1 0.50 -1.00 0.50
2 1.00
Total 0 -0.50
0
Trial 2 After Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum
Ball (kg*m/s)
1 0.50 -1.00 -0.50
2 0.50 1.00 0.50
Total 1.00 0 0
Part 1
Skenario 2
Hipotesis : Menurut kelompok kami, bola 2 yang massanya lebih besar akan berhenti terlebih
dahulu dan bola 1 akan tetap bergerak menjauh
Trial 1 Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0,25 1.00 0.25
1
40
2 0.50 -1.00 -0.50
Total 0.75 0 -025
Trial 1 After Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0.25 -1,67 -0.42
1 0,50 0,33 0.17
2 0.75 -0,50 -0.25
Total
Trial 2 Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0.50 1.00 0.50
1 0.75 -1.00 -0.75
2
Total
Trial 2 After Sim
Ball Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
1 0.50 -1.40 -0.70
2 0.75 0.60 0.45
Total 1.25 -0.80 -0.25
Part 2
Skenario 1
Hipotesis : Menurut kelompok kami, kedua bola akan mengarah ke benda yang kecepatannya
lebih kecil
Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0.50 1.00 0.50
1 0.50 -1.00 -0.50
2 1.00 0 0
Total
41
After Sim
Ball Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
1 0.50 0.00 0.00
2 0.50 0.00 0.00
Total 1.00 0 0
Skenario 2
Hipotesis : Menurut kelompok kami, bola akan mengarah ke benda yang massanya lebih kecil
Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0.50 1.00 0.50
1 0.75 -1.00 -0.75
2 1.25 0 -0.25
Total
Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
After Sim 0.50 -0.20 -0.10
Ball 0.75 -0.20 -0.15
1 1.25 -0.40 -0.35
2
Total
Skenario 3
Hipotesis : Menurut kelompok kami, ada bola yang diam dan ada bola yang tetap bergerak
menjauh
Before Sim Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
Ball 0.50 1.00 0.50
1 0.50 -1.00 -0.50
2 1.00 0 0
Total
After Sim
42
Ball Mass (kg) Velocity (m/s) Momentum (kg*m/s)
1 0.50 -0.50 -0.25
2 0.50 0.50 0.25
1.00 0 0
Total
VIII. Analisis Data :
Bagian 1
Skenario 1
Percobaan pertama
M1= M2= 0.25 Kg (Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan)
V1= 1 m/s V1’= -1 m/s
V2= -1 m/s V2’= 1 m/s
Tumbukan lenting sempurna
m1 . V1 + m2 . V2 = m1 . V1’ + m2 . V2’
m (V1 + V2 ) = m (V2’ + V1’ )
0.25 ( 1 - 1 ) = 0.25 ( 1 - 1 )
0=0
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut sama dengan jumlah momentum akhir.
Percobaan kedua
M1= M2= 0.50 Kg (Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan)
V1= 1 m/s V1’= -1 m/s
V2= -1 m/s V2’= 1 m/s
Tumbukan lenting sempurna
m1 . V1 + m2 . V2 = m1 . V1’ + m2 . V2’
m (V1 + V2 ) = m (V2’ + V1’ )
0.50 ( 1 - 1 ) = 0.50 ( 1 - 1 )
0=0
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut sama dengan jumlah momentum akhir.
43
Skenario 2
Percobaan pertama
M1= 0.25 Kg
M2= 0.50 Kg (Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan)
V1= 1 m/s V1’= -1.67 m/s
V2= -1 m/s V2’= 0.33 m/s
Tumbukan lenting sempurna
m1 . V1 + m2 . V2 = m1 . V1’ + m2 . V2’
0.25 . 1 + 0.50 ( -1) = 0.25 (-1.67) + 0.50 . 0.33
-0.25 = -0.25
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut sama dengan jumlah momentum akhir.
Percobaan kedua
M1= 0.50 Kg
M2= 0.75 Kg (Tanda negatif menunjukkan arah yang berlawanan)
V1= 1 m/s V1’= -1.40 m/s
V2= -1 m/s V2’= 0.60 m/s
Tumbukan lenting sempurna
m1 . V1 + m2 . V2 = m1 . V1’ + m2 . V2’
0.50 . 1 + 0.75 ( -1) = 0.50 (-1.40) + 0.75 . 0.60
-0.25 = -0.25
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut sama dengan jumlah momentum akhir.
Bagian 2
Skenario 1
M1 = 0.50 Kg
M2 = 0.50 Kg
V1= 1 m/s V1’= 0 m/s
V2= -1 m/s V2’= 0 m/s
Tumbukan lenting sempurna
m1 . V1 + m2 . V2 = ( m1 + m2 ) V1’
44
0.50 . 1 + 0.50 (-1) = ( 0.50 + 0.50 ) . 0
0=0
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut sama dengan jumlah momentum akhir.
Skenario 2
M1 = 0.50 Kg
M2 = 0.75 Kg
V1= 1 m/s V1’= -0.20 m/s
V2= -1 m/s V2’= -0.20 m/s
Tumbukan lenting sebagian
m1 . V1 + m2 . V2 = ( m1 + m2 ) V1’
0.50 . 1 + 0.75 (-1) = ( 0.50 + 0.75 ) . -0.20
-0.25 = 1,05
Jumlah momentum awal lebih kecil dibandingkan momentum akhir.
Skenario 3
M1 = 0.50 Kg
M2 = 0.50 Kg
V1= 1 m/s V1’= -0.50 m/s
V2= -1 m/s V2’= 0.50 m/s
Tumbukan lenting sebagian
m1 . V1 + m2 . V2 = ( m1 + m2 ) V1’
0.50 . 1 + 0.50 (-1) = ( 0.50 + 0.50 ) . -0.50
0 = 0.5
Jumlah momentum awal kedua benda tersebut tak sama dengan jumlah momentum akhir.
IX. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini yaitu menyelidiki kekekalan momentum dan tumbukan suatu benda.
Pertama-tama pada bagian 1 skenario 1, pada percobaan 1 dengan massa benda yang sama
sebesar 0,25 kg dan elastisitas bendanya sebesar 100%. Saat awal sebelum terjadinya tumbukan
45
bola 1 (bola biru) kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,25 kg*m/s. Lalu pada bola
2 (bola ungu) kecepatannya -1 m/s dengan momentum sebesar -0,25 kg*m/s. Diperolehnya
momentum ini karena dikalinya massa benda dengan kecepatannya. Setelah terjadinya
tumbukan, kecepatan dan momentumnya terjadi pertukaran antara bola 1 (bola biru) dan bola
2 (bola ungu). Pada bola 1 (bola biru) kecepatannya menjadi -1 m/s dan momentumnya
menjadi -0,25 kg*m/s. Lalu pada bola 2 (bola ungu) kecepatannya menjadi 1 m/s dan
momentumnya menjadi 0,25 kg*m/s. Kemudian pada percobaan 2 ini sama saja dengan
percobaan 1 yang dimana massa bendanya sama yaitu 0,5 kg dan elastisitas bendanya sebesar
100%. Saat awal sebelum terjadinya tumbukan bola 1 (bola biru) kecepatannya 1 m/s dengan
momentum sebesar 0,5 kg*m/s. Lalu pada bola 2 (bola ungu) kecepatannya -1 m/s dengan
momentum sebesar -0,5 kg*m/s. Diperolehnya momentum ini karena dikalinya massa benda
dengan kecepatannya. Setelah terjadinya tumbukan, kecepatan dan momentumnya terjadi
pertukaran antara bola 1 (bola biru) dan bola 2 (bola ungu). Pada bola 1 (bola biru)
kecepatannya menjadi -1 m/s dan momentumnya menjadi -0,5 kg*m/s. Lalu pada bola 2 (bola
ungu) kecepatannya menjadi 1 m/s dan momentumnya menjadi 0,5 kg*m/s. Pada percobaan 1
dan 2 ini memiliki total momentum yang sama antara sebelum dan sesudah tumbukan yaitu 0,
dimana menunjukkan terjadinya lenting sempurna karena tidak ada hilangnya energi selama
tumbukan. Dan koefisien restitusinya bernilai e = 1.
Pada bagian 1 skenario 2, pada percobaan 1 dengan massa benda yang berbeda yaitu pada bola
1 sebesar 0,25 kg sedangkan pada bola 2 sebesar 0,5 kg dan elastisitas bendanya sebesar 100%.
Saat awal sebelum terjadinya tumbukan pada bola 1 itu memiliki massa benda sebesar 0,25 kg
lalu kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,25 kg*m/s. Lalu pada bola 2 memiliki
massa benda sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya -1 m/s dengan momentum -0,5 kg*m/s. Setelah
terjadinya tumbukan, kecepatan dan momentumnya bertukaran dengan sebelum terjadinya
tumbukan. Pada bola 1 kecepatannya menjadi sebesar -1,67 m/s dengan momentum sebesar -
0,42 kg*m/s. Lalu pada bola 2 kecepatannya menjadi 0,33 m/s dengan momentum sebesar 0,17
kg*m/s. Dimana terjadinya transfer energi dari bola 1 ke bola 2 karena pada bola 1 kecepatan
dan momentumnya lebih besar saat sebelum terjadinya tumbukan tetapi setelah terjadi
tumbukan kecepatan dan momentum menjadi lebih kecil. Kemudian pada percobaan 2 ini sama
dengan percobaan 1 yang dimana massa bendanya berbeda yaitu pada bola 1 sebesar 0,5 kg
sedangkan pada bola 2 sebesar 0,75 kg dan elastisitas bendanya sebesar 100%. Saat awal
sebelum terjadinya tumbukan pada bola 1 itu memiliki massa benda sebesar 0,5 kg lalu
kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,5 kg*m/s. Lalu pada bola 2 memiliki massa
46
benda sebesar 0,75 kg lalu kecepatannya -1 m/s dengan momentum -0,75 kg*m/s. Setelah
terjadinya tumbukan, kecepatan dan momentumnya berubah dengan sebelum terjadinya
tumbukan. Pada bola 1 kecepatannya menjadi sebesar -1,40 m/s dengan momentum sebesar -
0,7 kg*m/s. Lalu pada bola 2 kecepatannya menjadi 0,6 m/s dengan momentum sebesar 0,45
kg*m/s. Pada percobaan 1 dan 2 ini memiliki total momentum yang sama antara sebelum dan
sesudah tumbukan yaitu -0,25 kg*m/s. Sama juga dengan percobaan 1 dimana terjadinya
transfer energi dari bola 1 ke bola 2 karena pada bola 1 kecepatan dan momentumnya lebih
besar saat sebelum terjadinya tumbukan tetapi setelah terjadi tumbukan kecepatan dan
momentum menjadi lebih kecil. Ini menunjukkan terjadinya lenting sempurna karena tidak ada
hilangnya energi selama tumbukan. Dan koefisien restitusinya bernilai e = 1.
Hubungan total momentum awal dan akhir pada bagian 1 skenario 1 dengan massa benda yang
sama. Dimana momentum awal dan momentum akhir pada percobaan 1 dan percobaan 2
memiliki total momentum yang sama yaitu 0. Lalu ketika dilakukan tumbukan antara bola 1
dan bola 2 dengan kecepatan yang ditentukan, maka 2 bola tersebut akan bergerak saling
menjauhi. Sedangkan pada skenario 2 dengan massa benda yang berbeda juga memiliki total
momentum awal dan momentum akhir yang sama. Dimana total momentum awal dan
momentum akhir pada percobaan 1 dan percobaan 2 memiliki total momentum yang sama yaitu
-0,25 kg*m/s. Ketika dilakukan tumbukan antara bola 1 dan bola 2 dengan kecepatan yang
ditentukan, maka benda yang memiliki massa yang lebih berat akan berhenti terlebih dahulu
sedangkan benda yang memiliki massa yang lebih kecil masih tetap bergerak menjauh.
Pada bagian 2 skenario 1, kami menggunakan massa benda yang sama sebesar 0,5 kg dan
elastisitasnya sebesar 0%. Saat awal sebelum terjadinya tumbukan pada bola 1 itu memiliki
massa benda sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,5 kg*m/s.
Lalu pada bola 2 memiliki massa benda sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya -1 m/s dengan
momentum -0,5 kg*m/s. Setelah terjadinya tumbukan, kecepatan dan momentumnya memiliki
nilai yang sama yaitu 0. Dan total momentum awal dan momentum akhir juga tetap sama yaitu
0. Disini dapat kita simpulkan bahwa meskipun elastisitasnya 0% tetapi total momentum awal
dan momentum akhirnya masih tetap sama. Maka elastisitasnya tidak mempengaruhi
kekekalan momentum pada suatu benda. Ini menunjukkan lenting sempurna karena koefisien
restitusinya e = 1.
Pada bagian 2 skenario 2, kami menggunakan massa benda yang berbeda yaitu pada bola 1
sebesar 0,5 kg sedangkan pada bola 2 sebesar 0,75 kg dan elastisitasnya sebesar 0%. Saat awal
47
sebelum terjadinya tumbukan pada bola 1 itu memiliki massa benda sebesar 0,5 kg lalu
kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,5 kg*m/s. Lalu pada bola 2 memiliki massa
benda sebesar 0,75 kg lalu kecepatannya -1 m/s dengan momentum -0,75 kg*m/s. Setelah
terjadinya tumbukan, pada bola 1 massa bendanya sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya berubah
menjadi -0,2 m/s dan momentumnya sebesar -0,1 kg*m/s dan pada bola 2 massa bendanya
sebesar 0,75 kg lalu kecepatannya menjadi -0,2 m/s dan momentumnya sebesar -0,15 kg*m/s.
Maka total momentum awal dan momentum akhirnya berbeda pada sebelum tumbukan total
momentumnya sebesar-0,25 kg*m/s sedangkan setelah terjadinya tumbukan total
momentumnya sebesar-0,35 kg*m/s. Pada percobaan kali ini menunjukkan bahwa mengalami
lenting sebagian karena koefisien restitusinya e = 0,8
Pada bagian 2 skenario 3, kami menggunakan massa benda yang sama sebesar 0,5 kg dan
elastisitasnya sebesar 50%. Saat awal sebelum terjadinya tumbukan pada bola 1 itu memiliki
massa benda sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya 1 m/s dengan momentum sebesar 0,5 kg*m/s.
Lalu pada bola 2 memiliki massa benda sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya -1 m/s dengan
momentum -0,5 kg*m/s. Setelah terjadinya tumbukan, pada bola 1 massa bendanya sebesar 0,5
kg lalu kecepatannya menjadi -0,5 m/s dan momentumnya sebesar -0,25 kg*m/s dan pada bola
2 massa bedanya sebesar 0,5 kg lalu kecepatannya 0,5 m/s dengan momentum 0,25 kg*m/s.
Maka total momentum awal dan momentum akhirnya tetap sama yaitu sebesar 0. Pada
percobaan kali ini menunjukkan bahwa mengalami lenting sebagian dikarenakan koefisien
restitusinya e = 0,5
X. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kelompok kami lakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa jumlah total momentum akan selalu sama baik itu memiliki massa yang sama maupun
berebeda. Sesuai dengan hukum kekekalan momentum, elastisitas tidak berpengaruh meskipun
diubah total akhir momentumnya akan tetap sama. Jenis tumbukan pada percobaan ini adalah
tumbukan lenting sebagian (dengan nilai koefisien restitusi lebih kecil dari satu dan lebih besar
dari nol) terlihat pada bagian 2 skenario 2 dan 3, tumbukan lenting sempurna dengan nilai
koefisien restitusi sama dengan 1 terlihat pada bagian 1 skenario 1 dan 2 percobaan 1 dan 2,
dan tumbukan tidak lenting dengan nilai koefisien restitusi sama dengan nol terlihat pada
bagian 2 skenario 1.
XI. Daftar Pustaka :
48