The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Christian Abie Pratama, 2024-04-06 05:34:42

Katekese Ekaristi oleh Tim Liturgi VL

KATEKESE EKARISTI fix

KATEKESE EKARISTI DAN BULAN KATEKESE LITURGI NASIONAL 2024 Disusun Oleh : Tim Liturgi & Tim Kateketik SMA PL Van Lith Muntilan April 2024 – Mei 2024


KATA PENGANTAR Romo, Bruder, Suster, Bapak dan Ibu, Saudara – saudari VanLithsian yang terkasih dalam Tuhan, Berkah Dalem. Pertama- tama marilah kita menghaturkan syukur dan pujian kita kepada Bapa atas segala rahmat dan karunia yang senantiasa dicurahkan bagi kita. Bulan April, seringkali disebut dengan Bulan Ekaristi. Hal ini bertujuan untuk semakin mengajak umat beriman, agar semakin memaknai perjalanan kehidupan yang dimaknai dalam Perayaan Ekaristi. Pada dasarnya, Ekaristi adalah pusat dan puncak kehidupan umat beriman. Dengan menyambut komuni kudus yang adalah Yesus sendiri, umat beriman dikuatkan dan disatukan penderitaanNya dengan penderitaan Kristus di Salib. Bulan Mei, sejauh mana yang ditetapkan sebagai Bulan Liturgi Nasional. Hal ini bermaksud untuk menggali sejauh mana umat sadar dan paham akan liturgi yang begitu indah yang dimiliki dan ada dalam Gereja Katolik. Liturgi juga diperuntukkan sebagai sarana untuk umat beriman, menanggapi panggilan kekudusan. Kami mohon maaf apabila kami ada banyak kesalahan baik dalam tasfir ataupun dalam kami menuliskannya. Kami juga berharap, semoga dengan disusunnya buku katekese singkat ini, semakin banyak umat terhantarkan memahami makna Ekaristi dan juga semakin memahami khasanah dan pedoman praktis liturgi suci kita. Semoga niat baik ini senantiasa diberkati dan didampingi oleh Allah. Wonosobo, 06 April 2024 Salam dan Cinta Kami Tim Liturgi & Kateketik SMA PL VL


KATEKESE I Hari/Tanggal : Minggu, 14 April 2024 Pelaksanaan : (Disarankan dibawakan sebagai pengganti renungan dalam Doa Malam Tiga Angkatan) Tema : ”Makna , Hakekat, dan Bagian Perayaan Ekaristi” Dalam Dokumen Gereja Sacrosanctum Concillium Bab II mengenai Misteri Ekaristi Suci, no 47 (Ekaristi suci dan misteri Paskah) dikatakan bahwa Ekaristi adalah kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya bagi Gereja yang adalah mempelai-Nya. Ekaristi juga menjadi sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan kasih, dan perjamuan Paskah. Dalam perjamuan itu, Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan yang akan datang. Ekaristi adalah pengenangan kembali akan Yesus. Hal itu ditunjukkan pada pesan yang disampaikan Yesus, sebelum diri-Nya mengalami sengsara bahkan wafatnya, yakni pada perjamuan malam terahkir Yesus, yang kita kenal dengan Perayaan Kamis Putih. Pesan yang sederhana yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya ; ”Lakukanlah ini sebagai kenangan akan daku”. Melalui pesan Yesus ini kita diajak untuk semakin hari memaknai Perayaan Ekaristi sebagai jantung dan pusat kehidupan beriman kita. Hendaknya kita memiliki kerinduan untuk menyambut Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus dalam Ekaristi Kudus. Ekaristi dapat dikatakan terdiri dari dua bagian yakni; Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Keduanya berhubungan begitu erat sehingga disebut suatu tindakan Ibadat. Liturgi Sabda, menghantar umat memahami makna dan sabda dari perkataan yang dilakukan Yesus, dan sesudahnya dihantar dalam Liturgi Ekaristi dimana teladan dan karya penebusan itu dilaksanakan secara nyata yang tampak dalam hosti dan anggur yang dikonsekrir menjadi tubuh dan darah Kristus itu sendiri. SEMOGA EKARISTI YANG KITA LAKSANAKAN, DIIKUTI DENGAN KESADARAN PENUH. BUKAN SEBAGAI SEBUAH FORMALITAS UNTUK DUDUK, DIAM, DAN MENDENGARKAN, NAMUN BERPARTISIPASI AKTIF.


KATEKESE II Hari/Tanggal : Minggu, 21 April 2024 Pelaksanaan : Minggu Paskah IV Tema : ”Liturgi Sabda dalam Perayaan Ekaristi” Liturgi Sabda merupakan salah satu bagian pokok Perayaan Ekaristi. Setelah Doa Pembuka, kita memasuki Liturgi Sabda. Ada 2 struktur pokok Liturgi Sabda: (1) Pewartaan Sabda Allah, dan (2) Tanggapan atas Sabda Allah. Pewartaan Sabda Allah diwujudkan dalam pembacaan Kitab Suci dan Homili. Tanggapan Sabda Allah terungkap melalui Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil. Bacaan Kitab Suci dan Mazmur Tanggapan tidak dapat diganti dengan teks lain yang bukan dari Alkitab. Maka, praktek mengganti bacaan Misa dengan tulisan orang kudus, ajaran Gereja, atau tulisan dari buku yang sedang populer; sungguh-sungguh tidak tepat dan tidak diperbolehkan. Jika ada teks bagus yang bukan dari Kitab Suci, tapi sesuai dengan tema; teks itu dapat ditempatkan di bagian pengantar, atau homili, atau sebelum penutup; tapi jangan ditempatkan sebagai pengganti bacaan Kitab Suci. Seluruh bagian Liturgi Sabda hendaknya dilangsungkan di mimbar. Mimbar adalah “pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda”. Bacaan Pertama, Mazmur Tanggapan, Bacaan Kedua, Injil, Homili, Syahadat, Doa Umat, disampaikan dari mimbar. Dalam PUMR no 56. Liturgi Sabda haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mendorong umat untuk merenung. Oleh karena itu, setiap bentuk ketergesa-gesaan yang dapat mengganggu permenungan harus sungguh dihindari. Selama Liturgi Sabda, Sangat cocok disisipkan saat hening sejenak, tergantung pada besarnya jemaat yang berhimpun. Saat hening ini merupakan kesempatan bagi umat untuk meresapkan sabda Allah, dengan dukungan Roh Kudus, dan untuk menyiapkan jawaban dalam bentuk doa. Saat hening sangat tepat dilaksanakan sesudah bacaan pertama, sesudah bacaan kedua, dan sesudah homili. Ada 3 bacaan pada hari Minggu dan hari raya, yaitu Bacaan Pertama, Bacaan Kedua, dan Injil. Bacaan Pertama pada hari Minggu dan hari raya diambil dari Perjanjian Lama. Bacaan Pertama berhubungan dengan Injil, sehingga ada kesinambungan antara sejarah keselamatan Allah dari Perjanjian Lama dengan


Yesus Kristus yang diwartakan dalam Injil. Untuk misa harian hanya ada 2 bacaan, yaitu Bacaan Pertama dan Injil. Setiap pembacaan Kitab Suci dalam liturgi resmi Gereja harus selalu diakhiri dengan kata-kata: “Demikianlah Sabda Tuhan”. Ini berarti yang telah dibaca adalah Sabda Allah sendiri. Allah hadir dan berbicara kepada umat-Nya melalui bacaan tadi. Untuk Bacaan Pertama dan Bacaan Kedua, umat menjawab: “Syukur kepada Allah”. Untuk Injil, umat menjawab: “Terpujilah Kristus”. Bacaan pertama dan kedua jangan pernah dibacakan oleh pemimpin perayaan, tapi dibacakan oleh lektor. Bila ada diakon tertahbis, maka diakon yang membacakan Injil. Hal tersebut berarti bahwa pemimpin perayaan/pastor yang biasanya memberi homili bukan hanya seorang pewarta Sabda Allah; tapi juga seorang pendengar sabda pula. Sebagai pendengar sabda, pemimpin perayaan ikut mendengarkan pewartaan bacaan pertama dan kedua, serta Injil apabila dibacakan oleh diakon tertahbis.


KATEKESE III Hari/Tanggal : Minggu, 28 April 2024 Pelaksanaan : Misa Minggu Paskah V Tema : ”Liturgi Ekaristi : Pusat Kurban Gereja” Liturgi Ekaristi, adalah bagian terpenting kedua setelah Liturgi Sabda. Setelah kita mendengarkan dan menimba Sabda Allah, sekarang kita memasuki pada Liturgi Ekaristi yang adalah pusat dan inti dari Perayaan Ekaristi. Liturgi Ekaristi juga dapat diartikan juga sebagai pusat dan karya penebusan Allah bagi manusia, yang dengannya dosa kita dihapuskan berkat sengsara, wafat dan pengorbanan Yesus di salib. Liturgi Ekaristi diawali dengan bagian persiapan persembahan dan berpuncak pada Doa Syukur Agung. Liturgi Ekaristi meliputi beberapa bagian yakni; bagian Persiapan persembahan, doa atas persembahan, prefasi, nyanyian kudus, dan dipuncaki dengan Doa Syukur Agung. Bagian Persiapan Persembahan adalah bagian dimana imam dibantu oleh pelayan liturgi yang lain mempersiapkan kurban itu sendiri di atas altar. Hosti dan Anggur yang belum di konsekrir diletakkan diatas corporale (dibaca : corporal). Setelah imam selesai mempersiapkan kurban itu, imam akan membungkuk memberikan hormat pada kurban itu. Dapat juga pada kesempatan hari raya atau misa besar lainnya ketika terdapat pendupaan imam mendupai altar dan kurban. Setelahnya imam akan membasuh tangan dengan maksud dan tujuan agar ia selaku alter Christus dibebaskan dari dosa sebelum ia mempersembahkan kurban bersama dengan umat. Doa atas persembahan bertujuan memohon kepada Allah melalui Roh Kudus, agar berkenan hadir untuk menyucikan dan menguduskan persembahan yang dibawa oleh umat Allah dan dipersembahkan sebagai kurban. Prefasi bertujuan mengajak umat untuk berfokus pada Kristus yang adalah Imam, Altar, dan Kurban itu sendiri. Imam dengan tangan terlentang dan dengan lantang ia berkata : “ Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan” dan umat akan menjawabnya dengan kata ”Sudah kami arahkan”. Dengan kata – kata ini, imam bersama dengan umat mengarahkan hati kepada Allah dan agar disatukan dengan penderitaan dan


kurban Kristus. Prefasi dibawakan sesuai dengan masa tematis, seperti ; masa adven, masa natal, masa prapaskah, masa sengsara, masa biasa, dll. atau dalam berbagai perayaan perayaan votif atau intensi, seperti ; prefasi hati kudus, prefasi ekaristi, prefasi orang kudus, prefasi para martir, dll. Nyanyian Kudus. Nyanyian ini bukan sekedar menjadi nyanyian yang dinyanyikan oleh umat manusia untuk meluhurkan Allah. Pada dasarnya, Nyanyian Kudus adalah nyanyian yang dilagukan oleh para malaikat untuk meluhurkan Allah. Secara sadar atau tidak sadar, ketika kita menyanyikan lagu kudus, berarti kita sedang menjadi malaikat – malaikat yang lidah kita dipergunakan untuk memuji Allah.


KATEKESE IV Hari/Tanggal : Minggu, 5 Mei 2024 Pelaksanaan : Misa Minggu Paskah V Tema : ”DOA SYUKUR AGUNG” Seringkali kita mengikuti Perayaan Ekaristi, namun banyak diantara kita yang kurang paham apa itu Doa Syukur Agung. Apakah kita selama ini hanya berlutut dan menguikutinya tanpa tahu makna yang sebenarnya? Doa Syukur Agung adalah pusat dan puncak dari Perayaan Ekaristi itu sendiri. Doa Syukur Agung sejatinya adalah pengenangan kembali Yesus yang mengadakan perjamuan malam terahkir, dan dengannya meninggalkan kenangan akan Yesus sendiri. Doa Syukur Agung memiliki bagian – bagian yang penting di dalamnya, hari ini dan pada kesempatan ini, mari kita ulas mengenai Doa Syukur Agung. Berikut adalah bagian – bagian dalam Doa Syukur Agung itu sendiri : 1. Bagian Epiklesis (Doa Mohon Berkat) • Epiklesis bertujuan untuk memohonkan berkat Allah untuk roti dan anggur yang akan di konsekrasikan. Dalam Graduale Romannum dikatakan bahwa “ut nobis Corpus et Sanguis fiat dilectíssimi Fílii tui, Dómini nostri Iesu Christi.” Yang biasa kita dengar dengan “Agar menjadi bagi kami, tubuh, dan darah, Tuhan Kami Yesus Kristus”. Dan dengan demikian, terjadi perubahan rupa menjadi tubuh dan darah Kristus yang disebut dengan transubtansiasi. 2. Bagian Kata – Kata Institusi • Kata – kata ini adalah kata- kata yang menggambarkan ketika Yesus mengadakan perjamuan bersama dengan para rasul, yang sekarang kita dengar dan kita hayati Ketika imam mengatakan “TERIMALAH DAN MAKALAH, INILAH TUBUHKU YANG DISERAHKAN BAGIMU. (TERIMALAH DAN MINUMLAH, INILAH PIALA DARAHKU, DARAH PERJANJIAN BARU DAN KEKAL, YANG DITUMPAHKAN BAGIMU DAN BAGI SEMUA ORANG DEMI PENGAMPUNAN DOSA, LAKUKANLAH INI SEBAGAI KENANGAN AKAN DAKU).


3. Anamnese atau Anamnesis • Anamnese adalah jawaban iman kita. Amnanesis berasal dari bahasa Yunani yang berati peringatan atau kenangan. Namun, peringatan atau kenangan yang dimaksud dalam kata “anamnesis” bukan sekadar kenangan di masa lalu tetapi anamnesis merupakan kenangan yang terjadi pula pada saat kenangan itu dihadirkan kembali. 4. Doxology • Per Ipsum, Cum Ipso, et In Ipso yang berarti : Dengan Pengantaraan Dia, bersama Dia dan Dalam Dia. • Istilah doksologi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata δόξα [dόxa] yang berarti kemuliaan. Sebagai bagian penutup dari Doa Ekaristi atau sering disebut dengan Doa Syukur Agung, rumusan doksologi bermaksud untuk mewartakan kemuliaan Tuhan. Kata doksologi yang dalam bahasa Latin doxologia atau gloria dapat juga diterjemahkan dengan kemuliaan, penghormatan, pujian atau keluhuran.. • Dengan kata lain, doksologi adalah suatu doa atau madah pujian yang melambungkan kemuliaan dan keagungan Allah. Doksologi adalah pemuliaan yang mengungkapkan keagungan rahmat dan pujian bagi Allah. Doksologi adalah misteri penyelamatan dalam hidup kita. Melalui PutraNya, Bapa menciptakan segala sesuatu; melalui-Nya, Bapa menebus dosa manusia dan terus menerus menyempurnakannya dengan kemuliaan-Nya. Melalui Kristus dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Bapa memberi kehidupan bagi segala ciptaan, memberkatinya dan menjadikannya lebih baik dan berkembang.


KATEKESE V Hari/Tanggal : Minggu, 12 Mei 2024 Pelaksanaan : (Sebagai pengganti renungan Doa Malam Tiga Angkatan) Tema : ”Komuni” Ritus Komuni adalah Ritus yaang dilaksanakan setelah Liturgi Ekaristi. Setelah kita memaknai dan hadir langsung dalam misteri penebusan Kristus, saat ini kita diperkenankan menyambut Yesus sendiri dan dengan demikian kita memetik buah salib dan buah penderitaan Kristus. Ritus Komuni terdiri atas beberapa bagian. Diawali dengan Doa Bapa Kami, Doa Embolisme, Doa Damai, Anak Domba Allah dan Pemecahan Roti serta pembagian komuni itu sendiri. Doa Bapa Kami adalah doa yang diajarkan langsung oleh Yesus kepada para rasul-Nya dan doa yang diajarkan Yesus kepada kita sebagai doa yang merupakan sapaan bagi Allah yang adalah Bapa kita, serta doa umat beriman. Doa Embolisme • Embolisme berarti sisipan. Doa ini disebut doa sisipan karena melanjutkan dan mengembangkan doa permohonan terakhir dari doa Bapa Kami, yaitu: “...bebaskanlah kami dari yang jahat”. Embolisme disisipkan atau ditambahkan pada doa Bapa Kami supaya isi permohonan mengenai pembebasan dari kuasa jahat lebih dikembangkan. Permohonan akan pembebasan dari yang jahat itu dihubungkan dengan permohonan damai dan perlindungan dari berbagai cobaan dan gangguan. Doa embolisme diucapkan atau dinyanyikan imam. Doa Damai • Ritus damai dilaksanakan setelah doa Bapa Kami sebagai persiapan untuk menyambut Komuni. Maksud penempatan ritus damai setelah doa Bapa kami: “Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman menyatakan persekutuan dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus. Maka, Salam Damai yang dilakukan bukan pertama-tama untuk saling memaafkan, akan


tetapi lebih untuk mengungkapkan persekutuan dan kesatuan hidup bersama dalam damai. Pemecahan Roti dan Anak Domba Allah • Pemecahan roti ini juga mengingatkan kita akan tugas yang dipercayakan kepada kita, yaitu tugas saling mencintai dalam kesatuan. Maka ketika imam memecahkan roti, perlu kita sadari bahwa kita semua dipersatukan oleh cinta kasih Kristus, dan diharapkan menjadi duta kasih dan persatuan. Tak ada permusuhan lagi antar kita, sebab kita semua membawa kasih dan damai Kristus dalam hati kita. Pada waktu memecah-mecah roti, imam memasukkan satu potongan kecil dari roti itu ke dalam piala anggur sambil berdoa dalam hati. Semoga pencampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi kepada kita semua yang akan menyambutnya. • Tindakan ini memiliki beberapa makna simbolis: • Lambang persatuan imam dengan paus – Kebiasaan “mencampurkan sepotong kecil roti dengan anggur” dimasukkan ke dalam Liturgi Romawi sekitar abad VII oleh Paus Sergius I. • Lambang kebangkitan Kristus – Menurut teologi Gereja Suriah, konsekrasi roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Yesus Kristus menghadirkan peristiwa kematian Kristus. Tubuh yang dipisahkan dari Darah Kristus membahasakan peristiwa kematian Kristus. Sedangkan percampuran Tubuh dan Darah Kristus sebelum komuni melambangkan peristiwa kebangkitan Tuhan. Jadi, persatuan (kembali) Tubuh dengan Darah Kristus membahasakan kebangkitan Tuhan. • Sementara imam memecah-mecah roti dan memasukkan sepotong kecil dari roti itu ke dalam piala berisi anggur, dilagukan Anakdomba Allah, seturut ketentuan, oleh paduan suara atau solis dengan jawaban oleh umat. • Kalau tidak dilagukan, Anakdomba Allah didaras dengan suara lantang. Karena fungsinya mengiringi pemecahan roti, nyanyian ini boleh diulang-ulang seperlunya sampai pemecahan roti selesai. Pengulangan terakhir ditutup dengan seruan: berilah kami damai. 78


Sikap Menerima Komuni yang baik dan benar : • Tidak menngobrol atau dalam kondisi hening dalam doa • Mempersiapakan batin dengan berdoa pribadi • Tangan terkatup di dada • Mengikuti misa secara penuh.


KATEKESE VI Hari/ Tanggal : Minggu, 19 Mei 2024 Pelaksanaan : Misa HR Pentakosta Tema : “Musik Liturgi dalam Ekaristi” Salah satu peran aktif umat dalam berpartisipasi melalui musik dan nyanyian dalam Perayaan Ekaristi. Musik dan nyanyian dalam Liturgi memiliki kedudukan integral serta mengabdi pada kepentingan ibadat (Sacrosanctum Concilium art. 112). Artinya musik dan nyanyian termasuk dalam Liturgi itu sendiri, musik dan nyanyian haruslah melayani Liturgi, dan yang boleh menjadi musik dan nyanyian dalam Liturgi adalah yang dapat membantu perjumpaan dengan Tuhan dan sesamanya. Selain itu, dijelaskan dalam SC 14 (Sacrosanctum Concilium 14) bahwa musik dan nyanyian mengungkapkan peran serta umat secara aktif. Adapun diabarkan musik dan nyanyian Liturgi mengungkapkan peran umat secara aktif dalam SC 14 adalah sebagai berikut: 1. Musik dan nyanyian yang sesuai dengan tema Liturgi dan tempatnya akan membantu umat dalam memasuki misteri iman yang dirayakan dan memungkinkan umat untuk lebih baik menangkap sabda Tuhan dan karunia sakramen yang dirayakan; 2. Musik dan nyanyian Liturgi dapat ikut membangun kebersamaan dan kesatuan umat yang beribadat; 3. Musik dan nyanyian Liturgi dapat membangun dan membentuk persaudaraan dan; 4. Musik dan nyanyian Liturgi dapat mempersatukan umat beriman dan membantunya dalam berpatisipasi secara sadar dak aktif dalam perayaan Ekaristi. 5. Membangun peran umat Katolik dalam Liturgi misalnya dalam bernyanyi juga membuat perayaan Ekaristi tersebut semakin meriah. Romo KarlEdmund Prier, SJ menjelaskan bahwa ketika kita bernyanyi maka doa kita pun bertambah. Artinya bahwa ketika kita berdoa dengan darasan, bila kita bernyanyi maka doa tersebut memiliki kesan yang menambah harapan dan iman kita akan Kristus. Bagaimana bila dalam bermusik? Tentunya pun


diharapkan para organis dan pengiring Gereja dimampukan untuk mengiringi lagu Liturgi dengan baik. Apabila dituliskan mengenai musik Liturgi, tentunya tidak cukup hanya membahas mengenai dapat mengiringi dan terdapat aturan yang mengikat dan tertulis dalam Musicam Sacram (instruksi musik dalam liturgi).


KATEKESE VI Hari/ Tanggal : Minggu, 26 Mei 2024 Pelaksanaan : Misa HR Tritunggal Maha Kudus Tema : “Pengetahuan Liturgi dasar seorang Organis” Organis adalah salah satu petugas liturgi yang memiliki peranan penting bagi lancar dan khidmatnya suatu perayaan Ekaristi. Tugasnya adalah mengiringi nyanyian umat dan/atau solis/koor. Untuk melaksanakan tugas ini diperlukan tidak hanya kemampuan musikal yang baik, tapi juga pengetahuan liturgi yang baik sehingga dapat turut serta meningkatkan kualitas perayaan Ekaristi sekaligus membantu umat dalam berdoa dan bernyanyi. Yang perlu diperhatikan seorang organis adalah 1. NYANYIAN MISA • Dalam satu perayaan Ekaristi, dimungkinkan ada banyak nyanyian. Secara garis besar nyanyian Misa dapat dibagi dua, yakni: Proprium, yakni nyanyian yang berubah seturut penanggalan liturgi, meliputi nyanyian pembuka, nyanyian komuni, mazmur tanggapan, dan bait pengantar injil. • Ada pula yang biasa disebut ordinarium, yakni bagian yang tetap dari Misa, meliputi: kyriale (Kyrie, Gloria, Credo, Sanctus, Agnus Dei), Bapa Kami, Anamnesis, dan aklamasi-aklamasi serta dialog-dialog yang dinyanyikan oleh Imam dan ditanggapi oleh seluruh umat. Selain itu bacaan-bacaan, doa umat, dan doa syukur agung dapat pula dinyanyikan. Nyanyian persembahan sifatnya opsional, artinya tidak perlu dinyanyikan bila tidak ada perarakan persembahan. 2. BAGIAN YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DIIRINGI • Seperti yang sudah disampaikan di atas, tugas organis adalah mengiringi nyanyian umat dan/atau solis/koor. Setiap bagian yang dinyanyikan oleh umat dapat diiringi. Misalnya ketika jawaban umat "Terpujilah Kristus" setelah bacaan Injil. • Namun organis tidak pernah boleh mengiringi bagian Imam, karena suara Imam sebagai pemimpin perayaan harus terdengar jelas tanpa diganggu suara lain yang berpotensi mengalihkan perhatian umat. Jadi


misalnya dalam aklamasi sesudah Injil, ketika Imam menyanyikan "Demikianlah Injil Tuhan" organis tidak boleh mengiringi, kemudian ketika umat menyanyikan tanggapannya "Terpujilah Kristus" organis boleh mengiringi. • Demikian pula dalam doa-doa yang didaraskan oleh Imam, organis tidak boleh mengiringi. Biasanya ini terjadi dalam perayaan perkawinan ketika pemberkatan cincin, organis atau koor malah mengiringi dengan nyanyian atau musik instrumental. Begitu pula pembacaan bacaanbacaan, apalagi doa syukur agung tidak boleh diiringi apapun. Ini juga berlaku apabila bacaan-bacaan dan doa-doa tersebut dinyanyikan, juga tidak boleh diiringi. • Bagaimana dengan Mazmur Tanggapan, apakah nyanyian pemazmur boleh diiringi? Memang pernah ditemui organis yang tidak mengiringi ayat-ayat mazmur dan hanya mengiringi ulangan saja, biasanya didasari pada argumen seperti di atas, bahwa nyanyian mazmur termasuk dalam bacaan Kitab Suci. • Memang Mazmur tanggapan adalah bagian Kitab Suci, namun sifat Mazmur Tanggapan adalah tanggapan umat atas Sabda Allah yang baru saja diperdengarkan, sehingga sesungguhnya bagian tersebut, termasuk ayatnya, adalah bagian umat. 3. REGISTER SUARA • Alat musik liturgi resmi Gereja Katolik adalah orgel pipa. Alat musik ini selain suaranya yang khas, juga memiliki ciri khas lain yakni pedalnya yang panjang sebanyak sekitar 2 oktaf, berbeda dengan organ modern yang hanya sekitar 1,5 oktaf. • Bisa dikatakan, di setiap gereja di KAJ selalu ada organ modern, khususnya merk Yamaha yang konon user friendly dan dapat mengeluarkan lebih banyak suara. Bila demikian, sungguh baik apabila suara organ yang menyerupai orgel pipa tetap dipertahankan sebagai register utama untuk mengiringi nyanyian. 4. VOLUME • Mengingat peran organ sebagai pengiring, tentu saja volumenya tidak boleh lebih keras dari yang diiringi. Dalam liturgi, kata-kata nyanyian memiliki porsi utama, maka jangan sampai kata-kata menjadi tidak jelas


karena tertimpa suara iringan. Maka sangat perlu bagi organis melakukan penelitian kecil-kecilan untuk mengetahui volume ideal. 5. NYANYIAN MERIAH • Ada beberapa nyanyian yang punya sifat meriah. Dalam pemahaman saya nyanyian yang harus meriah adalah Kemuliaan, Bait Pengantar Injil sampai Aklamasi Sesudah Injil, aklamasi sebelum prefasi dan Kudus. Pada bagian ini biasanya saya pakai register meriah, seperti Octave 2, untuk memacu umat dan menunjukkan kemeriahan nyanyian-nyanyian ini. 6. NYANYIAN BERBENTUK DIALOG • Yang dimaksud nyanyian berbentuk dialog adalah nyanyian yang dibagi dalam dua kelompok, yakni koor dan umat. Contohnya adalah lagu-lagu kyriale di Puji Syukur misalnya Misa Kita II, selalu ada bagian yang dikhususkan untuk koor dan ada yang khusus umat. 7. MUSIK INSTRUMENTAL • Alasan mengisi kekosongan Imam membersihkan bejana misalnya, seperti itu sesungguhnya tidak tepat karena fungsi nyanyian adalah mengiringi prosesi. Nyanyian pembuka untuk mengiringi perarakan pembuka, nyanyian persiapan persembahan untuk mengiringi perarakan persembahan, dan nyanyian komuni untuk mengiringi prosesi komuni. • Nyanyian tetap boleh dilangsungkan sampai setelah perarakan itu selesai, namun bila nyanyian selesai ketika prosesinya sudah selesai, tidak perlu ada nyanyian lagi. Khususnya dalam hal prosesi komuni, saat hening sesudah komuni juga merupakan bagian dari ibadat. Maka bila nyanyian komuni sudah selesai, begitu pula prosesinya, tidak perlu ditambahkan nyanyian lagi atau musik instrumental untuk memberikan waktu hening bagi umat. • Pada prinsipnya, musik instrumental diijinkan untuk mengiringi prosesi pembuka, perarakan persembahan dan prosesi komuni, juga pada saat akhir Misa. Tentu saja lebih baik bila bagian tersebut dinyanyikan. Namun memainkan musik secara instrumental tidak diijinkan pada masa


Adven, Prapaskah, Trihari Suci, dan pada perayaan liturgi seputar kematian. Pada masa-masa itu, alat musik hanya diijinkan untuk mengiringi nyanyian dan tidak untuk dimainkan tersendiri. 8. ORGANIS BUKAN PEMIMPIN NYANYIAN • Dalam suatu perayaan Ekaristi atau ibadat lainnya, pemimpin nyanyian adalah seorang dirigen atau bila tidak ada dirigen adalah solis. Organis adalah pengiring dan bukan pemimpin nyanyian. Maka dalam menjalankan tugasnya, seorang organis terikat pada kewajiban untuk taat kepada si pemimpin nyanyian. Sering terjadi ada organis yang memainkan tempo lagu sesukanya sendiri dan tidak sesuai dengan abaaba dirigen. Yang seperti ini tidak tepat dan hanya menunjukkan ego si organis. Taat pada pemimpin nyanyian adalah bagian dari spiritualitas seorang organis.


Click to View FlipBook Version