The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by riyani.kembar, 2021-08-19 03:39:54

K3 DALAM MENJAHIT

K3 DALAM MENJAHIT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
KEGIATAN BELAJAR 1..................................................................................... 3
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)......................................... 3
A. PENDAHULUAN........................................................................................... 3

1. Deskripsi Singkat................................................................................. 3
2. Relevansi ............................................................................................. 3
3. Petunjuk Belajar ................................................................................. 4
B. Inti.................................................................................................................... 4
1. Capaian Pembelajaran ......................................................................... 4
2. Pokok-Pokok Materi............................................................................ 5
3. Uraian Materi................................................................................................... 5
a. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja ......................................... 5
b. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja .................................... 7

1). Keselamatan Kerja (Safety)............................................................ 7
2). Kesehatan Kerja (Health) .............................................................. 8
c. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja..........................................9
d. Klasifikasi Kecelakaan Kerja ........................................................... 10
e. Kesehatan dan Keselamatn Kerja Menjahit ...................................... 12
f. Alat Pelindung Diri (APD) ................................................................ 16
1) Pengertian Alat Pelindung Diri.................................................... 16
2) Jenis-jenis Alat Pelindung Diri .................................................... 16
g. APD Untuk Menjahit......................................................................... 23
h. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menjahit..................................... 27
i. Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja Menjahit.............................
j. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Menjahit.....................
k. Sikap Kerja dalam Produksi Busana ................................................. 42
4. Forum Diskusi ............................................................................................... 45
C. PENUTUP ..................................................................................................... 46
1. RANGKUMAN ......................................................................................... 46
2. TES FORMATIF ........................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 46

ii

KEGIATAN BELAJAR 1
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat
Dalam melakukan suatu pekerjaan baik di rumah atau di industri

diperlukan keselamatan dan kenyamanan kerja. Hal tersebut akan
berdampak pada produktifitas kerja. Dalam kegiatan produksi busana baik
secara custom made dan industri sangat membutuhkan pengetahuan tentang
K3 ini terutama di industri garmen yang banyak mengggunakan berbagai
alat atau mesin berkecepatan/ bertegangan tinggi, menuntut perusahaan
memberikan bekal sikap, ketrampilan yang harus tertanam saat bekerja
dengan optimal agar seminimal mungkin mendapat kendala atau terjadi
kecelakaan yang mempengaruhi produktifitas kerja. Dalam kegiatan belajar
1 ini akan dibahas mengenai K3 yang harus diperhatikan pada saat
melaksanakan proses produksi busana.

2. Relevansi
Sebagai peserta didik Tata Busana modul ini sangat bermanfaat

sebagai bekal untuk belajar Dasar Teknologi Menjahit. Konsep-konsep
tentang Kesehatan dan keselamatan kerja saat melakukan praktik menjahit
pada mata pelajaran Teknologi menjahit secara lengkap terdapat dalam
modul ini.Materi ajar ini sangat penting diterapkan sebelum kita
melaksanakan kegiatan menjahit baik menjahit secara custom made
maupun industri demi keselamatan dan menjaga diri kita dari bahaya saat
melaksanakan kegiatan penjahitan karenaproses produksi ini berhubungan
dengan listrik dan benda-benda tajam. Sehingga setelah mempelajari
modul ini diharapkan peserta didik mampu menganalisis keselamatan dan
kecelakaan kerja saat praktik menjahit pada mata pelajaran Teknologi
Menjahit. Selain itu modul ini penting untuk dipelajari semua peserta didik
Tata Busana karena sebagai materi dasar dalam pembuatanbusana.

3

3. Petunjuk Belajar
Sebelum mempelajari inti pokok materi dalam modul ini, pembaca
diharapkan dapat membaca petunjuk belajar berikut:
a. Baca dan pahamilah secara detail informasi yang sudah dituangkan
pada lembar deskripsi.

b. Pahami capaian pembelajaran yang telah dituangkan dalam setiap
kegiatan pembelajaran

c. Bacalah materi bagian demi bagian dengan detail secara keseluruhan,

dari awal sampai akhir agar anda mudah mendapatkan gambaran isi
modul
d. Usahakan untuk menguasai dari kegiatan belajar pertama atau awal
dengan baik sebelum pindah pada kegiatan belajar berikutnya
e. Kerjakanlah tugas-tugas dan latihan mengerjakan tes formatif dengan
optimal.
f. Diskusikan dengan teman, apabila menemui permasalahan,
tanyakanlah atau mintalah bimbingan instruktur.

B. Inti

1. Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis keselamatan dan kecelakaan kerja
3.1.1 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3.1.2 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3.1.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3.1.4 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Dalam Menjahit
3.1.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menjahit
3.1.6 Alat pelindung diri dalam menjahit

4.1 Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja
4.1.1 Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja saat menjahit
4.1.1 Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) menjahit
2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar , peserta didik mampu:
3.1 Menganalisis keselamatan dan kecelakaan kerja
3.1.1 Konsep kesehatan dan keselamatan kerja
3.1.2 Merumuskan pengertian keselamatan kerja
3.1.3 Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja

4

3.3.4 Klasifikasi kecelakaan kerja menjahit
3.1.5 Kesehatan dan keselamatan kerja menjahit
3.1.6 Alat Pelindung Diri Dalam Menjahit
4.1 Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja
4.1.1 Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan kerja menjahit
4.1.2 Melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan kerja menjahit

5

3. Pokok-Pokok Materi
Kegiatan belajar ini mencakup materi tentang:
a. Konsep kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
c. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Klasifikasi kecelakaan kerja menjahit
e. Kesehatan dan keselamatan kerja menjahit
f. Alat Pelindung Diri Dalam Menjahit
g. Tindakan pencegahan kecelakaan kerja menjahit.
h. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) kerja menjahit.

4. Uraian Materi

a. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

munculnya berbagai inovasi baru dibidang teknik produksi, mendorong
perusahaan untuk meningkatkan keterampilan sumber daya manusia
dan peralatan agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
mengandalkan sektor industri sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan pertumbuhan di bidang ekonomi. Perkembangan
teknologi industri yang maju dengan pesat disatu sisi memberikan
manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain
teknologi juga menebar berbagai ancaman serius bagi kesehatan dan
keselamatan masyarakat, terutama bagi pekerja dan lingkungan sekitar
tempat kerja. Semakin tinggi teknologi yang digunakan, semakin tinggi
pula resiko bahaya yang dihadapi.

Dalam industri modern, kelangsungan hidup suatu perusahaan
dipengaruhi oleh keberadaan tenaga kerja yang professional. Sementara
untuk menciptakan tenaga kerja yang professional membutuhkan biaya
yang tinggi dan waktu yang cukup lama, oleh karena itu penting bagi
suatu perusahaan untuk memperhatikan aspek kesehatan dan
keselamatan kerja agar kualitas para pekerja tidak mengalami degradasi.

Hal lain juga ikut mendorong perlunya perhatian serius terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja seiring menguatnya desakan akan

penegakan hak-hak asasi manusia (HAM) sebagai suatu fenomena
6

global. Dalam prespektif penegakan HAM, adanya jaminan terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan dipandang
sebagai bagian integral dari penegakkan hak-hak asasi manusia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerjapasal 1 ayat 1 menyatakan, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Sistem Manajemen K3) merupakan
bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian danpemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangkapengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif. Sedangkan pada pasal 2 dijelaskan
mengenai Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3 adalah untuk
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa 85% kecelakaan
disebabkan oleh faktor manusia sehingga salah satu upaya untuk
mencegahnya adalah dengan meningkatkan kesadaran, memberikan
pengetahuan, membangun sikap dan perilaku sehingga membentuk
budaya K3. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan K3 menjadi
elemen penting dalam membangun budaya K3. Dalam pendidikan dan
pelatihan harus dilakukan tidak dibatasi pada pencegahan bahaya dalam
pekerjaan, tapi harus diperluas untuk mencakup semua daerah dimana
individu baik anak atau orang dewasa, kemungkinan besar akan
dihadapkan dengan atau bermain bagian dalam menciptakan resiko atau

7

bahaya. Pendidikan, informasi dan pelatihan K3 dimulai dari usia dini,
selama menempuh pendidikan dan selama bekerja.

b. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu tindakan
implementasi pemahaman dari teori K3 yang bertujuan untuk menjaga
pekerja maupun peralatan kerja dari kecelakaan dan kerusakan
sehingga dapat menjamin keutuhan dan kesempurnaan pelaksanaan
kerja (K. Ima Asmara, 2018).Menurut standar internasional penerapan
sistem manajemen K3, OHSAS 18001 (Occupational Health and
Safety Assesment) Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan
sebagai semua kondisi dan faktor yang berdampak pada keselamatan
dan kesehatan kerja dari tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor,
pemasok, pengunjung, tamu) ditempat kerja.Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya terhadap
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.Sedangkan secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja
dapat diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.

c. Keselamatan Kerja (Safety)
Menurut KBBI kata keselamatan berarti perihal (keadaan dan

sebagainya) selamat, kesejahteraan, kebahagiaan. Keselamatan kerja
merupakan keadaan terhindar dari bahaya saat melakukan kerja.
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.Keselamatan kerja
adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

8

bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sri Redjeki, 2016).

Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan
untuk melindungi pekerja dan menjaga keselamatan orang lain,
melindungi peralatan, tempat kerja, dan bahan produksi serta menjaga
kelestarian lingkunagn hidup dan menciptakan proses produksi yang
lancar (K. Ima Ismara). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
keselamatan (safety).
1) Mengendalikan kerugian akibat kecelakaan (control of accident
loss)
2) Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko
yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risk)

d. Kesehatan Kerja (Health)
Kata kesehatan menurut WHO (World Health Organization) yaitu

suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya
tidak adanya penyakit atau kelemahan. Menurut Kemenkes RI dalam
UU No. 23 tahun 1992 kesehatan berarti suatu keadaan normal dan
sejahtera dari badan, sosial dan jiwa yang memungkinkan seseorang
untuk dapat melakukan aktifitas dan hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

Kesehatan kerja merupakan derajat atau tingkat keadaan fisik dan
psikologi individu (the degree of physiological and psychological well
being of the individuals). Kesehatan kerja merupakan penyelenggaraan
dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik,
mental, sosial tenaga kerja di semua pekerjaan; pencegahan gangguan
kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya; perlindungan
tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan,
dan penempatan; serta pemeliharaan tenaga kerja dilingkungan kerja
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya.

9

e. Dasar Hukum
Sejak diterbitkannya Occupation and Safety Management System

(OHSAS) 18001:1999 mengenai standar manajemen K3 oleh British
Standard Internasional (BSI) dan badan-badan dunia, permasalahan
mengenai K3 mulai mendapat perhatian serius termasuk di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan diterbitkannya beberapa aturan yang terkait
dengan K3.
1) Undang-Undang yang Terkait K3

a) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
b) Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.
c) Undang Undang Dasar 1945 pasal 5, 20 dan 27
d) Undang-Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan
e) Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenaga kerjaan
2) Peraturan Pemerintah yang Terkait K3
3) Peraturan Menteri terkait K3
4) Keputusan Menteri terkait K3
5) Instruksi Menteri terkait K3
a) Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 11 Tahun 1997 tentang

Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.
b) Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan

Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan terkait K3
c) Surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan

Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen
Tenaga Kerja RI No. 84 Tahun 1998 tentang Cara Pengisian
Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan.
d) Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 407 Tahun 1999 tentang
Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift.
e) Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
dan Pengawasan Ketenagakerjaan No. 311 Tahun 2002 tentang

10

Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Teknisi Listrik.

f. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya untuk

mengurangi maupun menghilangkan kemungkinan timbulnya masalah
yang merugikan. Menurut Tasliman (1993) dalam K. Ima Asmara
(2018), tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
1) Melindungi tenaga kerja dalam melaksanakan untuk memperoleh

keselamatan dan kesehatan serta kesejahteraan hidup.
2) Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktiftas nasional

dengan memperoleh keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
yang sesuai.
3) Menjamin keselamatan dan kesehatan bagi setiap orang yang
berada ditempat kerja dan dilingkungan tempat kerja tersebut.
4) Menjamin sumber-sumber produksi dan peralatan-peralatan kerja
digunakan, dipelihara, dirawat secara aman dan efsien.
5) Mencegah dan mengurangi/memperkecil terjadinya kecelakaan
yang terjadi ditempat kerja dan lingkunganya.
6) Mencegah dan mengurangi/memperkecil kemungkinan terjadinya
kebakaran sebagai salah satu bentuk kecelakaan di industri dan
tempat-tempat kerja yang berhubungan dengan api, zat kimia,
listrik dan material yang mudah terbakar.
7) Mencegah dan Mengurangi kerugian yang diderita oleh semua
pihak karena terjadinya kecelakaan dan kebakaran.
8) Memberi perlindungan hukum dan moral bagi tenaga kerja dan
manajemen industri.
9) Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan, sebagai langkah
pertolongan awal dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi.

11

Sedangkan berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, tujuan utama dalam penerapan K3 antara lain adalah sebagai
berikut (Tim K3 FT UNY, 2014).
1) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan

orang lain di tempat kerja.
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara amandan

efisien.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Syarat- syarat ditetapkannya keselamatan kerja berdasarkan UU
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, adalah sebagai berikut:
1) mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2) mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
3) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5) memberi pertolongan pada kecelakaan;
6) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
8) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
9) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya;
14) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;

12

15) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
16) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat,

perlakuan dan penyimpanan barang;
17) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
18) menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

g. Kecelakaan Kerja
Menurut WHO kecelakaan adalah suatu kejadian di luar

kemampuan manusia yang disebabkan kekuatan dari luar, terjadi dalam
sekejap dan dapat menimbulkan kerusakan baik jasmani atau
rohani/jiwa. Kecelakaan adalah suatu kejadian diluar rencana
(unplanned), yang tidak terkendali (undesirable), dan tidak dikehendaki
(uncontrolled) yang disebabkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act)
atau kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga menyebabkan
terhentinya suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun alat-alat (K.
Ima Ismara, 2018). Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
03/Men/98 kecelakaan kerja dapat diartikan sebagai suatukejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yangdapat menimbulkan
korban manusia dan atau harta benda.Sedangkan OHSAS 18001:2007
menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang
berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau
kesakitan(tergantung dari keparahannya), kematian, ataukejadian yang
dapat menyebabkan kematian.

h. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut standar Australian AS 1885 tahun1990 kejadian adalah

suatu proses atau keadaan yang mengakibatkan kejadian cidera atau
penyakit akibat kerja. Mekanisme terjadinya cidera/ sakit akibat kerja
tersebut digolongkan sebagai berikut (K. Ima Asmara, 2018).

13

1) Jatuh dari atas ketinggian
2) Jatuh dari ketinggian yang sama
3) Menabrak objek dengan bagian tubuh
4) Terpajan oleh getaran mekanik
5) Tertabrak oleh objek yang bergerak
6) Terpajan oleh suara keras tiba-tiba
7) Terpajan suara yang lama
8) Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)
9) Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah
10) Otot tegang lainnya
11) Kontak dengan listrik
12) Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas
13) Terpajan radiasi
14) Kontak tunggal dengan bahan kimia
15) Kontak lainnya dengan bahan kimia
16) Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi
17) Terpajan faktor stress mental
18) Longsor atau runtuh
19) Kecelakaan kendaraan/Mobil
20) Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak
21) Mekanisme cidera yang tidak spesifik

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan 2 jenis kerugian dari segi

biaya, yaitu:
1) Biaya langsung (direct cost)

Yaitu biaya yang harus langsung dibayarkan berupa biaya untuk
manusia, seperti pengobatan dan peralatan seperti penggantian atau
perbaikan.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost)

14

 Biaya kehilangan waktu dari penderita/korban;
 Biaya karena terhentinya pekerjaan atau produksi para pekerja

lain akibat kecelakaan di tempat kerja atau rusaknya mesin-
mesin
 Biaya karena hilangnya waktu para pengawas untuk menolong,
mengatur, menyelidiki dan membuat laporan mengenai
kecelakaan;
 Biaya yang disebabkan karena menurunnya produksi akibat efek
samping psikologis yang dialami pekerja;
 Biaya karena terhambatnya kemajuan proyek.

3) Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam
lingkungan kerja meliputi beberapa halsebagai berikut:
a) Hazard (sumber bahaya). Merupakan suatu keadaan yang
memungkinkanataumenimbulkan kecelakaan, penyakit,
kerusakan atau menghambatkemampuan pekerja yang ada
b) Danger (tingkat bahaya). Peluang bahaya sudah tampak (kondisi
bahayasudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan
preventif.
c) Risk, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus
tertentu
d) Insident. Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang
tidakdiinginkan, yang dapat/ telah mengadakan kontak dengan
sumber energiyang melebihi ambang batas badan/struktur)
e) Accident. Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau
kerugian(manusia/benda)

Menurut K. Ima Asmara, dkk (2018: 9) timbulnya kecelakaan
kerja dapat disebabkan oleh:
a) Unsafe acts (tindakan tidak selamat)

15

Adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
Seorang manusia/karyawan melakukan tindakan tidak selamat
dapat dilatarbelakangiantara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut:
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
 Keletihan dan kelesuan
 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
b) Unsafe conditions (kondisi tidak selamat)
Adalah kecelakaan yang disebabkan oleh kondisi di tempat kerja
yang tidak aman. Meliputi:
 Mesin, peralatan dan perlengkapan kerja, bahan dsb
 Lingkungan
 Proses
 Sifat pekerjaan

Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja
Teknik-teknik praktis pencegahan kecelakaan kerja:
a) Nyaris

 Membudayakan pelaporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
 Menyelidikinya untuk mencegah kecelakaan serius.
 Menumbuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan.
b) Identifikasi Bahaya
 Melakukan inspeksi keselamatan kerja dan patroli.
 laporan dari operator.
 laporan dari jurnal-jurnal teknis.
c) Pengeliminasian bahaya
 Adanya sarana-sarana teknis.
 Mengubah material.
 Mengubah proses.
 Mengubah pabrik baik dari segi tata letak mesin maupun

kondisi kerja dipabrik.

16

d) Pengurangan bahaya
 Memodifikasi perlengkapan sarana teknis.
 Alat Pelindung Diri (PPE).

e) Melakukan penilaian risiko
f) Pengendalian risiko residual

 Dengan sarana teknis-alarm, pemutusan aliran (trips).
 Sistem kerja yang aman.
 Pelatihan para pekerja.
i. Alat Pelindung Diri (APD)
1) Pengertian Alat Pelindung Diri
APD (Alat Pelindung Diri) adalah peralatan yang digunakan
untuk melindungi diri dariresiko bahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja danpenyakit akibat kerja.APD digunakan oleh
semua/setiap tenaga kerja dan orang lain yangberada di lokasi kerja
yang mempunyai resiko bahaya. Alat Pelindung Diri (APD) ialah
kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya
dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri
maupun orang lain di tempat kerja.

a) Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Kepala

17

Gambar 1. Alat pelindung kepala
Bertujuan untuk melindungi rambut dan kepala para pekerja
dari bahaya terjerat mesin, terbentur, tergores, terpotong atau
tertusuk dan kejatuhan benda serta panas, radiasi, api dan percikan
bahan-bahan kimia berbahaya. Menurut bentuknya, alat pelindung
kepala dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
(1) Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari
benturan, kejatuhan, pukulan benda-benda keras atau tajam.
Topi pengaman harus tahan terhadap pukulan atau benturan,
perubahan cuaca, dan pengaruh bahan kimia. Topi pengaman
harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tidak
menghantarkan listrik ringan dan mudah dibersihkan.
(2) Hood, berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya-bahaya
bahan kimia, api, dan panas radiasi yang tinggi. Hood terbuat
dari bahan yang tidak mempunyai celah atau lubang, biasanya
terbuat dari asbes, kulit, wool, katun yang dicampuri alumunium
dan lain-lain.
(3) Tutup kepala (hair cap), berfungsi untuk melindungi kepala dari
kotoran debu dan melindungi rambut dari bahaya terjerat oleh
mesin-mesin yang berputar. Biasanya terbuat dari bahan katun
atau bahan lain yang mudah dicuci.

Alat Pelindung Mata dan Muka

18

Gambar 2. Alat pelindung mata dan muka
Pelindung mata berfungsi untuk melindungi mata dari percikan
korosif, radiasi, gelombang elektromagnetik dan benturan/pukulan
benda-benda keras atau tajam. Alat ini juga untuk mencegah
masuknya debu-debu ke dalam mata serta mencegah iritasi mata
akibat pemaparan gas atau uap. Alat pelindung mata terdiri dari
kacamata (spectacles) dengan atau tanpa pelindung samping
(shideshield), goggles (cup type/boxtype), dan tameng muka (face
shreen/face shield).

Alat Pelindung Telinga
(1) Ear Plug (penyumbat telinga)

Gambar 3. Alat Pelindung Telinga
19

(2) Ear Muff (Penutup Telinga)

Gambar 4. Alat pelindung telinga
Alat Pelindung Pernafasan
(1) Respirator pemurni (air purifying respirator)

 Chemical respirator, berfungsi membersihkan udara dengan
cara adsorbsi atau absorpsi.

Gambar 5. Resepirator pemurni
 Mechanical filter respirator, digunakan untuk melindungi dari

pemaparan aerosol zat padat dan aerosol zat cair melalui
proses filtrasi.
 Kombinasi mechanical den filter respirator, digunakan pada
penyemprotan pestisida dan pengecatan. Respirator ini
dilengkapi dengan filter dan adsorben sehingga relative lebih
berat dari filter atau cartridge respirator.

20

Gambar 6. Respirator
(2) Respirator penyedia udara (Breathing Apparatus)

 Air line respirator, terdiri dari full-half facepiece (head
covering helmet), saluran udara (air line), dan silinder atau
kompresor udara yang dilengkapi dengan alat pengatur
tekanan.

Gambar 7. Respirator penyedia udara
 Air horse respirator/hosemask, cara kerja air-supplied

respirator mirip dengan air line respirator. Perbedaan kedua
respirator ini terletak pada diameter pipa udara yang
digunakan. Pada hosemask, diameter dari hose cukup besar
sehingga pemakainya masih bisa menghirup udara bersih
sekalipun blower dari respirator tersebut tidak berfungsi.
 Self contained breathing apparatus, digunakan di tempat kerja
ketika terdapat zat kimia yang sangat toksik atau defisiensi
oksigen.

21

Gambar 8. Self contained breathing apparatus
Alat Pelindung Tangan

Gambar 9. Alat pelindung tangan
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan alat
pelindung tangan adalah:
(1) Bahaya yang mungkin terjadi, apakah berbentuk bahan-bahan
kimia korosif, benda-benda panas, panas, dingin atau tajam atau
kasar.
(2) Daya tahannya terhadap bahan-bahan kimia.
(3) Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan.
(4) Bagian tangan yang harus dilindungi.
Alat Pelindung Kaki

22

Gambar 10. Alat pelindung kaki
Sepatu keselamatan kerja (safety shoes) berfungsi untuk
melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat, terpercik
bahan kimia korosif, dan tertusuk benda-benda tajam. Menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan, sepatu keselamatan dibedakan menjadi:
(1) Sepatu pengaman yang digunakan untuk pengecoran baja terbuat
dari bahan kulit yang dilapisi logam krom atau asbes.
(2) Sepatu khusus yang digunakan untuk bahaya peledakan. Sepatu ini
tidak boleh ada paku-paku yang dapat menimbulkan percikan
bunga api.
(3) Sepatu karet anti elektrostatik untuk melindungi pekerja dari
bahaya listrik.
(4) Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan. Sepatu ini ujungnya
dilapisi baja untuk melindungi jari kaki.

Alat Pelindung Ketinggian

Gambar 11. Alat pelindung ketinggian

Alat Pelindung Tubuh (Wearpack)
23

Gambar 12. Alat pelindung tubuh (wearpack)
Pelampung

Gambar 13. Pelampung
Baju pelampung adalah alat yang berfungsi menjaga
penumpang tetap terapung saat terjadi keadaan darurat di kapal.Baju
pelampung sering disebut sebagai life jacket atau workvest

j. APD Untuk Menjahit

Jenis Gambar Fungsi
APD
Penutup Berfungsi untuk melindungi kepala, agar
kepala/ rambut tidak mengenai atau mengganggu
ikat penglihatan pada daerah sekitar wajah
rambut

24

Bidal Berfungsi untuk melindungi jari –jari
pekerja dari tancapan jarum mesin
maupun jarum pentul pada saat menjahit

Celemek Kantong pada celemek berfungsi untuk
menyimpan beberapa peralatan menjahit,
masker selain itu celemek berfungsi untuk
Sandal/ menutupi baju pekerja agar tidak terkena
Sepatu sisa-sisa benang dan serbuk-serbuk kain
yang menempel pada tubuh pekerja.
Berfungsi untuk melindungi alat
pernapasan dari debu, serpihan kain, atau
udara yang terkontaminasi limbah kain di
tempat kerja.
Berfungsi untuk melindungi kaki dari
benda-benda yang tajam yang
kemungkinan berserakan dilantai,
mencengah pekerja terjatuh atau
terpeleset ketika keadaan lantai sedang
licin, melindungi pekerja dari sengatan
arus listrik mesin yang digunakan atau
dari alur kabel yang berada dilantai
Tabel 1 APD Indutri Kecil (Modiste, Tailor, Butik)

Jenis APD Gambar Fungsi
AlatPelin Berfungsi untuk melindungi kepala,
dung agar rambut tidak mengenai atau
Kepala mengganggu penglihatan pada
(Penutup daerah sekitar wajah
Kepala)
25

Alat Berfungsi untuk melindungi alat
pelindung pernapasan dari debu, serpihan
pernapasa kain, atau udara yang
n terkontaminasi limbah kain di
(Masker) tempat kerja.
Alat Biasanya digunakan pada industri
pelindung busana skala besar, dikarenakan
telinga tingkat kebisingan dari mesin-
(ear plug, mesin lebih tinggi dari industri
ear muff) busana skala kecil. Alat ini
berfungsi untuk mengurangi
Alat intensitas suara yang masuk ke
pelindung dalam telinga (melindungi dari
tangan kebisingan)
atau jari Berfungsi untuk melindungi jari –
(tudung jari pekerja dari tancapan jarum
jari atau mesin maupun jarum pentul pada
bidal) saat menjahit
Alat
pelindung Berfungsi untuk melindungi tangan
tangan dari temperatur yang ekstrim baik
(sarung terlalu panas/dingin
tangan)
Berfungsi untuk melindungi kaki
Alat dari benda-benda yang tajam yang
pelindung kemungkinan berserakan dilantai,
kaki mencengah pekerja terjatuh atau
(sandal
26

atau terpeleset ketika keadaan lantai
sepatu sedang licin, melindungi pekerja
karet) dari sengatan arus listrik mesin
yang digunakan atau dari alur kabel
Alat yang berada dilantai
pelindung Kantong pada celemek berfungsi
badan untuk menyimpan beberapa
(celemek) peralatan menjahit, selain itu
celemek berfungsi untuk menutupi
Baju kerja baju pekerja agar tidak terkena sisa-
sisa benang dan serbuk-serbuk kain
yang menempel pada tubuh
pekerja.
Berfungsi untuk melindungi
seluruh atau sebagian tubuh dari
panas, dingin dan cairan kimia.
Bahan baju kerja dapat terbuat dari
kain drill, kulit, plastic, asbes atau
kain. Beberapa persyaratan yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan
baju kerja adalah pemakaiannya
harus pas, tidak terlalu kencang dan
kaku sehingga tidak membatasi
gerakan namun tidak terlalu
longgar yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja
Tabel 2. APD Indutri Besar (Garment)

27

k. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menjahit
Penerapan Kesehatan dan keselamata kerja sangat penting untuk

mencegah, menghindari, mengurangi dampak dari kecelakaan kerja
terutama pada pekerjaan yang melibatkan mesin-mesin dan peralatan
khusus. Untuk sektor kerja menjahit, bahaya yang dapat timbul diantaranya
yaitu:

1) Bahaya kebakaran.
2) Jari tangan terpotong.
3) Jari terkena jarum.
4) Jari tergencet mesin kancing.
5) Tersengat arus listrik pendek.
6) Tergores dan bahaya terjatuh atau kejatuhan barang berat.

Menurut Sri Prihati (2013) secara umum penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dalam menjahit antara lain:
1) Sikap tenang dan serius, tidak terburu-buru dalam bekerja.
2) Menjaga lingkungan kerja selalu bersih dan rapi.
3) Tempat kerja tidak licin, baik oleh air/minyak.
4) Ruang cukup cahaya dan ventilasi.
5) Memakai pakaian kerja/celemek sebelum menjahit.
6) Memakai alas kaki saat menjahit.
7) Mengikat rambut yang panjang dan tidak dibiarkan terurai yang dapat

mengganggu bekerja.
8) Pemakaian masker hidung, peredam suara atau alat pelindung lain yang

sesuai.
9) Saat bekerja tangan selalu bersih.
10) Posisikan duduk tegak saat menjahit.
11) Memastikan aliran listrik/kabel disekitar kita aman.
12) Tidak menyentuh/memegang kabel yang dialiri listrik dengan tangan

basah atau tanpa alas kaki. Memasang dan melepas stecker dari stop
kontak dengan memegang steckernya, jangan kabelnya.

28

Gambar 14. Cara mencabut kabel
13) Tidak meletakkan peralatan menjahit di atas meja mesin saat mesin

dijalankan.
14) Tidak meletakkan makanan dan minuman dan benda lain yang dapat

mengganggu/mengotori meja mesin.
15) Menggunakan bantalan jarum saat bekerja, dan tidak menyimpan/

menggigit jarum di mulut, karena kemungkinan jarum akan tertelan
ke dalam mulut.
16) Memotong benang dengan gunting, tidak memakai gigi.
17) Menyimpan dan mengembalikan alat dan bahan untuk menjahit, ke
tempatnya dalam keadaan bersih dan ditata rapi.
18) Membersihkan dan merapikan tempat kerja selesai bekerja
19) Dan lain-lain.

Penerapan K3 pada sektor kerja menjahit menjadi hal penting yang
harus diperhatikan. Jenis bahaya atau kecelakaan yang dapat terjadi,
besarnya kerugian yang disebabkan serta penanganan dan penerapan sistem
manajemen K3 pada sektor kerja menjahit berbeda-beda tergantung dari
jenis usaha menjahit. Secara umun jenis usaha menjahit dapat
dikemompokkan menjadi 2, yaitu:

29

l. Custome Made
Jenis Busana Custom Made adalah jenis busana dengan teknik jahit

high fashion yang dibuat berdasarkan pesanan perorangan/individu dengan
teknik penyelesaian dan hiasan yang lebih mengutamakan jahitan tangan.
Ruang lingkup busana custom made yaitu:

1) Busana tailoring untuk wanita, Proses teknik jahit dimulai dari
menggunting, mengepas dan menyelesaikan untuk pengepasan sesuai
dengan bentuk badan pelanggan dengan memperhatikan kebutuhan
desain, penggunaan bahan pelapis, furing dan teknik penyelesaian
kelim maupun pressing. Ciri desain dengan garis tegas dan sederhana
(simple clear-lines)

2) Busana couture dan haute couture untuk wanita Couture istilah bahasa
Perancis yang digunakan dalam dunia industry fashion (fashion
industry) yang menggambarkan tentang gaya/corak-corak mode, paling
mewah dalam teknik menjahit tingkat tinggi dan terbuat dari bahan
yang mahal/mewah dari perancang busana (desainer). Biasanya
perancang busana akan memamerkan hasil rancangan dua kali dalam
satu tahun yaitu pada musim bunga/panas dan musim hujan/dingin.
Busana haute couture yaitu busana wanita yang dibuat oleh desainer
dengan menggunakan bahan prima/mahal (kualitas yang
eksklusif/khusus) dan dikerjakan dengan teknik secara adi busana
(teknik tingkat tinggi atau khusus)

3) Busana Nasional Indonesia adalah berbagai busana tradisional yang
mengandung nilai nilai adat yang terdapat dikawasan Nusantara
seperti: Baju kurung,baju kebaya,baju bodo, dsb

4) Busana Pengantin Internasional merupakan busana pengantin yang
digunakan oleh pengantin dari bangsa/negara lain

5) Busana Pengantin Tradisional yaitu busana yang dikenakan oleh
pengantin dan memiliki nilai-nilai tradisi dari suatu daerah/bangsa.

30

Langkah- langkah K3 dilingkungan Usaha Menjahit Custom Made

1) Setiap pekerja berhak mendapat jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja.
Tersedianya alat-alat atau fasilitas yang dapat menjamin kesehatan dan
keselamatan pekerja di tempat kerja/laboraturium/bengkel.
 Tersedianya alat pemadam kebakaran;
 Tersedianya kotak P3K lengkap beserta isinya;
 Adanya petugas yang melayani kesehatan kerja;
 Alat-alat praktik dalam keadaan aman dan mudah digunakan
sehingga tidak menimbulkan bahaya.

2) Setiap Pekerja wajib mengenakan pakaian kerja dan alat-alat pelindung
diri pada waktu bekerja

3) Setiap pekerja harus menerapkan prinsip-prinsip umum yang menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum, yaitu:
 Bekerja sesuai prosedur/langkah kerja tertentu
 Menggunakan alat secara tepat
 Melakukan perawatan kebersihan dan keindahan tempat kerja
 Memahami situasi tempat kerja dalam kaitannya dengan
tindakan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan.

Penerapan K3 pada Praktik Menjahit Custome Made

Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi pada praktik menjahit
bidang custome made dan upaya pencegahannya antara lain:

No. Jenis Kecelakaan Pencegahan
1. Tertusuk Jarum tangan.
Berkonsentrasi saat menjahit. Pakailah
bidal/tudung jari/pelindung jari.

31

2. Tertusuk jarum mesin jahit Berkonsentrasi saat menjahit, Tidak meletakkan
kaki pada pedal mesin saat memasang/melepas
jarum mesin, Matikan mesin saat
memasang/melepas jarum.

3. Terkena gunting Tidak meletakkan gunting di atas meja mesin
atau dipangkuan saat menjahit. Letakkan gunting
di laci mesin, atau kantong alat yang tersedia di
mesin.

4. Terpeleset Tidak terburu-buru saat berjalan. Hindarkan air,
minyak, atau benda yang dapat mengakibatkan
terjadinya kecelakaan. Usahakan lantai tempat
bekerja dalam keadaan kering. Gunakan sepatu
antislip saat berjalan diatas lantai yang licin.

5. Tersandung Tidak terburu-buru saat berjalan. Tidak
meletakkan benda yang dapat menghalangi jalan.
Hindari pemasangan kabel yang mengganggu
jalan

6. Terkena strum listrik Mengunakan alas kaki (safety shoes) saat
menjahit. Menggunakan kabel sesuai kebutuhan.
Memastikan kabel yang digunakan dalam
keadaan baik.

Tabel 3. Jenis kecelakaan dan pencegahannya

P3K pada Praktik Menjahit Busana Custome Made
P3K merupakan singkatan dari Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan, yaitu bantuan atau tindakan awal yang diberikan kepada
korban cidera maupun sakit mendadak sebelum datangnya ambulan, dokter
atau petugas terkait yang bertujuan untuk:
1) Mempertahankan penderita agar tetap hidup;

32

2) Membuat keadaan korban/penderita tetap stabil;
3) Mengurangi rasa nyeri, ketidaknyamanan dan rasa cemas korban;
4) Meminimalisasi derajat kecacatan;
5) Memantau proses penyembuhan

Pada proses menjahit busana bidang custome made, pertolongan
pertama yang dapat diberikan pada kecelakaan adalah sebagai berikut:

No. Jenis Kecelakaan Pencegahan

1. Tertusuk Jarum tangan. 1. Sterilkan luka,
2. Guyur luka dibawah air yang mengalir

selama 3 menit.
3. Biarkan darah keluar bersama air yang

mengalir (agar virus/kuman ikut keluar
bersama darah)
4. Bersihkan darah/bekas tusukan jarum
dengan bahan yang bersih
5. Bila masih berdarah balut bekas tusukan
dengan menggunakan kain kasa
6. Bila korban mengeluh kesakitan dan darah
masih banyak keluar, mintalah pertolongan
dokter

2. Tertusuk jarum mesin jahit 1. Matikan sumber aliran listrik ke mesin jahit.
2. Buka jarum mesin dari mesin jahit
3. Cabut jarum mesin dari jari/tangan yang
tertusuk
4. Lakukan penekanan pada bekas tusukan
jarum, biarkan darah keluar beberapa menit
untuk membersihkan bekas tusukan dari
penyebab infeksi

33

3. Terkena gunting 5. Bersihkan darah/bekas tusukan jarum
4. Terpeleset dengan bahan yang bersih
5. Tersandung
6. Bila masih berdarah balut bekas tusukan
dengan menggunakan kain kasa

7. Bila korban mengeluh kesakitan dan darah
masih banyak keluar, mintalah pertolongan
dokter

1. Pastikan lukanya kecil atau besar
2. Biarkan luka kecil atau besar berdarah bebas

beberapa menit untuk membersihkannya
dari penyebab infeksi
3. Bersihkan luka dengan bahan yang bersih
4. Jika lukanya kecil tempelkan kasa steril anti
septik dan balut dengan kain kasa
5. Jika lukanya besar atau dalam, mintalah
pertolongan dokter

1. Pindahkan korban, bila korban harus
dipindahkan mintalah bantuan orang lain
untuk memindahkannya.

2. Posisikan agar korban tetap dalam keadaan
lurus, cegahlah agar korban tidak
membungkukkan leher atau punggunggnya.

3. Topanglah anggota badan yang terluka.
4. Usahakan korban untuk diberi bantuan

penyandaran (jika pingsan).
5. Segera minta tolong dokter, bila perlu.

1. Pindahkan korban, bila korban harus
dipindahkan mintalah bantuan orang lain
untuk memindahkannya.

34

6. Terkena strum listrik 2. Posisikan agar korban tetap dalam keadaan
lurus, cegahlah agar korban tidak
membungkukkan leher atau punggunggnya.

3. Topanglah anggota badan yang terluka.
4. Usahakan korban untuk diberi bantuan

penyandaran (jika pingsan).
5. Segera minta tolong dokter, bila perlu.

1. Matikan sumber aliran listrik ke alat yang
rusak atau bila tidak mungkin hindarkan
korban dari aliran listrik, dengan cara
menyentuh pada punggung telapak tangan,
kalau anda merasakan kejutan kecil, ini
menunjukkan masih ada arus listrik,
doronglah atau tarik kuat atau jauhkan
korban dari tempat semula.

2. Pindahkan korban hanya bila dia dalam
bahaya dari kebakaran, listrik, benda jatuh
atau sumber bahaya lain. Bila korban harus
dipindahkan mintalah bantuan orang lain
untuk memindahkannya.

3. Posisikan agar korban tetap dalam keadaan
lurus, cegahlah agar korban tidak
membungkukkan leher atau punggunggnya.

4. Topanglah anggota badan yang terluka.
5. Usahakan korban untuk diberi bantuan

penyandaran, bila sesaat korban berhenti
bernafas, bila dia pingsan, berdarah,
muntahan, gigi lepas atau gigi palsu patah
kemungkinan tertelan dan menyumbat
jalannya pernafasan, atau kalau korban

35

terlentang, lidah kebelakang dan
menghalangi jalannya nafas. Pembengkokan
leher akut ke depan pada korban yang
pingsan mungkin pula menghalangi jalan
pernafasan.
6. Segera minta tolong dokter, bila perlu.

Tabel 4. Pertolongan pertama menjahit custom made
m. Garmen

Industri garmen merupakan industri berbasis pesanan yang sangat
kompetitif dan bergerak cepat.Jenis produk (misalnya pakaian musiman),
kebutuhan menggunakan teknik produksi baru atau khusus dan
pertimbangan perluasan bisnis, dapat mempengaruhi kebutuhan untuk
mempekerjakan lebih sedikit atau lebih banyak pekerja.

Kecelakaan kerja disektor industri garmen dapat terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya faktor manusia, faktor material, faktor
peralatan dan faktor lingkungan.
1) Faktor manusia, meliputi tindakan-tindakan yang diambil atau tidak

diambil untuk mengontrol cara kerja yang dilakukan,
minimnyapengetahuan pekerja dalam menguasai bidang kerja, karakter
serta sifat pekerja.
2) Faktor material, meliputi resiko ledakan, kebakaran dan trauma
paparan tak terduga untuk zat yang sangat beracun, seperti asam.
3) Faktor peralatan, meliputi aklat yang tidak terjaga dengan baik serta
alat yang rentan terhadap kegagalan beroperasi dan dapatmenyebabkan
kecelakaan.
4) Faktor lingkungan kerja, meliputi suhu, kelembaban, kebisingan, udara
dan kualitas pencahayaan ruangan kerja.
5) Faktor proses, meliputi resiko yang timbul dari proses produksi dan
produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap dan asap.

36

Dengan adanya kecelakaan kerja pada sekotor industry garmen
kerugian yang dapat ditimbulkan bisa dikategorikan atas dua jenis yakni
kerugian langsung dankerugian tak langsung.
1) Yang dimaksud kerugian langsung yaitu cidera pada tenaga kerja dan

kerusakan pada sarana produksi misalnya mesinberkecepatan tinggi,
alat pemotong kain, mesin jahit, alat pengepres, setrika uap serta alat
yang digunakan untuk packing.
2) Sementara untuk kerugian tidak langsung biasanya cenderung tidak
terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugiantersembunyi.
Beberapa macam kerugian tidak langsung yang dimaksud yaitu:
 Terhentinya proses produksi.
 Penurunan jumlah produksi.
 Klaim atau ganti rugi.
 Menurunnya citra dan kepercayaan konsumen.

Job Safety Analisis (JSA) Sektor Industri Garmen
Keselamatan dan kesehatan sebuah pekerjaan didapatkan dari

analisis keselamatanpekerjaan (Job Safety Analysis).Keselamatan dan
kesehatan kerja saling berkaitan denganproduktivitas pekerjaan, insinyur
dalam bagian produksi tidak boleh mengabaikankeselamatan dan
spesialis keselamatan tidak boleh mengabaikan bagian produksi
(Stranks,2003).JSA merupakan sebuah teknik yang mengidentifikasi
semua pencegahan kecelakaan yang disesuaikan dengan bagian dari
pekerjaan atau area aktivitas pekerjaan, dan faktor perilaku ketika
memberikan pengaruh signifikan jika pengukuran dilakukan atau tidak
(Sri Redjeki, 2016).

Proses identifikasi awal terhadap pencegahan bahaya dan
kecelakaan kerja diawali dengan penentuan identifikasi yang akan diniai
dan memberikan informasi yang dibutuhkan. Teknik-teknik yang dapat
digunakan antara lain:
1) Survei keselamatan kerja

37

 Kadang dinamakan inspeksi keselamatan kerja.
 Inspeksi umum terhadap seluruh area kerja.
 Cenderung kurang rinci dibandingkan teknik-teknik lainnya.
 Memberikan gambaran yang menyeluruh tentang keadaan

pencegahan kecelakaan di seluruh area kerja tertentu.
2) Patroli keselamatan kerja

 Inspeksi terbatas pada rute yang ditentukan terlebih dahulu.
 Perlu merencanakan rute berikutnya untuk memastikan cakupan

menyeluruh atas area kerja.
 Mempersingkat waktu setiap inspeksi.
3) Pengambilan sampel keselamatan kerja
 Melihat pada satu aspek kesehatan atau keselamatan kerja saja.
 Fokuskanlah perhatian untuk melakukan identifikasi lebih rinci.
 Perlu merencanakan serangkaian pengambilan sampel yang

mencakup seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
4) Audit keselamatan kerja

 Inspeksi tempat kerja dengan teliti.
 Lakukanlah pencarian untuk mengidentifikasi semua jenis

bahaya.
 Jumlah setiap jenis bahaya yang teridentifikasi harus dicatat.
 Dapat dikembangkan menjadi sistem peringkat untuk mengukur

derajat ‘kesehatan dan keselamatan kerja’ di perusahaan.
 Audit ulang perlu dilakukan untuk menilai perbaikan-perbaikan

apa saja yang telah dilakukan.
5) Pemeriksaan lingkungan

 Dilakukan berdasarkan pengukuran konsentrasi zat-zat kimia di
atmosfer.

 Dapat mengidentifikasi kemungkinan bahaya terhadap
kesehatan di tempat kerja.

38

 Pemeriksaan dengan sampel kasar sangat tidak akurat dan sangat
mahal.

6) Laporan kecelakaan.
 Dibuat laporan setelah kecelakaan terjadi.
 Kecelakaan kecil perlu untuk dicatat dan juga kerugian berupa
hilangnya waktu kerja dan produksi.
 Laporan harus mengindikasikan tindakan pencegahan yang
perlu dilakukan.

7) Laporan kecelakaan yang nyaris terjadi.
 Laporan insiden-insiden yang dalam keadaan sedikit berbeda
akan menyebabkan kecelakaan.
 Diperlukan budaya keselamatan kerja yang tepat untuk
mencegah terjadinya nyaris kecelakaan dan kecelakaan.

8) Saran maupun kritik dari dari para karyawan.
 Secara formal dapat diperoleh melalui komite keselamatan kerja
atau secara informal melalui penyelia.
 Membutuhkan budaya ‘tidak saling menyalahkan’ untuk
memberanikan pekerja melaporkan masalah.
 Sering kali pekerja lebih mengetahui dan dapat menyampaikan
apa yang perlu dilakukan.
 Diperlukan umpan balik bagi pekerja dalam bentuk tindakan
untukmempertahankan kredibilitas manajemen.

n. Potensi Bahaya pada Sektor Industri Garmen
1) Bahaya Getaran
Peralatan yang menimbulkan getaran seperti mensin jahit dapat
memberikan efeknegatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal
dengan mengurangi kekuatancengkeram dan sakit tulang belakang.
2) Bahaya Kimia
Bahaya ini adalah bahaya yang berasal dari bahan yang dihasilkan selama
produksi.Bahan ini terhambur ke lingkungan dikarenakan cara kerja yang

39

salah, kerusakan, ataukebocoran dari peralatan atau instalasi yang
digunakan dalam proses kerja.
3) Bahaya Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas,partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya dari
sumber radiasi.Ada beberapa sumberradiasi yang kita kenal di sekitar
kehidupan kita seperti televisi, lampu penerangan, alatpemanas makanan,
komputer, dan lain-lain.
4) Bahaya Pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah
beban kerjakarena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga
menimbulkan kesan kotor. Olehkarena itu, penerangan dalam lingkungan
kerja harus cukup dan memungkinkan kesanbersih/higene.
5) Kebisingan
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki
ataupun yangmerusak kesehatan.Kebisingan merupakan salah satu
penyebab penyakit lingkungan.Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidakdiinginkan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktivitas-aktivitas alam.

o. Pemadaman Kebakaran
Kebakaran adalah nyala api yang tidak dapat dikendalikan. Kebakaran

terjadi karena adanya tiga unsur kebakaran yang bertemu.Tiga unsur
tersebut adalah bahan bakar, udara/O2, dan titik nyala (Tim K3 FT UNY,
2014).

1) Pengelompokan kebakaran
Pengelompokan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1
mengklasifikasikan kebakaran menjadi 4 yaitu kategori A, B, C, D,
sedangkan National Fire Protection Association (NFPA) menetapkan 5
kategori jenis penyebab kebakaran yaitu kelas A, B, C, D, dan K. Bahkan

40

beberapa negara menetapkan tambahan klasifikasi dengan kelas E.
Klasifikasi kebakaran sebagai berikut (Sri Redjeki, 2016).

a) Kebakaran Kelas A
Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang menyangkut benda-

benda padat kecuali logam. Contoh: Kebakaran kayu, kertas, kain,
plastik, dan sebagainya. Alat/media pemadam yang tepat untuk
memadamkan kebakaran kelas ini adalah dengan: pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa), dan air.

b) Kebakaran Kelas B
Kebakaran kelas B adalah kebakaran bahan bakar cair atau gas

yang mudah terbakar. Contoh: kerosine, solar, premium (bensin),
LPG/LNG, minyak goreng. Alat pemadam yang dapat dipergunakan
pada kebakaran tersebut adalah tepung pemadam (dry powder), busa
(foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.

c) Kebakaran Kelas C
Kebakaran kelas C adalah kebakaran instalasi listrik

bertegangan.Seperti breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik. Alat Pemadam yang dipergunakan adalah:
Carbondioxyda (CO2), tepung kering (drychemical). Dalam
pemadaman ini dilarang menggunakan media air.

d) Kebakaran Kelas D
Kebakaran kelas D adalah kebakaran pada benda-benda logam

padat seperti: magnesium, alumunium, natrium, kalium, dan
sebagainy. Alat pemadam yang dipergunakan adalah: pasir halus dan
kering, dry powder khusus.

e) Kebakaran Kelas K

41

Kebakaran kelas K adalah kebakaran yang disebabkan oleh bahan
akibat konsentrasilemak yang tinggi.Kebakaran jenis ini banyak
terjadi di dapur.Api yang timbul di dapurdapat dikategorikan pada api
Kelas B.

f) Kebakaran kelas E
Kebakaran kelas E adalah kebakaran yang disebabkan oleh adanya

hubungan aruspendek pada peralatan elektronik. Alat pemadam yang
bisa digunakan untuk memadamkankebakaran jenis ini dapat juga
menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan tetapimemiliki
risiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai
sifat lengket.Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean
agent.

p. Cara Pencegahan Kebakaran
1) Pengendalian bahan yang dapat terbakar
Untuk mengendalikan bahan yang dapat terbakar agar tidak bertemu
dengan dua unsur yang lain dilakukan melalui identifikasi bahan bakar
tersebut. Bahan bakar yang memiliki titik nyala rendah dan rendah
sekali harus diwaspadai karena berpotensi besar penyebab kebakaran.
Bahan seperti ini memerlukan pengelolaan yang memadai seperti
penyimpanan dalam tabung tertutup, terpisah dari bahan lain, diberi
sekat dari bahan tahan api, ruang penyimpanan terbuka atau dengan
ventilasi yang cukup serta dipasang detector kebocoran. Selain itu,
kewaspadaan diperlukan bagi bahan-bahan yang berada pada suhu
tinggi, bahan yang bersifat mengoksidasi, bahan yang jika bertemu
dengan air menghasilkan gas yang mudah terbakar (karbit), bahan yang
relatif mudah terbakar seperti batu bara, kayu kering, kertas, plastik, cat,
kapuk, kain, karet, jerami, sampah kering, serta bahan-bahan yang
mudah meledak pada bentuk serbuk atau debu.

2) Pengendalian titik nyala

42

Berikut ini adalah beberapa cara pengendalian titik nyala api antara
lain:
a) Jangan menggunakan steker berlebihan.
b) Sambungan kabel harus sempurna.
c) Jangan mengisi minyak pada waktu kompor menyala.
d) Sumbu kompor jangan ada yang kosong.
e) Jangan meninggalkan kompor yang menyala.
f) Hati-hati menaruh lilin dan obat nyamuk.
q. Sikap Kerja dalam Produksi Busana
Sikap kerja yang dapat membantu agar badan tidak cepat lelah dan
dapat meminimalkan terjadinya cedera. Dalam membantu mewujudkan
sikap kerja yang ergonomis, kita dapat menggunakan beberapa alat bantu
yang dapat dipergunakan untuk meringankan beban kerja tubuh kita.
Berikut adalah sikap kerja yang ergonomis dalam kegiatan produksi
busana(Moh.Adam Jerusalem & Enny Zuhny Khayati, 2010).
1) Pekerjaan pemindahan bahan
a) Pekerja memindahkan bahan baku kain dengan cara mengangkat

dan tanpa alat bantu sehingga berpotensi terjadinya cedera pada
bahu dan pinggang karena beban berlebih dan pengulangan
pengangkatan.
b) Solusi yang dapat diajukan adalah dengan menggunakan alat bantu
mekanis

43

(a) (b)
Gambar 15. Pekerjaan pemindahan barang
2) Pekerjaan pemotongan bahan
a) Sikap membungkuk dalam pemotongan bahanakan memberikan
tekanan pada punggung, bahu, dan lengan. Hal ini cepat
menimbulkan kelelahan dan potensi cedera jika dilakukan
berulang-ulang.
b) Solusi yang dapat diajukan adalah dengan mengubah posisi kerja
yang tegap dan menggunakan gunting elektrik sehingga dapat
mengurangi kerja pergelangan tangan dan jari.

(a) (b)
Gambar 16. Sikap tubuh pekerjaan pemotongan bahan

44

3) Pekerjaan penjahitan
Posisi menjahit berpotensi terjadi kelelahan dan cedera pada

lengan, leher, dan kaki.Oleh karena itu tinggi meja jahit beserta
permukaannya dan kursi yang digunakan harus mendukung secara
ergonomis. Permukaan meja jahit harus rata, halus, dan mempunyai
cukup ruang untuk meletakkan lengan depan sehingga tidak membuat
cepat lelah tangan. Jarak antara kursi dan meja jahit harus sesuai
sedemikian sehingga lutut dapat membentuk sudut antara 90-
110°.Ketinggian kursijuga harus sesuai sedemikian sehingga pinggul
dan punggung dapat membentuk sudut antara 90-110°.Kursi yang
digunakan lebih baik yang dapat diatur ketinggiannya.

Gambar 17. Sikap tubuh pekerjaan penjahitan

4) Pekerjaan inspeksi
(a) Hindari posisi membungkuk dalam inspeksi karena akan
menyebabkan kelelahan pada punggung, leher, dan lengan.
(b) Gunakan alat penerangan sehingga dapat mencegah kita
membungkuk tanpa sadar. Disamping itu tidak membuat mata
cepat lelah.

45

(a) (b)
Gambar 18. Pekerjaan inspeksi

5) Pekerjaan stitching
Pekerjaan stitching ini meliputi mengambil potongan bahan,

menempatkan potongan bahan ke mesin jahit, dan menjalankan mesin
jahit.Pekerjaan ini berpotensi menimbulkan kelelahan dan cedera pada
lengan, leher, dan punggung.Hindari posisi membungkuk dan lengan
mengarahkan kain terlalu menjauh dari badan.

Gambar 19. Sikap badan saat menjahit
5. Forum Diskusi

Apa yang harus segera Anda lakukan jika menemui siswa yang
mengalami kecelakaan yaitu jari tertusuk jarum mesin jait saat praktik
berjalan, dan bagaimana Anda mengatasi siswa yang lainnya?

46

C. PENUTUP
1. RANGKUMAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat diperlukan manusia
yang bekerja disebuah institusi, industri maupun rumah. Tujuan K3 adalah
untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian sansi dan kompenasi,
juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja an menyediakan
perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 bisa mulai di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat/dunia kerja saling mempengaruhi. Karena itu di
lingkungan rumah tangga dan sekolah masalah keselamatan perlu
mendapat perhatian. Di sekolah perlu ditanamkan disiplin K3 antara lain
melalui permainan, memberikan teladan/contoh yang baik, menanamkan
sikap yang positif seperti berhati-hati dan tidak ceroboh dalam kegiatan
Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kelalaian sendiri, ini terjadi
karena bekerja dengan terburu-buru, kurang memahami kecelakaan yang
dapat ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakukannya, kerusakan alat
ataupun hal lain. Dalam pekerjaan/praktek menjahit beberapa
kemungkinan kecelakaan yang dapat terjadi dan upaya pencegahannya.

Daftar Pustaka

Tim K3 FT UNY.2014. Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Redjeki, Sri. 2006. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta Selatan.

Mohammad Adam Jerusalem dan Enny Zuhny Khayati,2010.Modul Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Ismara, K. Ima, dkk. 2018. Prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dalam
lomba kompetensi siswa smk. UNY Press: Yogyakarta.

47

Buku Sekolah kurikulum 2013.Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Hidup 1.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Menjahit yang Mudah Anda Ikuti.
SKKNI Garmen Sub Bidang Custom Made Wanita tahun 2010
Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per. 05/Men/1996 Tentang Sistem

Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Fitline.com/Penerapan 3K: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Praktek
https://civitas.uns.ac.id/anisyahayuumia/2016/12/15/keselamatan-dan-kesehatan-

kerja(K3)
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/10/alat-pelindung-

diri-apd.html
http://mandirikaryateknindo.co.id/general-supply/alat-pelindung-diri-apd
http://lazuardimimpi.blogspot.com/2012/10/alat-pelindung-diri-k3.html
https://nuruddinmh.files.wordpress.com/2012/11/apd.jpg
http://tiaracupid.blogspot.com/2014/05/alat-pelindung-diri-apd-1.html

48


Click to View FlipBook Version