The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nova.arf, 2022-10-07 19:03:16

Legenda Batu Menangis

Legenda Batu Menangis

Disusun oleh :
Fitria Suciati, S.Pd.

Pada zaman dahulu, di sebuah bukit yang jauh
dari desa tinggalah seorang ibu petani
bernama Ibu Enggar. Ia bekerja menanam
sayuran untuk dijual di pasar. Hari ini ia senang
sekali karena memetik banyak sayuran.

Sang ibu mempunyai seorang anak gadis yang cantik
Bernama Putri Soreang. Namun sayang, putrinya
memiliki peringai yang tidak sama dengan wajahnya.

Sang anak sungguh pemalas dan
manja. Setiap hari ia hanya bersolek
dan bersolek. Tak pernah sekalipun ia
membantu ibunya bekerja.

Hingga suatu hari, sisir yang dipakainya
patah. Ia pun memanggil ibunya dan
meminta sisir yang baru. Ibunya
mengiyakan keinginan putrinya untuk
membelikan sisir yang baru. Tapi sang
putri malah meminta dibelikan perhiasan
baru juga. Padahal ibunya tidak memiliki
cukup uang untuk membeli.

Sang ibu menjadi sedih dan bingung karena ulah putrinya.

Malam itu sang ibu tampak gelisah. Ia pun memutuskan
untuk membuka celengan yang sebenarnya digunakan
untuk keperluan sehari-hari. Namun, demi mengabulkan
permintaan sang anak satu-satunya ia rela memecahnya.

Esoknya sang ibu hendak pergi ke pasar untuk
menjual sayur dan membelikan permintaan sang
anak. Ia pun mengajak anaknya juga ke pasar.

Selama di perjalanan, sang anak tidak mau
membantu ibunya membawakan sayur dagangan
ibunya.

Setelah perjalanan panjang menuruni bukit, mereka akhirnya
hampir tiba di pasar. Saat hendak memasuki pasar, sang
anak berpesan agar sang ibu berjalan agak jauh darinya.

Sang anak rupanya malu memiliki ibu yang tidak secantik
dirinya. Setelah tiba di toko perhiasan, pemilik toko
menanyakan apakah wanita di sebelahnya adalah ibunya.

Dan sang anak menjawab bahwa wanita itu
bukanlah ibunya. Mendengar hal itu membuat
sang ibu terkejut dan sedih, namun sang ibu
masih tetap memaafkannya.

Setelah membeli sisir dan perhiasan, akhirnya
mereka pulang. Sama seperti waktu
berangkat, mereka pun berjalan berjauhan.

Di perjalanan pulang sang anak bertemu
dengan pemuda desa, mereka memuji
kecantikannya. Salah satu pemuda
menanyakan apakah wanita dibelakangnya
adalah ibunya.

Jawaban sang anak selalu sama, tidak mau mengakui
ibunya. Kali ini sang ibu tidak sanggup lagi menghadapi
perilaku anaknya itu.

Sambil menangis terisak-isak,
sang ibu bersimpuh dan
berdoa dan memohon kepada
Tuhan meminta keadilan.
Sepertinya Tuhan
mengabulkan doa sang ibu.
Seketika awan gelap menaungi
langit yang cerah.

Sang anak menjerit karena kakinya tidak bisa
digerakkan. Ternyata kaki sang anak tiba-tiba membatu.
Sekujur tubuh sang anak, perlahan-lahan mulai
membatu. Ia menangis tak henti-henti, dan meminta
maaf kepada ibunya. Akhirnya seluruh tubuh sang anak
terselubung oleh batu. Dari dalam batu terus mengalir
air mata sang anak. Semua penyesalannya sudah
terlambat. Ia telah menerima hukuman karena menjadi
anak durhaka.

PESAN MORAL
1. Sayangi dan hormati kedua orang tua terutama ibu
2. Jangan pernah menyakiti perasaan orang tua

karena kekurangannya


Click to View FlipBook Version