The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

buku ini merupakan buku yang membahas tentang kepemimpinan dan supervisi pendidikan

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammadabrori779, 2022-06-18 21:55:50

KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

buku ini merupakan buku yang membahas tentang kepemimpinan dan supervisi pendidikan

Keywords: KEPEMIMPINAN,supervisi,pendidikan,Guru

pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran pemilihan alat-alat pelajaran dan metode metode
mengajar yang lebih baik, Cara-cara penilaian yang sistematis
terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.

Dengan kata lain, Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu para guru atau pendidik dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara
efektif. Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan teknis pendidikan di sekolah, bukan sekedar pengawasan
fisik terhadap fisik lainnya. Supervisi merupakan pengawasan
terhadap kegiatan akademik yang berupa proses pembelajaran,
pengawasan terhadap guru dalam mengajar dan pengawasan
terhadap situasi yang menyababkannya.

Dalam pelaksanaannya Aktivitas supervise dilakukan dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk
diperbaiki, apa yang menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak
berhasil melaksanakan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut
kemudian diadakan tindak lanjut berupa perbaikan dalam bentuk
pembinaan. Fungsi supervisi atau pengawasan dalam pendidikan
bukan hanya pelaksanaan kontrol melihat apakah segala kegiatan
telah sesuai dengan rencana atau perangkat lunak yang telah
digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan
mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi yang
mencakup syarat-syarat diperlukan untuk menciptakan situasi
pembelajaran yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.

Dalam dunia Pendidikan di Indonesia saat ini, penyebutan
kata supervisi belum begitu popular, hal ini disebabkan oleh sebab
penjajahan belanda yang telah mempopulerkan kata Inspeksi dari

43

pada supervisi. Pengertian "inspeksi" sebagai warisan pendidikan
Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat
otokratis, yang berarti "mencari kesalahan-kesalahan guru dan
kemudian menghukumnya". Sedangkan supervisi mengandung
pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya,
supervisi dilakukan bukan hanya untuk mengawasi apakah para
guru atau pendidik dan tenaga kependidikan menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-
ketentuan yang telah dibuat saja, akan tetapi juga berusaha
bersama guru atau pendidik untuk bagaimana memperbaiki
kegiatan proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran yang
dilakukan dapat tercapai secara maksimal. Jadi dalam kegiatan
supervisi, guru atau pendidik tidak dianggap sebagai pelaksana pasif
saja, melainkan diperlakukan sebagai rekan kerja yang memiliki ide,
pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan
dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan
pendidikan.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Burton dalam
bukunya, "Supervision a Social Process", sebagai berikut: "
Pengawasan adalah pelayanan teknis ahli yang terutama ditujukan
untuk mempelajari dan meningkatkan secara kooperatif semua
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak".
Sesuai dengan rumusan Burton tersebut, maka:
1) Supervisi yang baik jika kegiatannya dilakukan dengan

memberikan pengarahan dan mengarahkan perhatiannya
kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta
perkembangannya dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

44

2) Tujuan supervisi adalah perbaikan dan perkembangan proses
pembelajaran secara menyeluruh. Ini berarti bahwa supervise
dilakukan tidak hanya dalam rangka untuk memperbaiki mutu
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, tetapi juga membina
pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di
dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran
pembelajaran, peningkatan mutu pengetahuan dan
keterampilan guru sebagai pendidik dan tenaga pendidikan,
pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi
kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-
alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan
sebagainya.

3) Fokusnya pada perencanaan pembelajaran. bukan pada
seseorang atau sekelompok orang, akan tetapi Semua orang,
seperti pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, dan
pegawai sekolah lainnya, yang secara bersama-sama bertujuan
mengembangkan iklim yang memungkinkan terciptanya
kegiatan pembelajaran yang baik.

Maka berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan
dapat dijilaskan bahwa Supervisi pendidikan merupakan proses
pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan atau peningkatan
mutu Pendidikan yang memiliki sifat Sistematis yang dilaksanakan
secara teratur, berencana dan secara kontinu, bersifat Objek,
artinya ada statistics yang didapat berdasarkan observasi nyata,
bukan berdasarkan tafsiran pribadi dan supervisi Menggunakan alat
pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik
untuk memberikan penilaian terhadap proses pembelajaran di
kelas.

45

B. Macam-macam supervisi
Supervisi pendidikan merupakan proses pembinaan kearah

perbaikan situasi pendidikan atau peningkatan mutu Pendidikan
yang memiliki sifat Sistematis yang dilaksanakan secara teratur,
berencana dan secara kontinu. Sedangkan jika ditinjau dari objek
supervisi, maka ada tiga macam bentuk supervisi sebagai berikut:
1. Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah proses pembinaan yang dilakukan
pada arah perbaikan yang menitik beratkan kepada pengamatan
supervisor pada masalah-masalah akademik, yakni hal-hal yang
langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran yang
sedang dilakukan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan pembinaan
membantu guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya yang
berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar peserta didik.
Supervisi akademik berpusat pada masalah pembelajaran peserta
didik. Supevisi ini dilakukan oleh kepala madrasah untuk
mengetahui kemampuan mengajar guru yang kemudian akan
diberikan bimbingan.

Sehingga poin dari supervisi akademik adalah bukan untuk
menilai perfoma guru akan tetapi, memberikan bimbingan kepada
guru. Secara trendy supervisi dapat dimaknai atas dasar
keseluruhan aktivitasnya yang dilakukan secara individu maupun
kelompok sesuai dengan tujuan masing-masing terhadap personel,
kelompok ataupun terhadap suatu software dalam berbagai bidang
kependidikan. Adapun rangkaian kegiatan supervisi akademik dapat
dikelompokkan dalam empat tahap kegiatan sebagai berikut :

46

a. Penilaian terhadap keadaan guru atau orang yang disupervisi
dalam menjalankan tugasnya dalam pendidikan.

b. Penilaian (evaluation) yakni penafsiran tentang keadaan guru
atau orang yang disupervisi, baik mengenai kekurangan atau
kelemahannya, berdasarkan hasil penelitian.

c. Perbaikan (improvement) yakni memberikan bimbingan dan
petunjuk untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan guru,
serta mendorong pengembangan kebaikan-kebaikan atau
kelebihan setiap guru yang disupervisi.

d. Pembinaan, yakni kegiatan menumbuhkan sikap yang positif
pada guru atau orang yang disupervisi agar mampu menilai diri
sendiri dan berusaha memperbaiki atau mengembangkan diri
sendiri kearah terbentuknya keterampilan dan penugasan ilmu
pengetahuan yang selalu as much as date, aktual dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan globalisasi.

Menurut Alfonso dan Neville, ada tiga konsep pokok dalam
pengertian supervisi akademik, yaitu:
a. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan

mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses
pembelajaran.
b. Perilaku manager dalam membantu guru mengembangkan
kemampuannya harus didesain secara profesional, sehingga
jelas waktu mulai dan berakhirnya komponen pengembangan
tersebut.
c. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin
mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.

47

Supervisi akademik merupakan bantuan profesional yang
diberikan oleh kepala madrasah melalui tiga tahapan yakni
penilaian,perbaikan dan pembinaan. Tugas kepala sekolah sebagai
manager adalah mensupervisi bawahannya, baik itu guru, staf TU
dan lainnya. Supervisi akademik tentunya berkaitan dengan kepala
sekolah yang mensupervisi segala kegiatan pembelajaran.

Dari konsep diatas, memberikan arahan bahwa kegiatan
supervisi akademik harus terukur baik waktu dan pengaruhnya
terhadap perilaku guru, sehingga guru mampu memfasilitasi belajar
bagi murid-muridnya.

Tujuan Supervisi Akademik
Secara umum, tujuan supervisi akademik adalah membantu

guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam mencapai
tujuan pembelajaeran yang direncanakan bagi peserta didiknya.
Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang
dilakukan oleh guru semakin baik dan meningkat.

Pengembangan kemampuan guru tidak hanya menyangkut
pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru
saja, namun juga meliputi peningkatan komitmen guru, kemauan
guru, dan motivasi guru dalam melakukan proses pembelajaran dan
kualitas pembelajaran akan semakin meningkat. Sedangkan
menurut Peter Olivia dalam Supervision for Today’s Schools (1976)
menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik dimaksudkan
untuk:
a. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran
b. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran
c. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran

48

d. Membantu guru dalam mengelola kelas
e. Membantu guru dalam mengembangkan kurikulum
f. Membantu guru dalammengevaluasi kurikulum
g. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri
h. Membantu guru bekerjasama dengan kelompok
i. Membantu guru melalui inservice software

Tugas manager bukanlah untuk mengadili tetap untuk
membantu, mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru,
bahwa proses belajar mengajar harus dapat diperbaiki. Baik itu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru harus dibantu secara
expert sehingga guru tersebut dapat berkembang dalam
pekerjaannya. Kegiatan supervisi dilaksanakan melalui berbagai
proses pemecahan masalah pengajaran. Tujuannya adalah untuk
meeningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar
secara terus menerus.

Program-progran supervisi hendaknya memberikan
rangsangan terhadap terjadinya perubahan dalam kegiatan
pengajaran, perubahan-perubahan ini dapat dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan dalam pembinaan, arahan dan pengembangan
kurikulum dengan menikuti pelatihan-pelatihan.

2. Supervisi Administrasi
Supervisi Administrasi adalah proses pembinaan yang

dilakukan pada arah perbaikan yang menitik beratkan pengamatan
yang dilakukan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang
berfungsi sebagai pendukung terlaksanannya pembelajaran.

49

3. Supervisi Lembaga
Supervisi Administrasi adalah proses pembinaan yang

dilakukan pada arah perbaikan yang menitik beratkan pengamatan
supervisor pada aspek-aspek yang berada di sentral Lembaga
pendidikan. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk
meningkatkan pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan
untuk meningkatkan nama baik madrasah atau kinerja Lembaga
pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut peran kepala
sekolah sebagai pemimpin pada Lembaga Pendidikan sangatlah
penting, karena supervisi adalah suatu kegiatan-kegiatan pengawas
kepala sekolah untuk memperbaiki kondisi baik fisik maupun Non
fisik untuk mencapai proses pembelajaran yang lebih baik. Dari
uraian yang telah dijelaskan dapat dipahami bahwa supevisi bukan
merupakan suatu perintah, akan tetapi merupakan bimbingan,
pembinaan dan arahan kepada guru. Dalam penelitian ini peneliti
fokus pada supervisi akademik.

C. Prinsip-Prinsip Supervisi pendidikan
Pada dasarnya supervisi sebagai upaya pengawasan yang

dilakukan oleh kelapa sekolah untuk dapat memperbaiki kondisi-
kondisi yang berkaitan dengan Pendidikan dapat berjalan sesuai
dengan arah yang ditujukan juga dalam pelaksanaannya harus
memiliki prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan. Kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan tugasnya harus
memperhatikan prinsip-prinsip supervisi agar dalam pelaksanaan
supervisi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Adapun beberapa
prinsip supervise dalam Pendidikan adalah sebagai berikut ;

50

1. Prinsip Ilmiah
Prinsip ilmiah dalam pelaksanaan supervisi yang dilakukan

pada perinsipnya bahwa setiap pelaksanaan supervise yang
dilakukan harus dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Adapun
prinsip ilmiah dalam supervisi mengandung ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan information

obyektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses
belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh information perlu diterapkan alat perekam
information seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan
seterusnya.
c. Setiap kegiatan supervise dilaksanakan secara sistematis
terencana.

2. Prinsip Demokratis
Prinsip demokratis dalam pelaksanaan supervisi merupakan

pengawasan dan pemberian bantuan yang diberikan oleh supervisor
kepada guru dan tenaga kependidikan berdasarkan hubungan
kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa
aman untuk mengembangkan tugasnya. Perinsip demokratis
mengandung makna bahawa setiap kegiatan yang dilakukan harus
menjunjung tinggi harga diri dan martabat bukan berdasarkan
atasan dan bawahan.

3. Prinsip Kerjasama
Prinsip kerjasama dalam pelaksanaan supervisi merupakan

usaha mengembangkan usaha bersama atau kegiatan tukar gagasan
dan tukar pengalaman “sharing of idea, sharing of experience”

51

memberi dorongan dan stimulus positif kepada guru sehingga
mereka merasa tumbuh Bersama dengan tujuan yang sama.

4. Prinsip konstruktif dan kreatif
Prinsip konstruktif dan kreatif dalam pelaksanaan supervisi

merupakan kegiatan pengawasan yang memiliki tujuan untuk dapat
membangun motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya dan
memiliki nilai kreatifitas yang tinggi, sehingga supervisi mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui
cara-cara menakutkan, memojokkan dan mencari kesalahan.

Dari beberapa uraian di atas dapat kita ketahui Bersama
bahwa tanggung jawab sebagai kepala sekolah sangat banyak dan
komplek. Oleh karna itu uraian di atas sejalan dengan yang uraikan
oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Administrasi dan Supervisi
Pendidikan bahwa untuk melaksanakan dan menjalankan tindakan-
tindakan kegiatan supervisi sebaiknya kepala sekolah hendaklah
memperhatikan prinsi-prinsip berikut ;
1. Supervisi yang dilakukan hendaknya bersifat membangun dan

kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat
termotivasi untuk bekerja.
2. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang ada
dilapangan.
3. Supervisi harus dapat memberikan ketenangan dan rasa aman
kepada guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang
disupervisi.
4. Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional, bukan
atas dasar hubungan pribadi.
5. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap,
dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai.

52

6. Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat
menimbulkan perasaaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-
guru.

7. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaaan pangkat,
kedudukan atau kekuasaan pribadi.

8. Supervisi tidak dengan tujuan untuk mencari-cari kesalahan dan
kekurangan.

9. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan
kooperatif.

D. Tujuan Supervisi
Keberhasilan dalam capaian pelaksanaan pendidikan di

sekolah tentu tidak terlepas dari peranan pengawas, kepala sekolah
dan guru. Tugas pokok seorang guru adalah melakukan proses
pembelajaran dan membantu siswa untuk dapat menyelesaikan
masalah-masalah belajar dan perkembangan pribadi dan sosialnya.
Kepala sekolah sebagai pemimpin Pendidikan dituntut untuk dapat
memimpin guru dan siswa dalam proses pembelajaran serta
membantu mengatasi masalah yang dihadapi dalam Lembaga
pendidikan. Pengawas melakukan supervisi dan memberikan
bantuan kepada kepala sekolah, guru dan siswa dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi selama proses Pendidikan.

Dalam peleksanaannya supervise tentu memiliki tujuan yang
jelas, bahwa tujuan Supervisi ialah dapat menjadikan proses
pembelajaran, situasi belajar dan mengajar yang lebih baik dan
efektif. Yang dimaksud situasi belajar dan mengajar ialah situasi
dimana tejadi proses interaksi duan arah antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang

53

ditentukan. Usaha kearah perbaikan Pembelajaran melalui
supervise ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir Pendidikan
yaitu pembentukan pribadi anak yang mandiri dan memiliki nilai-
nilai yang sejalan dengan norma-norma agama. Lebih laniut
beberapa ahli menyebutkan tujuan konkrit supervisi pendidikan
yaitu (1) membantu guru untuk melihat dengan jelas tujuan-tujuan
Pendidikan yang akan dicapai, (2) membantu guru dalam
membimbing dan memberikan pengalaman belajar murid-murid, )
membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman
belajar yang tepat dan efiktif, (4) membantu guru dalam
menggunakan metode-metode/alat-alat pembelajaran sesuai
dengan materi-materi pembelajaran yang sedang diajarkan, (5)
membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid,
(6) membantu guru dalam memberikan penilaian terhadap
kemajuan kemajuan belajar siswa dan hasil pekerjaan guru itu
Sendiri, (7) membantu guru dalam membina reaksi mental atau
moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan
mereka, (8) membantu guru baru di sekolah sehingga mereka
merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, (9) membantu
guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap
masyarakat dan cara-cara memantaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar, (10) membantu guru agar waktu dan tenaga
tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya. Tujuan
supervisi di atas merupakan usaha atau bantuan yang dilakukan
oleh supervisor kepada guru-guru untuk meningkatkan kemampuan
pengelolaan pengajaran termasuk pertumbuhan kepribadian dan
soSialnya.

54

Mulyasa (2003) mengemukakan bahwa tujuan supervisi
adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam
proses kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan peningkatan
profesi mengajar guru. Dengan bahasa lain bahwa tujuan supervisi
pengajaran adalah membantu dan memberikan kemudahan kepada
para guru untuk belajar meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Secara lebih operasional,
ujuan supervisi adalah ; (1) membina kepala sekolah dan guru agar
lebih memahami tujuan pendidikan, 2) meningkatkan kemampuan
kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didik
menjaal anggota masyarakat yang lebih efektif, (6) membantu
kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis
terhadap aktivitas kera persoalan pembelajaran, serta membantu
merencanakan perbaika perbaikan, (4) meningkatkan kesadaran
kepala sekolah dan guru-guru serta petugas sekolah lainnya
terhadap cara kerja yang demokratis, kesediaan untuk tolong-
menolong, (5) memperbesar semangat guru dan meningkatkan
motivasi berprestasi, (6) membantu kepala sekolah untuk
mensosialisasikan program pendidikan di sekolah kepada
nasyarakat, (/) melindungi warga sekolah yang disupervisi tetap
untutan yang tidak wajar dan kritik-kritik yang tidak senat
masyarakat, () membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam
mengevaluasi akuvitasnya untuk mengembangkan kreativitas
Pedidik, (9) mengembangkan rasa kesatuan (kolegialitas) sesama
guru.

Supervisi pendidikan berperan memberikan kemudahan akan
membantu kepala sekolah dan guru mengembangkan potensi
secara optimal. Supervisi harus dapat meningkatkan kepemimpinan

55

Kepala sekolah sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi
program sekolah secara keseluruhan. Melalui supervisi, guru diberi
kesempatan untuk meningkatkan kinerja, dilatih untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Dalam
merumuskan program sekolah, guru diberi kesempatan yang sama
untuk memberikan masukan dan penilalan program yang disusun
secara demokratis. Keterlibatan guru secara penuh dapat
meningkatkan rasa kebersamaan dan berdampak pada peningkatan
semangat kerja. Dengan demikian tujuan supervisi pendidikan
adalah meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru,
kepala sekolah, dan personel sekolah lainnya agar proses
pendidikan di sekolah lebih berkualitas. Dan yang utama, supervisi
pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama, partisipasi, dan
kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan. Dengan
demikian, akan timbul kesadaran, inisiatif, dan kreativitas personel
sekolah.

E. Fungsi Supervisi
Fungsi diartikan sebagai tugas aktif dari kegiatan supervisi

yang dilakukan oleh orang yang berkedudukan sebagai supervisor.
Burton (Oliva, 1984: 16) mengidentifikasi fungsi supervisi sebagai
berikut: "(1) The improvement of the teaching act, (2) the
mprovement of teachers in service, 3) The selection and organization
of subject-matter, (9 Testing and measuring and (5) The rating of
teachers" Sedangkan Oliva sendiri membagi fungsi Supervisi
menjadi tiga yaitu, pengembangan staf (Staff development),
Pengembangan kurikulum (Curriculum devetopment), dan perbaikan
pengajaran (instructional development).

56

Pengembangan staf dimaksudkan sebagai pembinaan
terhadap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya
agar dapat meningkatkan kemampuan dan kinerjanya serta saling
bekerjasama dalam merealisasi program pendidikan di sekolah.
Pengembangan kurikulum adalah pengkajian kurikulum disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan lingkungan. Pengembangan
Kurikuum termasuk dalam kegiatan memperbaharui program
pembelajaran, mengembangkan bahan instruksional, memilih
bahan ajar, mengembangkan bahan pembelajaran, dan
menentukan strategi/metode yang tepat untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Perbaikan pengajaran merupakan Keglatan
yang dilakukan guru secara berkelanjutan dengan menyesuaikan
perkembangan kurikulum maupun tuntutan terhadap kemajuan
iptek. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dari sisi
perencanaan, materi maupun metode pembelajaran. Bahan yang
dipersiapkan untuk pembelajaran berdasarkan kurikulum terbaru
dan dilengkapi dengan bahan-bahan pembelajaran penting yang
belum tercakup dalam perencanaan pembelajaran.

Sedangkan Gwyn (dalam Indrafachrudi, 1989) membedakan
tiga tanggung jawab utama seorang supervisor adalah (1)
bertanggung untuk menolong guru-guru secara individual, (2)
bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan lebih memperbaiki
seluruh staf sekolah dalam melakukan tugas pelayanan pendidikan
dan pengajaran di sekolah, (3) bertanggung jawab dalam
mendayagunakan berbagai sumberdaya manusia sebagaimana
sumber yang membantu pertumbuhan guru dan sekaligus sebagai
penerjemah program-program di sekolah, maupun kepada
masyarakat. Secara makro, Sutisna (1993) berpendapat bahwa
fungsi supervisi adalah (1) sebagai penggerak perubahan, (2)

57

sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, (3)
meningkatkan kemampuan hubungan manusia, 9) Sebagai
kepemimpinan kooperatif.

Supervisi berfungsi sebagai penggerak perubahan, seringkali
guru menganggap tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin, dari
waktu-kewaktu tidak mengalam perubahan baik segi materi
maupun metode/pendekatan. Mengnadapl keadaan yang demikian,
perlu ada inisiatif dari kepala sekolah atau Supervisor untuk
mengarahkan guru agar melakukan pembaharuan materi
pembelajaran sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutunan
lingkungan. Demikian pula dalam menerapkan metode
pembelajaran, guru terus didorong agar berani melakukan ujicoba
dan menerapkan metode sesual dengan materi yang dibahas. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Sutisna (1993) bahwa pengawas, penilik, dan
orang ang yang diserahi tanggung jawab khusus tentang supervisl,
menginginkan perubahan, maka mereka harus menghargai
perbedaan pandangan, menilai tinggi guru yang kreatif dan
imajinatif.

Supervisi bertungsi sebagai program pelayanan untuk
memajukan engajaran, dalam Situasi pembelajaran sering terjadi
masalah, baik yangc dihadapi guru maupun siswa. Guru sering
menghadapi kesulitan dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran, karenaitu supervisor memberikan
bimbingan kepada guru agar dapat mengelola pembelajaran secara
lebih efektif termasuk bantuan menyelesaikan masalah-masalah
belajar siswwa.

Supervisi berfungsi meningkatkan kemampuan hubungan
manusia, untuk mencapai tujuan, guru ataupun kepala sekolah tidak
dapat melakukan sendiri, maka perlu kerjasama dan bantuan
sesama guru, kepala sekolah ataupun dengan masyarakat. Pada
kenyataannya, tidak semua guru dan kepala sekolah mampu

58

melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak-pihak yang
terkait, maka tugas supervisor membantu guru mengenali diri dan
mengenali tugas-tugasnya, serta bagaimana dapat
menyelesaikannya. Dan lebih penting adalah membantu guru dan
kepala sekolah untuk’ meningkatkan Kerjasama aengan orang tua
siswa, masyarakat maupun dengan instansi terkait.

Supervisi sebagai kepemimpinan kooperatif, keberhasilan
supervise tidak hanya ditentukan oleh kemampuan supervisor
dalam menjalankan Tugas dan fungsinya, akan tetapi memerlukan
dukungan dan partisipasi dari kepala sekolah, guru-guru, konselor,
dan orang tua siswa secara bersama-sama ikut memikirkan
perkembangan anak didik ke arah tercapainya tujuan-tujuan
sekolah. Karena tu tugas supervisor bukan hanya menilai kinerja
guru, melainkan turut membantu guru untuk memajukan proses
pembelajaran.

Pelaksanaan fungsi-fungsi sebagaimana disebutkan di atas,
harus la dilaksanakan secara berkelnjutan, konsisten dan terpadu
dengan program supervisi dengan program pendidikan di sekolah.
Sebab inti kegiatan supervisi adalah pembinaan terhadap
kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan lainnya agar
tercipta iklim belajar yang kondusif.

59

60

61

BAGIAN KELIMA
KINERJA GURU

A. Pengertian Guru
Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

orang orang yang pekerjaannya mengajar. Guru juga di artikan
sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani
dan rohaninya untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi
tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu mandiri dan
makhluk sosial.

Pendidik dalam Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional
Nomor: 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 6, didefinisikan sebagai tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Secara lebih terperinci disebutkan pada pasal 39 ayat 2
tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan bahwa pendidik
(termasuk guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam
kegiatan sehari-hari guru bertugas sebagai pendidik, pembimbing,
pelatih, pembina bahkan juga sebagai teman, orang tua siswa. Hal
ini berarti bahwa selain mengajar atau proses pembelajaran, guru
juga mempunyai tugas melaksanakan pembimbingan maupun

62

pelatihan-pelatihan bahkan perlu melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat sekitar

Guru sebagai orang dewasa yang diberi Amanah tanggung
jawab untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal
perkembangan jasmani dan rohaninya untuk mencapai tingkat
kedewasaan memenuhi tugasnya sebagai mahkluk Tuhan, mahkluk
individu, mandiri dan mahkluk sosial. Ngalim Purwanto
mendefinisikan guru sebagai orang yang diserahi tanggung jawab
sebagai pendidik didalam lingkungan sekolah. Secara keseluruhan
guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, baik dalam
keluarga, dalam masyarakat, atau disekolah. Tidak ada seorangpun
yang tidak mengenal figur guru. Apapun istilah yang dikedepankan
tentang figur guru, yang pasti semua itu merupakan penghargaan
yang diberikan terhadap jasa guru yang banyak mendididk umat
manusia dari dulu hingga sekarang.

Dalam undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen, Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.

Dengan demikian guru sebagai pendidik yang profesional
akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-
tugasnya yang ditandai dengan: 1) Keahliannya baik dalam materi
maupun metode pengajarannya, 2) Rasa tanggung jawab, sosial,
pribadi intelektual, ethical dan spiritual, 3) Kebersamaan dalam
kesejawatan diantara sesama pendidik.

63

B. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas

maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Apabila kita
kelompok terdapat tiga jenis tugas guru yaitu tugas dalam bidang
profesi, dalam bidang kemanusiaan dan dalam bidang
kemasyarakatan.
1. Tugas Guru sebagai Profesi

Dalam pelaksanaan tugas yang di amanahkan kepada seorang
guru sebagai profesi meliputi kegiatan sebagai berikut ;
a. Mendidik, berarti dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru

harus dapat memberikan Pendidikan kepada peserta didiknya
tidak hanya dengan melalui pemberian materi pelajaran saja,
akan tetapi seorang guru juga dituntut untuk dapat
memberikan dan dapat memjadi contoh kepada peserta didik
untuk dapat mengembangkan nilai-nilai hidup yang selaras
dengan nilai-nilai agama.
b. Mengajar, berarti dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru
harus dapat memberikan Pendidikan kepada peserta didiknya
tidak hanya dengan melalui pemberian materi pelajaran tatapi
pemberian materi pembelajaran tentang mengembangkan
nilai-nilai Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.
c. Melatih, berarti mengembangkan keterampilan pada diri siswa.

2. Tugas Guru dalam Bidang Kemanusiaan
Dalam melakukan proses tranfer ilmu pengetahuan melalui

proses pembelajaran di sekolah guru harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus menarik atau simpati
sehingga menjadi idola pada siswanya karena para siswa akan

64

enggan menghadapi seorang guru yang tidak menarik, sehingga
pelajaran susah diserap.

3. Tugas Guru dalam Bidang Masyarakat
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih

terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan
masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan, ini berarti bahwa
guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukkan
manusia seutuhnya yang berdasarkan landasan dan falsafah bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa
tugas guru bukan hanya sebagai tugas profesi akan tetapi meluputi
semua unsur yang dapat membentuk peserta didik menjadi manusia
yang berilmu dan ber akhlakul karimah.

C. Pengertian Kinerja Guru
Peningkatan mutu pada Lembaga Pendidikan tentu

dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya factor kesiapan
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses Pendidikan
tersebut, guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi
rendahnya mutu dari hasil pendidikan. Pendidik atau guru
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama pada
pendidik perguruan tinggi.

Dalam kamus besar bahasa indonesia “kinerja adalah cara,
sesuatu yang dicapai dan kemampuan kerja. Sedangkan guru
adalah orang yang pekerjaanya mengajar. Kinerja adalah nilai yang

65

dihasilkan dari kemampuan pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepada pelaksana, akibat konsekwensi perjanjian pegawai.
Freemont mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu proses
mencapai hasil tertentu. Kinerja adalah sumbangan secara
kuantitatif dan kualitatif yang terukur dalam membantu tercapainya
tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok
orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta
kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar yang telah
ditetapkan. Sedangkan pendapat lain kinerja adalah tingkat
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya serta kamampuan untuk mencapai tujuan dan standar
yang telah ditetapkan. Sedangkan bila ditinjau dari pandangan
Islam, makna kinerja memiliki arti kesungguhan dan kemauan dalam
melaksanakan tugas, dalam surat at-Taubah 105 dijelaskan:

‫َت ْع َم ُلو َن‬ ‫َِفإ َُي ىَنلِّب ُئ َُعكاِْلم ِ ِمب َما ْال َُغك ْْين ُتِ ْمب‬ ‫َو َس ُ َي ُّدو َن‬ ۖ ‫َوا ْل ُم ْؤ ِم ُنو َن‬ ‫َوَر ُسوُل ُه‬ ‫َع َم َل ُك ْم‬ ‫اَ هّلُل‬ ‫َف َس ََ َيى‬ ‫ا ْع َم ُلوا‬ ‫َو ُق ِل‬
‫َوال َّش َها َد ِة‬

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan

Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu

itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui

akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan.”

Selanjutnya dalam surat Al-Maidah ayat 35 dijelaskan :
‫َيا َأ ُّي َها ا هل ِذي َن آ َم ُنوا ا َّت ُقوا اَ هّلَل َوا ْب َت ُغوا ِإ َل ْي ِه ا ْل َو ِسي َل َة َو َجا ِه ُدوا ِ يف َس ِبي ِل ِه َل َع هل ُك ْم ُت ْف ِل ُحو َن‬

66

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allâh, dan carilah jalan (wasilah) yang mendekatkan diri kepada-
Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan.

Islam memberikan rambu-rambu bagi ummatnya, bahwa
ketika melaksanakan suatu pekerjaan yang baik, maka tuntutan
untuk bersungguh-sungguh menjadi sesuatu yang mutlak.
Kesungguhan ini dinilai sebagai sebuah jihad.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Kinerja
guru merupakan proses pembelajaran sebagai upaya
mengembangkan kegiatan yang ada menjadi kegiatan yang lebih
baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dicapai
dengan baik melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru sesuai dengan goal dan tujuan. Kinerja guru adalah
melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas
maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan
lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi
pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para
siswa, serta melaksanakan penilaian.

Ngalim Purwanto mendefinisikan guru sebagai orang yang
diserahi tanggung jawab sebagai pendidik didalam lingkungan
sekolah.” Secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik
perhatian semua orang, baik dalam keluarga, dalam masyarakat,
atau disekolah. Tidak ada seorangpun yang tidak mengenal figur
guru. Apapun istilah yang dikedepankan tentang figur guru, yang
pasti semua itu merupakan penghargaan yang diberikan terhadap
jasa guru yang banyak mendididk umat manusia dari dulu hingga
sekarang. Guru Pendidikan Agama Islam juga adalah guru yang

67

diberi amanat oleh pihak lembaga sekolah untuk mengajarkan mata
pelajaran agama Islam di sekolah dengan keahlian kopetensinya.

D. Tujuan Kinerja Guru
Mengutip pendapat Oemar Hamalik dalam bukunya

perencanaan pengajaran, bahwasanya kinerja guru itu dalam sistem
dan proses pendidikan, guru tetap memegang peranan penting.
Siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang
mampu mengemban tugasnya dengan baik. Kendatipun dewasa ini
konsep cara belajar siswa aktif tetap banyak dikumandangkan dan
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar disekolah, namun guru
tetap menempati pendidikan tersendiri. Pada hakikatnya para siswa
hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan
lingkungan positif bagi mereka untuk belajar. Pelaksanaan
kurikulum dalam sistem instruksional yang telah didesain dengan
sistematik membutuhkan tenaga guru yang profesional. Guru
mempunyai tugas yang sangat banyak, ahli-ahli pendidikan Islam
juga ahli pendidikan barat telah sepakat bahwa tugas guru ialah
mendidik. Dalam mendidik guru dituntut untuk memiliki
kemampuan dan penguasaan tidak hanya pada materi ajar tetapi
juga segala yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan itu
sendiri.

E. Peranan Guru
Menurut pandangan tradisional guru merupakan seorang

yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan.
Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang
saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta

68

berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Pendapat lain mengatakan bahwa peranan guru akan
senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharpakan
dalam berbagai interaksinya baik dengan siswa (yang terutama),
sesama guru maupun dengan staf yang lain.

Berikut dijelaskan secara singkat peranan guru yang dianggap
paling dominan adalah :
1. Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer tau
pengajar ”guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembagkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya
dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Guru sebagai demonstrator yaitu ”peran untuk
mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang
disampaikan. Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran
dapat anak didik pahami, apalagi anak didik yang memiliki
intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar
dipahami anak didik. ”guru harus berusaha dengan membantuinya
dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pehaman anak
didik, tidak terjadi kesalah pengertian antara guru dan anak didik,
tidak terjadi kesalahan pengertian antaran guru dan anak didik.
Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

69

Dari beberapa uraian di atas dapat dipahami bahwa guru
sebagai demonstrator yaitu guru harus dapat menunjukkan
bagaimana caranya agar setiap materi atau bahan pelajaran dapat
dimengerti oleh siswa dengan baik, dan dapat menciptakan
pengetahuan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

Oleh karena itu guru harus belajar terus-menerus, dengan
cara demikian maka ia akan memperkaya dirinya dengan ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar dan demonstrator sehingga yang disampaikannya itu
betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning

manager) ”guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah
yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini di atur dan di awasi agar
kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan
terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauhmana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang baik. Lingkungan yang
baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk
belajar. Memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai
tujuan.

Guru sebagai pengelola kelas yaitu ”guru hendaknya dapat
mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat
berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima
bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan
menunjang jalannya interaksi edukatif, sebaliknya kelas yang tidak
dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak

70

didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama
dikelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi
edukatif. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik pertukaran
udara kurang, penuh kegaduan. Lebih banyak tidak menguntungkan
bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak
sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu
menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-
macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik
dan optimal.

Sebagai pengelola pengajaran ”seorang guru harus mampu
mengelola proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan
kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien”.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami peran guru
sebagai pengelola kelas merupakan hal yang harus mampu
dilakukan oleh guru, serta mampu dalam menciptakan lingkungan
belajar yang baik, agar mampu mengelola kelas dengan baik
sehingga belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai
bentuk dan jenisnya baik media non material maupun material.
Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan
proses interaksi edukatif.

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah
dalam kegiatan belajara siswa. Misalnya mengahi atau memberikan
jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga

71

diartikan penyedia media. Bagiamana cara memakai dan
mengorganisasikan penggunaan media.

Sebagai mediator guru menjadi perantara dalam hubungan
antar manusia untuk keperluan itu guru harus terampil
mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana menciptakan
secara maksimal koalitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini
ada 3 macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu
mendorong berlangsungnya tingkah laku social yang baik
mengembangkan gaya interaksi pribadi dan menumbuhkan
hubungan yang positif dengan para siswa.

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian
tujuan dan proses belajar mengajar baik yang berupa nara sumber,
buku teks, majalan ataupun surat.

Berperan sebagai fasilitator belajar artinya memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya, kemudahan tersebut bisa diupayakan dalam berbagai
bentuk antara lain menyediakan sumber dan alat belajar seperti
buku-buku yang diperlukan, alat peraga, alat belajar lanilla,
menyadiakan waktu belajar yang cukup kepada semua siswa,
memberikan bantuan kepada siswa yang memerlukannya,
menunjukkan jalan keluar dalam pemecahan masalah yang dihadapi
siswa. Menengahi perbedaan pendapat yang muncul dari para siswa
tampil sebagai juru selamat manakala masalah tidak dapat
dipecahkan oleh siswa.

Pendapat lain mengatakan peranan guru sebagai fasilitator
hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
kemudahakan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang

72

tidak menyenangkan suasana ruang kelas yang pengap, meja dan
cursi berantakan. Fasilitas belajar yang kurang tersedia,
menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi
tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga akan tercipta
lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan
memberikan fasilitas atau kemudahan dalam belajar mengajar
misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang
sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga
interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

Dari beberapa uraian di atas bahwa peranan guru sebagai
mediator dan fasilitator merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai mediator dan fasilitator guru hendaknya mampu
mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan.

4. Guru sebagai evaluator
Dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan

pencapaian tujuan, penguasaan sisw terhadap pelajaran, serta
ketepatan atau keefektifan metode mengajar, tujuan lain dari
penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa
didalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat
mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa
yang pandai, sedang kurang atau cukup baik dikelasnya. Jika ia
bandingkan dengan teman-temannya.

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan

73

hubungan serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa
penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian. Karena penilaian
merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses
untuk tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.

Tantangan yang diperlakukan agar menjadi evaluator yang
baik antara lain :
a. Menguasai segi-segi belajar siswa dalam pengertian aspek yang

dipelajari dan cara siswa mempelajarinya
b. Terampil menggunakan alat-alat penilaian seperti : observasi,

wawancara, tes dan lain-lain
c. Jujur dan objektif dalam menilai proses dan hasil belajar para

siswa dengan menggambarkan kemampuan siswa sebagaimana
adanya.
d. Cermat dalam mencatat kemajuan-kemajuan belajar yang
dicapai para sisw baik berkenaan dengan proses belajarnya
maupun hasil belajar yang dicapainya.
e. Mampu meramalkan prestasi siswa dikemudian hari, setidak-
tidaknya dapat menduga kemajuan-kemajuan yang bakal di
capainya
f. Mampu membandingkan kemampuan para siswanya
berdasarkan hasil-hasil belajar yang diperoleh para siswa.
g. Mampu mendiagnosis kesulitan belajar para siswa sehingga
dapat menentukan langkah-langkah penanggulangannya”.

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator ”guru
mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademis maupun tingkah laku sosialnya. Sehingga dapat

74

menentukan bagaimana anak didiknya berhasil ataqu tidak. Tetapi
kalau di amati secara agak mendalam evaluasi-evaluasi yang
dilakukan guru itu sering hanya merupakan evaluasi ekstrinsik dan
sama sekali belum menyentuh evaluasi intrinsik”.

Evaluator artinya sebagai penilai yang objektif dan
komprehensif. Sebagai evaluator guru berkewajiban mengawasi.
Memantau proses belajar siswa dan hasil-hasil belajar yang
dicapainya.

Sebagai evaluator guru tidak hanya menilai produk (hasil
pengajaran) tetapi juga menilai proses jalannya pembelajaran. Dari
kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feed back)
tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa peran guru sebagai
evaluator hendaknya dapat berhati-hati dalam menjatuhkan nilai
atau kriteria keberhasilan. Sehingga perlu adanya pertimbangan-
pertimbangan yang sangat unik dan kompleks tertutama yang
menyangkut perilaku dan nilai yang terdapat pada masing-masing
mata pelajaran.

F. Indikator Kenerja Guru
Kinerja guru yang ditunjukan dapat diamati dari kemampuan

guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang
mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan agar lebih baik. Tingkat keterampilan merupakan modal
dasar yang dibawa seseorang ke tempat kerja yang merupakan
sesuatu yang berasal dari dalam diri seseorang. Seperti pengalaman,
kemampuan, kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehnik.
Upaya tersebut diperlukan sebagai motivasi yang diperlihatkan guru
untuk menyelesaikan tugas pekerjaanya. Sedangkan kondisi

75

eksternal adalah tingkat sjauh mana kondisi eksternal mendukung
produktivitas kerja.

Ada beberapa indikator yang dapat dilihat dari kompetensi
guru dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar
mengajar. Indikator kinerja tersebut adalah:
1. Perencanaan Guru dalam Program Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan
pendidik dan peserta didik dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam proses pelaksanaannya guru sebagai pelaksana kegiatan
pembelajaran terlenih dahulu membuat perencanaan. Tahap
perencanaan guru dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang
akan berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar.
Kemampuan guru dalam hal ini dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru, maka oleh sebab itu seorang guru sebelum melakukan proses
pembelajaran tentu harus sudah membuat perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan konsep yang
sistematis dan terencana serta terukur baik yang berkaitan dengan
metode, isi, evaluasi dan Langkah-langkah dalam pelaksanaannya.
Sebab itu maka setiap perencanaan yang dibuat oleh guru harus
terdiri tujuan/kompetensi sesuai dengan kurikulum; pokok materi
sesuai dengan materi yang akan diajarkan; alternatif metode yang
akan digunakan; dari alternatif media dan sumber belajar yang akan
digunakan evaluasi pembelajaran alokasi waktu yang tersedia
satuan pendidikan, kelas, semester dan topik bahasan.

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan

merupakan kegiatan pembelajaran inti dari penyelenggaraan

76

Pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas,
penggunaan media dan sumber belajar, serta penggunaan metode
dan strategi pembelajaran. Sementara itu dalam pelaksanaan
pembelajaranguru harus memperhatikan seluruh aspek yang
berkaitan dengan proses, dan semua itu merupakan tugas dan
tanggung jawab guru yang dalam pelaksanaannya menuntut
kemampuan guru secara optimal. Adapun dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini :
a. Pengelolaan Kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusit di kelas guna
mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah
tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas. Kemampuan
guru dalam memupuk kerja sama dan disiplin siswa dapat diketahui
melalui: pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan
keluar kelas, melakukan absensi setiap akan memulai proses
pembelajaran, dan melakukan pengaturan tempat duaus
Siswa. Kemampuan lainnya dalam pengelolaan kelas adalah
pengaturan ruaing setting tempat duduk siswa yang dilakukan
secara bergantian.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara belajar yang optimal, dan
mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Menurut pendapat lain Pengelolaan kelas adalah salah
satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai
tujuan pengajaran yang efektif dan efisien.

77

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan lingkungan belajar yang optimal dengan cara
memperhatikan siswa secara personal dan harus ditunjang dengan
fasilitas yang memadai sehingga proses belajar mengajar akan
berjalan dengan tertib dan terarah sehingga akan menunjang
prestasi atau hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

b. Penggunaan Media dan Sumber Belajar
Kampuan lainnya dalam pelaksSanaan pembelajaran yang

perlu dikuasa ouru di samping pengelolaan Kelas adalah
menggunakan media dan sumber belajar Media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan nesan (materi
pemDelajaran), merangsang pikiran, segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran),
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa
sehingga dapat mendorong proses pembelajaran.

Sementara itu, yang dimaksud dengan sumber belajar adalah
buku pedoman. Kemampuan menguasal sumber belajar di samping
mengerti dan memahami buku teks, seorang guru juga harus
berusaha mencari dan membaca buku-buku atau sumber-sumber
lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama untuk
keperluan perluasan dan pendalaman materi, dan pengayaan dalam
proses pembelajaran.

Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar tidak
hanya menggunakan media yang Sudah tersedia seperti media
cetak, media audio, dan media audio visual. Namun, kemanmpuan
guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada
di sekitar sekolahnya. Dalam kenyataan di lapangan guru dapat

78

memanfaatkan media yang sudah ada (by utilization), seperti globe,
peta, gambar, dan sebagainya. Guru dapat juga mendesain media
untuk kepentingan pembelajaran (y design) seperti membuat media
foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan sebagainya.

c. Penggunaan Metode Pembelajaran
Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode

pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan
metode pembelajaran sesual dengan materi yang akan
disampaikan. R. Ibrahim dan Nana S. Sukmadinata U995: 74)
menjelaskan bahwa "Setiap metode pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun yang
penting guru metode mana pun yang digunakan harus jelas tujuan
yang akan dicapai.

Karena siswa memiliki ketertarikan yang sangat heterogen,
1dealnya Seordng su harus menggunakan multimetode, yaitu
memvariasiIkan penggunaa metode Pembelajaran di dalam kelas,
seperti metode ceraman dipadukannya jawab dan penugasan atau
metode diskusi dengan pemberian sisws eterusnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menjembatani kebutuhan dan menghindari
terjadinya kejenuhan yang dialami siswa.

3. Evaluasi dan penilaian pembelajaran
Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran merupakan cara guru

untuk dapat melakukan peniaian kepada peserta didik dan
melakukan kegiatan evaluasi terhadap ketercapaoiannya program
kerja semester yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tanap Ini
seorang guru dituntut melakukan proses evaluasi dan penilaian
terhadap hasil pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah sebuah

79

proses kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada tahap ini seorang guru yang telah melakukan pembelajaran
dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan
cara-cara evaluasi alat-alat evaluasi, pengolanan dan penggunaan
hasil evaluasi agar kedepannya proses pembelajaran dapat dicapai
secara maksimal.

Alat evaluasi yang dapat digunakan adalah tes tertulis, tes
lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat menentukan alat tes
tersebut sesual dengan materi yang disampaikan. Bentuk tes tertulis
yang banyak dipergunakan guru adalah benar/salah pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi dengan jawaban singkat. Kemudian
yang dimaksud tes lisan adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk
pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa. Tes ini umum
ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa
terhadap pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Sementara
itu, tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru Kepaua siswa
diminta untuk melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan
dengan materi yang telah diajarkan seperti pada mata pelajaran
keterampilan, olahraga, komputer, dan sebagainya. indikasi
kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat digambarkan dari
frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes s haal karena alat-alat tes
yang telah disusun pada dasarnya akan digunda alat penilatan hasil
belajar. Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat
tes hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan
penggunaan hasil belajar Pengolahan dan penggunaan hasil belajar
dalam pelaksanaannya sangat herkaitan erat. Pengelolaan hasil
belajar yang baik akan tercermin pada penggunaan hasil belajar

80

yang diaplikasikan ke dalam berbagai kegiatan pengembangan
pembelajaran.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hasil
belajar, yaitu jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak
dipahami oleh Sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki
program pembelajaran, melainkan cukup memberikan Kegiatan
remedial bagi siswa yang bersangkutan; dan jika bagian-bagian
tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian besar
siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran,
khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.

Mengacu pada kedua hal tersebut, frekuensi kegiatan
pengembangan pembelajaran dapatlah dijadikan indikasi
kemampuan guru dalam pengolahan dan penggunaan hasil belajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: (1) kegiatan remedial, yaitu
penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan menyediakan
waktu khusus untuk bimbingan siswa; dan (2) kegiatan perbaikan
program pembelajaran, baik dalam program semesteran maupun
program satuan Pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran,
yaitu menyangkut perbaikan dalam berbagai aspek yang perlu
diganti atau disempurnakan kemudian. Kinerja guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, kedpuannya akan
terwujud bila memiliki kemampuan/keterampilan dan vSI yang
memadai. Untuk itu, unsur yang harus dipahami dalam mengkaji
motode erja guru adalah abilitas dan kecakapan.
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan
dengan komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru,
karyawan, maupun anak didik. Pidarta dalam Saerozi

81

mengemukakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
1. Kepemimpinan kepala sekolah
2. Fasilitas kerja
3. Harapan-harapan, dan
4. Kepercayaan personalia sekolah.

Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala
sekolah dan fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya
kinerja guru.

H. Kompetensi professional guru
Kompetensi adalah terminologi yang sering didengar dan

diucapkan banyak orang. Kita sering mendengar dan mengucapkan
terminologi itu dalam berbagai penggunaan, khususnya terkait
dengan pengembangan sumber daya manusia. Akan tetapi, sering
kali persepsi, pemahaman, dan makna terminologi itu tidak sama
atau saling dipertukarkan dengan terminology lain. Agar memiliki
pemahaman yang komprehensip, perlu ditelusuri konsep
kompetensi dari sejarah perkembangan dan makna aslinya. Terkait
dengan itu, ada banyak pengertian-pengertian atau definisi tentang
kompetensi dari para ahli, diantaranya sebagai barikut:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti
kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau
kecakapan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan perilaku,
dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui
pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan
sumber belajar.

82

Dengan demikian, kompetensi dapat diartikan sebagai
kemampuan perorangan untuk melaksanakan pekerjaannya di
tempat kerja dengan memenuhi standar. Kinerja dan standar harus
selalu dipelihara sepanjang masa dan dalam situasi yang disepakati
bersama. Oleh karena itu, kompetensi merujuk kepada kecakapan
atau kelayakan seseorang individu dalam organisasi untuk
menjalankan tugas dengan sempurna. Kompetensi dirujuk kepada
sifat-sifat individu yag dapat atau berhubungan dengan
perencanaan dan prestasi dalam pekerjaan. Kecakapan yang
dimaksud boleh didasarkan kepada motif, sifat, sikap atau nilai,
tahap pengetahuan atau pemikiran atau kemahiran bertingkah laku.

Dari uraian di atas, Nampak bahwa kompetensi mengacu
pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan; kompetensi guru menunjuk kepada keseluruhan kinerja
dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu
didalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional
karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan keseluruhan kinerja
merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati,
tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Sedangkan Profesional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai “bidang pekerjaan yang memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankannya”. Istilah profesional
berasal dari kata profession (pekerjaan) yang berarti sangat mampu
melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional berarti orang
yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan
profesiensi (kemampuan tinggi) sebagai mata pencaharian.
Profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan diketahui oleh seseorang. Profesi

83

juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif”.

Jadi berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kompetensi professional guru merupakan suatu
kecapakan sikap seorang guru yang tercermin pada pelaksanaan
kerja sesuai dengan tanggung jawab, tugas pokok dan fungsinya
sebagai guru.

I. Komponen Kompetensi Profesional Guru
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 8 UU RI No. 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru wajib memiliki:
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Dari lima persyaratan di atas, tiga persyaratan pertama
yakni kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi sebagai
berikut :
1. Kualifikasi Akademik

Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 juga dijelaskan bahwa
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat.

Kualifikasi akademik adalah ijazah jejang pendidikan
akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jejang,
dan satuan pendidikan formal ditempat penugasan. Kualifikasi
akademik ini ditunjukkan dengan ijazah yang merefleksikan
kemampuan yang dipersyaratkan bagi guru untuk melaksanakan

84

tugas sebagai pendidik pada jejang, jenis dan satuan pendidikan
atau mata pelajaran yang diajarkannya sesuai dengan standar
nasional pendidikan.

Kualifikasi akademik seorang guru tertuang dalam peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dalam Permen Diknas
No. 16 tersebut pasal 1 dikatakan bahwa : setiap guru wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang
berlaku secara Nasional.

Kualifikasi akademik seorang guru menurut lampiran dalam
Permen Diknas No. 16 tersebut adalah :
a. Kualifikasi akademik guru melalui akademik formal

Pada Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur
formal mencakup kualifikasi akademik guru Anak Usia Dini/Taman
Kanak-Kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), guru Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Stanawiyah (SMP/MTS), guru Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), guru Sekolah Dasar Luar
Biasa/Sekolah Menengah Luar Biasa/Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (SI) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran
yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.
b. Kualifikasi akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan.

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat
diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat

85

diperlukan tetapi balum dikembangkan diperguruan tinggi dapat
diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan
kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijasah
dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya.

2. Kompetensi
Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kepmendiknas
No.045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru
dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.

Adapun kompetensi guru dapat dijelaskan sebagai berikut ;
a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
penbelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik yang dilakukan dengan melakukan perancangan,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik dalam Standar Nasional pendidikan
pasal 28 ayat three butir (a) dijelaskan bahwa guru harus mampu

86

mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari
merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum, dan
mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang
psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan
perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan berhasil guna.

Dalam pendapat lain dijelaskan bahwa kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Ini
mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh
penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar
merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya
multidimensional.

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian

yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Guru harus memiliki
kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu dan dapat
menjadi contoh tauladan bagi semua siswa.

Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi
kepribadian guru meliputi:
1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, dan diindikatornya

bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial, bangga
sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi kepribadian dalam
bertindak sesuai dengan norma.

87

2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri,
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
yang memiliki etos kerja.

3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan
tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan
masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan
bertindak.

4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu prilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki prilaku
yang disegani.

5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan dengan norma
religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki prilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam mencangkup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan subtansi
kurikulumnya secara filosofis kompetensi ini juga disebut dengan
penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang
studi keahlian.

Kompetensi profesional adalah pengusaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetepkan dalam standar nasional pendidikan. Artinya guru harus
memiliki pengetahuan konsep teoretik, mampu memilih model,
strategi dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran. Gurupun harus memiliki
pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.

88

d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk

memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota
masyarakat dan warga negara. Lebih dalam lagi, kemampuan sosial
ini mencangkup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada
tuntunan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan
tugasnya sebagai guru.

Menurut ahli lain menjelaskan bahwa kompetensi sosial
adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sekolah dan diluar lingkungan
sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan komunikasi
dengan orang tua siswa, sehinga terjalin komunikasi dua arah yang
berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada
umumnya.

Guru merupakan mahluk sosial, yang dalam kehidupannya
tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial
yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang
tidak terbatas pada pembelajaran disekolah tetapi juga pada
pendidikan yang terjadi dan berlangsung dimasyarakat.

Jadi dapat dijelaskan bahwa berdasarkan manusia sebagai
makhluk sosial dan makhluk etis, ia harus dapat memerlakukan
peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai
optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik, dan
kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan

89

mereka atau masyarakat (seperti orang tua, tetengga, dan semua
teman-teman).

Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut
diatas, maka guru tersebut telah memiliki hak profesional karena ia
telah jelas memenuhi persyaratan. Dalam membangun manusia
Indonesia seutuhnya, guru merupakan ujung tombak atau pelaksana
yang terdepan. Bila diumpamakan bidang kedokteran, teknik politik,
ekonomi, pertanian, industri dan lain-lain adalah untuk kepentingan
manusia, maka guru bertugas untuk membangun manusianya itu
sendiri.

3. Sertifikasi Akademik
Sertifikat berasal dari bahasa inggris certificates yang artinya

suatu persyaratan tentang kualifikasi seseorang atau barang. Dalam
kaitan ini, sertifikat pendidik adalah suatu persyaratan yang
menunjukkan seseorang benar-benar memiliki kualifikasi seorang
pendidik, atau dalam pengertian penulis, kualifikasi guru
profesional.

Sertifikat adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen." Dan pasal 1 ayat 12 di jelaskan bahwa Sertifikat
pendidikan adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional"

Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah
lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang
dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

90

DAFTAR PUSTAKA

A.Muri Yusuf, “Pengantar Ilmu Pendidikan”, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1982.

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012.

Agustinus Harmino, Kepemimpinn Pendidikan di Era Global,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2014.

Agustinus Hermino, Kepemimpinan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014.

Al-Rasyidin dan Saasul Nizar, “Filsafat Pendidikan Islam” Jakarta,
Ciputat Press, 2005.

Bedjo Sujanto, Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru,Cet.1, Jakarta:
Raih Asa Sukses,, 2009.

Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode Dan Terampil
Mengajar, Bandung, Alfabeta, 2009.

E.Mulyasa, Menjadi Kepala, Bandung: Rosda Karya, 2007.
Hamzah B. Uno, “Profesi Kependidikan”, Jakarta, Bumi Aksara,2008.
Irham Fahmi, Pengantar Ilmu Kepemimpinan, Depok : Rajawali Pers,

2018.
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Pelatihan dan

Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group, 2011.
Juhri, Wawasan Pendidikan, Metro: LPM UM metro, 2015.
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

91

Kartini kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Depok: rajawi Pers,
2016.

M. Ngalim Purwanto, “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis”,
Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004.

……..Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2009.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Jakarta, Rosdakarya,
2003.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Bandung, Remaja Rosda Karya ,2004.

Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung,
Remaja Rosda Karya, 2009.

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung:
Rosda Karya, , 2004.

Oemar Hamalik, Pendekatan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi, Bandung: Bumi Aksara, 2002.

Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan, Bandung: Refika Aditama ,
2010.

Rusman, Manajemen Kurikulum, Depok: rajawali Pers, 2009.
S. Nasution, Dikdaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta, Bumi Aksara,

2004.
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori ,

Dimensi pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi,
Cetakan Pertama, Yogyakarta, Pusat Pelajar, 2009.
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2011.

92


Click to View FlipBook Version