The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini membahas tentang metode pengamblan sampel benthos dan juga analisis data yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan benthos sebagai indikator lingkungan. Buku ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum Ekologi Perairan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ahandydewi, 2021-11-09 06:58:00

1B_Pengambilan dan Analisis Data Sampel Benthos

Buku ini membahas tentang metode pengamblan sampel benthos dan juga analisis data yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan benthos sebagai indikator lingkungan. Buku ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum Ekologi Perairan.

Pengambilan
dan

Analisis Benthos

Kelompok 1B

Kelompok 1B

Annisa Handayani Dewi (140410190012)

Angelia Evelyn Lyputri (140410190026)

Haitsam Ammar (140410190036)

Risna Octia (140410190054)

I Nyoman Ngurah Surya Jaya (140410190060)

Atasya Yasmine (140410190070)

Dhiya Sabrina (140410190086)

Hasna Syarifah (140410190104)

Metode dan Jenis-jenis Alat
Pengambilan Sampel Benthos

Metode pengambilan sampel benthos menurut Sasekumar (1974)
terdapat dua metode, yaitu dengan metode kualitatif dan
kuantitatif. Pada metode kualitatif, sampling dilakukan dengan cara
mengambil biota dengan tangan (hand picking) yang berada di
dalam plot sampel yang berukuran 5x5 m2 menggunakan tangan
(hand picking). Secara kuantitatif, dengan cara mengambil sampel
substrat dari plot sampel yang berukuran 1x1 m2 dengan
kedalaman 10 cm yang diambil dari dalam plot sampel 5x5 m2.
Alat yang umum digunakan untuk mencuplik benthos adalah jala
surber dan ekman grab. Untuk pengambilan makrobenthos, alat
pengambilan dibagi menjadi alat pengambilan kuantitatif dan semi-
kuantitatif/kualitatif. Alat pengambilan kuantitatif seperti HAPS
corer, Hamon Grab, Smith-McIntyre Grab & Day Grab, Van Veen
Grab, Shipek Grab, Ekman Grab & Birge-Ekman Grab, Agassiz Trawl,
Peterson Grab, Campbell Grab, Young Grab (ECMW), KB corer
(ECMW). Sedangkan alat untuk semi-kuantitatif/kualitatif seperti
Newhaven Scallop dredge, Rallier du Baty dredge, Modified Anchor
dredge, Forster’s Anchor dredge (H&M), Sanders Anchor dredge
(H&M), Heavy Duty Beam Trawl, Agassiz trawl (double-sided beam
trawl) (H&M) (Putro, 2011).

Kelompok Benthos Berdasarkan
Ukurannya

Benthos adalah organisme dasar perairan, baik berupa hewan
maupun tumbuhan, baik yang hidup di permukaan dasar ataupun
di dasar perairan. Berdasarkan ukurannya maka organisme bentos
dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu makrobenthos dan
mikrobenthos (Fachrul, 2007). Sedangkan Hutabarat & Evans (2000)
juga mengklasifikasikan bentos kedalam 3 kelompok berdasarkan
ukurannya, yaitu:

1.Mikrobenthos, adalah bentos dengan ukuran < 0,1 mm.
2.Meiobenthos, adalah bentos dengan ukuran 0,1 hingga 1,0

mm.
3.Makrobenthos, adalah bentos yang dengan ukuran lebih besar

dari 1,0 mm.

No. Jenis Contoh
1. Mikrobenthos

(labsuppliesusa.com) (pustaka.stipap.ac.id)

Kelas: Tubulinea (Protozoa) Kelas: Bacilli (Bacteria)
Spesies: Amoeba proteus Spesies: Bacillus thuringiensis

2. Meiobenthos

(foraminifera.au) (marinespecies.org)

Kelas: Globothalamea Kelas: Maxillopoda
(Foraminifera) (Copepoda)
Spesies: Ammonia sp. Spesies: Macrosetella gracilis

Kelompok Benthos Berdasarkan
Ukurannya

No. Jenis Contoh
3. Makrobenthos

(marinespecies.org) (crabdatabase.info)

Kelas: Gastropoda Kelas: Malacostraca
Spesies: Nerita undata (Crustacea)
Spesies: Bacillus thuringiensis

(inaturalist.org) (marinespecies.org)

Kelas: Polychaeta Kelas: Bivalvia
Spesies: Nereis sp. Spesies: Tellina sp.

Benthos berdasarkan Cara
Makannnya

Filter feeder

Zoobenthos yang mengambil makanan
dengan menyaring air. Kelompok pemakan
bahan tersuspensi (filter feeder) umumnya
terdapat dominan pada substrat kerikil dan
pasir misalnya moluska-bivalvia, beberapa
jenis echinodermata dan crustacea.
Contohnya seperti Perna viridis.

deposit feeder

Hewan bentos yang mengambil makanan dalam substrat
dasar. Benthos pemakan deposit cenderung melimpah atau
berkorelasi positif dengan persentase substrat lempung dan
liat yang daerahnya mengandung bahan organik yang tinggi.
Contoh Makrozoobenthos yang bersifat deposit feeder dan
berkorelasi positif dengan persentase lempung dan liat adalah
Cossura sp., Maldane sp., dan Pectinaria sp. (Polychaeta)
(Mayer et al., 1996).

Benthos sebagai Indikator
Lingkungan

Makrozoobenthos menjadi salah satu komunitas
organisme yang dapat menduga kualitas perairan
Makrozoobenthos menetap di dasar perairan dan
bergerak lambat serta hidup lama, sehingga sensitif
dengan kondisi perairan

Memiliki sifat kepekaan dan respon yang cepat terhadap
lingkungan
Daur hidup kompleks sepanjang tahun atau lebih
Kondisi perairan yang melebihi batas toleransi
menyebabkan kematian atau hidup sesil
Tidak mudah bermigrasi

Kelompok Makrozoobenthos

Tidak tercermar : Sericosmatidae, Lepidosmatidae
Tercemar ringan : Perlidae, Gomphidae
Tercemar sedang : Gammaridae, Libellulidae
Tercemar : Glossiphoniidae, Hemiptera
Tercemar agak berat : Tubificidae, Syrphidae
Tercemar berat : Tidak terdapat makrozoobenthos

Parameter Fisika dan Kimia pada
Kehidupan Komunitas Benthos

Sebagai hewan akuatik, kehidupan benthos, baik itu zoobenthos
maupun phytobenthos amat bergantung pada air laut yang ada di
lingkungannya. Mereka sangat dipengaruhi oleh aspek fisik dan
kimia dari air laut itu sendiri. Aspek fisik dari air laut yang amat
berpengaruh terhadap benthos adalah suhu air laut, intensitas
cahaya dalam air laut, tingkat kekentalan air laut, kekeruhan, berat
jenis air laut, tekanan hidrostatis air laut, tekanan hidrodinamik air
laut (arus dan gelombang), dan daya hantar listrik air laut.
Sedangkan aspek kimia air laut yang berpengaruh terhadap
benthos adalah kadar garam (salinitas), derajat keasaman (pH) air
laut, kadar gas oksigen terlarut (DO), dan kadar bahan pencemar
(polutan) (Swasta, 2018).

Suhu perairan yang lebih tinggi cenderung mengurangi jumlah
dan keanekaragaman jenis organisme. Pada suhu di atas 30°C
terjadi penurunan keanekaragaman jenis benthos (Purnami dan
Sunarto, 2010). Intensitas cahaya (kejernihan) menunjukkan
semakin tinggi tingkat kejernihan perairan indeks keanekaragaman
semakin menurun. Hal ini karena keterkaitan antara banyaknya
intensitas cahaya yang mampu lolos jatuh di badan air dengan
material unsur muatan sedimen yang saling berbanding terbalik
(Purnami dan Sunarto, 2010). Kekeruhan merupakan salah satu
parameter fisika, baku mutu kekeruhan untuk biota laut adalah
tidak lebih dari 5 NTU (Indrayana dkk. 2014).

Parameter Fisika dan Kimia pada
Kehidupan Komunitas Benthos

Parameter kimia diantaranya derajat keasaman (pH) yang
dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan
perairan dan tersedianya unsur hara serta toksisitas unsur renik.
Organisme bentos menyukai nilai pH sekitar 7–8,5 pada
lingkungan hidupnya, jika pH < 7 maka telah terjadi penurunan
populasi hewan-hewan bentos.

Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang besar
terhadap tumbuh- tumbuhan dan hewan air sehingga sering
dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
suatu perairan bagi lingkungan hidup (Asmawi, 1986 dalam
Narulita, 2011). Perubahan kandungan oksigen terlarut di
lingkungan sangat berpengaruh terhadap hewan air. Kebutuhan
oksigen bervariasi, tergantung oleh jenis, stadia, dan aktivitas.
Semakin tinggi kadar oksigen terlarut maka jumlah bentos
semakin besar (Darojah, 2005).

Terkait kadar bahan pencemar, daya toleransi benthos
terhadap pencemaran bahan organik dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu jenis intoleran, jenis fakultatif, dan jenis toleran.
Jenis Intoleran merupakan organisme yang tidak dapat
beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas.
Jenis fakultatif merupakan organisme yang dapat bertahan hidup
di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat
mentolerir tekanan lingkungan. Jenis toleran merupakan
organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas
buruk (Meisaroh dkk., 2019).

Tabel Identifikasi

no. Gambar Spesies Klasifikasi
1.
Kingdom Animalia
2. Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Trichoptera
Family Hydropsychidae
Genus Hydropsyche

(Pictet, 1834)
Spesies Hydropsyche sp.

Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Odonata
Family Gomphidae
Genus Paragomphus

(Cowley,1934)
Spesies Paragomphus sp.

no. Gambar Spesies Klasifikasi
1.
Kingdom Animalia
2. Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Diptera
Family Chironomidae
Genus Chironomus

(Meigen, 1803)
Spesies Chironomus sp.

Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Malacostraca
Order Amphipoda
Family Gammaridae
Genus Gammarus

(J. C. Fabricius, 1775)

Spesies Gammarus sp.

no. Gambar Spesies Klasifikasi
1.
Kingdom Animalia
2. Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Trichoptera
Family Philopotamidae
Genus Dolophilodes

(Ulmer, 1909)
Spesies Dolophilodes sp.

Kingdom Animalia
Phylum Annelida
Class Clitellata
Order Hirudinida
Family Hirudinidae
Genus Hirudo
Spesies Hirudo medicinalis

(Linneaus, 1758)

no. Gambar Spesies Klasifikasi
1.
Kingdom Animalia
2. Phylum Annelida
Class Clitellata
Order Tubificida
Family Naididae
Genus Tubifex
Spesies Tubifex tubifex

(Müller, 1774)

Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Insecta
Order Hemiptera
Family Belostomatidae
Genus Lethocerus
Spesies Lethocerus

americanus
(Leidy, 1847)

no. Gambar Spesies Klasifikasi
1.
Kingdom Animalia
2. Phylum Mollusca
Class Gastropoda
Order Neotaenioglossa
Family Thiaridae
Genus Melanoides
Spesies Melanoides

tuberculata
(Muller, 1774)

Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda
Class Malacostraca
Order Decapoda
Family Gecarcinucidae
Genus Parathelphusa
Spesies Parathelphusa sp.

(Milne-Edwards,
1853)

Perhitungan



Interpretasi

Berdasarkan data sampel benthos yang sudah dicantumkan
didapatkan jenis benthos dari filum Arthropoda, Annelida, dan
Mollusca. Benthos dari filum Arthropoda terdapat Hydropsyche
sp., Paragomphus sp., Chiromomus sp., Gammarus sp.,
Dolophilodes sp., Lethocerus americanus, dan Parathelphusa sp.
Benthos dari filum Annelida terdapat Hirudo medicinalis, dan
Tubifex tubifex. Sedangkan benthos dari filum Mollusca terdapat
Melanoides tuberculata.

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa
kelimpahan terbesar terdapat pada spesies Hydropsyche sp
dengan jumlah spesies 120. Sedangkan kelimpahan terkecil
terdapat pada Hirudo medicinalis dan Lethocerus americanus
dengan jumlah spesies masing-masing 1. Hal ini dikarenakan
faktor fisika dan kimia yaitu jenis atau tekstur substrat yang
berpengaruh terhadap kelimpahan benthos. Menurut Parson
dan Takashi (1977), substrat dasar yang tersusun atas pasir
kasar berlumpur umumnya akan dihuni lebih banyak hewan
benthos per unit area dibandingkan dengan dasar perairan
yang tersusun atas lempung berpasir. Apabila kepadatan satu
genus di suatu daerah sangat melimpah, maka menunjukkan
abiotik di tempat tersebut sangat mendukung kehidupan genus
tersebut (Handayani dkk., 2001). Jenis benthos yang sering
ditemukan adalah Hydropsyche sp. dari ordo Trichoptera.
Menurut Merritt and Cummins (1996), keberadaan ordo
Trichoptera menunjukkan bahwa perairan masih berkualitas
baik. Makrozoobenthos dari filum Arthropoda biasanya
ditemukan di bagian hulu dan tengah sungai dengan suhu
24 ℃ -26 ℃ , kecepatan arus tinggi, pH air 6-7, penetrasi cahaya
sampai ke dasar sungai serta substrat dasar perairan berbatu.

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa nilai
indeks keanekaragaman (H’) yaitu 1,368, dimana Ayuniara
dkk (2018) menyatakan, indeks keanekaragaman bentos dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu :
H’< 1 = Keanekaragaman rendah ;
1< H’< 3 = Keanekaragaman sedang; dan
H’>3 = Keanekaragaman tinggi.
Maka, daerah perairan dapat dikatakan pada tingkat kriteria
sedang (1<H’<3), dan kondisi cukup seimbang. Hal ini diduga
karena bahan organik yang ada di dasar perairan cukup
sehingga cukup mampu dalam mendukung kehidupan
organisme benthos tersebut (Pagoray dan Udayana, 2018).

Nilai indeks dominansi (C) yang didapatkan yaitu 0,404
dengan kriteria rendah (mendekati nol). Menurut Odum (1994),
kriteria indeks dominansi adalah sebagai berikut.
0 < C < 0,5 : tidak ada jenis yang mendominasi;
0,5 < C < 1 : terdapat jenis yang mendominasi.

Hal ini menunjukkan bahwa komunitas berada pada kondisi
stabil, belum terjadi tekanan ekologi yang mengakibatkan
perubahan lingkungan (Pratami dkk., 2018), serta tidak ada
spesies benthos yang mendominasi.

Nilai indeks keseragaman (E’) yang didapatkan yaitu 0,594
dengan kriteria rendah, artinya kelimpahan individu yang dimiliki
oleh masing-masing spesies sangat jauh berbeda atau bahkan
hanya didominasi oleh 1 spesies saja. Hal ini diduga berkaitan
dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi dan jenis substrat
yang kurang mendukung pertumbuhan populasi tertentu (Iswanti
dkk., 2013).

Dari nilai-nilai indeks yang didapati, maka dapat ditarik
kesimpulan daerah perairan tersebut merupakan daerah yang
tergolong stabil dimana nilai keanekaragaman cukup seimbang,
indeks dominansi rendah, dan indeks keseragaman ruang cukup
rendah. Namun, pada prinsipnya, penilaian tercemar atau
tidaknya suatu ekosistem tidak sedemikian mudah terdeteksi dari
hubungan antara keanekaragaman dan kestabilan komunitasnya.
Sistem yang stabil dapat saja memiliki keanekaragaman yang
rendah atau tinggi. Hal itu tergantung dari fungsi aliran energi
yang terdapat pada perairan tersebut (Odum, 1993).

Daftar Pustaka

Aunurohim, A., & Liliandari, P. (2013). Kecepatan Filtrasi Kerang
Hijau Perna Viridis terhadap Chaetoceros SP dalam Media Logam
Tercemar Kadmium. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(2), 16041.
Ayuniara ; Muntahariah; Nursalbiah. (2018). Indeks
Keanekaragaman Benthos di Perairan Pantai Deudap Pulo Nasi
Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018.
ISBN: 978-602-60401-9-0
Darojah, Y. (2005). Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di
Ekosistem Perairan Rawapening Kabupaten Semarang (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit
Bumi Aksara
Hutabarat, S., & Evans S. M. (2000). Pengantar Oseanografi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Indrayana, R., Yusuf, M., & Rifai, A. (2014). Pengaruh Arus
Permukaan Terhadap Sebaran Kualitas Air di Perairan Genuk
Semarang. Jurnal Oseanografi, 3(4), 651-659.
Iswanti, S.; Ngabekti, S.; Kariada, N.; dan Martuti, T. (2013). Distribusi
dan keanekaragaman jenis makrozoobentos weleri Kabupaten
Kendal di Sungai Damar Desa. Life Science. 1(2): 1-10.
Mahasri, G., Eshmat, M. E., & Rahardja, B. S. (2014). Analisis
Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada
Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Perairan Ngemboh Kabupaten
Gresik Jawa Timur [Analysis Of Heavy Metal Content Of Lead (Pb)
And Cadmium (Cd) Shells On Green (Perna viridis L.) On Water
District Ngemboh Gresik East Java]. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 6(1), 101-108.

Daftar Pustaka

Mayer, L. M., Chen, Z., Findlay, R. H., Fang, J., Sampson, S., Self, R. F.,
... & Donard, O. F. (1996). Bioavailability of sedimentary
contaminants subject to deposit-feeder digestion. Environmental
Science & Technology, 30(8), 2641-2645.
Meisaroh, Y., Restu, I. W., & Pebriani, D. A. A. (2019). Struktur
Komunitas Makrozoobenthos sebagai Indikator Kualitas Perairan di
Pantai Serangan Provinsi Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences,
5(1), 36-43.
Nangin, S., Langoy, M., Katili, D. (2015). Makrozoobentos Sebagai
Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon
Sulawesi Utara. Jurnal MIPA Unsrat Online, 4(2) : 165-168.
Narulita, D. S. (2011). Analisis Tingkat Pencemaran Bakteri Coliform
Dan Kaitannya Dengan Parameter Oseanografi Pada Perairan Pantai
Kabupaten Maros [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Odum, E. P. (1993). Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Odum, E.P. (1994). Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Pagoray, H.; dan Udayana, D. (2018). Analisis kualitas plankton dan
benthos tambak bontang kuala Kota Bontang Kalimantan Timur.
Jurnal Pertanian Terpadu. 6(1): 30-38.
Pratami, V. A.; Setyono, P.; dan Sunarto. (2018). Keanekaragaman
zonasi serta overlay persebaran bentos di Sungai Keyang,
Ponogoro, Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir, dan
Perikanan. 7(2): 127-138.

Daftar Pustaka

Purnami, A. T., & Sunarto, S. P. (2010). Study of benthos community
based on diversity and similarity index in Cengklik DAM Boyolali.
Ekosains, 2(2), 50-65.
Putro, S. (2011). Pengembangan Teknik Pengambilan Sampel
Makrobenthos: Seleksi Alat dan Preparasi. Jurnal Sains Dan
Matematika, 19(3), 82-90.
Rachman, H., Priyono, A., Mardianto, Y. (2016). Makrozoobenthos
Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Di Sub Das Ciliwung Hulu.
Media Konservasi, 21(3) : 261-269
Sasekumar, A. 1974. Distribution of Macrofauna on Malaya
Mangrove Shore. The Journal of Animal Ecology, vol. 43: pp 51 – 69.
Swasta, I. B. J. (2018). Bioekologi Ekosistem Laut dan Estuaria. Depok:
Rajawali Pers.
Wardhana, W. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta
: Penerbit Andi
Wardhana, W. (1999). Perubahan Lingkungan Perairan dan
Pengaruhnya Terhadap Biota Akuatik. Jakarta: UI


Click to View FlipBook Version