The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

ini adalah ebook mengenai bibliografi beranotasi artikel minangkabau

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nadiaerwanifazri23, 2021-06-18 09:29:32

E- Book Bibliografi Beranotasi

ini adalah ebook mengenai bibliografi beranotasi artikel minangkabau

Keywords: artikel minangkabau

BIBLIOGRAFI Adat dipakai baru,
BERANOTASI jikok kain dipakai

Artikel Minangkabau using

Nadia Erwani Fazri (18234094)

i

E- BOOK
BIBLIOGRAFI BERANOTASI

Artikel Ilmiah
Dosen: Malta Nelisa. S. Sos. M.Hum

Oleh:
Nama: Nadia Erwani Fazri

NIM: (18234094)
Kelas: PII B

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

ii

Kumpulan Bibliografi Beranotasi Artikel Minangkabau Sumber Internet
Penulis :

NADIA ERWANI FAZRI
Bimbingan :

MALTA NELISA, S.Sos,, M.hum
Desain Cover :

NADIA ERWANI FAZRI
Penata Letak :

NADIA ERWANI FAZRI
Penerbit :

Perpustakaan dan Ilmu Informasi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat, Padang Utara, Padang,

Sumatera Barat2021

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Ta‟ala atas segala nikmat dan
hidayah yang tidak henti-hentinya Allah Ta‟ala berikan kepada penulis. Salawat
serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu
„alaihi wa sallam yang telah membawa sedikit ilmu Allah Subhanahu wa Ta‟ala
dan memberi contoh bagaimana mengamalkan ilmu itu, yang telah menghamparan
permadani yang indah dan menggulung tikar-tikar kebatilan, kemudian semoga
terlimpahkan pula keselamatan bagi keluarga dan sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu, alaihi wa sallam.

Pada kesempatan kali ini penulis membuat bibliografi beranotasi artikel
Minnagkabau bersumber dari internet yang berjumlah 20 buah. Banyaknya koleksi
Minangkabau membuat artikel tersebut kadang dilupakan, artikel Minangkabau
kadang juga sulit ditemukan. Untuk itu tujuan penulisan bibliografi beranotasi ini
agar artikel tentang Minangkabau tersebut bisa dilestarikan, selanjutnya agar
koleksi tersebut bisa diketahui penjelasan singkat melalui anotasi yang sudah
dijabarkan.

Susunan penulisan pada laporan ini penulis mengelompokkan sesuai dengan
subjek yang sama, sehingga pembaca mudah dalam menemukan referensi yang
dibutuhkan. Harapan penulis, meskipun masih banyak kekurangan. Semoga ebook
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Sungai Limau, 15 Juni 2021

Nadia Erwani Fazri

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN BIBLIOGRAFI ................................................................ vi
I. BIBLIOGRAFI BERANOTASI ARTIKEL MINANGKABAU.................................... 1

A. TARIAN.................................................................................................................... 1
B. TRADISI DAN KEPERCAYAAN........................................................................... 6
C. MAKANAN ............................................................................................................ 19
II. INDEKS KATA KUNCI.............................................................................................. 21
III. INDEKS PENGARANG............................................................................................. 22
IV. INDEKS SUBJEK....................................................................................................... 23

v

PETUNJUK PENGGUNAAN BIBLIOGRAFI

12

001

Fazri, Nadia Erwani. Lestarikan Budaya Minang dengan Mengembalikan Esensi Rumah
Gadang. 25 Juni 2015.
https://www.kompasiana.com/www.roniaprianto.co.id/5517b74b813311a3689de488/lestarikan-
budaya-minang-dengan-mengembalikan-esensi-rumah-gadang Artikel ini menjelaskan

............................................................................
............................................................................
3 ............................................................................
............................................................................

Kata Kunci: :Budaya, masyarakat, rumah gadang 4

5 Keterangan :

1. Nomor entry

2.Bibliografi (MLA), baris kedua dijorokkan kedalam
sesuai dengan aturan MLA

3.Anotasi, terdiri dari penjelasan singkat dari artikel
yang dibuat

4.Gambar artikel, berguna untuk memberikan
penjelasan lebih lanjut tentang artikel tersebut.

5.Kata kunci, terdiri dari kata/istilah penting dalam
artikel yang dibuat, setiap kata kunci diberi tanda ;
(titik koma) sebgai pemisah dan minimal kata kunci
yaitu 3 kata dan diurutkan sesuai abjad.

vi

BIBLIOGRAFI BERANOTASI ARTIKEL MINANGKABAU
A. TARIAN
001
Humaira, Alya Aqila. Kesenian Randai. 01 Juni 2021. 15 Juni 2021.
https://www.kompasiana.com/alya81486/60b645e28ede4841d92ff313/kesenian-randai.
Artikel ini membahas mengenai kesenian randai. Randai dapat kita deskripsikan sebagai
suatu permainan tradisional di Minangkabau yang di mainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran. Kemudian
melangkah secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita dalam bentuk
nyanyian secara bergantian. Randai
dalam pertunjukannya di pimpin
oleh seorang yang disebut
panggoreh. Panggoreh tidak hanya
memaikan peran tapi juga menjadi
pemberi aba aba seperti "hep tah
tih" yang memiliki tujuan untuk
mengatur tempo dari gerakan yang
juga di iringi dengan gurindam.
Mulanya randai digunakan sebagai alat menyampaikan kaba (cerita rakyat) melalui gurindam
(syair) yang didendangkan dan gelombang (tari) yang bersumber dari gerakan silat
minangkabau. Sekarang setelah adanya perkembangan randai juga mengunakan penokohan
dan dialog dan sandiwara sandiwara. Randai pada saat pendudukan Jepang sempat
mengalami kemunduran dan setelah kemerdekaan randai kembali mengalami kemajuan dan
kebangkitan. Sekarang randai telah memiliki 300 jenis di sumatera barat.
Kata Kunci: Kesenian, Minangkabau, Randai.

1

002

Nurhadi, Ardhika. Randai, Seni Tari Khas Minangkabau. 30 Mei 2021. 16 Juni 2021.
https://www.kompasiana.com/ardhikanurhandi9309/60b340db8ede483ffd58cf13/randai-
seni-tari-khas-minangkabau. Artikel ini membahas mengenai Randai, sebuah tarian yang
menggabungkan beberapa seni seperti seni musik, seni tari, senj bela diri silat dan juga
drama. Kali ini kita akan
mengenal tentang Randai secara
lebih menyeluruh. Randai
merupakan salah satu tarian
khas di Ranah Minang. Tari
Randai sendiri tidak memiliki
tempat asal secara spesifik, oleh
karena itu, Randai lebih dikenal
sebagai salah satu tarian khas
Sumatera Barat saja, tidak ada
daerah spesifik dimana tari
Randai berasal. Namun, ada
beberapa stereotip tentang Tarian Randai, dimana stereotip tersebut menyebutkan bahwa,
terdapat sebuah perguruan bela diri Silat yang menjaga dan melestarikan Tari Randai yang
terdapat di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Tarian ini biasa dilakukan oleh para pemuda
surau di Sumatera Barat, dimana mereka melakukan Tarian Randai menjelang mereka tidur.
Pemuda-pemuda mempelajari Randai dari Pemuda Nagari atau bisa juga disebut dengan
Pemuda Desa. Tetapi, saat ini Randai lebih dikenal sebagai seni pertunjukan yang biasanya
dilakukan di pernikahan dan pesta daripada kegiatan yang biasanya dilakukan pemuda
surau. Tari Randai ini biasa dimainkan secara berkelompok dengan melingkar, dimana
terdaoat seorang pembawa cerita di tengah-tengah lingkaran yang dibentuk oleh penari
Randai, lalu diikuti dengan penari Randai yabg melangkahkan kaki secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita yang biasanya dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Pertunjukan seni Tari Randai biasanya dilakukan di daerah yang luas dan terbuka, dimana
tidak ada batasan antara penonton dengan penyaji yang secara tidak langsung
menggambarkan bahwa masyarakat Minangkabau memandang semua golongan masyarakat
secara sama rata, dan tidak membandingkan-bandingkan antar golongan.

Kata kunci: Masyarakat, Randai, Seni

2

003

Salsabila, Reisya Adisti. Seni Tari Khas Minangkabau: Tari Piring. 05 Maret 2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/reisyaadisti/604172d58ede4859fe52c1b2/seni-tari-khas-

minangkabau-tari-piring. Artikel ini membahas mengenai tarian khas minangkabau yaitu tari

piring. Tari piring merupakan

tarian tradisional khas

Minangkabau yang

memanfaatkan piring sebagai

propertinya. Tari piring telah

dilestarikan oleh masyarakat

Minangkabau sejak zaman

Kerajaan Sriwijaya berdiri

hingga saat ini. Saat ini tari

piring digunakan untuk

menyambut tamu terhormat

atau pembukaan pada upacara

adat. Tari ini juga merupakan

salah satu tarian yang

ditampilkan untuk mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Indonesia karena keunikan-

keunikannya. Penari tari piring biasanya berjumlah ganjil minimal 3 orang dan maksimal 7

orang menggunakan busana khas berwarna cerah perpaduan warna merah dan kuning

keemasan yang menimbulkan kesan mewah. Penari meletakkan piring di atas telapak tangan

sambil melakukan gerakan tari, piring diayun-ayunkan lalu diputar dengan cepat tanpa jatuh

mengikuti tempo musik sampai akhir tarian. Penari juga melakukan gerakan mendentingkan

cincin khusus dan piring sehingga menghasilkan bunyi unik dan khas. Uniknya di akhir

pertunjukan tarian terdapat atraksi kejutan, piring-piring tersebut dilemparkan ke bawah

dan salah satu atau beberapa penari melanjutkan gerakan tarian di atas pecahan piring.

Gerakan-gerakan dalam tarian tari piring ini adalah gambaran tentang keseharian warga

dalam usaha mencari rezeki. Tari piring diiringi dengan perpaduan alat musik telempong

yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan stik berbahan kayu dan saluang yang

dimainkan dengan cara ditiup tanpa putus sehingga menghasilkan bunyi khas yang indah.

Kata kunci: Kearifan lokal, Tari piring, tradisi

3

004
Gishca, Serafica. Tari Payung, Berawal dari Pertunjukan Sandiwara di Minangkabau. 12 Maret

2021. 16 Juni 2021. https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/12/200800569/tari-
payung-berawal-dari-pertunjukan-sandiwara-di-minangkabau?page=all. Artikel ini
membahas mengenai tari payung. Tari Payung adalah tarian melayu di Minangkabau,
Sumatera Barat. Pada zaman Belanda, tari Payung termasuk dalam bagian pertunjukan
toonel atau sandiwara. Pada abad ke-20, tari Payung mengalami perkembangan dengan
ditarikan oleh penari
laki-laki dan penari
perempuan. Untuk
busana tari Payung,
penari perempuan
menggunakan baju
adat Minangkabau
seperti baju kurung,
bawahan rok dari
kain songket, serta
hiasan kepala seperti
mahkota. Sedangkan untuk penari pria memakai atasan dengan bawahan yang memiliki
warna sama. Dibagian pinggang dililitkan songket hingga lutut. Bagian kepala juga
menggunakan hiasan khas Minangkabau. Musik pengiring tari Payung di antaranya
talempong, akordian, biola, dan gitar. Irama yang diberikan dengan ritme cepa kemudian
lambat di akhir pementasan. Tema-tema lagu iringan tari Payung umumnya berkisah tentang
perjalanan bulan madu sepanag suami istri ke Sungai Tanang.
Kata kunci: Kearifan lokal, Pertunjukan,Tari payung.

4

005
Welianto, Ari. Tari Piring, Tarian Tradisional Khas Minangkabau. 30 Januari 2021.

19 Mei 2021, https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/30/151500769/tari-
piring-tarian-tradisional-khas-minangkabau . Artikel membahasa mengenai Tari
Piring adalah tarian khas bagi masyarakat Minangkabau yang mendiami provinsi
Sumatera Barat. Hampir dalam setiap acara tari piring selalu ditampilkan seperti pada
pernikahan, penyambutan
tamu agung, pagelaran seni
dan upacara-upacara adat
lainnya. Menurut sejarah
tari Piring diciptakan untuk
menunjukkan rasa syukur
masyarakat kepada para
dewa dengan menyajikan
sesajian berupa makanan
lezat yang dibawakan oleh gadis-gadis cantik. Namun, seiring masuknya Islam di
daerah Malayu fungsi tarian Piring pun tidak lagi ditujukan untuk sesembahan bagi
pada dewa tapi untuk parta raja dan pejabat.
Kata Kunci: Adat, Kearifan lokal, Tari Piring

5

B. TRADISI DAN KEPERCAYAAN

006

Putri, Aulia. Tradisi Makan Sebelum Puasa Diminangkabau. 07 April 2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/auliaputri0657/606d73528ede4819385b3392/tradisi-

makanan-sebelum-puasa-di-minangkabau. Artikel ini membahas mengenai tradisi makanan

sajian sebelum puasa dimulai. Makanan itu di sebut Malamang. Malamang adalah tradisi

membuat lemang, yaitu kudapan dari ketan putih yang dimasak dengan cara dibakar di

dalam bambu dan daun pisang.

Membuat lamang merupakan

tradisi masyarakat Minangkabau

sejak dahulu dan biasa disebut

dengan tradisi malamang.

Lamang dan tradisi malamang

menarik dan perlu diketahui

lebih jauh terutama

keberadaannya dalam kehidupan

masyarakat Minangkabau.

Malamang harus dikerjakan oleh

banyak orang. Pasalnya, ada

beberapa langkah yang harus

dilakukan seperti mencari bambu sebagai tempat adonan lemang, mencari kayu bakar untuk

memanggang lemang, serta mempersiapkan bahan pembuatan lemang. Jadi diperlukan

kerjasama dalam proses membuat lemang ini.Nah buat kalian yang penasaran bisa di coba di

rumah untuk menu yang di coba sebelum puasa.

Kata kunci: Malamang, Masyarakat Minangkabau, Tradisi.

6

007
Ulhusna, Asma. Mengenal Tradisi Makan Bajamba Masyarakat Minangkabau. 01 April 2021.

15 Juni 2021.
https://www.kompasiana.com/husnaasmaul/606522208ede48552557bd42/mengenal-
tradisi-makan-bajamba-masyarakat-minangkabau. Artikel ini membahas mengenai tradisi
makan bajamba masyarakat
minangkabau. Makan bajamba
adalah tradisi makan bersama
di adat Minangkabau. tradisi ini
dilakukan pada hari-hari besar
keagamaan, upacara adat,
ataupun acara keluarga sebagai
bentuk kebersamaan dalam
hidup bermasyarakat dan
berkeluarga, makan bajamba
juga memiliki filosofi lain yaiu
untuk menyetarakan derajat.,
yang dalam petatah petitih
minangkabau di ungkapkan "Duduak samo randah, Tagak samo tinggi". Makan bajamba ini
dilakukan di suatu ruangan besar yang lapang dan di alas Lapiak (tikar) sambil lesehan, pring-
piring dan lauk pauknya disusun dari ujung ruangan sampai ke ujung ruangan lagi, semua
masyarakat yang ikut di makan bajamba ini akan duduk berjejer dari ujung ke ujung ruangan
dan menikmati sajian yang ada di depan mereka bersama-sama. Pada saat makan meski
semua orang sama-sama duduk lesehan tetapi ada sedikit perbedaan dalam adab duduk
antara Laki-laki dan perempuan, laki-laki duduk baselo (bersila) sedangkan perempuan
duduk basimpuah (bersimpuh).

Kata Kunci: Minangkabau, Makan bajamba, Tradisi

7

008

Ulhusna, Asma. Balimau, Tradisi Menjelang Puasa Masyarakat Minangkabau. 03 April 2021. 16

Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/husnaasmaul/606567d78ede484d11576f12/balimau-

tradisi-menjelang-puasa-

masyarakat-minangkabau.

Artikel ini membahas mengenai

salah satu tradisi menarik

menjelang bulan puasa

masyarakat Minangkabau yaitu

Mandi Balimau. Filosofi yang

terkandung dari balimau adalah

membersihkan diri secara lahir

dan batin sebelum memasuki

bulan Ramadan, sesuai dengan

ajaran agama Islam, yaitu

menyucikan diri sebelum

menjalankan ibadah puasa.

Balimau adalah tradisi mandi menggunakan jeruk nipis Kemudian berkembang

menggunakan bunga kasai, supaya sakralnya proses mandi yang dilakukan dapat dirasakan.

Dalam setiap bungkusan bunga kasai terdapat beberapa macam bahan yang digunakan

untuk mandi balimau yaitu: buah limau (jeruk nips) yang diiris tipis, bunga mawar, bunga

melati, bunga rampai berwarna merah, daun pandan yag dipotong tipis-tipis dan akar-

akaran wangi.

Kata kunci: Balimau, Masyarakat, Tradisi

8

009

Rahayu, Okta Putri. Tradisi Balimau dalam Adat Minangkabau. 04 Juni 2021. 15 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/oktaputrirahayu3119/60b9c85cd541df782a4fdae2/tradisi-

balimau-dalam-adat-minangkabau. Artikel ini membahas mengenai tradisi balimau dalam

adat minangkabau. Balimau adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi

masyarakat Minangkabau untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Acara balimau ini

biasanya dilaksanakan sekali setahun yaitu sehari sebelum masuknya bulan suci Ramadhan,

upacara Balimau dilakukan oleh orang

Minang sebagai ungkapan rasa syukur dan

kegembiraan menyambut bulan

penyucian diri. Adapun keterangan

mengenai adanya tradisi balimau ini

karena pada zaman dahulu tidak

semua kalangan masyarakat

Minangkabau dapat mandi dengan

bersih. Alasannya, karena tidak ada

sabun atau wilayahnya yang

kekurangan air. Pada masa itu,

beberapa daerah di Minangkabau telah

memanfaatkan limau atau jeruk

sebagai pengganti sabun karena

sifatnya yang mampu melarutkan

minyak atau keringat pada badan, dan

mampu memberikan kewangian bagi

badan.

Kata kuci: Adat, Balimau, Upacara tradisional.

9

010
Oktaviana, dea. Tradisi Hoyak Tabuik Pariaman. 01 Juni 2021. 15 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/dea40759/60b5e7318ede4821d27d77a6/tradisi-hoyak-
tabuik-pariaman. Artikel ini membahas tentang tradisi hoyak tabuik di pariaman.
Minangkabau begitu menekankan
kepada anak daerah untuk terus
melestarikan adat-adatnya yang
ada. Salah satu adat yang sampai
saat ini masih dilakukan dan
diadakan oleh masyarakat
Minangkabau adalah Oyak tabuik.
Oyak Tabuik merupakan perayaan
yang diadakan setiap tanggal 10
Muharram untuk memperingati
Asyura, gugurnya Imam Husain,
cucu Nabi Muhammad SAW.
Perayaan adat ini diadakan di daerah pantai, khususnya di Kota Pariaman. Oyak Tabuik
diadakan setiap tahun dan telah diadakan sejak puluhan tahun yang lalu dan diperkirakan
telah ada sejak abad ke-19 masehi. Menurut sejara, Husain beseerta keluarga wafat dalam
perang di Padang Karbala. Oyak tabuik berasal dari kata 'Oyak' dan 'Tabuik' yang bermakna
'guncang' dan 'peti kayu'. Nama ini mengacu pada legenda tentang munculnya makhluk
berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda ini
mengisahkan bahwa setelah wafatnya cucu nabi, koptak kayu yang berisi potongan jenazah
Husain diterbangkan .ke langit. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masayarakat
Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabuik di punggungnya.
Kata Kunci: Hoyak tabuik, Minangkabau, Pariaman.

10

011

Akral. Orang Minangkabau Merantau Guna Merntaskan Kemiskinan. 04 Desember 2014. 16
Juli 2021. http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=7132&catid=2&. Artikel ini
membahas mengenai kebiasaan merantau orang minang. Peristiwa ini sering disebut dengan
“merantau”. Populasi orang Minangkabau di luar Sumatera Barat melebih dari yang tinggal
di kampung halamannya sendiri (di Sumatera Barat). Daerah yang menjadi tujuan mereka
merantau rata-rata adalah daerah perkotaan atau dimana saja asal ada orang ramai. Rata-
rata usaha yang dilakoni orang
Minangkabau di rantau adalah
berdagang atau berjualan. Seperti
berjualan nasi, jualan kain atau
pakaian, jualan buku dan sebagainya.
Tidak dapat dimungkiri, di seantero
dunia, di mana saja sudah dipastikan
kita akan menemukan rumah makan
padang. Saat merantau, orang
Minangkabau tidak pernah membawa
modal berupa uang. Yang dibawa
hanyalah semangat dan keuletannya.
Orang Minangkabau biasanya mengawali usahanya dengan berjualan kakilima. Mereka
berjualan di pojok-pojok toko besar, di pinggir-pinggir jalan dan sebagainya. Barang
dagangnya mulai dari nasi sampai pakaian dalam, pecah belah dan sebagainya. Sangat jarang
orang Minang berjualan sayur di rantau. Bagi orang Minang, guna merantau adalah untuk
melawan atau mengentaskan kemiskinan, orang Minang menyadari betul jadi pengangguran
adalah hal yang memalukan. Terutama sekali malu kepada tetangga, kepada mamak dan
saudara-saudara perempuan. Karena pemuda ini dianggap tidak bisa berbuat atau tidak bisa
menghasilkan. Ada pepapatah di Minangkabau mengatakan, “Karakok madang di hulu,
babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balu”. Artinya
seorang pemuda di Minangkabau, kalau belum bekerja, dia kurang mendapat tempat atau
kurang dapat perhatian, khususnya bagi remaja-remaja dan calon-calon mertua. Kalau
diperhatikan hal ini sangat sederhana. Tapi kalau dimaknai, hal ini sangat dalam sekali nilai-
nilainya. Maksudnya, jika untuk membiayai dirinya sendiri belum sanggup, bagaimana
membantu sanak familinya, apalagi menghidupi rumah tangganya nanti? Ditambah kondisi
di kampung halaman. Dilihat rumah orang tua semakin padat dan penuh sesak oleh saudara
perempuan yang sudah menikah, tentu ada urang sumando. Ditambah lagi dengan lahirnya
anak saudara perempuan, yang disebut dengan kemenakan, yang membuat rumah semakin
sempit. Dilihat keluar, lahan sudah semakin menyempit, karena sudah dibangun pula
perumahan untuk tempat tinggal penduduk. Sawah yang dulu bajanjang bapamatang dan
ladang yang babiteh bapintalak merupakan pusako tinggi yang turun-temurun. Karena
dulunya ditaruko oleh mamak, dan turun temurun kepada cucu kemenakan.

Kata kunci: Kepercayaan, Merantau, Orang Minang.

11

012

Anifah, Siti. Persepsi Masyarakat Terhadap Orang Minangkabau do Perantauan. 30 Mei 2021.
16 Juni 2021.
https://www.kompasiana.com/sitihaniifah/60b4875ed541df74dd2bcbc4/persepsi-
masyarakat-terhadap-orang-minangkabau-di-perantauan. Artikel ini membahas mengenai
persepsi orang minang yaitu merantau. Di perantauan, orang Minang berjualan makanan
seperti rumah makan Padang. Banyak orang yang beranggapan bahwa orang Minang itu
pandai berdagang. Selain itu ada stereotip yang menyebutkan bahwa orang Minang itu pelit.
Namun kenyataannya tidak
demikian. Orang Minang adalah
orang yang pandai dalam
memanajemen keuangan dan
hemat serta pekerja keras.
Mereka bekerja dan berusaha
keras agar dapat mencapai
kesuksesan di perantauan.
Perantau Minang yang telah
sukses akan membantu
saudaranya dengan memberikan
modal dan memantaunya
hingga sukses dan mumpuni.
Mereka akan memberikan hak
sepenuhnya jika saudara mereka dapat sukses menjalankan bisnis sendiri. Merantau adalah
kebiasaan orang Minang sejak dulu, dengan merantau orang Minang akan lebih
berpengalaman yang baru sehingga orang Minang lebih kuat dalam kehidupan mereka
dimanapun mereka berada. Karena mereka percaya, jika tetap di kampung mereka tidak
akan berkembang dan akan tetap menjadi orang yang itu-itu saja. Dengan merantau,
penghidupan menjadi lebih baik dan koneksi juga semakin banyak. Budaya merantau sudah
ada sejak lama. Masyarakat Minangkabau pergi merantau tidak hanya untuk urusan
ekonomi, namun juga pergi melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Jika mereka telah
mendapatkan pekerjaan yang baik, mereka biasanya membuat rumah di rantau dan pulang
setiap tahun untuk mengunjungi keluarga di kampung. Tidak sedikit yang memakai ilmunya
untuk memberdayakan kampung.

Kata kunci: Kepercayaan, Merantau, Masyarakat minang

12

013

Ikhvan, Alivia. Kato Nan Ampek. 25 Maret 2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/alifiaikhvan/605c666d8ede480466312a72/kato-nan-

ampek. Artikel ini membahas mengenai kato nan ampek dalam minangkabau. Kato nan

ampek merupakan sebuah landasan bagi orang Minangkabau dalam menjaga norma

kesopanan dalam berbahasa sehari-hari kepada orang yang seusia dengan kita, maupun

lebih tua atupun muda. Seperti yang sudah dibahas tadi, kato nan ampek memiliki empat

bagian, mandaki, manurun, mandata, dan malereang, berikut adalah pembahasannya. Kato

Mandaki (kata mendaki) merupakan suatu etika berbicara kepada seseorang yang posisinya

lebih tinggi daripada kita, seperti

orangtua, guru, ulama, tokoh

masyarakat, atau orang-orang yang lebih

tua daripada kita. Saat berbicara dan

berinteraksi, hendaklah kita

menggunakan kata yang lembut dan

sopan, serta bertindak dengan sopan

santun dan menghargainnya. Kato

Manurun (kata menurun) adalah tata

cara berkomunikasi dengan orang yang

posisinya dibawah kita, seperti orang-

orang yang umurnya lebih muda atau

remaja dan anak-anak kecil. Ketika berbicara kepada orang yang lebih muda, kita harus tetap

menjaga kesopanan, menghargai, dan tidak boleh semena-mena---tidak merasa paling tauh

dan benar. Kato Mandata (kata mendatar) adalah etika cara berbicara kepada teman sebaya

kita; orang-orang yang seusia dengan kita. Ketika berbicara dengan orang yang seumuran,

cara kita berinteraksi dengan mereka memanglah sangat beda dengan orang yang lebih tua

maupun orang yang lebih muda. Namun, bukan berarti kita boleh berbicara seenaknya saja.

Kita masih harus tetap saling menghormati dan menghargai, dan berbicara dengan

sewajarnya; saling menjaga perasaan dan tidak menyinggung. Kato Malereang (kata

melereng) merupakan tata cara kita berinteraksi dengan orang yang dituakan secara adat

atau orang-orang yang terhormat, misalnya seperti kepada orang-orang nagari

(pemerintahan), ataupun seperti mertua dengan menantunya dan sebaliknya. Dalam kata

melereng, kita menggunakan kata-kata berkias banding dan hendaklah harus tetap berbicara

dengan lembut dan santun. Masyarakat Minangkabau memang terkesan sedikit keras dan

tegas dalam tata bericaranya, tetapi inilah yang membuat nilai adat Minangkabau menjadi

lebih tinggi dengan standar etika yang baik dan menjadi sesuatu yang perlu kita jaga

kelestariannya, termasuk tata krama dalam berbicara.

Kata kunci: Kato nan ampek, Masyarakat minangkabau, tata berbicara.

13

014

Putri, Aulia. Tradisi Makan Sebelum Puasa Diminangkabau. 07 April 2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/auliaputri0657/606d73528ede4819385b3392/tradisi-

makanan-sebelum-puasa-di-minangkabau. Artikel ini membahas mengenai tradisi makanan

sajian sebelum puasa dimulai. Makanan itu di sebut Malamang. Malamang adalah tradisi

membuat lemang, yaitu kudapan dari ketan putih yang dimasak dengan cara dibakar di

dalam bambu dan daun pisang.

Membuat lamang merupakan

tradisi masyarakat Minangkabau

sejak dahulu dan biasa disebut

dengan tradisi malamang.

Lamang dan tradisi malamang

menarik dan perlu diketahui

lebih jauh terutama

keberadaannya dalam kehidupan

masyarakat Minangkabau.

Malamang harus dikerjakan oleh

banyak orang. Pasalnya, ada

beberapa langkah yang harus

dilakukan seperti mencari bambu sebagai tempat adonan lemang, mencari kayu bakar untuk

memanggang lemang, serta mempersiapkan bahan pembuatan lemang. Jadi diperlukan

kerjasama dalam proses membuat lemang ini.Nah buat kalian yang penasaran bisa di coba di

rumah untuk menu yang di coba sebelum puasa.

Kata kunci: Malamang, Masyarakat Minangkabau, Tradisi.

14

015

Yanti, Rahma Putri. Musyawarah dan Gontong Royong dalam Adat Minangkabau. 02 Juni

2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompasiana.com/putri85448/60b7a2588ede486b1e6cfc92/musyawarah-

dan-gotong-royong-dalam-adat-minang-kabau. Artikel ini membahas mengenai tradisi

kebiasaan dalam masyarakat

minangkabau yaitu gontong

royong. Di Sumatera Barat,

tradisi dan kebudayaannya

banyak diambil dari alam, seperti

pepatah Minang yang berbunyi "

Alam Takambang Jadi Guru".

Selain itu, adat dan kebiasaan

masyarakat Minang selalu

melibatkan gotong-royong,

musyawarah, dan mufakat.

Misalnya adat kebudayaan dari

Kabupaten Padang Pariaman

yaitu Bajalan Malam, Manta

Kampie Siriah, Baundi, Alek Nagari, Batagak Gala, Tagak Kudo-Kudo, Batajau, Julo-Julo

Tukang, Bakonsi/Kasawah, Maacah Batu, dan Membantai. Semua tradisi yang disebutkan

tersebut selalu dilakukan dengan musyawarah dan gotong-royong. Kita ambil contoh

misalnya Julo-Julo Tukang. Julo-Julo atau dalam Bahasa Indonesia bisa kita sebut semacam

arisan atau menabung. Hal yang ditabung dapat berupa uang, emas, beras, perlengakapan

rumah tangga serta jasa. Hasil dari kegiatan julo-julo ini digunakan untuk saling membantu

yang kekurangan. Misal Julo-Julo Tukang/Tani, masyarakat atau anggota Julo-Julo saling

membantu dalam menggarap lahan mereka. Hal ini menjadi strategi untuk memenuhi

kebutuhannya karena ketidakmampuan untuk membayar upah dalam menggarap sawah.

Bisa juga kita sebut barter jasa. Jika seseorang yang memiliki lahan dibantu oleh orang lain,

maka orang tersebut juga harus turut membantu dalam penggarapan lahan orang yang

membatunya tadi. Contoh tradisi dalam bentuk musyawarah mufakat yaitu tradisi yang

dilakukan sebelum menggelar acara pernikahan yaitu duduk mamak. Duduk mamak adalah

berkumpulnya keluarga besar untuk musyawarah dan berdiskusi mengenai apa-apa yang

harus dipersiapkan dan mencari hari yang bagus untuk menggelar acara.

Kata kunci: Gontong royong, tradisi, Masyarakat minangkabau.

15

016

Welianto, Ari. Rumah Gadang, Rumah Adat Minangkabau sumatera Barat. 14 Januari 2021. 16

Juni 2021. https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/14/120000069/rumah-gadang-

rumah-adat-

minangkabau-

sumatera-

barat?page=all.

Artikel ini

membahas

mengenai rumah

gadang. Rumah

Gadang adalah

nama untuk

rumah

tradisional adat

Minangkabau.

Minangkabau merupakan salah satu kelompok etnis yang berada di Provinsi Sumatera Barat.

Rumah Gadang utama biasanya dibangun di atas tanah yang cukup luas dan milik keluarag

induk secara turun temurun. Tidak jauh dari kompleks rumah Gadang, biasanya didirikan

surau keluarga yang berfungsi sebagai tempat berkumpul pada pemuda atau sebagai tempat

untuk menyelanggarakan segala bentuk kegiatan sosial dan keagamaan. Bentuk arsitek

bangunan rumah Gadang berupa bangunan balok segi empat, yang mengembang ke atas

dan mengecil ke bawah. Garis melintang dari bangunan rumah Gadang melengkung tajam di

sebelah dua tepinya, menyerupai tanduk kerbau. Bentuk yang menyerupai tanduk tersebut

sebagai simbol kemenangan. Bentuk atap melengkung dan runcing ke atas yang disebut

gonjong.

Kata kunci: Adat, Arsitektur, Rumah gadang

16

017

Utami, Silmi Nurul. Limpapeh Rumah Nan Gadang, Baju Tradisional Sumatera Barat. 03 Mei

2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/03/171936769/limpapeh-rumah-nan-

gadang-baju-tradisional-sumatera-barat?page=all.Artikel ini berisikan tentang Limpapeh

Rumah nan Gadang. Baju Limpapeh Rumah nan Gadang terdiri dari tengkuluk, baju batabue,

minsie, sarung, dan

salempang. Dilansir

dari Portal Resmi

Provinsi Sumatera

Barat, tengkuluk

atau tingkuluak

adalah penutup

kepala dari kain

yang dibentuk

menyerupai Rumah

Gadang. Baju

Batabue adalah

baju kurung khas melayu yang panjang dan tertutup, bisa berwarna hitam, merah, biru, dan

oranye. Baju kurung tersebut dihiasi dengan benang berwarna emas yang membentuk

beragam motif bergantung dengan sub suku asal wanita tersebut. Namun yang pasti, motif

dan corak benang emas penghias baju kurung menggambarkan kekayaan alam

Minangkabau. Tepian baju kurung akan dihiasi oleh bis benang emas yang disebut dengan

minsie. Dilansir dari Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, minsie melambangkan

bahwa seorang perempuan Minangkabau harus mematuhi batas-batas adat dan tidak boleh

melanggarnya. Baju Limpapeh Rumah nan Gadang menggunakan sarung yang dililitkan pada

pinggang yang melambangkan kebijaksanaan seorang Bundo kanduang. Lalu selempang

akan disampirkan dari kanan ke kiri, menyimbolkan ia adalah seorang wanita yang telah

menikah juga penuh kasih sayang. Baju Limpapeh Rumah nan Gadang juga menggunakan

berbagai aksesoris seperti kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari emas maupun batu

alam. Aksesoris yang digunakan memiliki motif yang beragam namun memiliki makna

filosofis.

Kata kunci: Baju limpapeh, Budaya, Kearifan lokal.

17

018
Sastra, Yola. Pusat Kebudayaan Minangkabau Diluncurkan. 03 Juni 2021. 16 Juni 2021.

https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/06/03/pusat-kebudayaan-minangkabau-
diluncurkan/. Artikel ini membahas mengenai kebudayaan minangkabau. Keberadaan pusat
kebudayaan ini ditujukan untuk memuliakan kebudayaan sebagai pendorong kemajuan
Minangkabau sebagai bagian dari Indonesia. Pusat kebudayaan yang dikelola Yayasan Pusat
Kebudayaan Minangkabau
(PKM) ini diluncurkan di
Ladang Tari Nan Jombang,
Padang, Sumatera Barat.
Acara peluncuran dihadiri,
antara lain, oleh gubernur dan
beberapa bupati/wali kota di
Sumbar serta tokoh-tokoh
Sumbar. Peluncuran juga
diikuti peserta lainnya secara
daring.
Kata kunci: Karifan lokal,
Budaya, Minangkabau.

18

C. MAKANAN

019

Mardiana, Ayu. Rendang Jadi Makanan Paling Enak Nomor Satu. 4 Juni 2021. 16 Juni 2021.
https://www.kompasiana.com/ayumardianaa/60b9efcb8ede4870cf6ad123/rendang-jadi-
makanan-paling-enak-nomor-satu. Artikel ini membahas mengenai makanan bernama
'rendang'. Rendang adalah makanan berbahan dasar daging yang proses memasaknya
dengan suhu rendah serta waktu
yang lama dan menggunakan
banyak rempah-rempah pilihan
serta santan. Rendang menjadi
salah satu makanan yang selalu
ada ketika hari raya Idul Fitri dan
hari raja Idul Adha. Berdasarkan
teori dan kepercayaan
masyarakat Minang, rendang
memiliki tiga makna yang
berkaitan dengan sikap, antara
lain kesabaran, kebijaksanaan,
dan ketekunan. Tiga unsur yang
mereka yakini itu berkaitan dengan proses memasak rendang yang membutuhkan waktu
yang lama serta dalam memilih bahan yang berkualitas. Unsur-unsur tersebut sangat
berguna dalam proses memasak rendang guna agar cita rasa dari rendang tersebut tetap
terjaga. Selain itu, teori rendang bagi masyarakat Minangkabau adalah musyawarah dan
mufakat, dikutip dari buku 'Randang Bundo' tahun 2019 karya Wynda Dwi Amalia tentang
empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat minang. Pertama, yaitu
daging yang merupakan niniak mamak atau dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin
kaum adat. Kedua, yaitu kelapa yang melambangkan cadiak pandai atau kaum intelektual
(orang pintar). Ketiga, yaitu cabai yang melambangkan alim ulama atau orang yang pandai
dalam urusan agama. Terakhir, yaitu rempah-rempah yang melambangkan seluruh
masyarakat di Minangkabau.

Kata kunci: Makanan, Kepercayaan, Rendang

19

020

Trisakti, Yani Aji. Rendang. 17 Maret 2017. 19 mei 2021,

https://ajitrisaktiyani.wordpress.com/2017/03/17/artikel-tentang-rendang/.

Artikel ini membahas mengenai rendang. Rendang atau randang adalah masakan

daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan

rempah- rempah. Asal-usul

rendang ditelusuri berasal dari

Sumatera, khususnya

Minangkabau. Bagi masyarakat

Minang, rendang sudah ada sejak

dahulu dan telah menjadi masakan

tradisi yang dihidangkan dalam

berbagai acara adat dan hidangan

keseharian. Sebagai masakan

tradisi, rendang diduga telah lahir

sejak orang Minang menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini

berkembang ke kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing,

Riau, Jambi, hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang banyak dihuni

perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas baik di Sumatera dan

Semenanjung Malaya.

Kata Kunci: Rendang, tradisi, minangkabau.

20

II. INDEKS KATA KUNCI

A
Adat 5 9 16
Arsitektur 16

B
Baju Limpapeh 17
Balimau 8 9
Budaya 17 18

G
Gontong Royong 15

H
Hoyak Tabuik 10

K
Kearifan Lokal 3 4 5 17 18
Kepercayaan 11 12 19
Kato Nan Ampek 13
Kesenian 1

M
Masyarakat Minangkabau 2 6 8 12 13 14 15
Makan Bajamba
Malamang 6 14
Merantau 11 12
Minangkabau

O
Orang Minang 11

P
Pertunjukan 4
R
Randai 1 2
Rumah Gadang 16
Rendang 19 20

T
Tari Payung 4
Tari Piring 3 5
Tradisi 3 6 7 8 14 15 20
Tata Berbicara 13

S
Seni 2

21

III. INDEKS PENGARANG

A
Akral 11
Alivia ikhvan 13
Alya aqila humaira 1
Ardhika nurhadi 2
Ari welianto 5 16
Asma ulhusna 7 8
Aulia putri 6 14
Ayu mardiana 19
D
Dea oktaviana 10
O
Okta putri rahayu 9
R
Reisya adisti salsabila 3
S
Serafica gishca 4
Siti anifah 12
Silmi nurul utami 17
Y
Yani trisakti 20
Yola sastra 18

22

IV. INDEKS SUBJEK

M
Masakan 19
T
Tarian 1
Tradisi dan kepercayaan 6

23

Biodata Penulis
“Berusaha menjadi Baik dari yang terBaik”

Nadia Erwani Fazri

I

Data Diri

Nama Lengkap :Nadia Erwani Fazri

Profesi : Mahasiswi

Agama : Islam

Tempat Lahir : Lohong

Tanggal Lahir : 23 Oktober 2000

Warga Negara : Indonesia

Deskripsi Tokoh:

Nadia Erwani Fazri biasa dipanggil nadia, dia adalah seorang mahasiswi dari Universitas Negeri Padang,
yang masuk tahun ajaran 2018. Nadia kuliah pada jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah, prodi
Perpustakaan dan ilmu informasi.

Sebagai seorang mahasiswa perpustakaan nadia termasuk orang yang rasa inggin taunya tinggi akan suatu

hal yang mungkin belum dia penah jumpai atau dia lakukan. Contohnya E-Book ini, dia sama sekali belum

pernah mempelajari sama sekali carannya. Tetapi berkat kegigihan dan menjadi suatu tuntutan bagi dia

sebagai seorang mahasiswa perpustakaan, diapun mempelajarinya lewat tontonan di youtube. Dia coba

dan terus mencoba, walaupun banyak gagal tetapi dia tidak menyerah sehingga dia berhasil membuat e-

book ini, walaupun belum sempurna tetapi dia menharapkana masukan dari rekan- rekan yang membaca

eb-book ini, untuk perbaikan kedepannya. 24

NADIA ERWANI FAZRI

25


Click to View FlipBook Version