The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Cerpen sejarah adalah cerita pendek yang bertema atau berlatar belakang cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mahadita.oke, 2023-01-03 21:27:01

Cerpen Sejarah 6

Cerpen sejarah adalah cerita pendek yang bertema atau berlatar belakang cerita sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu.

Keywords: Cerpen Sejarah

“Amai”
Saksi Bisu Perlawanan PRRI 1958

Rendi Nofreza

“Dor, dor, dor…”, Setidaknya berulang kali terdengar
suara tembakan dari senjata kecil mematikan di sore itu.
Dari kejauhan di atas sang biru sudah terlihat burung
bermesin yang disebut helikopter yang ditunggangi oleh
para serdadu. Suasana riang penuh gelak anak-anak
bermain pun berubah menjadi teriakan ketakutan sambil
berhamburan ke rumahnya masing-masing.

Amai, saat itu berusia sepuluh tahun. Amai merupakan
gadis asal Batu Bulek, Tanah Datar, Sumatera Barat dan
merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Saat itu
Amai memiliki tiga orang adik yang masih kecil. Amai dan

adik-adiknya tinggal bersama nenek mereka sedangkan
orangtuanya merantau ke tanah seberang.

Seperti biasa, kesehariannya kala pagi hari amai
membantu nenek di rumah, lepas itu amai terkadang
bermain dengan konco-konco tak jauh dari rumahnya. Kala
sabtu tiba Amai membantu nenek berjualan makanan-
makanan kecil di pasar sabtu. Begitulah kira-kira rutinitas
Amai setiap harinya.

Minggu itu terasa biasa sebenarnya untuk Amai.
Setelah membantu nenek di rumah dan menjaga adik-
adiknya, sore itu Amai hendak bermain seraya berkata

“wo, pai main lu ya”,dan nenek pun selalu mengizinkan
cucunya bermain “iyo, jan sanjo bana pulang” sahut nenek.
Sumringah Amai ketika hendak bermain dengan konconya.

Ditengah permainannya, seketika semua teriak dan
berhamburan tatkala terdengar suara tembakan keras dari
kendaraan terbang para serdadu APRI (Angkatan Perang
Republik Indonesia) yang memburu PRRI (Pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia). Sontak Amai dengan
segera berlari dan bersembunyi di dalam parit besar
sendiri. Dengan ketakutan Amai berdiam diri setengah jam
dalam parit yang berair sebelum akhirnya memberanikan
diri pulang ke rumah.

Sesampai di rumah Amai disambut nenek dengan raut
kecemasan dan langsung memeluk Amai seraya berkata
“lai ndak baa-baa kan?”, Amai dengan raut pucat dan dapat
banyak berucap hanya mengangguk dan terlemas.
Peristiwa memang kelam bagi seorang Amai gadis berusia

10 tahun itu. Namun kejadian ini tak lantas membuat Amai
trauma besar, karena setelah itu Amai menjalankan
kegiatannya seperti biasa. Kejadian tersebut terjadi
berulang namun Amai seperti sudah terbiasa saja meskipun
rasa takut tetap saja dialaminya.

Suatu malam Amai mendengar kabar bahwa kerabat
jauhnya penjual garam tertembak serdadu APRI dan
meninggal dunia. Lamtas malam itu Amai bersama nenek
pergi ke rumah kerabatnya itu, sedangkan adik-adiknya
ditinggalkan bersama adik neneknya. Perjalana ke rumah
kerabat Amai melewati pasar. Meskipun agak remang
namun Amai bisa mencium bau amis seperti darah di pasar.
Pertempuran saat itu memang membuat banyak nyawa

melayang. Dengan sesaat Amai menghela nafas dan
terkadang menahan nafasnya saat melalui pasar.

Tak pernah terbesit dalam pikiran Amai masa kecilnya
akan dihantui oleh peristiwa mencekam ini. Amai di dalam
rumahnya bersama nenek dan adiknya membuat lubang
galian untuk bersembunyi dan melindungi diri dari
serangan. Memang para serdadu tidak mengincar warga
biasa, mereka hanya mengincar anggota PRRI. Namun bisa
saja senjata api melesat kemanapun saat bertempur.
Lubang tersebut cukuplah untuk Amai, nenek, dan adiknya
bersembunyi.

Amai yang saat itu mengkhawatirkan nenek serta
adiknya bertanya kepada nenek “sampai bilo porang wo?
Lai ndak kan ditembak kito ka?”. Dengan meyakinkan

Amai serasa mengelus kepalanya, nenek berkata “ndak kan
lamo do, tujuannyo dak kito do tanang la hyo jago adiak-
adiak”, mendengar nenek membuat setidaknya ada
kelegaan baginya. Amai berharap bahwa tidak akan ada
lagi setelah ini perperangan yang akan membuatnya risau.
Begitulah kisah kecil Amai mengisi peran dalam
peristiwa kelam perlawanan PRRI dan APRI pada masa
silam. Kini Amai telah berusia 70 tahun. Jika diingat
membuat Amai menangis dan tak mau jika peristiwa
tersebut terulang lagi. Amai bersyukur saat itu
keluarganya baik-baik saja, namun tragisnya peristiwa
tersebut tidak akan terlupakan oleh Amai.

Rendi Nofreza, Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Andalas
Kategori: Cerpen Bahasa Daerah, Cerpen Sejarah
Lolos moderasi pada: 8 November 2022
Sumber : http://cerpenmu.com/category/cerpen-sejarah
Diakses 2022-11-15


Click to View FlipBook Version