1 KUMPULAN PUISI SENANDUNG ALAM SUKAMTI
2 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang hingga terselesaikan buku ini. Sebuah ekspresi yang coba penulis torehkan menjadi rangkaian kata menjadi kumpulan puisi. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu atas suport dan motivasinya. Kumpulan puisi ini berisi tentang alam yang berisi keindahan benda-benda yang Allah ciptakan. Sebagai manusia kita harus bersyukur, menjaga dan melestarikannya. Kritik dan saran demi kesempurnaan karya ini sangat penulis harapkan. Tulisan belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi pembaca dan menambah khasanah wawasan pembaca tentang puisi bebas. Kendal, September 2020
3 Daftar Isi 1. Matahari 2. Bulan 3. Bintang 4. Bumi 5. Air 6. Angin 7. Udara 8. Api 9. Batu 10. Kayu 11. Sejengkal Tanah 12. Harimau 13. Kucingku yang lucu 14. Merekah Mawar Merah 15. Hutan 16. Birunya Lautku 17. Tegarnya Gunung Ungaran 18. Sungai Mengalir 19. Terlambat 20. Sepeda Sederhanaku 21. Ranum Mangga 22. Senyum Rumput 23. Kicau Burung 24. Rinai Hujan 25. Geletar halilitar 26. Tangis gerimis 27. Kelabu awan 28. Siulan Burung
4 29. Ilalang Bergoyang 30. Emas Petani 31. Mimpi di Siang Hari 32. Ikan di Kolam 33. Matahari 34. Bulan 35. Bintang 36. Langit 37. Kupu-kupu 38. Semut 39. Tsunami 40. Bau Buah
5 Matahari Wajahmu bulat berseri Muncul di pagi hari Bangunkan lelap tidurku Ajak aku bersiap diri Siang .... panasmu membakar Udara meronta Peluh tubuhku Tak mampu dinginkan Senja memelukmu Kau beranjak pergi Gelap berganti Kukan rindu kamu Esok kita bertemu lagi
6 Bulan Malam memeluk hari Pekat dunia Kau mengintip Menyentuh gelap Semakin merona wajahmu Saat purnama Semua memuji kecantikan yang terpampang Dilangit yang luas Kau dewi malam Semua kalah Oleh cahayamu Yang datang dan pergi Kelilingi bumi
7 Bintang Sudut limamu siratkan Lima shalat waktu Yang harus manusia tegakkan Agar dapat Menggantungkan doa-doanya Pada pencipta Hadir hiasi malam Berkelap-kelip gemerlap di langit Kau adalah petunjuk Bagi nelayan siapkan biduk Rasi gambarmu siratkan Kapan angin akan bertiup Bawa bau ikan Untuk nelayan genggam
8 Bumi Dalam keheningan dunia Kau sembunyikan bakal tanaman Yang akan tumbuh dan menjulang Menguatkan akar dalam tubuhmu Beri kehidupan makhluk Walau kau terinjak Manusia tak menatapmu Kau sumber kehidupan Kucurkan sumber air Untuk manusia teguk Semua bersemayam ditubuhmu Di dalam atau permukaan Kau tetap tersenyum Saat hidupmu ada di bawah telapak kaki Namun berarti
9 Air Tetesmu beri arti Basahi keringnya kerongkongan Yang haus kau aliri Sebuah tanaman layu Ingin kau hadir Beri sebuah kehidupan lagi Untuk kelanjutan nanti Besar kecilnya dirimu Tergantung manusia Apa mau lestarikan Atau hancurkan Sumber mata airmu Tanpamu kehidupan mati Luapannmu bisa hancurkan Yang dibutuhkan Tetesanmu yang konstan
10 Angin Semilir hadir Bawa ganti udara segar Bau wangi bunga Bau busuk bangkai Bau langu tanaman Bau kecut keringat Gerakanmu tak terkira Bergerak ikuti perintah Yang Allah sematkan Dalam musim Yang tak dapat ditebak Kapan berhembus
11 Udara Tak berupa Tanpa warna Tiada rasa Ada nyata Penuhi bumi Aliri tubuh makhluk Beri hidup Jika kau tak berhembus Tanda kehidupan Tak bersemayam Dalam tubuh Hingga luruh Semua harapan Yang bersimpuh
12 Api Kecil beri cahaya Usir gelap Yang peluk bumi Semakin besar dirimu Beri kehangatan Tubuh yang menggigil Untuk mendekatimu Namun saat kau merayap Menghanguskan benda Semua berteriak Mengusirmu Mengguyur tubuhmu Dengan air
13 Batu Keras saat disentuh Penuhi perut bumi Agar tak tenggelam Di aliri air Kau sumber kekuatan Gedung-gedung tinggi Yang menjulang di langit Kau dasar pondasi Awal dari sebuah bangunan Agar bisa tegak di muka bumi Semoga kau tak habis Dikeruk serakhanya manusia
14 Kayu Dulu kau jadi bahan bakar Bantu manusia dalam memasak Hingga berebutan manusia Menebangmu tak terarah Hingga hadir minyak tanah Mengurangi keruk dirimu Kini kau terganti Oleh tabuung gas Buat masak jadi ringkas Namun kau tetap dicari Bau masakan oleh apimu Sangat beda dan spesaial Kau benda ciptaan Allah Yang artistik Oleh ulah manusia
15 Sejengkal Tanah Dibawah telapak kaki Kau bersemayam Mengubur kehidupan Menjadi kehidupan lagi Tanaman bersembunyi Dalam tubuhmu Untuk bersiap bersemi tumbuh mengembang dan runtuh kembali memeluk tubuhmu kembali tanah tempat bumi berlabuh
16 Harimau Bau tubuhmu menyiratkan keistimewaan Yang tidak dimiliki Oleh semua Kau berdiri dengan gagah Perkasa kuasai bumi Tanpa baju atau genting Kalahkan dunia Yang keras Dengan aumanmu Semua minggir Bersembunyi Siapkan senapan Jika berani kau mendekat Harimau tak peduli Mungkin peluru menembus tubuh Akhirnya jatuh
17 Kucingku yang lucu Kucingku Bulumu halus Mengeong manja Mengelus kakiku Kau apa lapar Atau minta di gendong Seakan resah aku tinggalkan Sini duduk dipangkuanku Akan kupeluk erat dirimu Temani aku berbicara Tapi matamu malah tertup Lelap di pangkuanku Begitu damai hidupmu Bermimpi dalam dekapku Tanpa bingung harus mencari makan Jangan khawatir sayang Akan kurawat dirimu dengan baik
18 Merekah Mawar Merah Sekuntum mawar merah Merona hiasi taman Bau harum semerbak Penuhi udara yang berhembus Aku menoleh mencarimu Dari bau yang kau alirkan Kuelus wajahmu yang cantik Andai ada manusia Yang bawa sebongkok mawar Kan kubawa hiasi makam Orang-orang tercinta Yang telah pergi tinggalkan aku Mawar merah kau berarti Temani jiwa sepi Di pusara Kau begitu berani
19 Hutan Berjejer baatangp-batang pohon Tegak menapakkan akarnya Di bumi yang sudah lelah Menampung gedung-gedung tinggi Jangan sampai kau hilang Paru paru duniaku Sejukmu udara hidupku Panas bau pabrik Dan sesak suara manusia Sudah tak beri rasa nyaman Di rimbunmu Ku hirup bau tanah Wangi bunga dan celoteh satwa Yang berlindung dalam hijaumu
20 Birunya Lautku Diujung cakrawala Kutunggu munculnya sang surya Kau menemani diriku dengan deburan ombak Yang kejar-kejaran menuju pantai Tak bosan bersama luasnya tubuhmu Menanti sang surya datang dan pergi Langit jingga merona Di tepi ku duduk memandangmu Dalam tubuhmu kukaramkan semua amarhku Agar tak tinggal di hatiku Diluasnya air yang kau bentangkan Kubelajar sabar menerima ujian Apalah arti setetes air mataku Dibanding luasnya lautmu Apalah arti kerikil yang halangi langkahku Milyaran pasirmu membatsi daratan dan tubuhmu Kesabaran itu tiada batas
21 Tegarnya Gunung Ungaran Banguntidur kubuka jendela Setangkup bukit tinggi menjulang Menyapaku selamat pagi sayang Kau tegak menantang angkasa Kuat membatasi dua kota Yang berkelok kelilingi dirimu Dibalik tubuhmu terhambar jajaran pohon hijau Sejuk memeluk nafas manusia bertengger di kakimu Kususuri jalan setapak Menuju puncakmu Kukalahkan rasa lelah dan malas Kuingin menikmati indahnya bumi Diatas puncakmu
22 Sungai Mengalir Gemercik air menyapa Kecipak ikan bersenda gurau Mereka tertawa sungai begitu bening Padahal air semakin surut Dibeningnya ku pandangi wajahku Yang lelah terbungkus keringat Tak kutemukan wajahku Hanya bebatuan dan ikan-ikan yang berlarian Ketakutan memandang wajahku Air mengalir tiada henti Memberi kehidupan makhluk bumi Teruslah mengalir sungaiku Sanak petani menanti percikanmu Semoga pohon-pohon tetap bersemi Memberi tempat air bersembunyi Agar kau tetap mengalir
23 Terlambat Rodaku melaju Susuri jalan berdebu Asab mrngepul Penuhi udara yanh kian sesak Tak peduli rodaku beputar Menuju temoat tujuan Berkejar kejaran Agar semakin cepat Jangan sampak terlambat Agar tak malu Dengan teman dan guru Pengemudi motor mengomel Aku yang lambat bangun Asyik main Hingga tergesa gesa Mengejar waktu
24 Sepeda Sederhanaku Kukayuh pedal sepada Susuri lekuk jalanan Kakiku bergerak terus Agar sepeda tak henti Semua sedang hobi Akibat jenuh terkurung Ingin sehat bergerak Sepede menanjak Harga dan gengsi bicara Aku hanya tersenyum Menatap orang bersepeda bergerombol Dengan sepedanya yang aduhai Sepedaku biasa Karena ini harta indahku Bawa tubuhku yg penat Kembali segar dan sehat
25 Ranum Mangga Buah mangga berayun ayun Suara angin mengalun Ajak bersenandung Buah semakinn ranum Masam mengucurkan ludah Menetes mengalir Buatku ingin memetik Untuk dibuat rujak Sayang masih sayang Biar mangga membesar Masamnya kan hilang Jadi manis Seperti perjuangan Meraih mimpi Harus rasakan asam kehidupan Hasil akhir akan manis
26 Senyum Rumput Sepotong rumput tersenyum Menatap matahari yang garang Rumput itu terasa segar tumbuh Saat tanaman lain layu Rumput bukan tanaman mahal Yang hiasai pot bunga indah Tanpa pupuk atau disiram Tak ada yg melirik Bahkan di cabut dan dihilangkn Rumput tetap tumbuh Lindungi bumi Dari panasnya alam Dari gigisan air hujan Rumput tetap tumbuh Beri hidup hewan-hewan Yang tidak bisa cari makan
27 Kicau Burung Burung-burung bersiul di dahan Mengucapkan selamat pagi bumi Mentari telah datang Kepak sayapnya mulai terkembang Kicau burung bersautan Memberi nada- nada indah alam Melayang burung kecilku Mencari makan di sekeliling Pohon-pohon kian berkurang Berganti gedung bertingkat Burung berceloteh Risau hati tertoreh Membawa anak anaknya Mencari hutan dan pohon Semoga masih ada tempat Untuk bersemayam sarang
28 Rinai Hujan Langit semakin menghitam Gelegar halilitar memecah langit Gemetar hatiku mendengar Diufuk timur kilatnya menyambar Seakan ingin membelah bumi Ungkapan kemarahan Namun malah tetes-tetes air Yang turun bagai jarum Kejar-kejaran Ingin segera sampai di bumi Susuri lekuk tubuh tanah Mengalir dari lembar Menembus batas-batas Yang mampu di capai Rinai hujan kian deras Tumpahkan semua beban mendung Agar tak lagi menggantung Penuhi langit yang lelah Langit ingin tersenyum bersama pelangi
29 Geletar halilitar Pernahkah kau simpan Amarah dalam dada Hingga punya kesempatan Untuh tumpahkan Mungkin telinga tak mampu Tampung gelegarnya Itu hanya sebuah udara Yang bergetar di angkasa Tak mampu manusia simpan Ingin keluar agar hati tak terhimpit Menyimpannya dalam mendung Yang menggayut di langit Halilaitar datang Mengiringi tetes hujan Seperti air mata Kemarahan yag diiringi tangis ungkapan penyesalan
30 Tangis gerimis Gerimis menangis Siratkan hati yang terkikis Oleh rasa yang kian sesak Mengeluarkan agar tak terdesak Hati ini telah penuh Oleh rasa yang gemuruh Tentang cerita ulah manusia Yang tak punya rasa Menghina tanpa tau Jika dia dihina mampukah terima Gerimis tetap menangis Begitu lama tak berhenti Kecil-kecil siratkan hati yang sakit Hingga puas gerimis Tumpahkan isi hati Dalam deraian air
31 Kelabu awan Panas memecah bumi Siratkan matahari yang garang Gulung air dalam uap Bawa terbang ke langit Simpan dalam awan putih Awan menggerutu Terasa berat air tersimpan Matahari enteng saja menjawab Bumi sedang butuh Tetes air yang kau simpan Lihat bunga-bunga layu Rindu tetes airmu Lihat rumput-rumput mengering Hewan-hewan kelaparan Kemana mereka meminta hujan Jika kau malas menyimpan Awan semakin kelabu Hingga tak kuat tumpahkan juga Alam pun tersenyum ucapkan terima kasih
32 Siulan Burung Disamping rumahku tumpuh pohon Tempat bertengger burung-burung Yang bersiul nyanyikan lagu Kegembiraan mereka yang pecah Mengurai indahnya hari itu Musim buah masih terasa Anak-anak burung kenyang Namun hati burung resah Pohon-pohon kian habis Ditebang tak tentu Kemana kan dibawa sarangnya Lekas besar anakku Agar kau bisa terbang Kelilingi alam ini Cari kehidupan hakiki Tak selamanya Indukmu ada Kau harus kuat Agar bisa bertahan hidup
33 Ilalang Bergoyang Segerombol rumput ilalang bergoyang Berkembang di tengah padang Mekar indah bungamu Daun menjurai Tempat makhluk bersembunyi Ilalang bergoyang Menikmati panas matahari Semua tanaman lesu Ilalang tetap semangat Tumbuh bersemi tanpa sekarat Terbiasa oleh panasnya alam Mungkin tak seindah aglonema Yang harganya melangit Ilalang tetap bergoyang Manusia datang mendekat Berfoto selfy dengannya Ilalang tersenyum Menambah cantik suasana
34 Emas Petani Dalam biji yang kian berisi Pohon padi menunduk Melindungi padi dari burung-burung Yang tiap hari datang meminta Untuk makan anak-anaknya Si padi tersenyum Ambilah sesukamu Allah ciptakan alam ini untukmu Esok mungkin tak kan kau temui Petani bawa pemotong padi Ini harta besarnya Emas yang akan di bawa pulang Buat keluarganya juga Bulir padi menguning Hasil keringat petani Yang merawat dengan penuh kasih Bagai emas membentang Kuning penuhi sawah yang indah
35 Mimpi di Siang Hari Andai saja Manusia dan hewan bersahabat Mereka dapat bicara Tak akan ada burung yang di kandang Burung indah bulu dan siulannya Hiasi rumah-rumah gedung Namun burung tetap resah Dia ingin kelilingi dunia Dengan kepak sayap kecilnya Mungkin manusia lupa Siulan burung hiasi suasana Agar asri terdengar Bunga-bunga mekar Buah ranum menggantung Burung-burung berkicau Terbang bebas Alangkah indahnya
36 Ikan di Kolam Seekor ikan kecil berenang Mengitari tepi-tepi kolam Andai saja bisa terbang Dia ingin lihat dunia sana Namun apa daya Kehidupan belantara mungkin kejam Yang tak bisa lindungi tubuh kecilnya Si ikan berjalan-jalan Kesana-kemari Saliang kejar-kejaran dengan temannya Saat manusia berikan makan Merekapun berebutan Yang banyak pasti gemuk dan besar Makan paling rakus Ada ikan yang tetap kecil Kalah bersaing meraih makanan Mungkin juga umurnya masih kecil
37 Matahari Diufuk timur kau sambut pagi Tersenyum menatap hari Yang akan kau damping Dari pagi hingga sore hari Ujung senja datang Mengajakmu pergi Kelilingi dunia lain Untuk engaku sambangi Dimalam hari kunanti dirimu Dalam balutan mimpi Bersemayam gelap hingga fajar Merekah cahyamu Membelah mimpiku Mewujukan di hari ini bersama mu lagi Songsong dunia Bersama sunyummu
38 Bulan Gelap mulai memuai Mendekap malam dalam gulita Di pinggir pantai angin berhembus Cahyanmu menembus Relung-relung hati yang sepi Memedarkan temaram Jadi cahaya alam Saat mentari berkelana Kau pantulkan cahyanya Ku pandangi diujung senja Kau kan temani nelayan Berlayar menembus ombak Menantang gelombang Demi seember ikan Buat keluarga tersayang
39 Bintang Di gemintang malam Kutatap langit yang berkelap-kelip Cahyamu siratkan pesan Untuk manusia yang berpetualang Menembus lautan Menghitung musim Yang kan datang berganti-ganti Kau tempat gantungkan Sejuta harapan Sepenggal mimpi Dan hantarkan doaku Kepada sang pencipta Memandangmu aku tersenyum Dalam kegelapan Allah ciptakan keiindahanmu Temani manusia yang sendiri Untuk tetap semangat tapaki hidup
40 Langit Membentang dari semua penjuru Memeluk angkasa tanpa batas Berlapis-lapis awan menggelantung Kau tak pernah mengeluh Walau air mata menetes Di rinai hujan yang kian deras Matahari, bulan, bintang Hiasi wajahmu bergantian Siang malam wajahmu tak pernah sepi Semua temani keberadaanmu Tanpamu tiada dapat kupandang Benda-benda langit ciptaaanya
41 Kupu-kupu Dulu wajahku tak secantik ini Berbulu menakutkan Gatalkan siapapun yang menyentuh Semua tak mau dekat Hingga aku pergi Menggulung tubuhku dalam selaput Sendiri menahan lapar dan sakit Untuk berubah seperti ini Kini semua ingin dekat Menangkap tubuh indahku Bahkan bunga-bunga Indah dan wangi memikatku Ingin aku hinggap Membantu penyerbukannya Jangan kau resah Oleh penampilanmu Ada waktu untuk berubah Dan bermanfaat bagi makhluk lain
42 Semut Berbaris rapi si semut Berjejer satu-satu Menyusuri tapak jalan Yang sudah teman beri tanda Saling menyapa dan bersentuhan Mereka tak hidup sendiri Berkoloni dalam sarang Bekerja bersama-sama selalu Ramah dan tekun Mampu mengangkat beban Yang melebihi berat tubuhnya Semut tetap menyusuri Jalur yang telah tertanda Agar bisa kembali ke sarang Tidak tersesat
43 Tsunami Burung-burung terbang mengungsi Tanda-tanda alam memberi firasat Mereka harus pergi Mencari tempat-tempat yang aman Ikan-ikan tiba-tiba terhampar Penuhi pinggir-pinggir pantai Air menyurut mungkin panas Hingga ikan tak kuasa Bertahan di geliatnya Suara bergemuruh dalam bumi Tiba-tiba semua bergoyang Alam marah ingin jatuhkan Penghuni bumi yang kian berat Bergulung-gulung gelombang laut Menerjang apa saja di depannya Hanya manusia pilihan Yang selamat dalam lindungannya Agar ada waktu bertobat Di hari esok
44 Bau Buah Tanpa melihat Aku mengenalnya Baunya yang khas Walau tak meraba Lewat rasanya ku tahu Buah apa itu Lidah, kulit, hidung dan mata Tanda pengenal yang Allah berikan Sebuah indra pengenal buah-buahna Mengapa aku tahu kamu Karena kita pernah bersama Melihat, merasa, dan membau Mungkin telingaku tak mengenalmu Hanya celoteh saja Yang dapat mengenal Cerita orang tentangmu Allah beri manusia Indera pengenal dunia luar Agar bersyukur atas semua
45 Profil Penulis Sukamti, seorang Guru SDN Medono. Lulusan S1 PGSD Universitas Terbuka. Mengajar di bawah kaki Gunung Munding Ungaran sambilannya kerja sebagai petani. Hawa sejuk dan keindahan alam memberikan inspirasi membuat buku pertamanya buku kumpulan Puisi Senandung Alam. Walau berumur tak surutkan langkahnya mencoba berkarya agar jadi referensi pembaca khususnya guru untuk ciptakan karya inovatif. Email: [email protected] WA : 083103958448