P A N Y E R A T: D E W I P U R W A N I N G S I H
P E M B I M B I N G: N U R H A N I F A H I N S A N I , S . P d . , M . Pd .
SINAU CRITA
RAKYAT
PIWULANG BASA JAWA
KANGGO S M P / M T S Kelas VII
BAHAN AJAR
CRITA RAKYAT
BOYOLALI
1 | S M P K E L A S V I I
Atur Pangiring
Kanthi ngucap syukur wonten ing ngarsanipun Gusti Allah SWT, bahan
ajar materi teks cariyos rakyat ingkang awujud flipbook menika saged purna
kasusun. Boten kesupen kula aturaken matur nuwun kagem sedaya pihak
ingkang sampun paring pambiyantu. Kanthi seratan materi babagan crita
rakyat menika,para siswa saged langkung gampil anggenipun nampi pawucalan
basa Jawi, mliginipun babagan cariyos rakyat. Tumraping para guru, seratan
menika saged dados pambiyamtu anggenpun mucal.
Sedaya seratan menika boten estu leres lan dereng sampurna. Pramila
panyerat nyuwun panyaruwe dhumateng sinten kemawon ingkang maos supados
seratan menika lengkung sae. Mugi-mugi seratan menika saged paring manfaat
lan nambah ngelmu kagem sedaya ingkang maos. Nuwun.
Semarang, Mei 2023
Panyerat
1 | S M P K E L A S V I I
Dhaptar Isi
No. Isi Kaca
1 Atur Pangiring 1
2 Daftar Isi 2
3 Pitedah Ngginaaken Bahan Ajar 3-4
4 Capaian Pembelajaran 5-7
5 Ancas Pasinaon 8
6 Pancadam Pasinaom 11
7 Materi 12-16
8 Teks “Cabean Kunti” 19-27
9 Materi 29-30
10 Teks “Pantaran” 31-36
11 Ringkesan 41
12 Gladhen Soal 42
13 Glosarium 43
2 | S M P K E L A S V I I
Pitedah Ngginaaken Bahan Ajar
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis dan mengevaluasi informasi berupa gagasan,
pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat
dari cerita rakyat yang disimak;
2. Menentukan informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan,
arahan atau pesan dari berbagai cerita rakyat yang dibaca;
3. Menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan
dengan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah unggah-ungguh basa
dan tata bahasa untuk menyampaikan pendapat, pemecahan Ancasipun Pasinaon Isinipun kompetensi
masalah, dan pemberian solusi secara lisan dalam bentuk
4. monolog dan dialog logis, kritis, dan kreatif pada cerita rakyat; ingkang badhe ginayuh dening para siswa
Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis
tentang cerita rakyat untuk berbagai tujuan secara logis,
kritis, dan kreatif dengan menggunakan bahasa Jawa sesuai sasampunipun nyinau bab tertamtu.
kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa.
Materi Nyakup materi ingkang
badhe kaparingaken dhateng
para siswa.
Kegiatan Pasinaon Wujudipun pratelan
utawi pasinaon individu utawi kelompok
kangge ngasah pemahaman siswa.
3 | S M P K E L A S V I I
Ringkesan
• Crita rakyat iku crita kang sumbere crita saka lisan utawa crita
dari mulut ke mulut, crita rakyat wiwit biyen nganti saiki isih
dipercaya dening masyarakat. Masyarakat kanthi turun
temurun percaya marang crita kasebut.
• Crita rakyat iku wis mbalung sungsum ing masyarakat Jawa.
Meh saben tlatah duweni crita rakyat.
• Manawa nyritakake crita rakyat iku ora bisa uwal saka paraga
ing crita kasebut. Saka paraga crita iku mau bisa menehi
piwulang utawa ajaran marang para siswa lan masyarakat kang
maca utawa krungu crita kasebut.
Ringkesan Minangka dudutaning
materi ingkang sampun dipuntampi
dening para siswa.
Glosarium
Ancas = Disedya, dituju
Babagan = Bab, hal, masalah
Cuwa = Ora keturutan sing dadi pangarep-arepe, gela
Diangkah = Diharapkan
Dumadakan = Sanalika iku, dadak Glosarium Ngewrat tembung-tembung
= Pasuguhan, suguhan
Pasugatan
Praupan = Pasuryan, rai
Sumunar = Sumorot ingkang angel.
Tlatah = Dhaerah/ Wilayah
= Pinter, bisa
Wasis
Latihan Soal
Latihan soal Kangge
mangertosi katrampilan ingkang
sampun dipunkuwaosi siswa.
4 | S M P K E L A S V I I
Capaian Pembelajaran
Fase D (Kelas VII, VIII, IX SMP/MTs)
Pada akhir fase D, peserta didik memiliki kemampuan berbahasa Jawa
dengan santun sesuai dengan kaidah unggah-ungguh basa dan tata
bahasa (paramasastra dan kagunan basa) untuk berkomunikasi dan
bernalar sesuai dengan tujuan dalam konteks sosial dan budaya.
Peserta didik mampu memahami, mengolah, dan menginterpre-tasi
informasi paparan tentang topik sosial budaya dan karya sastra
(misalnya; tembang Macapat/parikan/dongeng/geguritan/cerita
pendek/cerita rakyat/cerita wayang).
Peserta didik mampu berpartisipasi aktif dalam diskusi, mem-
presentasikan, dan menanggapi informasi nonsastra (tentang sosial
budaya) dan sastra (misalnya; tembang
Macapat/parikan/dongeng/geguritan/cerita pendek/cerita
rakyat/cerita wayang) yang dipaparkan.
Peserta didik memiliki perbendaharaan kosa kata bahasa jawa tentang
ungkapan-ungkapan Jawa. Peserta didik mampu menulis berbagai teks
(nonsastra dan sastra) untuk menyampaikan hasil pengamatan dan
pengalamannya dengan lebih terstruktur, dan menuliskan
tanggapannya terhadap paparan dan bacaan menggunakan pengalaman
dan pengetahuannya.
Peserta didik mampu menulis teks paragraf dengan huruf Jawa sesuai
dengan kaidah penulisan huruf Jawa.
5 | S M P K E L A S V I I
Elemen Capaian Pembelajaran
Menyimak Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi
berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan
yang akurat dari berbagai tipe teks nonsastra (konteks sosial
budaya). Peserta didik mampu menganalisis dan mengevaluasi
informasi berupa gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan
atau pesan yang akurat dari teks sastra (misalnya;tembang
macapat/parikan/wangsalan/cangkriman/dongeng/mon
olog/geguritan/cerita pendek/cerita rakyat/cerita wayang epos
Ramayana atau lainnya) dalam bentuk audiovisual dan aural. Peserta
didik mampu menganalisis dan mengevaluasi informasi berupa
gagasan, pikiran, perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang
akurat dari teks nonsastra (dialog/gelar wicara/lainnya). Peserta
didik mampu mengeksplorasi dan mengevaluasi berbagai informasi
dari topik aktual yang didengar.
Membaca Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran,
pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks
(deskripsi/narasi/eksposisi/argumentasi/ lainnya) pada konteks
sosial budaya. Peserta didik mampu membaca teks sastra (tembang
macapat/parikan/ dongeng/geguritan/cerita pendek/cerita
rakyat/cerita wayang epos Ramayana/lainnya) dari teks visual dan
audio visual. Peserta didik mampu membaca teks paragraf aksara
Jawa untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat. Peserta
didik mampu menginterpretasikan informasi untuk mengungkapkan
simpati, kepedulian, empati atau pendapat pro dan kontra dari teks
visual dan audiovisual. Peserta didik mampu mengeksplorasi dan
mengevaluasi berbagai topik aktual tentang sosial dan budaya yang
dibaca dan dipirsa.
Berbicara Peserta didik mampu menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan,
arahan atau pesan dengan bahasa Jawa sesuai dengan kaidah
unggah-ungguh basa dan tata bahasa untuk menyampaikan
pendapat, pemecahan masalah, dan pemberian solusi secara lisan
6 | S M P K E L A S V I I
dalam bentuk monolog dan dialog logis, kritis, dan kreatif. Peserta
didik mampu menggunakan dan mengembangkan perbendaharaan
kata untuk berbicara dan presentasi. Peserta didik mampu
menggunakan ungkapan-ungkapan jawa dalam dialog sesuai dengan
norma kesopanan dalam berkomunikasi. Peserta didik mampu
berdiskusi secara aktif, kontributif, efektif, dan santun. Peserta
didik mampu menuturkan ungkapan simpati, empati, peduli dan
penghargaan dalam bentuk dialog dan sastra melalui teks
multimodal. Peserta didik mampu mengungkapkan dan
mempresentasikan berbagai topik aktual tentang sosial budaya
secara kritis.
Menulis Peserta didik mampu menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan
atau pesan tertulis tentang sosial budaya untuk berbagai tujuan
secara logis, kritis, dan kreatif dengan menggunakan bahasa Jawa
sesuai kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa. Peserta didik
mampu menulis teks paragraf aksara Jawa sesuai kaidah penulisan
aksara Jawa. Peserta didik mampu menyampaikan ungkapan rasa
simpati, empati, peduli, dan pendapat pro/kontra secara etis dalam
memberikan penghargaan secara tertulis dalam teks multimodal.
Peserta didik mampu menggunakan kosakata baru yang dimiliki
tentang busananing basa dan ungkapan Jawa untuk menulis
berbagai tujuan. Peserta didik mampu menyampaikan tulisan
berdasarkan fakta, pengalaman, dan imajinasi secara indah dan
menarik dalam bentuk gancaran (prosa) dan geguritan (puisi jawa)
dengan penggunaan kosa kata secara kreatif.
7 | S M P K E L A S V I I
Crita Rakyat
8 | S M P K E L A S V I I
Ancasipun Pasinaon
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis dan mengevaluasi informasi berupa gagasan, pikiran,
perasaan, pandangan, arahan atau pesan yang akurat dari cerita rakyat
yang disimak;
2. Menentukan informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau
pesan dari berbagai cerita rakyat yang dibaca;
3. Menyampaikan gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dengan
bahasa Jawa sesuai dengan kaidah unggah-ungguh basa dan tata bahasa
untuk menyampaikan pendapat, pemecahan masalah, dan pemberian
solusi secara lisan dalam bentuk monolog dan dialog logis, kritis, dan
kreatif pada cerita rakyat;
4. Menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis
tentang cerita rakyat untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan
kreatif dengan menggunakan bahasa Jawa sesuai kaidah unggah-ungguh
basa dan tata bahasa.
9 | S M P K E L A S V I I
Profil Pelajar Pancasila
Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia:
Berdoa pada saat akan mengawali pelajaran
Bernalar kritis:
Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan pada karangan narasi
peristiwa budaya.
Gotong Royong:
Berdiskusi dan bekerja kelompok menuliskan isi dari cerita rakyat.
Kebhinekaan Global:
Mengenal dan menghargai cerita rakyat
10 | S M P K E L A S V I I
Pancadan Pasinaon
Sapa sing tau maca teks crita rakyat? Crita rakyat pa bae sing nate
kokwaca? Saben dhaerah mesthi wae duweni maneka wujud crita rakyat. Isi
saka crita rakyat iku bisa dadi patuladhan apa dene bisa dadi kaca benggala.
Crita rakyat yaiku crita kang ngrembaka ana ing sawijining dhaerah, kaanggep
minangka asil saka karya kolektif utawa bebarengan, amarga ora dimangerteni
sapa kang nganggit. Crita rakyat iku wis ana wiwit jaman biyen lan saiki isih
diwarisake kanthi cara lisan. Ing jaman biyen, crita rakyat iku dadi sarana
kanggo mulang bab kabecikan marang sapa bae. Para paraga ing crita rakyat
iku bisa awujud kewan, manungsa, lan dewa.
Citra rakyat kasebut kacritakake ing maneka warna kahanan, ana ing
sajroning kumpulan, crita pamancing impen, lan sapiturute. Tumraping bocah-
bocah, crita rakyat uga bisa migunani kanggo pendhidikan budi pekerti amarga
ana ing sajroning citra kasebut akeh pesen-pesen moral kang bisa dadi
lantaran nandurake budi pekerti luhur.
11 | S M P K E L A S V I I
Padha karo karya sastra liyane teks crita rakyat uga nduweni unsur-unsur
kang mbangun cerita rakyat.
1. Tema
Tema yaiku ide pokok utawa masalah utama kang ndasari lakuning crita.
Tema iku dadi perangan kang wigati ana ing teks sastra, mangkono uga ing
crita rakyat.
2. Latar
Latar iku mujudake papan, wektu, lan swasana cerita iku dumadi. Ana
ing cerita rakyat latar iku ana 3, yaiku latar panggonan, latar wektu lan latar
swasana. Latar panggonan yaiku latar kang dadi papan panggonan crita iku
kadadean ana ing crita kang dicritakake. Latar wektu iku ngandharake wektu
crita iku kadadean. Dene latar swasana iku nudhuhake swasana nalikan crita
iku kadadean.
12 | S M P K E L A S V I I
3. Alur/Plot
Urut-urutaning prastawa utawa kadadeyan. Alur uga diarani lakuning
crita. Alur iku ana 3, yaiku alur maju, alur mundur, lan alur campuran. Alur
maju iku wujude crita kang maju saka wiwitan nganti pungkasan. Alur mundur
iku wujude crita saka pungkasan nganti wiwitan. Dene alur campuran iku
wujude crita kadhang kala maju, nanging kadhang kala mundur. Alur crita
kaperang dadi bageyan-bageyan kaya ing ngisor iki:
a. Pengenalan bab situasi utawa kahanan crita.
b. Panjentrehe kedadeyan.
c. Nuju ana ing konflik.
d. Pucuking masalah.
e. Rerapungan.
13 | S M P K E L A S V I I
4. Paraga lan Penokohan
Paraga yaiku tokoh utawa lakon kang ana ing sajroning crita. Paraga iku
ana paraga utama lan paraga pembantu. Miturut watak e paraga iku kaperang
dadi 3, yaiku antagonis, protagonis, lan tritagonis.
Penokohan yaiku cara pengarang nggambarake lan njlentrehake
karakter tokoh ana ing crita. Teknik kanggo nggambarake karakter tokoh iku
ana loro, yaiku:
a. Teknik analitik yaiku karakter/watak tokoh kang dijentrehake kanthi
langsung dening pengarang.
b. Teknik dramatik yaiku karakter tokoh kang dijlentrehake kanthi
penggambaran kaya ing ngisor iki:
1) Bab fisik lan tindak-tanduke.
2) Lingkungan kauripan tokoh.
3) Tata basane tokoh.
4) Dalan pikirane tokoh.
5) Dening tokoh liyane.
14 | S M P K E L A S V I I
5. Amanat
Ajaran moral utawa pesen kang ana ing sajroning teks. Saben crita
rakyat kuwi minangka sarana kanggo marisake nilai budi pekerti luhur marang
generasi sateruse. Nilai budi pekerti utawa pesan moral bisa dijupuk saka
isine teks kanthi njingglengi watak lan perilakune paraga ing teks.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang utawa point of view yaiku anggone pangripta
manggonake utawa ndunungake awake ing cerita. Pangripta bisa dadi tokoh
utama ing cerita, dadi tokoh utawa paraga tambahan, lan uga bisa dadi pihak
ketiga utawa pengamat kang sarwa bisa.
15 | S M P K E L A S V I I
Titikane teks cerita rakyat
1. Anonim (ora dimangerteni sapa kang nganggit)
2. Kolektif (kaanggep minangka karya bebarengan)
3. Critakake bab ala lan becik minangka tuladha
4. Gambarake kadadeyan-kadadeyan kang mokal (imajinatif)
5. Disebarake kanthi cara lisan
6. Diwarisake turun temurun
16 | S M P K E L A S V I I
Supaya para siswa luwih gamblang anggone sinau babagan crita rakyat,
coba tabel ing ngisor iki wenehana tandha centhang (√) ing kolom nalar utawa
ora nalar adhedasar pranyatan ing ngisor iki, manut pendhapatmu dhewe-
dhewe.
No Pranyatan Nalar Ora Nalar
1. Crita rakyat iku kudu disinau
supaya bisa lestari.
2. Crita rakyat iku asale saka
negara manca.
3. Crita rakyat iku sipate
nonfiktif.
4. Crita rakyat ing jaman saiki
wis kudu disingkirake.
5. Miturut jinising teks crita
rakyat, asal-usul Boyolali iku
kalebu legenda.
6. Crita Kancil lan Pak Tani iku
kalebu fabel.
7. Teks crita pengalaman iku
kalebu teks cerita rakyat.
8. Crita rakyat iku ngemot
piwulang moral.
9. Crita rakyat disebarake kanthi
lisan.
10. Fabel iku ora kalebu crita
rakyat.
17 | S M P K E L A S V I I
A. Nyemak Crita Rakyat
Semaken crita ing ngisor iki kanthi premati, bisa
uga pindai tandha QR utawa buka link kang mapan
ing sangisore QR kasebut.
Dumadine Cabean Kunti
Sawijing jaman ana kraton kang mapan ing Teks Crita Rakyat
sisih wetan Gunung Merapi arane Pengging.
Pengging iku daerahe subur lan masyarakate urip kanthi tentrem. Banyu
bening lan deres kang mili nggawe tetanèn lan ingon-ingon kewan ing dhaerah
kono dadi maju banget. Hawa gunung kang kang isih resik anggawe katon
kamakmuran ing daerah kono.
Semono uga karo salah sawijining tlatah ing lereng Gunung Merapi,
yaiku ing Cepogo. Cepogo sing mapan ing lereng gunung Merapi iki hawane
adem, ayem, alas wit-witan sing rikat, ndadekake papan iki narik kawigaten
kanggo ditekani, utamane kanggo mburu. Kaendahane papan iku bisa narik
kawigatene salah sawijining pawongan kang jenenge Joko Bandung.
18 | S M P K E L A S V I I
Joko Bandung seneng banget mburu kewan-kewan. Anggone mburu
kewan iku wis wasis banget, lan mesti oleh akeh. Asil saka mburu iku mau,
asring diparingake marang masyarakat sing manggon ing sakiwa tengene alas.
Nanging, saka kabeh ketrampilan mburu, Joko Bandung paling seneng mburu
manuk.
Ing sawijining dina, nalika Joko Bandung mburu, dheweke weruh manuk
sing endah banget mabur ing sadhuwure dheweke. Manuk sing werna-werna
wulune iku banjur mabur mudhun, mula Joko Bandung bisa ngrasakake
endahing wulune manuk kasebut kanthi cetha.
19 | S M P K E L A S V I I
Dheweke mung ngetutake
menyang ngendi wae manuk iku
mabur. Ora sadar, Joko Bandung
wis metu desa kanggo nututi manuk
nganti tekan Desa Cabean. Manuk
sing di buru Joko Bandung mau lagi
mencok ing pang paling dhuwur
saka wit randu alas.
Ora adoh saka wit iku ana omahe Ki Wiro, wong tuwa ing desa kono.
Dheweke ngerti, amarga wis bola-bali liwat omah iku, nanging ora tau mandheg
lan ketemu karo Ki Wiro. Wektu iki Joko Bandung kepengin mampir ing omahe
Ki Wiro, amarga saka omahe Ki Wiro Joko Bandung bisa gampang nonton
manuke.
20 | S M P K E L A S V I I
Joko Bandung banjur mampir ing omahe Ki Wiro, dheweke ditampa
dening Ki Wiro lan garwane. Ki Wiro nyawang Joko Bandung saka sirah nganti
sikil. Joko Bandung banjur ngandharake kenangapa dheweke mampir ing
omahe Ki Wiro yaiku kepingin nginep, dheweke kapingin mburu manuk kang
endah banget wernane, lan manuk iku mau mencok ana ing nduwur wit kapuk
kang ana ing ngarep omahe Ki Wiro.
Sorot sore isih sumunar ing pucuking wit kapuk, nanging malah manuke
wis ora obah saka panggonane. Joko Bandung katon tansah ngawasi manuk mau,
ora let suwi lawang omah mbukak saka njero, ana bocah wadon kang nggawa
pasugatan kanggo dheweke. Joko Bandung ora nyana ketemu wong wadon ayu,
ing omahe Ki Wiro. Ki Wiro sing weruh Joko Bandung mesem, malah ngguyu.
Ki Wiro banjur njelasake yen jenenge bocah mau Kunti, anak siji-sijine Ki
Wiro. Raine lan kulite resik banget, beda karo masyarakat desa umume.
Rambute, lakune, cara ngladeni panganan, beda banget.
21 | S M P K E L A S V I I
Wengi wis surup. Joko Bandung
ngawasi wit kapuk sing mung katon
ireng. Nanging dheweke ngerti yen
manuk kasebut isih ana ing kono.
Dheweke banjur kelingan nalika
sepisanan ndeleng praupane Kunti,
Joko Bandung dadi deg-degan sing
durung tau dirasakake, sanajan
dheweke kerep ketemu karo wanita
ayu.
Awang-awang ing wetan wus malih abang, pratandha yen srengenge esuk
wis njedhul. Manuk kang mencok ing dhuwur wit randu banjur mabur lan
ditututi dening Joko Bandung. Nganti tekan ing pinggir alas, manuk kasebut
mandheg ing wit kang mapan ing pinggir jurang. Joko Bandung wis kesel, banjur
njupuk gandhewo lan ngarahake. Ananging manuk mau mabur, lan nyemplung
ing dhasaring jurang.
22 | S M P K E L A S V I I
Joko Bandung ujug-ujug mlayu nututi nganti tekan pinggir tebing.
Jurang kasebut jero banget, dheweke ora bisa nyekel. Dheweke weruh dhasar
jurang saka ndhuwur. Katon omah saka ndhuwur. Lan dheweke ngerti omah.
Omahe Ki Wiro. Kanthi kali mili ing mburi omahe. Dumadakan Joko Bandung
kelingan Kunti. Prawan desa sing wis nggawe dheweke tresna. Tanpa mikir,
dheweke mlaku mudhun ing jurang sing jero kanggo menyang omahe Ki Wiro.
Tekan ing omahe Ki Wiro dheweke weruh Kunthi. Wektu iki Joko
Bandung pancen kesemsem marang kaendahane Kunti. Dene Kunti banjur
mlebu omah amarga isin. Ki Wiro meneng nyawang kelakuane wong loro mau.
Minangka wong tuwa, dheweke bisa ngrasakake lan ngira apa sing dirasakake.
23 | S M P K E L A S V I I
Joko Bandung kepengin enggal-enggal ngandharake apa kang
dirasakake marang Ki Wiro. Ananging luwih dhisik dheweke matur yen
sejatine dheweke iku putrane Prabu Pengging kang lagi nindakake tapa
ngrame. Dheweke kepingin nggarwa Kunti. Kunti kaget banget. Dheweke kaya
disamber bledheg nalika krungu maksude Joko Bandung.
Kabeh wis mangerteni yen Joko Bandung iku mujudake joko sing gagah
lan nggantheng, uga nduweni karisma lan kawibawan. Iku uga bisa dirasakake
dening Kunti. Dene dheweke mung bocah desa sing adoh saka tatanan sosial
kutha, lan urip ing mangsa ngarep sing ora bisa dibayangake sanajan ing uripe.
Kunti sansaya bingung. Dheweke mung bisa nangis ing kamare. Swasana sing
sepi ndadèkaké suwara tangisé keprungu ing kupingé Joko Bandung lan Ki
Wiro. Joko Bandung sansaya bingung lan wedi marang Ki Wiro, nanging Ki Wiro
katon ayem.
24 | S M P K E L A S V I I
Sawijining dina kunti matur menyang Ki Wiro menawa dheweke gelem
dijodohake karo Bandung kanthi syarat Bandung kudu gawe sumur cacahe pitu
kang ora bisa asat sawayah-wayah ing desa iku, supaya masyarakat bisa luwih
gampang anggone ngombe, masak, lan liya-liyane.
Mangerteni syarat kang dijaluk Kunti, Joko Bandung dadi bingung.
Panjaluke Kunti pancen angel diwujudake, nanging amarga rasa tresnane.
Sumber pitu kudu rampung bengi iku. Akhire dheweke nekad nggawe 7 sumber
bengi iku. Ora preduli ing wayah wengi, kanthi nganggo tangane dhewe
dheweke ndhudhuk lemah. Kringet mili dleweran ing awak, nanging ing kono
ora nemokake sumber banyu.
25 | S M P K E L A S V I I
Joko Bandung langsung munggah lan lungguh tapa ing watu. Ora let
suwe, angin banter teka saka kabeh arah, pang-pang wit-witan padha obah,
godhong-godhongan tiba. Banyu kali gemrujug, kaya dumadakan ana banjir.
Kabeh mau malih dadi raja jin kang nguwasani hawa, banyu, kayu, watu, bumi,
lan geni.
Dheweke ndhawuhi saben raja jin apa sing kudu ditindakake. Saben jin
wis siyap-siyap nyambut gawe nganti jago kluruk.Sawise menehi dhawuh, kaya-
kaya ana ewonan manungsa gedhe ing papan kono.
Tengah wengi ing omahe Ki Wiro, Kunti katon ora tenang. Mripate ora
gelem nutup babar pisan. Bengi iki ora ngantuk. Ki Wiro sing tansah
nggatekake polahe Kunti, bisa ngerti apa kang ana ing sajroning atine.
Kadhang-kadhang Ki Wiro mesem dhewe karo polahe putrine.
26 | S M P K E L A S V I I
Ora let suwi krungu jago kluruk Langit sisih wetan abang. esuk sing arep
madhangi bumi. Ki Wiro lan Kunti wis ora sabar ngenteni dina. Esuk-esuk padha
arep enggal-enggal metu saka omah. Nalika mbukak lawang, Joko Bandung wis
ngadeg ing plataran. Praupane sumringah, lan mesem. Kunti lan Ki Wiro lega
weruh kahanan iku amarga mesthi wae Joko Bandung kasil anggone gawe
sumber kang cacahe 7, jumbuh karo syarat saka Kunti
Dumadakan para warga katon
grudukan mlayu-mlayu ana ing dalan.
Saka praupane katon kaget, gumun lan
seneng. Dalan sacedhake omahe Ki
Wiro sing biasane sepi, saiki wis rame
karo wong-wong sing padha bola-bali
menyang kali.
Ki Wiro lan Joko Bandung seneng ndeleng kahanan iku. Joko Bandung
mesem bangga lan lega, banjur omah-omah lan manggon ing kraton. Dene
sendhang pitu mau dijenengi Sendang Cabean Kunti.
27 | S M P K E L A S V I I
Kegiatan 1
Kanggo mbuktekake anggonmu maca, wangsulana kanthi gamblang pitakonan
ing ngisor iki.
1. Apa irah-irahane teks crita rakyat ing dhuwur?
2. Apa tema saka teks ing dhuwur?
3. Kepriye alur crita teks ing dhuwur?
4. Sapa bae paraga utama lan paraga tambahane? Kepriye wewatakane
paragane?
5. Kepriye latar wektu lan panggonane?
6. “Sudut pandang” sapa sing digunakake?
7. Nilai moral/amanat apa sing bisa dijupuk saka teks ing dhuwur?
8. Miturut jinising teks cerita rakyat, teks ing dhuwur kalebu apa?
28 | S M P K E L A S V I I
B. Maca lan nemokake isi saka teks crita rakyat
Sadurunge maca para siswa prayogane bisa nggatekake paugeran ing
ngisor iki.
1. Nyepakake piranti kanggo nyathet bab kang wigati, kayata buku lan
pulpen.
2. Maca kanthi nggatekake tembung-tembung kang ana.
3. Nggatekake tandha-tandha waca.
4. Maca kanthi urut saka paragrap wiwitan nganti pungkasan.
5. Nyathet gagasan pokok saben paragrap.
29 | S M P K E L A S V I I
Prelu dimangerteni, jinise crita rakyat iku werna-werna, kaya ing ngisor iki.
Jinise Teks Crita Rakyat
1. Legenda
Legenda yaiku crita rakyat kang nyritakake manungsa kang nduweni
kasekten utawa kaluwihan lan umume gegayutan karo dumadine papan
panggonan.
2. Fabel
Fabel iku biasane uga diarane crita kewan. Fabel utawa crita kewan
yaiku crita kang paragane arupa kewan kang bisa maraga kaya
manungsa. Kewan-kewan ing crita fabel bisa mangan, turu, ngombe lan
ngomong kaya dene manungsa.
3. Mite
Mite yaiku crita rakyat kang ana gegayutane karo alaming lelembut
utawa alam ghaib. Crita mite iku sumbere ora cetha, ora dimangerteni
sapa kang ngarang. Saiki cerita mite iku isih dipercaya dening
masarakat.
4. Sage
Sage iku nyritakake bab kepahlawanan salah sijine paraga utawa tokoh
kang kaanggep apik, lan patut ditiru dening masarakat.
30 | S M P K E L A S V I I
Kegiatan 2
Ayo saiki wacanen teks crita rakyat ing ngisor iki.
Pantaran
Sawijining tlatah ing lereng
Gunung Merbabu ing sisih wetan ana
dharatan kang hawane adhem. Lemah-
lemah kang subur banget ndadekake
tanduran nganti nutupi lereng-lerenge
gawe tambah endahing sesawangan
alam.
Ana ing papan iku ana wiku kang kondhang sekti, wicaksana, luhur budi
pekertine, saben-saben paring pitulungan marang wong-wong kang kesusahan
lan paring tuntunan masarakat supaya bisa rukun lan tentrem. Wiku mau
nduweni anak kang arane Nawangsih.
31 | S M P K E L A S V I I
Suwe-suwe Wiku iku tansaya misuwur ing saindenging dhaerah, nganti
keprungu ing Kraton Pengging, Sang Prabu Kusumawicitra duweni niyat kanggo
mbuktekake kasunyatane crita. Banjur Sang Prabu Kusumawicitra nimbali
putrane,yaiku Citrasoma. Sang rama dhawuh supaya Citrasoma menyang
lereng wetan gunung Merbabu kanggo nemoni Sang Wiku, lan yen pancen Wiku
ana, Citrasoma kudu sinau karo wiku mau. Sawise nyuwun restu marang kang
rama, Citrasoma banjur tindak dikancani abdine cacah loro. Kanthi niyat bekti
marang sang rama, Citrasoma karo abdine kang cacah loro mau, nglewati
lembah lan lereng kanggo nggoleki Wiku iku.
Nalikane Citrasoma tekan ing lereng kang ditanduri jejanganan kang
subur, ana prawan ayu lagi methiki janganan. Sanalika Citrasoma marani bocah
wadon mau banjur takon ngendi omahe. Krungu pitakonan ngono iku bocah
wadon mau ora mangsuli lan mlayu wedi amarga ngira bakal diganggu dening
wong kang ora bener.
32 | S M P K E L A S V I I
Ngerti bocah wadon mau mlayu mesthi wae, Citrasoma gage-gage
ngoyak nganti bocah wadon mau tekan sawijining omah lan langsung mlebu.
Citrasoma nututi tekan njero nanging sadurunge njaluk ijin dhisik lan sawise
diijini mlebu padha ngenalake awake dhewe sing jebule ora liya yaiku
Nawangsih, putrane Wiku. Citrasoma banjur ngenalake awake dhewe lan
nerangake maksud lan tujuane tekan ing papan kono. Banjur Citrasoma
ditampa dadi murid.
Saben dina bareng-bareng, suwe-suwe Citasoma nandang tresna
marang Nawangsih, semono uga Nawangsih. Amarga padha-padha tresna,
Citrasoma banjur matur marang sang Wiku. Ananging sang Wiku ora langsung
mangsuli lan luwih dhisik njaluk pitutur marang Syekh Maulana Malik Ibrahim
Maghribi babagan perkara iki.
33 | S M P K E L A S V I I
Sawise njaluk pitutur, Sang Wiku mangsuli marang Citrasoma, menawa
lamarane ditampa nanging sadurunge Citrasoma kudu gawe sendhang kang bisa
kanggo panguripane wong akeh. sawise oleh katrangan kaya ngono mau,
Citrasoma bali menyang Pengging saperlu nglaporake menyang ramane.
Sawise Citrasoma tekan ing Kraton Pengging, dheweke banjur ngendika
marang sang Rama, yen kabeh sing dirungu iku bener, ana ing pereng wetan
Gunung Merbabu iku ana wiku kang sakti, wicaksana, luhur budine. Pangeran
Citrasoma uga matur marang ramane yen wiku mau nduwe anak prawan ayu
kang ditresnani lan dheweke kepengen omah-omah karo anake sang wiku mau.
34 | S M P K E L A S V I I
Prabu Kusuma Wicitra uga sarujuk lan menehi restu marang lelorone.
Prabu Kusuma Wicitra banjur paring dhawuh marang Citrasoma supaya tapa
ana ing lereng Gunung Merbabu patang puluh dina patang puluh wengi uga
nyuwun tulung dhateng raja jin ing ing kono kang asmanipun Prabu Karawu.
sawise oleh piweling saka sang rama Pangeran Citrasoma banjur budhal netepi
pangandikanipun Wiku. Patang puluh dina patang puluh bengi kliwat karo
macem-macem godaan lan pungkasane raja jin, yaiku Prabu Karawu, teka lan
nyarujuki panyuwune Pangeran kanggo nggawe mata air sing dijaluk dening
Wiku.
Sawise Pirang-pirang dina banjur katon tuk ing sacedhake padepokan
Pangeran Citrasoma, rasa seneng banget weruh bab iku dheweke banjur
mudhun menyang padepokan ngaturake kabar marang Syeh Maulana Malik
Ibrahim Maghribi. Sawise krungu crita mau, Syekh Maulana Malik Ibrahim
Maghribi lan Sang Wiku enggal-enggal rawuh ana ing sendhang-sendang lan
padha padha sungkem atur panuwun marang Sang Hyang Tunggal. Kedadean
sing aneh sawise dideleng banyu sing metu saka sumber tuk iku ora lurus
nanging mlengkung kaya keris pendok, pungkasane Syekh Maulana Malik
Ibrahim Maghribi ngendika yen sumber kasebut diarani Tuk Sipendok. Banjur
Citrasoma mboyong Nawangsih menyang kerajaan Pengging.
35 | S M P K E L A S V I I
Sawisé Pangeran Citrasoma mboyong Nawangsih menyang Kraton
Pengging, masyarakat sakiwa-tengené kepingin mbangun masjid, nanging ora
duwe kayu jati sing kudune digunakake minangka guru bangunan. Pungkasane,
dening Syekh Maulana Malik Ibrahim Maghribi, ana wong diutus menyang
kerajaan Demak kanggo njaluk tulung, nanging apa sing bisa ditindakake yen
dheweke bali kanthi tangan kosong amarga nalika iku Kerajaan Demak lagi
mbangun Masjid Agung Demak.
Syekh Maulana Malik Ibrahim
ora kendhat tekade weruh marang
kahanan kang kaya mangkono, mula
dheweke ngupayakake bahan-bahan
gawean supaya bisa nerusake mbangun
mesjid, mula sawise kabeh rampung
masjid kasebut diwenehi jeneng
pantaran amarga cocog karo
pembangunan Masjid Agung Demak.
Akeh wong sing banjur nyebut Wiku iku kanthi aran Ki Ageng Pantaran amarga
jasa-jasane marang masyarakat.
36 | S M P K E L A S V I I
Kegiatan 3
Sawise maca, saiki ndapuk klompok udakara 4 siswa saben klompok. Kanggo
mbuktekake sepira anggonmu maca isine crita rakyat kasebut, saiki tulisen
gagasan pokok saben paragrap ing kolom iki. Dhiskusekna karo anggota
klompokmu bab isine crita kasebut.
Paragrap Ide Pokok
1
2
3
4
37 | S M P K E L A S V I I
C. Micara Crita Rakyat
Sawise nulis isi crita rakyat nganggo basa kang lumrah digunakake, isine
crita rakyat bisa diandharake sarana nyebutake gagasanpokok utawa
nggawe dudutan (simpulan) saben paragraf. Kanggo medharake isine
teks, siswa bisa ngugemi paugeran iki.
1. Maca crita saka wiwitan nganti rampung
2. Ngandharake isine crita nganggo basamu utawa/dhialek kang
lumrah digunakake kanthi swara kang cetha, lafal, lan
pengucapane.
3. Nggatekake sikap sarira,patrap, lan pasuryane.
38 | S M P K E L A S V I I
Kegiatan 4
Ayo saiki andharna isine crita rakyat sing wis nate kok waca ing dhuwur, bisa
milih salah siji bae. Nalika medharake isine ing ngarep kelas, bisa divideo.
1. Asile video diedit utawa ditata maneh supaya luwih apik.
2. Sajroning video kudu ngemot judhul, jeneng siswa, kelas, lan nomer
urute.
3. Nggunakake bahasamu dhewe utawa dialek kang asring kokgunakake.
4. Wektu ngandharake watara 5 menit.
5. Nyuwuna panyaruwe marang kanca utawa gurumu
Paugeran mbiji andharan isine crita rakyat
No Jeneng Siswa Swara Paragan Pasuryan Gunggung
Biji
39 | S M P K E L A S V I I
D. Nulis isi crita rakyat nganggo ragam ngoko
Supaya luwih gamblang anggonmu nggegulang crita rakyat, saiki padha
nyeritakake maneh kanthi cara nulis isine nganggo basamu dhewe.
Sadurunge nulis,prelu nggatekake urut-urutane nyeritakake maneh
isine teks crita rakyat kaya ing ngisor iki
1. Maca teks crita rakyat nganti cuthel
2. Nyathet paraga lan watake paraga kang ana ing sajroning crita.
3. Nyathet latar/setting lan alur critane.
4. Sawise paham isi critane, banjur wiwit nulis crita mau nganggo
bahasamu dhewe.
5. Anggone nyeritakake kudu nggatekake ide-ide pokok kanthi runtut
Kegiatan 5
Tulisen maneh isine teks crita rakyat kang wis nate kokwaca ing dhuwur (bisa
milih salah siji bae) nganggo basamu dhewe.
40 | S M P K E L A S V I I
Ringkesan
• Crita rakyat iku crita kang sumbere crita saka lisan utawa crita dari
mulut ke mulut, crita rakyat wiwit biyen nganti saiki isih dipercaya
dening masyarakat. Masyarakat kanthi turun temurun percaya marang
crita kasebut.
• Crita rakyat iku wis mbalung sungsum ing masyarakat Jawa. Meh saben
tlatah duweni crita rakyat.
• Manawa nyritakake crita rakyat iku ora bisa uwal saka paraga ing crita
kasebut. Saka paraga crita iku mau bisa menehi piwulang utawa ajaran
marang para siswa lan masyarakat kang maca utawa krungu crita
kasebut.
41 | S M P K E L A S V I I
Latihan Soal
Wangsulana pitakon-pitakonan ing ngisor iki kanthi milih wangsulan kang
kaanggep bener!
42 | S M P K E L A S V I I
Glosarium
Ancas Disedya, dituju
Babagan Bab, hal, masalah
Cuwa Ora keturutan sing dadi pangarep-arepe, gela
Diangkah Diharapkan
Dumadakan Sanalika iku, dadak
Pasugatan Pasuguhan, suguhan
Praupan Pasuryan, rai
Sumunar Sumorot
Tlatah Dhaerah/ Wilayah
Wasis Pinter, bisa
43 | S M P K E L A S V I I
PIWULANG BASA JAWA
KANGGO S M P / M T S Kelas VII