KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas tentang ‘Pembuatan
Bibliografi Minangkabau Beranotasi Artikel’ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Ucapan terima kasih kepada Ibu Malta Nelisa,S.Sos., M.Hum,
selaku Dosen mata kuliah Bibliografi Minangkabau yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis.
Pada kesempatan kali ini penulis membuat bibliografi beranotasi Minangkabau
yang berjumlah 20 buah. Banyaknya koleksi Minangkabau membuat artikel tersebut
kadang dilupakan, artikel Minangkabau kadang juga sulit ditemukan. Untuk itu tujuan
penulisan bibliografi beranotasi ini adalah agar artikel tentang Minangkabau tersebut bisa
dilestarikan, selanjutnya agar koleksi tersebut bisa diketahui penjelasan singkat melalui
anotasi yang sudah dijabarkan.
Sesuai penulisan pada tugas ini dikelompokkan sesuai dengan subjek yang sama,
sehingga pembaca mudah dalam menemukan referensi yang dibutuhkan. Harapan penulis,
meskipun masih banyak kekurangan di dalam tugas ini, semoga bisa bermanfaat bagi yang
membaca.
Padang, 11 Juni 2021
Ratih Irawan
i Ratih Irawan
Bibliografi Beranotasi Artikel Minangkabau
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
PETUNJUK PENGGUNAAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI ARTIKEL
MINANGKABAU ........................................................................................................................ iii
ADAT ISTIADAT ...................................................................................................................... 1
BANGUNAN .............................................................................................................................. 6
KEPERCAYAAN RAKYAT ..................................................................................................... 8
KESENIAN................................................................................................................................. 1
KABA........................................................................................................................................ 18
PARIWISATA MINANGKABAU .......................................................................................... 20
SASTRA DAN PEPATAH....................................................................................................... 23
INDEKS PENGARANG……………………………………………………………………….27
INDEKS SUBJEK……………………………………………………………………………...28
ii Ratih Irawan
PETUNJUK PENGGUNAAN BIBLIOGRAFI
BERANOTASI ARTIKEL MINANGKABAU
12
{001}
Abdullah, Taufik. "Beberapa Catatan Tentang Kaba Cindua Mato: Satu Contoh Sastra
Tradisional Minangkabau." Journal Terjemahan Alam&Tamadun Melayu (2009):
117-137. Artikel ini menjelaskan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3 ……………………………………………………………
Kata Kunci: judul; minangkabau; sastra tradisional
4
5
Keterangan
1. Nomor entry
2. Bibliografi (MLA), baris kedua dijorokkan
kedalam sesuai dengan aturan MLA
3. Anotasi, terdiri dari penjelasan singkat dari artikel yang dibuat
4. Gambar artikel, berguna untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang artikel tersebut
5. Kata kunci, terdiri dari kata/istilah penting dalam artikel yang dibuat,
setiap kata kunci diberi tanda ;
minimal kata kunci yaitu 3 kata dengan diurutkan sesuai abjad
iii Ratih Irawan
ADAT ISTIADAT 1
001
Natin, Sri. "Perubahan Sosial Kedudukan dan Peran Mamak
terhadap Anak dan Kemanakan di ranah Minang." Mimbar
Hukum XX (2008): 193-410. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang
Asal muasal kedudukan dan peran mamak sanat kuat terhadap anak
dan kemenakan di Minangkabau, karena konsep kebudayaannya
menerapkan kesamaan kehidupan antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki mempunyai hak mengatur, menguasai harta benda dan
perempuan memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya. Hubungan
antara saudara laki-laki dengan perempuan lebih kuat dari pada
hubungan suami isteri yang terjalin dari perkawinan eksogami,
mengakibatkan kedudukan dan peran saudara laki-laki (mamak
lebih kuat daripada kedudukan suami sebagai orang sumando di
kerabat isterinya. Karena posisi laki-laki sebagai orang sumando
tidak setinggi laki-laki dalam masyarakat patriarkhi, mendorong
semangat untuk memperoleh ruah (dalam bentuk ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan materi) di perantauan. Dengan jalan
merantau diharapkan akan memperoleh peningkatan kualitas
potensi diri, materi, dan status sosial di lingkungan kelompok
masyarakatnya. Penyebab perubahan sosial kedudukan dan peran
mamak terhadap anak dan kemenakan, antara lain adanya
pandangan tentang fenomena bahwa alam berubah, masa berputar,
dan pengalaman dijadikan guru. Perubahan posisi bapak sebagai
orang sumando menjadi bapak dalam keluarga batih Hal itu bisa
memperkuat kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendidik dan
mengawasi anak, yang mengakibatkan kedudukan dan peran
mamak terhadap kemenakan melemah. Peningkatan pendidikan
dan status sosial kemenakan, berpengaruh terhadap sebagian
mamak yang memiliki pendidikan dan pengetahuan terbatas karena
mamak menjadi segan untuk membimbing kemenakan. Kurangnya
Ratih Irawan
intensitas interaksi dikarenakan jarak domisili yang jauh sedangkan 2
ckonomi terbatas. di samping itu terdapat perantau yang terus
menetap di perantauan.
Kata Kunci: adat; mamak; kemenakan
002
Trimilanda, Annisa Syintia. "Purwarupa Ensiklopedi Adat
Perkawinan Minangkabau." Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan dan Kearsipan VII (2018): 205-212. Pdf. Artikel
ini menjelaskan tentang Minangkabau merupakan salah satu suku
yang ada di Nusantara yang lebih terkenal dengan nama suku
minang. Suku ini dikenal sebagai suku yang mewakili daerah
Sumatera Barat. Sekian banyak suku yang terdapat di Indonesia,
salah satunya adalah Minangkabau. Dalam suku Minangkabau
mempunyai adat yang berbeda pada setiap atau pada suatu
kelompok masyarakat yang mempunyai kekhasan dan keunikan
dakam pelaksanaan ritual upacara adat. Adat Minangkabau adalah
aturan hidup masyarakat di Minangkabau yang diciptakan oleh
leluhurnya ,yaitu datuak Parpatieh Nan Sabatang dan Datuak
Katumanggungan”. Setiap suku bangsa atau satu kelompok
masyarakat akan mempunyai berbagai macam corak khas ritual
upacara adat yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang tata
cara pelaksanaannya berdasarkan kepada nilai-nilai dan aturan-
aturan yang ada dalam masyarakat dimana kebudayaan itu berada.
Diantara berbagai budaya yang ada di dalam suku Minangkabau
tersebut adalah upacara adat perkawinan. Upacara adat perkawinan
yang ada dalam suatu masyarakat berdasarkan budaya yang
dimilikinya sehingga antara suatu daerah dengan daerah lain ada
perbedaan. salah satu hal yang khas dari suku Minangkabau adalah
sistim kekerabatan berdasarkan garis matrineal (garis keturunan
menurut Ibu). Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting
Ratih Irawan
dalam siklus kehidupan, dan merupakan masa peralihan yang 3
sangat berarti dalam membentuk kelompok kecil keluarga baru
pelanjut keturunan. Bagi laki-laki Minang, perkawinan juga
menjadi proses untuk masuk lingkungan baru, yakni pihak
keluarga istrinya. Sedangkan bagi keluarga pihak istri, menjadi
salah satu proses dalam penambahan anggota di komunitas rumah
gadang mereka. Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau,
biasa disebut baralek (pesta), memerlukan beberapa tahapan yang
umum dilakukan. Dimulai dengan maminang (meminang),
manjapuik marapulai (menjemput penganten pria), sampai
basandiang (bersanding di pelaminan).
Kata Kunci: adat; perkawinan minangkabau; suku
003
Zakia, Rahima. "Kesetaran dan Keadilan Gender dalam Adat
Minangkabau." Jurnal Ilmiah Kajian Gender (2011): 39-52.
Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Perempuan menduduki posisi
yang istimewa dalam adat Minangkabau, karena keturunan dan
kesatuan keluarga didasarkan kepada garis keturunan ibu kaum ibu
(bundo kandung) di Minangkabau mempunyai kedudukan yang
istimewa tentang sistem keturunan, sawah, ladang, dan rumah
tempat kediaman, bukan berarti laki-laki tidak mendapatkan
tempat di dalam adat Minangkabau. Laki-laki di Minangkabau
yang dipandang sepintas lalu tidak mempunyai rumah dan hak
ekonomi, sebenarnya dia mempunyai dua rumah dan dua sumber
ekonomi, rumah saudaranya yang perempuan (dunsanak) dan
rumah isterinya, begitu juga dengan sawah ladang. Adat Minang
memperhitungkan dan mengatur sedemikian rupa hak-hak bagi
perempuan, termasuk sumber ekonomi. Sitem keturunan
matrilinial dilengkapi dengan syarat ekonomi dan tempat
kediaman. Aturan pokok perkawinan di Minangkabau jika terjadi
perceraian, sang suami yang pergi dari rumah isteri, sehingga
Ratih Irawan
perempuan yang dicerai suaminya tidak akan mengalami
kekecewaan dan kesulitan dalam kehidupan di bidang ekonomi dan
tempat kediaman. Di sisi lain laki-laki di rumah istrinya turut
mengelola tanah pertanian/usaha keluarga istrinya, dan dalam
waktu bersamaan ia juga memperoleh hak ekonomi dari keluarga
besarnya atau dari saudaranya. Berdasarkan kenyataan itu, terlihat
bahwa di Minangkabau laiki-laki dan perempuan memiliki hak
ekonomi yang sama. Dilihat dari norma adat Minangkabau dalam
aspek waris (sako dan pusako), diketahui bahwa dalam
menurunkan sako dan pusako tentu tidak saja diperuntukkan bagi
kaum laki-laki saja, tetapi juga untuk kaum perempuan. Pusako
atau harato pusako adalah segala kekayaan materi, seperti hutan
tanah, sawah ladang, tabek dan parak, tanbak dan kebun, rumah
dan pekarangan, pandam pakuburan, perhiasan dan uang, balai dan
masjid, peralatan dan lain-lain. Adat Minang sangat
memperhatikan kaum perempuan, bahkan ketika perempuan
dewasa yang belum bersuami dijadikan kondisi darurat yang
dibolehkan menggadai harta pusako. Karena jika kemenakan
perempuan belum bersuami akan sangat merisaukan keluarga,
apalagi kalau anak tunggal tentu keluarga cemas akan punah.
Untuk itu, mungkin perlu dicari orang jemputan untuk menjadi
suami dengan memberi uang jemputan. Pada situasi darurat
lainnya, merupakan hak yang sama untuk laki-laki dan perempuan,
seperti: mayat tabujua ditangah rumah, rumah gadang katirisan,
mambangkik batang tarandam .
Kata Kunci: adat minangkabau; gender; pusako; sako
Ratih Irawan
4
004 5
Jalinus, Nizwardi. "Peranan Niniak Mamak dalam Melestarikan
Adat Istiadat Minangkabau Ditengah Arus Globalisasi: Studi
Kasus di Nagari Parambahan dan Nagari Labuah." (2018).
Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Selain memberikan dampak
positif dari globalisasi yang terjadi saat ini juga memberikan
dampak negatif, yaitu terjadinya pergeseran ditengah-tengah
masyarakat, baik itu dari segi sosial, ekonomi dan budaya. Peranan
niniak mamak menjadi sangat penting dalam kondisi ini untuk
terus melestarikan adat istiadat Minangkabau. Pelastarian adat
secara turun temurun dengan sistem konvensional yaitu
memberikan pengajaran kepada generasi muda secara langsung
dengan kegiatan tatap muka, tentu dalam era gobal ini tidak begitu
optimal lagi. Untuk itu perlunya suata upaya dengan pendekatan
dengan cara milenial pula yang cocok dengan generasi milenial
saat ini. Generasi milenial yang sangat kuat interaksinya dengan
teknologi informasi, perlu dipertimbangkan untuk pelestarian adat
ini, yaitu pengajaran tentang nilai-nilai adat Minangkabau perlu
ditambah dengan memasukan pembelajaran adat istiadat kedalam
website atau dapat melalui aplikasi whatsapp pada smartphone,
sehingga generasi muda dapat dengan mudah mengaksesnya kapan
saja dan dimana saja. Upaya pelestari ini telah dilakukan di Nagari
Parambahan dan Nagari Labuah oleh niniak mamak melalui
program dari Kerapatan Adat Nagari (KAN) dari kedua nagari
tersebut. Peranan adat dalam era globlalisasi ini penting untuk
membentengi generasi muda dari nampak negatif dari globalisasi
tersebut.
Kata Kunci: adat istiadat; globalisasi; niniak mamak
Ratih Irawan
BANGUNAN 6
005
Novio, Rery. "Kearifan Arsitektur Rumah Gadang Minangkabau
dalam Mitigasi Bencana." V (2016): 63-74. Pdf. Artikel ini
menjelaskan tentang Arsitektur Rumah Gadang sebagai produk
kearifan lokal yang bernilai mitigasi, merupakan sarana untuk
mempertahankan dan melestarikan nilai luhur kebudayaan.
Terjadinya gempa bumi di Sumatera Barat yang meluluhlantakkan
sebagian daerahnya khususnya Padang dan Pariaman, masyarakat
diingatkan kembali akan kemampuan rumah Gadang untuk
bertahan dari sifat destruktif gempa. Arsitektur Rumah Gadang
Minangkabau sebagai kearifan lokal dalam mitigasi bencana
adalah pertama pemilihan lahan untuk perumahan memilih tempat
yang datar, kedua denah bangunan yang berbentuk persegi panjang
menjadi massa bangunan yang cukup ideal dan stabil apabila
terjadi gempa, ketiga semua sambungan komponen struktur
bangunan rumah gadang menggunakan sistem pasak, keempat
kemiringan pada kolom/ badan rumah gadang dimaksudkan agar
gaya yang bekerja pada struktur bangunan rumah gadang lebih
stabil dan kokoh, kelima material yang berstruktur ringan, keenam
susunan segitiga pada atap membentuk struktur yang stabil dan
kokoh, ketujuh pondasi rumah gadang tidak tertanam ke dalam
tanah, dan terakhir ke delapan bentuk atap yang lancip berguna
untuk membebaskannya dari endapan air hujan pada ijuk yang
berlapis-lapis, sehingga air hujan yang betapapun sifat curahnya,
akan meluncur dengan cepat pada atapnya.
Kata Kunci: Kearifan Lokal; Arsitektur; Gempa; Mitigasi Bencana
Ratih Irawan
006
Prasetya, Edhi. "Makna dan Filosofi Ragam Hias pada Rumah
Tradisional Minangkabau di Nagari Pariangan Tanah Datar."
(2011): 59-70. Artikel ini menjelaskan tentang Minangkabau
sebagai perwujudan arsitektur vernakukular tradisional dalam
bentuk bangunan rumah adat Minangkabau atau yang biasa disebut
dengan Rumah Gadang. Rumah atau bangunan tradisional, tidak
bisa dilihat hanya pada bangunan semata, karena dalam bangunan
tradisional, terdapat tradisi dan budaya yang diwariskan secara
turun temurun, terdapat relief hidup, dari sejarah dan tradisi yang
mewakili “ideology” dari masyarakat pendukungnya. Rumah
gadang, sebagai warisan budaya masyarakat minangkabau, juga
mewarisi tradisi masyarakatnya, tercermin dalam komponen
bangunannya, salah satu komponen yang penting dalam arsitektur
rumah gadang yaitu ukiran yang memiliki ragam hias yang unik
dan rumit. Ragam hias arsitektur minang tidak hanya ukiran tetapi
pada komponen-komponen rumah gadang lainnya, seperti atap,
badan dan kaki rumah gadang. Observasi makna ragam hias
tradisional rumah gadang, dilakukan di Nagari Pariangan,
Kabupaten Tanah Datar, yang mewakili orisinalitas Nagari
Pariangan sebagai luhak asal etnis minangkabau.
Kata Kunci: filosofis; makna; rumah tradisional; ragam hias
Ratih Irawan 7
KEPERCAYAAN RAKYAT 8
007
Andheska, Harry. "Kearifan Lokal Masyarakat Minangkabau
dalam Ungkapan Kepercayaan Rakyat." Basindo : Jurnal
Kajian Bahasa, Sastra Indonesia (2018): 22-28. Pdf. Artikel
ini menjelaskan tentang Ungkapan kepercayaan rakyat
merupakan bagian dari tradisi masyarakat yang penyebarannya
dilakukan secara lisan. Ungkapan kepercayaan rakyat ini telah
dikenal oleh masyarakat secara turun temurun sehingga tidak
dikenal lagi siapa yang menciptakannya. Ungkapan tersebut
disampaikan secara lisan pada situasi dan konteks tertentu.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kepercayaan rakyat
merupakan semacam ungkapan tradisional daerah-daerah yang
termasuk ke dalam folklor. Ungkapan kepercayaan rakyat
merupakan aset kebudayaan nasional yang tersimpan dalam
kebudayaan daerah. Ungkapan mencerminkan sesuatu nilai-
nilai budaya yang dianut atau yang diemban oleh pendukung
daerah tersebut. Kepercayaan rakyat umumnya diwariskan
melalui media tutur kata, Tujuan dari ungkapan kepercayaan
rakyat ini salah satunya adalah untuk mendidik. Oleh sebab
itu, ungkapan ini banyak berkembang di kalangan orang tua
yang menggunakannya sebagai sarana dalam mendidik anak-
anak mereka. Contohnya, Indak bulie bagandang malam hari,
beko tibo ula. Sebenarnya tidak ada hubungannya antara
bergendang dengan ular. Hal yang dimaksudkan di sini adalah
supaya menjaga ketenangan di malam hari, karena malam hari
itu merupakan waktu untuk beristirahat.
Kata Kunci: kepercayaan rakyat; nilai-nilai budaya; ungkapan
Ratih Irawan
008 9
WS, Hasanuddin. "Kearifan Lokal dalam Tradisi Lisan
Kepercayaan Rakyat Ungkapan Larangan Tentang
Kehamilan, Masa Bayi, dan Kanak-Kanak Masyarakat
Minangkabau Wilayah Adat Luhak Nan Tigo."
Kembara: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra I (2015): 198-
204. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Nilai-nilai tradisi
yang terkandung di dalam tradisi lisan kepercayaan rakyat
ungkapan larangan kategori sekitar kehidupan manusia
subkategori kehamilan, masa bayi, dan kanak-kanak
masyarakat Minangkabau wilayah adat Luhak Nan Tigo
sebagai bentuk nilai-nilai kearifan lokal mampu berfungsi
dalam mengembangkan integritas masyarakat, alat kontrol
sosial, memadukan kekuatan bersama yang terpecah untuk
solidaritas sosial, identitas kelompok, dan harmonisasi sosial.
Nilai-nilai tradisi yang terkandung di dalam tradisi lisan
kepercayaan rakyat ungkapan larangan kategori sekitar
kehidupan manusia masyarakat Minangkabau wilayah adat
Luhak Nan Tigo yang berfungsi sebagai nilai-nilai kearifan
lokal tersebut adalah (1) nilai tradisi bahwa kolektif
Minangkabau wilayah adat Luhak Nan Tigo harus memiliki
pengetahuan tentang alam yang nyata (natural) dan alam
taknyata (supernatural) dan hubungan sebab-akibat; (2) nilai
tradisi bahwa kolektif Minangkabau wilayah adat Luhak Nan
Tigo dalam hal mendidik dan menanamkan nilai-nilai
kehidupan kepada generasi penerusnya dilakukan sejak
masih di dalam kandungan dengan mengutamakan
pendekatan contoh atau ketauladanan.
Kata Kunci: kepercayaan rakyat; masyarakat Minangkabau;
Luhak Nan Tigo
Ratih Irawan
KESENIAN 10
009
Adnan, Nerosti. "Tari Galombang di Minangkabau Menuju
Industri Pariwisata." Journal of Urban Society’s Art XIII
(2013): 110-118. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Tari
Galombang merupakan tari tradisional Minangkabau yang
selalu dipersembahkan sebagai tarian penyambutan tamu
dalam berbagai upacara adat Minangkabau, seperti penobatan
Penghulu (kepala suku), pernikahan, turun mandi, dan alek
nagari. Semula ditarikan oleh puluhan laki-laki dengan
bergaya pencaksilat yang disebut juga silek galombang. Dalam
perkembangannya, Tari Galombang dominan ditarikan oleh
perempuan dengan bermacam-macam kreativitas sehingga
memunculkan satu koreogra! baru, baik dari aspek penari,
gerak, pola lantai, musik, properti, dan kostum serta rias,
namun masih tetap menampilkan simbol-simbol estetika adat
Minangkabau. Perubahan dari segi teks dan konteksnya
merupakan dampak pariwisata sejalan dengan teori Maquet
(1980) yang mengategorikan dua bentuk produksi seni, yaitu
art by destination dan art by metamorfosis. Kajian ini
membahas kedua konsep tersebut dengan merujuk pada
kriteria yang dikemukakan oleh Soedarsono (1994) bahwa
produk seni yang sesuai dengan kondisi pariwisata adalah:
bentuk miniatur, tiruan, penuh variasi, tidak sakral, dan
singkat durasi pelaksanaannya. Bentuk tari demikian sekarang
berlangsung dalam masyarakat Minangkabau di kota Padang.
Akulturasi yang terjadi dalam Galombang se ba gai dampak
perkembangan industri pariwisata bukan menyurutkan, tetapi
Ratih Irawan
bahkan menjayakannya di dalam kehidupan masyarakat. Kerja 11
yaannya tampak dalam persebaran wilayah, per kembangan
bentuk, dan pergeseran fungsi. Potensinya sedemikian besar
dan kuat untuk mempertahankan diri, yaitu dengan berubah
seiring per ubahan masyarakat pendukungnya. Galombang
memiliki kekuatan bermetamorfosis ketika masyarakat
memerlukannya. Ia mampu menjadi penguat wibawa dalam
gaya hidup penyelenggara per helatan. Ia digunakan sebagai
pertunjukan yang dimaksudkan untuk menghibur para tamu.
Kata Kunci: : industri pariwisata; minangkabau; tari Galombang
010
Bahardur, Iswadi. "Kearifan Lokal Budaya Minangkabau dalam
Seni Pertunjukan Tradisional Randai." Jentera (2018):
145-160. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Seni
pertunjukan tradisional memuat beragam unsur kearifan lokal
masing-masing etnisnya. Demikian juga dengan seni
pertunjukan tradisional randai dari Minangkabau. Falsafah
adat dan agama yang dianut masyarakat Minangkabau
terhimpun dalam randai. Namun, sampai saat ini kajian
terhadap randai Minangkabau masih dominan pada aspek etika
dan estetika sebagai seni tari dan seni pertunjukan teater.
randai Minangkabau memuat ragam unsur kearifan lokal yang
bersumber dari ajaran agama, adat, serta falsafah alam.
Temuan ini membuktikan bahwa masyarakat Minangkabau
adalah masyarakat yang kaya akan seni tradisi dan
berkehidupan dilandasi oleh ajaran agama, adat, serta
kepedulian terhadap alam semesta. Di Sumatera Barat randai
dikenal sebagai seni pertunjukan tradisional yang memadukan
unsur musik, tari, gerak, dan cerita. randai adalah salah satu
bentuk seni pertunjukan tradisional masyarakat Minangkabau
yang sering dipertunjukkan dalam acara profan seperti pesta
Ratih Irawan
panen, pesta perkawinan, pesta perhelatan penghulu, serta
acara serupa lainnya.
Kata Kunci: budaya; kearifan lokal; Minangkabau; randai; seni
tradisi
011
Elmizan, Sonya Rahmita. "Pusat Seni Pertunjukan Tari
Tradisional Minangkabau." e-Proceeding of Art & Design
VI (2019): 1-7. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang
Minangkabau merupakan salah satu suku di Indonesia yang
mendiami wilayah Sumatera Barat, sebagian Riau bagian
barat, Jambi bagian barat, Bengkulu bagian utara, dan
sebagian Sumatera Utara bagian barat daya. Minangkabau
sebagai salah satu bagian dari kebudayaan (alam) Melayu,
merupakan wilayah yang kaya dengan tradisi budaya.
Kebudayaan Minangkabau memiliki unsur kesenian yang
lengkap, termasuk seni pertunjukan, seni musik, seni tari,
hingga seni rupa. Minangkabau memiliki banyak jenis dari
tiap-tiap unsur kebudayaan tersebut. Sebagian tari masih
dilestarikan, baik di daerah Minangkabau, ataupun di luar
daerah Minangkabau, hingga berbagai negara di dunia. Jenis
tari tersebut diantaranya meliputi : “Tari tradisi, yaitu: tari
Rantak Kudo, tari Mulo Pado, tari Galombang, tari Indang,
tari Jalo, tari Pasambahan; di samping tarian kontemporer
yang terkenal diantaranya: tari Piring, tari Indang, tari Lilin,
tari Payung, tari Pasambahan, tari Rantak, tari Randai, dan tari
Alang Babega. kegiatan seperti upacara adat, baik adat
penobatan penghulu (Upacara Batagak Pangulu), adat
perkawinan, adat kematian, dan adat tradisi alek nagari, secara
tradisi menggunakan tari Minangkabau untuk kepentingan
acara tersebut.
Ratih Irawan
12
Kata Kunci: minangkabau; seni; tradisi 13
012
Lestari, Tri. "Aplikasi Digitalisasi Seni Bela Diri Silat Tradisional
Minangkabau." Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa XV (2020):
51-59. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Minangkabau
merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki
keragaman budaya, adat, dan kesenian. Salah satu warisan
budaya Minangkabau yang terkenal ialah silat atau dalam
Bahasa minang disebut dengan silek. Seni beladari ini
diciptakan dengan tujuan sebagai pertahanan diri dan
pertahanan wilayah, serta sebagai sarana pendidikan
pembentukan karakter masyarakat. Terdapat banyak
aliran/jenis silat yang berkembang di Ranah Minangkabau.
Hal ini dipengaruhi oleh kultur budaya dan kebiasaan serta
juga tipografi dari kondisi masyarakat yang ada di wilayah
tersebut. Di Minangkabau aliran silat ini dikenal dengan aliran
silat tuo yaitu kumango, harimau, langkisau dan taralak
(sitarlak). Selama ini masyarakat dapat mengenal aliran silat
yang ada di Minangkabau baik melalui perguruan silat, buku
maupun lewat platform terbesar video seperti youtube, metube
dan lain sebagainya. Perguruan silat yang ada di Minangkabau
tetap melestarikan budaya dengan tetap mempertahankan silat
daerah tetapi kebanyakan perguruan silat ini hanya diisi oleh
orang-orang yang berminat dalam pecak silat tradisional ini.
Bagi masyarakat yang tidak berminat terutama dikalangan
anak muda maka mereka kebanyakan tidak terlalu mengenal
aliran silat dan gerakan silat yang ada di minangkabau padahal
silat di Minangkabau merupakan sebuah warisan budaya yang
sudah terkenal sampai ke luar negeri. Banyaknya masyarakat
terutama remaja tidak terlalu mengenal tentang aliran dan
gerakan silat di Minangkabau hal ini diakibatkan karena jika
Ratih Irawan
mereka mau menggali informasi tentang silat ini harus ke 14
perguruan silat tersebut ataupun menontonnya lewat aplikasi
platform video terbesar di dunia seperti youtube dan lain
sebagainya. Untuk masyarakat yang memanfaatkan aplikasi
platform video ini terkadang tidak terlalu menarik bagi kaum
remaja untuk melihatnya dikarenakan video yang tampil dari
aplikasi tersebut tidak terlalu detail menampilkan aliran dan
gerakan silat yang ada di Minangkabau. Dengan kemajuan
teknologi informasi terutama di bidang multimedia yang dapat
menjadikan sebuah media lebih interaktif, maka dibuatlah
usaha-usaha untuk lebih memperkenalkan aliran dan gerakan
silat ini kepada masyarakat terutama untuk kaum remaja agar
lebih tertarik untuk melihatnya.
Kata Kunci: seni; silek; teknologi
013
Meigalia, Eka. "Ronggeng di Minangkabau." Wacana Etnik,
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora IV (2013): 101-110. Pdf.
Artikel ini menjelaskan tentang Pasaman merupakan salah satu
wilayah adinistratif (Kabupaten) yang terdapat di provinsi
Sumatera Barat. Persisnya daerah Pasaman ini berbatasan di
sebelah utara dengan provinsi Sumatera Utara. Daerah ini
didiami oleh tiga etnis dominan, yaitu Minang, Jawa, dan
Mandailing. Masing-masing etnis tersebut dapat dikatakan telah
mengalami diaspora. Suku Minang yang ada di wilayah tersebut
juga dianggap telah merantau karena wilayah Pasaman
bukanlah wilayah pusat kebudayaan Minangkabau. Orang Jawa
yang ada di daerah Pasaman juga telah mengalami migrasi sejak
zaman Belanda ketika saat itu tenaga mereka dibutuhkan untuk
bekerja di perkebunan-perkebunan karet Pasaman. Orang
Mandailing sendiri juga telah lama ada di daerah Pasaman
Ratih Irawan
karena dalam sejarah kerajaan Mandahiling, daerah Pasaman 15
juga merupakan daerah perluasan kerajaan mereka (bukan pusat
kebudayaan suku Mandailing). Ketiga etnis yang sudah lama
mendiami Pasaman ini pun telah hidup hingga dua sampai tiga
generasi. Masing-masing tetap ada kaitannya atau mengacu
pada tradisi dan budaya dari tempat asalnya untuk mereka
gunakan di tempat barunya tersebut (Pasaman). Akibatnya
muncullah berbagai produk budaya hibrid yang salah satunya
dapat dilihat pada tradisi lisan ronggeng pasaman. Ronggeng
pasaman adalah tradisi lisan yang merupakan gabungan dari
pertujukan tari, pantun, dan musik. Hibriditas dari tradisi ini
pertama terlihat dari namanya yang mengambil nama dari
tradisi ronggeng di Jawa. Konsep ronggeng di Jawa yang
merupakan tarian berpasangan antara laki-laki dan perempuan
juga terdapat dalam ronggeng pasaman, namun gerakannya
tidak sama dengan tarian ronggeng di Jawa. Kedua, larangan
bagi perempuan untuk tampil di depan umum dalam sebuah
pertunjukan tradisi di Minang juga diadopsi oleh pertunjukan
ronggeng pasaman sehingga yang menari secara keseluruhan
dapat dikatakan adalah laki-laki. Untuk penari perempuan, laki-
laki tersebut didandani seperti perempuan yang memakai baju
kurung atau kebaya dengan selendang di kepala. Ketiga, tradisi
Melayu yang khas yaitu berpantun serta alat musik pengiring
(seperti biola, akordion, dan sebagainya) terdapat dalam tradisi
ronggeng ini. Pantun dan musik Melayu ini justru menjadi salah
satu bagian yang dominan dari pertunjukan (bukan tarian seperti
halnya di Jawa). Keempat, pengaruh budaya Mandailing dapat
dilihat dari tuturan yang digunakan dalam pantun mereka.
Bahasanya adalah bahasa Minang dengan logat Pasaman.
Dalam bahasa Minang logat Pasaman itu juga terdapat beberapa
Ratih Irawan
kosakata Mandailing yang berbeda dengan kosakata bahasa 16
Minang.
Kata Kunci: minangkabau; ronggeng; sumatera barat
014
Rosa, Silvia. "Rabab Pasisia Selatan di Minangkabau." Lokabasa
VIII (2017): 73-85. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang
Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang
menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang
penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab
(semacam alat musik gesek yang mirip biola). Pertunjukan
Barabab berlangsung semalam suntuk. Biasanya pertunjukkan
Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek
(hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik perkawinan,
perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam
masyarakat adat di Minangkabau. Permasalahannya kini adalah
realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab, Pewarisan aktif
keterampilan mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak
berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif
kepada generasi berikutnya.Penampil Barabab adalah pria-pria
tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu
bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara
berkesinambungan dari generasi tua kepada generasi muda
berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal
kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat
yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini,
misalnya organ tunggal dan sejenisnya. Kerisauan akan
kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan
tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan
Ratih Irawan
mencanangkan secara aktif untuk belajar budaya, khususnya 17
belajar seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon
seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.Upaya ini penting
dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya
(perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan.
Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau
tempat untuk belajar budaya, terutama seni Barabab, tindakan
urgen untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak
kini.
Kata Kunci: barabab; seni; tradisi
015
Saputra, Isral. "Silek Kumango: Keberadaan, Pewarisan, dan
Kearifan Lokal Minangkabau." Wacana Etnik, Jurnal Ilmu
Sosial dan Humaniora II (2011): 73-94. Pdf. Artikel ini
menjelaskan tentang Silek kumango diciptakan oleh Syekh
Abdul Rahman Al Khalidi di Kampung Kumango. Syekh Abdul
Rahman Al Khalidi menciptakan silek Kumango bukan hanya
sekedar sebagai bela diri dan seni gerak. Lebih dari pada itu,
berkaitan dengan upaya mengenali diri di jalan Allah, sejalan
dengan ajaran Islam. Syarat yang harus dipenuhi oleh anak
sasian adalah persyaratan materi dan non materi. Persyaratan
non materi adalah budi, mumaiz, jenis kelamin, dan Islam.
Persyaratan material adalah kain putih dua potong, cabe merah,
garam, pisau, jarum dan benang. Silek Kumango berfungsi
untuk membela diri, memantapkan keimanan, harmoni
keluarga, dan masyarakat.
Kata Kunci: silek kumango; kearifan lokal; pewarisan
Ratih Irawan
KABA
016
Juita, Novia. "Tindak Tutur Tokoh dalam Kaba: Pencerminan
Kearifan dan Kesantunan Berbahasa Etnis Minangkabau."
Humanus XV (2016): 92-104. Pdf. Artikel ini menjelaskan
tentang tindak tutur yang dituturkan para tokoh dalam kaba-kaba
punya karakteristik atau ciri khas tertentu. Ciri khas yang
dimaksud terlihat pada awal untuk memulai sebuah tuturan. Awal
sebuah tuturan selalu dimulai dengan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam bentuk sapaan (menyapa) mitra tutur. Selain itu, tindak tutur
yang dituturkan itu juga menggunakan ungkapan minta maaf yang
ditujukan kepada mitra tutur yang tingkat sosialnya lebih tinggi
dan dimuliakan (orang tua, raja, dan pemangku kekuasaan yang
lainnya). Tindak tutur yang dituturkan oleh para tokoh banyak pula
menggunakan sapaan-sapaan emosional yang mendatangkan
keakraban dan rasa sayang. Selanjutnya, strategi bertutur yang
digunakan pun bervariasi, antara lain menggunakan strategi
bertutur terus terang tanpa basa-basi, strategi dengan kesantunan
negatif, kesantunan positif, dan strategi bertutur samar-samar.
Kedua hal ini (ciri has dan strategi bertutur yang digunakan
mencerminkan bahwa tindak tutur yang digunakan itu beretia dan
santun.
Kata Kunci: kearifan; kesantunan; kaba
Ratih Irawan 18
017
Rahmat, Wahyudi. "Penerapan Kaba Minangkabau Sebagai Media
Pelestarian Bahasa Amai (Ibu) dan Kesusastraan dalam
Pendidikan Literasi di Minangkabau." Jurnal Ipteks Terapan
X (2016): 236-241. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang
Keberadaan kaba Minangkabau awalnya sangat digemari
masyarakatnya. Kaba dijadikan hiburan pelepas penat bersama
anggota keluarga. Biasanya sang ayah akan menceritakan kaba
pada anaknya tentang cerita-cerita rakyat, asal-usul suatu daerah,
sehingga generasi muda pada saat itu mengerti betul dengan cerita-
cerita kaba Minangkabau, sehingga anak-anak tersebut merasa
bangga dapat mengetahui dan memahami suatu kaba, kemudian
akan diceritakan kembali pada temannya. Keberadaan bahasa amai
atau ibu yang ada dalam sebuah sastra Minangkabau atau dalam
kaba Minangkabau jika terus dipertahankan dan terus dilakukan
sebagai sebuah inovasi akan menjadikannnya sebuah bahasa yang
lebih mulia. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa daerah atau
bahasa Minangkabau adalah sebuah bentuk kekayaan budaya yang
dapat dimanfaatkan bukan hanya sebagai sebuah kepentingan
pengembangan melainkan sebagai sebuah eksistensi bahasa itu
sendiri.
Kata Kunci: kaba; minangkabau; media
Ratih Irawan 19
PARIWISATA MINANGKABAU 20
018
Besra, Eri. "Potensi Wisata Kuliner dalam Mendukung Pariwisata di
Kota Padang." Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis XII (2012):
74-101. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Keaneka ragaman
kuliner di Sumatera Barat membuat kuliner khas Minang
menyimpan potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai jasa
penunjang dalam pengembangan potensi wisata kuliner. Wisata
kuliner menjadi salah satu alternatif disamping pilihan jenis wisata
lainnya seperti wisata budaya, wisata alam dan wisata bahari yang
sudah terlebih dahulu dikenal oleh wisatawan yang datang ke
Sumatera Barat. Sektor Pariwisata dapat dijadikan sebagai salah
satu upaya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Sumatera
Barat. Keberhasilan pengembangan pariwisata menghasilkan
peningkatkan aliran devisa ke dalam negeri dan memperkuat mata
uang rupiah serta menciptakan kegiatan ekonomi lanjutan seperti
pengembangan hotel, restoran dan lain-lain yang mampu
menciptakan lapangan kerja, peningkatan daya beli baru,
pemakaian jasa transportasi. Perkembangan pariwisata Sumatera
Barat tercermin di dalam jumlah kunjungan wisatawan selama
2000-2004. Pada tahun 2000 jumlah wisatawan yang datang ke
Sumatera Barat adalah sebanyak 334.821 orang yang terdiri dari
313.917 wisatawan nusantara dan 20.904 wisatawan mancanegara.
Pada tahun 2004 meningkat menjadi 1.120.164 orang yang terdiri
atas 1.065.746 orang wisatawan nusantara dan 54.418 orang
wisatawan mancanegara. Gambaran ini memperlihatkan bahwa
pariwisata memiliki prospek yang cukup besar pula sebagai
Ratih Irawan
kekuatan ekonomi Sumatera Barat. (RPJM, Sumatera Barat). Pada
tahun 2008 wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat sebesar
6 juta (Dinas Pariwisata Sumbar, 2009) dan pada tahun 2009 ini
akan menargetkan kunjungan wisata sebesar 6,5 juta. Pada
umumnya para wisatawan datang ke Sumatera Barat untuk melihat
daerah-daerah objek wisata, dimana Sumatera Barat memiliki
banyak objek wisata yang terkenal keindahan pemandangan
alamya seperti Pantai Air Manis di Padang, Lembah Anai, Danau
Maninjau, Ngarai Sianok, dll. Selain itu para wisatawan juga
tertarik mengunjungi kawasan wisata belanja, terutama untuk
barang-barang produk pertanian, kerajinan rakyat, bordir dan
sulaman, konveksi, dan makanan tradisional. Disamping potensi
daerah objek wisata yang dimiliki oleh Sumatera Barat, wisata
kuliner bisa menjadi alternative dalam mengembangan industri
pariwisata. Wisata kuliner akhir - akhir ini semakin populer bagi
kalangan wisatawan. Bukan hanya karena dipopulerkan oleh
berbagai acara yang diproduksi oleh hampir semua stasiun TV
swasta. Beragam menu makanan, terutama menu khas daerah,
menjadi primadona. Bahkan menu yang sebelumnya jarang atau
bahkan tak pernah dikenal, mendadak menjadi menu makanan
yang dicari banyak orang. Hal ini menjadi peluang untuk
mengembangkan wisata kuliner di Indonesia, karena Indonesia
memiliki beragam jenis makanan dan minuman.
Kata Kunci: pariwisata; sumatera barat; wisata Kuliner
Ratih Irawan 21
019
Nanda, Rexha Septine Faril. "Perancangan Interior Hotel Resort di
Kawasan Pariwisata Gunung Padang Sumatera Barat." e-
Proceeding of Art & Design V (2018): 11-22. Pdf. Artikel ini
menjelaskan tentang Sumatera Barat memuat sektor pariwisata
sebagai salah satu sektor unggulan dan prioritas. Sumatera Barat
merupakan daerah yang mayoritas didiami oleh etnik minangkabau
atau minang. Minangkabau merupakan salah satu etnik yang ada di
Indonesia yang kental akan tradisi dan budayanya. Namun sangat
disayangkan di Sumatera Barat masih minim sarana pendukung
pariwisata seperti tempat penginapan yang baik dan menawarkan
desain interior dengan sentuhan etnik yang menarik. Fenomena
yang terjadi tersebut dapat dijadikan potensi untuk
memperkenalkan sektor pariwisata Sumatera Barat melalui
perancangan Hotel Resort di kawasan pariwisata Gunung Padang.
Dengan mengangkat tema “ Selamat Pagi Ranah Minang”
diharapkan dapat membangkitkan, memperkenalkan serta
melestarikan budaya Minangkabau kepada wisatawan nasional
maupun mancanegara. Sebab dengan terbentuknya citra wisata
yang baik di kawasan wisata Gunung Padang, Sumatera Barat akan
membuat pengunjung memiliki kesan terhadap Hotel Resort
tersebut dan ingin kembali lagi di waktu mendatang.
Kata Kunci: budaya minangkabau; pariwisata; sumatera barat
Ratih Irawan 22
SASTRA DAN PEPATAH
020
Almos, Rona. "Pantun dan Pepatah-Petitih Minangkabau
Berleksikon Flora dan Fauna." Adabiyyat XIII (2014): 301-317.
Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang Pepatah-petitih merupakan
sejenis peribahasa yang mengandung nasihat dan ajaran orang tua.
Kalimat yang tedapat dalam pepatah-petitih Minangkabau
mengandung dasar falsafah Minangkabau yang bersumber dari
alam. Pemikiran orang Minangkabau didasarkan pada gejala alam
semesta. Orang Minangkabau belajar dari kenyataan lingkungan
kehidupan sehari-hari. Ada kalanya pepatah petitih Minangkabau
disampaikan dalam bentuk pantun. Pantun merupakan buah
kesusastraan Minangkabau yang terpenting. Ia menjadi buah bibir,
bunga kaba, dan hiasan pidato. Pantun dan pepatah-petitih tersebut
merupakan pengetahuan masyarakat tradisional (local genius)
Minangkabau pada masa lampau. Secara khusus artikel ini
bertujuan untuk mendeskripsikan seluruh pantun dan pepatah-
petitih Minangkabau yang mengandung teks flora dan fauna
beserta maknanya. Ada banyak teks flora dan fauna yang terdapat
dalam pantun dan pepatah petitih Minangkabau. Isinya
mengajarkan kita dalam hal berbuat baik, kesabaran, pituah,
ketekunan, dan kebenaran. Dalam pantun dan pepatah petitih itulah
tersimpan mutiara-mutiara dan kaedah-kaedah yang tinggi nilainya
untuk kepentingan hidup bergaul dalam masyarakat Minangkabau.
Kata Kunci: flora dan fauna; pantun; pepatah petitih
Ratih Irawan 23
021
Karami, Habibullah. "Masyarakat Minangkabau dalam Kumpulan
Cerpen Kaki Yang Terhormat Karya Gus Tf Sakai." Jurnal
Bahasa I (2019): 120-135. Pdf. Artikel ini menjelaskan tentang
dalam kumpulan cerpen Kaki Yang Terhormat, Gus Tf Sakai
memperlihatkan sebuah realitas sosial yang menjadi identitas bagi
masyarakat Minangkabau. Realitas sosial tersebut diungkapkan
dari bahasa yaitu bahasa yang ditemukan mengenai bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi dengan bahasa tulisan dan
mengenai baso Minang yang digunakan; ilmu pengetahuan; mata
pencaharian yaitu sebuah pekerjaan bagi masyarakat yang menjadi
kebutuhan bagi masyarakat untuk membekali kehidupan sosial
mereka; sistem sosial/sistem kemasyarakatan, yiatu tradisi,
kebudayaan, aktifitas masyarakat, merantau, keseharian
masyarakat dan kebudayaan yang berkembang dikehidupan sosial
masyarakat khususnya Minangkabau yang menjadi sebuah
identitas realitas sosial bagi kehidupan sosial masyarakat
Minangkaba; peralatan/perlengkapan, yaitu seperti ciri khas tempat
tinggal mereka, perlengkapan untuk tradisi yang mereka miliki dan
lain sebagainya; kesenian, yaitu tarian yang mereka miliki seperti
silek yang merupakan realitas sosial untuk kesenian bagi
masyarakat Minangkabau; dan religi, yaitu kegiatan keadaan yang
mereka terapkan untuk remaja-remaja mereka di Minangkabau.
Realitas yang dikemukakan oleh pengarang memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai cerminan kehidupan yang
terjadi di lingkungan masyarakat, yang diamati maupun yang
dikritik oleh pengarang, khususnya yang terjadi di lingkungan
masyarakat di Minangkabau, seperti yang ada di dalam kumpulan
cerpen Kaki Yang Terhormat karya Gus tf Sakai.
Kata Kunci: cerpen kaki; Minangkabau; sastra
Ratih Irawan
24
022
Mustansyir, Rizal. "Konsep Urang Sabana Urang dalam Pepatah
Adat Minangkabau." Jurnal Filsafat XIX (2009): 166-176. Pdf.
Artikel ini menjelaskan tentang Masyarakat Minangkabau adalah
suatu kelompok etnik atau suku yang mendiami wilayah Propinsi
Sumatera Barat. Sebagaimana halnya dengan masyarakat
Indonesia lainnya di wilayah nusantara ini, masyarakat
Minangkabau memiliki sistem nilai budaya yang telah diwarisi
secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Masyarakat dan
kebudayaan Minangkabau memiliki filsafat dan pandangan hidup
(Weltanschauung atau Way of life) yang terekspresikan dalam
pepatah petitih adat yang menjadi acuan hidup mereka. Masyarakat
Minangkabau meyakini bahwa nilai-nilai kehidupan yang mereka
yakini itu adalah prinsip hidup yang abadi dan langgeng, yang
terkenal dengan ungkapan "tak lekang oleh panas dan tak lapuk
oleh hujan." Melalui pepatah-petitih dan pantun-peribahasa itu,
akan ditemukan prinsip-prinsip dasar kehidupan yang dijadikan
dasar dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Adat dan
kebudayaan Minangkabau pun menerima prinsip-prinsip
pembaruan dengan orientasi: change and stability. Sesuatu yang
tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan itu adalah
filosofi dasar dan prinsip-prinsip dasar, yang kalau "dibubut layu,
diasak mati." Seperti prinsip-prinsip dasar yang dikemukakan di
atas, tanpa itu dia tidak bernama Minangkabau lagi. Ini yang
dinamakan dengan: "Adat nan sebenar adat." Selain itu, prinsipnya
adalah: "Sekali air gadang sekali tepian berubah." Termasuk ke
dalamnya adalah ketiga kategori adat lainnya, masing-masing
"Adat nan diadatkan," "adat-istiadat" dan "adat nan teradat."
Keempat adat itu berjejer dalam satu garis kontinum, dari yang
sama sekali tidak bisa berubah menuju ke yang setiap kali bisa
Ratih Irawan
25
berubah sesuai dengan tuntutan masa dan berbeda dari satu tempat
ke tempat lain.
Kata Kunci: masyarakat Minangkabau; pepatah; petitih
023
Nuri, Nurhaida. "Motivasi Perempuan Melakoni Peran Mamak
dalam Sastra Warna Lokal Minangkabau." Institut Seni
Indonesia Surakarta (2017): 64-70. Pdf. Artikel ini menjelaskan
tentang Minangkabau adalah negeri yang tersistem dan terpola
dengan adat dan budayanya. Hal itu terlihat dengan adanya konsep
pemetaan peran seseorang yang tersusun secara rapi dalam
masyarakat, seperti halnya peran seorang mamak di tengah sanak
kemenakannya. Menurut adat Minangkabau, mamak adalah
saudara laki-laki dari pihak ibu, (kakak atau adiknya). Selain itu,
Minangkabau juga mengenal mamak secara khusus, yakni seorang
laki-laki yang mengepalai suku. Tiap-tiap masyarakat
dikelompokkan ke dalam suku mereka masing-masing dan tiap
suku itu dipimpin oleh seorang mamak atau yang lebih dikenal
dengan sebutan datuak (pengulu). Idealnya, seorang mamak sangat
dihormati di Minangkabau. Ia memiliki peran yang cukup besar
terhadap kondisi kemenakannya. Pepatah adat Minangkabau
mengilustrasikan peran mamak, “Kaluak paku kacang balimbiang/
tampuruang lenggang-lenggokkan/ Anak dipangku kamanakan
dibimbiang/ urang kampuang dipatenggangkan.” Maksudnya,
mamak mempunyai fungsi ganda, yakni menjaga dan memelihara
anak, kemenakan, dan orang kampung.
Kata Kunci: perempuan minangkabau; peran mamak; sastra warna local
Ratih Irawan 26
Bibliografi Beranotasi Artikel Minangkabau
INDEKS PENGARANG
A R
Annisa Syintia Trimilanda 2 Rahima Zakia 3
Rery Novio 6
E Rexha Septine Faril Nanda 22
Rona Almos 23
Edhi Prasetya 7 Rizal Mustansyir 25
Eka Meigalia 14
Eri Besra 20
H S
Harry Andheska 8 Sri Natin 1
Hasanuddin WS 9 Sonya Rahmita Elmizan 12
Habibullah Karami 24 Silvia Rosa 16
I T
Iswadi Bahardur 11 Tri Lestari 13
Isral Saputra 17
W
N
Wahyudi Rahmat 19
Nizwardi Jalinus 5
Nerosti Adnan 10
Novia Nuri 26
Nurhaida Nuri 26
Ratih Irawan 27
Bibliografi Beranotasi Artikel Minangkabau
INDEKS SUBJEK
A P
Adat Istiadat 1 Pariwisata Minangkabau 20
B S
Bangunan 6 Sastra dan Pepatah 23
K
Kesenian 10
Kaba 18
Ratih Irawan 28