The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by anang27, 2019-05-07 23:25:26

BAHAN AJAR KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN

BAHAN AJAR

KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN





DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF PENINGKATAN KOMPETENSI

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
DI KANKEMENAG KOTA BALIKPAPAN





























Disusun Oleh:
ANANG NAZARUDDIN, S.Pd.I.

(WIDYAISWARA AHLI MUDA)














KEMENTERIAN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN BANJARMASIN
TAHUN 2018








1

KATA PENGANTAR




Dengan memanjatkan puji syukur serta berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa,

Bahan Ajar Mata Diklat Konsep Dasar Model Pembelajaran untuk Diklat Teknis Substantif
Model-Model Pembelajaran di Kankemenag Kota Balikpapan dapat diselesaikan.

Kami berharap bahan ajar ini dapat membantu proses pembelajaran diklat ini pada
Balai Diklat Keagamaan Banjarmasin.

Akhirnya, dengan mengharapkan supaya bahan ajar ini dapat berguna bukan saja

untuk peserta diklat tapi juga untuk pihak yang memiliki ketertarikan dengan bahan ajar ini,
kami berharap adanya saran dan kritik agar bahan ajar ini lebih memberikan hal yang lebih

positif lagi nantinya.




Banjarbaru, 28 Jui 2018
Penulis





Anang Nazaruddin, S.Pd.I.


























2

KONSEP DASAR MODEL PEMBELAJARAN


A. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya,

seperti globe adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam konseks pembelajaran, Joyce
dan Weil (Udin S.Winataputra, 2001) mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Jadi, model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Di dalam literatur ditemukan berbagai macam model pembelajaran. Beberapa diantara

model pembelajaran tersebut diasumsikan dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan

pembelajaran IPS di SD. Untuk memilih/menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, perlu disesuaikan dengan tingkat

perkembangan peserta didik dan prinsip-prinsip belajar (seperti kecepatan belajar, motivasi,
minat, keaktivan siswa dan umpan balik/penguatan), serta yang tidak kurang pentingnya

adalah bahwa pemilihan model-model pembelajaran seyogianya berbasis pada pendekatan
pembelajaran yang berorientasi pada konsep pembelajaran mutakhir yaitu :

1. Istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagaipedoman

dalam melakukan kegiatan.
2. Pada pembelajaran istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman bagi pembelajar dalam
merencanankan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

3. Model dapat diartikan sebagai suatu pola yang digunakan dalam menyusunkurikulum,
merancang dan menyampaikan materi, mengorganisasikan pebelajar,dan memilih media

dan metode dalam suatu kondisi pembelajaran. Modelmenggambarkan tingkat terluas dari
praktek pembelajaran dan berisikan orientasifilosofi pembelajaran, yang digunakan untuk

menyeleksi dan menyusun strategipengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas

pembelajar untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran (topik
konten).

Sehingga dapat diartikan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau

pembelajaran dalam toturial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk didalamnya. Joyce dan Weil (1986) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana

3

pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh,

model pembelajaran kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John

Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. Misalnya model berfikir Induktif

dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif. Dapat dijadikan pedoman untuk
perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model Syntetic dirancang untuk

memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
Memiliki bagian-bagin model dalam pelaksanaan, yaitu:

1. Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),

2. Adanya prisip-prinsip reaksi,
3. Sistem social dan

4. Sistem dukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan

suatu model pembelajaran. Memilliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
Dampak tersebut meliputi: dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur dan

dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. Membuat persiapan mengajar (desain

intruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
Keempat rumpun model pembelajaran yang telah dikemukakan di atas, menurut Joyce

dan Weil (1986) memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Sintaks (Syntax) yaitu urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada fase-fase /tahap-
tahap yang harus dilakukan oleh guru bila ia menggunakan model Unit 33-14 pembelajaran

tertentu. Misalnya model deduktif akan menggunakan sintak yang berbeda dengan model
induktif.

2. Prinsip Reaksi (Principles of Reaction) berkaitan dengan pola kegiatan yang
menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa,

termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip ini

memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang
berlaku pada setiap model.

3. Sistem Sosial (The Social System) adalah pola hubungan guru dengan siswa pada saat
terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam

penggunaan model pembelajaran tertentu).
4. Sistem Pendukung (Support System) yaitu segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan

untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal.

4

5. Dampak Instruksional (Instructional Effect) dan Dampak Pengiring (Nurturant Effects).

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai atau yang berkaitan langsung
dengan materi pembelajaran, sementara dampak pengiring adalah hasil belajar samapingan

(iringan) yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu.


B. Komponen Model Pembelajaran

Berbicara lebih jauh tentang model pembelajaran ini, Joyce dan Weil (1986)
mengemukakan beberapa key ideas yang perlu kita pahami sebagai komponen suatu model

pembelajaran :
1. Sintaks (Syntax) daripada model, yaitu langkah-langkah, fase-fase, atau urutankegiatan

pembelajaran. Jadi sintaks itu adalah deskripsi model dalam action. Setiapmodel

mempunyai sintaks atau struktur model yang berbeda-beda
2. Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) yaitu reaksi pembelajar atas aktivitas-

aktivitas pembelajar. Jadi prinsip reaksi itu akan membantu memilih reaksi-reaksi apa yang
efektif dilakukan pebelajar.

3. Sistem-Sosial (social system)
Sistem sosial ini mencakup, 3 (tiga) pengertian utama yaitu :

a. Deskripsi rnacam-macam peranan pembelajar dan pebelajar

b. Deskripsi hubungan hirarkis/ otoritas pembelajar dan pebelajar,
c. Deskripsi macam-macam kaidah untuk mendorong pebelajar.

Sistem sosial sebagai unsur model agaknya kurang berstruktur dibandingkan dengan unsur

sintaks.
4. Sistem Pendukung (Support System)

Sistem pendukung ini sesungguhnya merupakan kondisi yang dibutuhkan oleh suatu
model. Jadi, bukanlah model itu sendiri. Sistem pendukungnya bertolak dari pertanyaan-

pertanyaan dukungan apa yang dibutuhkan oleh suatu model agartercipta lingkungan
khusus. Dalam hubungan ini, sistem pendukung itu berupakemampuan/keterampilan dan

fasilitas-fasilitas teknis. Sistem pendukungditurunkan dari dua sumber yaitu kekhususan-

kekhususan peranan pembelajar dantuntutan pebelajar.
Dalam proses pembelajaran umumnya membutuhkan transkrip atau deskripsi

peristiwa pembelajaran bagi pengguna model-model tertentu. Di samping itu dibutuhkan
pula analisis kesulitan pelajaran dan analisis kesulitan-kesulitan khusus penggunaan

model. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa setiap modelmempunyai kegunaan utama
di samping kegunaan-kegunaan lainnya yang dapat diterima.



5

5. Dampak instuksional (Instructional effects)

Dalam hal ini beberapa model didesain untuk tujuan-tujuan yang amat spesifik dan
beberapa lainnya dapat dipergunakan secara umum. Penggunaan model manapun harus

dapat memberi efek belajar bagi pebelajar. Efek belajar ini dapat

berupadirect atau instructional effects atau berupa indirect. Instructional effects adalah
pencapaian tujuan sebagai akibat kegiatan-kegiatan instruksional. Biasanya beberapa

pengetahuan Biasanya beberapa pengetahuan/ketrampilan.
6. Dampak Pengiring (nurturant effect)

Nurturant effect adalah efek-efek pengiring yang ditimbulkan model karena
pebelajar menghidupi (living in) sistem lingkungan belajar, misalnya kemampuan berpikir

kreatif sikap terbuka dan sebagainya. Seorang pembelajar memiliki model atau

strategi pembelajaran karena ingin mencapai instructional effects dan nurturant effects.


C. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan

mendasari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang

berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),

pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta

strategi pembelajaran induktif (Sanjaya, 2008:127). Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (a) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (b) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centeredapproach).
1. Pendekatan Expository

Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan
sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat

menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila

jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar
yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan

apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak. Pendekatan
expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar, dengan memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:




6

a. Adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran,

b. Bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga
belajar,

c. Materi lebih cenderung bersifat informasi,

d. Terbatasnya sarana pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan pendekatan Expository :

a. Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar serta
contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat menggunakan

berbagai metode yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi.
b. Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber

belajar atau warga belajar atau bersama antara sumber belajar dengan warga belajar.

Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah sumber belajar dapat
menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan,

bahan belajar yang diperoleh warga belajarnya sifatnya seragam yaitu diperoleh dari satu
sumber, melatih warga belajar untuk menangkap, manafsirkan materi yang disampaikan

oleh sumber belajar, target materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai,
dapat diikuti oleh warga belajar dalam jumlah relative banyak.

Di samping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran terlalu berpusat

kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang
mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat. Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui

taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini

tidak ada kegiatan umpan balik.
Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar

tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus
ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya

memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan permasalahan atau
gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.

2. Pendekatan Inquiry

Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery,
Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu

berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat belajar melalui
kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran

lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas,

tetapi memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri

7

dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh

Bruner bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan
cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan

kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsik karena

warga belajar merasa puas atas penemuannya sendiri.
Pendekatan Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara

penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga dapat
membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk dapat

mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang dipelajarinya
sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang diperolehnya. Peran

sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini adalah sebagai

pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar dalam kegiatan
pembelajarannya secara efektif dan efisien.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry
yaitu sebagaimana dikemukan oleh A. Trabani:

a. Stimulation: Sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau
memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian

yang memuat permasalahan.

b. Problem Statement: Warga belajar diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan atau hipotesis.

c. Data Collection: Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis itu, warga belajar diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai

informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai
narasumber, uji coba sendiri dan sebagainya.

d. Data Processing: Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan
kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan

tertentu.

e. Verification: Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada
tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek

terbukti atau tidak.
f. Generalization: Berdasarkan hasil verifikasi maka warga belajar menarik generalisasi

atau kesimpulan tertentu.
Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi tentang

penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut:

8

a. Kegiatan pemberian dorongan. Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian warga

belajar dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan
bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh

b. Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk

mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran
yang harus diikuti oleh warga belajar

c. Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :

1) Pengajuan permasalahan
2) Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis

3) Pengumpulan data

4) Penarikan kesimpulan
5) Penarikan generalisasi

d. Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon warga belajar terhadap
keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari

e. Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan maupun
tertulis dan atau penampilan.

Dalam penggunaan pendekatan Inquiry, Sumber belajar perlu memperhatikan hal-

hal sebagai berikut:
a. Warga belajar sudah memiliki pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan

bahan belajar yang dipelajari.

b. Warga belajar memiliki sikap dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang
diterima, keingintahuan, respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data,

objektif, keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam
ketidaksamaan.

c. Memahami prosedur pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran Inquiry.
Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka banyak

kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu:

a. Menumbuhkan situasi keakraban diantara warga belajar, karena diberi kesempatan
untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan.

b. Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan
pemecahan masalah.

c. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data
yang diperoleh.

d. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran.

9

e. Dapat menambah wawasan bagi warga belajar dan sumber belajar karena terjadi saling

tukar pengalaman.
Di samping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan yang

mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan dan

kemampuan dari warga belajar untuk memecahkan permasalahan maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh

beberapa orang warga belajar yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat.
Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar dituntut

memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan warga belajar supaya
mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang sudah

dimilikinya.







































10

REFERENSI


A. Tabrani R., M. Sutisna., & A.S. Hidayat. (2006). Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Intimedia

Ciptanusantara.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Joyce, B., Weil, M., & Showers, B. (1986). Models of Teaching (4th ed.).

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
din S. winataputra. dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran PKn SD. Jakarta: Universitas

Terbuka
































































11


Click to View FlipBook Version