The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan SMA Negeri 1 Mojo, 2021-03-31 00:03:51

PR Sejarah Indo. 10A Ed. 2019

PR Sejarah Indo. 10A Ed. 2019

 Nilai kreativitas manusia pada masa praaksara dapat Kreativitas
dilihat dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat manusia
membutuhkan alat untuk memotong dahan pohon atau Kreativitas
daging, manusia menciptakan alat semacam pisau yang berkaitan dengan
terbuat dari bahan batu. kemampuan
manusia pada masa
 Dengan mengenali kondisi alam dan belajar dari praaksara
pengalaman dalam memenuhi kebutuhan, manusia menciptakan
berhasil menciptakan teknologi meskipun dalam tingkat teknologi sederhana
paling sederhana.

 Ketergantungan terhadap alam membentuk pola pikir Menjaga
dan kebiasaan manusia pada masa praaksara. Manusia Lingkungan
pada masa praaksara cenderung aktif menjaga Alam
lingkungan. Apabila alam rusak, konsekuensinya
mereka kesulitan mendapatkan makanan. Pemenuhan
kebutuhan
 Pada masa sekarang masih banyak contoh kehidupan makanan manusia
masyarakat yang menjunjung tinggi keselarasan sangat bergantung
dengan alam. Contohnya, masyarakat suku Anak dengan alam. Oleh
Dalam di pedalaman hutan Jambi dan suku Baduy di karena itu, mereka
Banten. cenderung turut
menjaga lingkungan
alam.

 Kehidupan sosial yang harmonis ditunjukkan Hubungan
masyarakat dengan adanya pembagian tugas yang jelas Sosial yang
dalam kelompok. Harmonis

 Adanya upacara penguburan menunjukkan manusia Masyarakat pada
pada masa praaksara mempunyai hubungan yang sangat masa praaksara
erat satu dengan lainnya. Mereka memiliki kepercayaan hidup secara
yang dianut bersama-sama. berkelompok di
gua-gua. Kondisi
tersebut mendorong
munculnya
hubungan sosial
dalam masyarakat.

Bab III
Indonesia pada Masa

Hindu–Buddha

Daftar Isi

A. Proses Masuk dan B. Kerajaan
Perkembangan Hindu–Buddha
Agama Hindu–Buddha
Kerajaan
Teori Hindu
Kedatangan
Kerajaan
Agama Buddha
Hindu–Buddha

Sumber-Sumber
Kedatangan
Agama

Hindu–Buddha

Jalur Masuk
Agama

Hindu–Buddha

Teori Kedatangan Agama Hindu–Buddha

Teori Kesatria Teori Waisya

Teori Kesatria menyatakan bahwa agama Teori Waisya dikemukakan oleh
Hindu–Buddha dibawa oleh golongan N.J. Krom. Menurut N.J. Krom, agama
prajurit (kesatria). Teori Kesatria Hindu–Buddha masuk ke Indonesia dibawa
dicetuskan J.L. Moens, F.D.K. Bosch, kaum pedagang dari India. Pedagang India
R.C. Majundar, Mookerji, C.C. Berg. tersebut menetap di Indonesia dan
menikah dengan penduduk setempat.

Teori Brahmana Teori Sudra

Teori Brahmana dikemukakan oleh J.C. van Teori Sudra dicetuskan oleh Von van
Leur. Ia berpendapat bahwa agama Hindu Feber. Berdasarkan teori Sudra,
masuk di Indonesia dibawa oleh kaum masuknya agama Hindu di Indonesia
brahmana. Kedatangan kaum brahmana dibawa oleh orang India yang
diduga karena undangan para penguasa berkasta sudra
lokal di Indonesia yang tertarik dengan
agama Hindu atau sengaja datang untuk
menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

Teori Kedatangan Agama Hindu–Buddha

Teori Arus Balik

(Counter-Current)

Pencetus F.D.K. Bosch

Inti Teori Masyarakat Indonesia memiliki peranan
tersendiri dalam penyebaran dan
pengembangan agama Hindu–Buddha.
Penyebaran tersebut dilakukan oleh kaum
terdidik (clerks).

Bukti Prasasti Nalanda dari Kerajaan Sriwijaya

Sumber-Sumber Kedatangan Agama
Hindu–Buddha di Indonesia

Sumber dari Dalam Negeri

Sumber sejarah yang berasal dari berbagai
daerah di wilayah Kepulauan Indonesia

Prasasti Ciaruteun Prasasti Canggal
peninggalan Kerajaan peninggalan
Kerajaan
Tarumanegara
Mataram Kuno

Yupa peninggalan
Kerajaan Kutai

Sumber dari Luar Negeri

Tiongkok Arab
• Catatan saudagar
• Kronik-kronik
Tiongkok Arab
• Buku karya Raihan
• Catatan Fa-Hsien
• Catatan perjalanan Al-Beruni

I-Tsing • Tulisan karya
• Kronik Vietnam dari Claudius Ptolomeus
Yunani
abad VIII Masehi
• catatan dari Champa

pada abad VIII
Masehi
Vietnam

Jalur Masuk Agama
Hindu–Buddha

q Rute jalur sutra v Mengikuti
utara: India  Tibet rombongan kapal
terus ke utara pedagang yang
Tiongkok  Korea biasa berlayar di
 Jepang jalur India–Tiongkok

q Rute jalur sutra v Rute: India 
selatan: India Utara Myanmar 
 Bangladesh  Thailand,
Myanmar  Thailand Semenanjung
 Semenanjung Malaya  Indonesia
Malaya  Indonesia
Jalur Laut
Jalur Darat/Jalur Sutra

(Silk Road)

Kerajaan Kutai

(Abad IV–IX Masehi)

Tujuh buah Yupa menjadi bukti keberadaan Kerajaan Kutai

Kudungga Raja Pertama

Aswawarman Wangsakerta

Mulawarman Puncak Kejayaan

Di Kerajaan Kutai, agama Hindu Syiwa berkembang menjadi agama resmi
kerajaan. Perkembangan tersebut dibuktikan dengan adanya tempat suci
bernama Waprakeswara. Kebudayaan Hindu di Kerajaan Kutai juga
mengalami proses akulturasi dengan kebudayaan lokal yang terlihat dari
keberadaan Yupa pada setiap upacara kurban.

Kerajaan Tarumanegara

(Abad IV–VI Masehi)

Sumber Prasasti Ciaruteun
Berita Tiongkok Kebon Kopi
Jambu
Tugu
Pasir Awi
Muara Cianten
Lebak
Fa Hien

Pada prasasti Ciaruteun terdapat jejak
telapak kaki Raja Purnawarman yang
melambangkan penjelmaan Dewa
Wisnu. Berdasarkan prasasti Ciaruteun,
Raja Purnawarman berhasil membawa
Tarumanegara ke puncak kejayaan.

Kerajaan Mataram Kuno

(Abad VIII–X Masehi)

Dinasti Keberadaan dua
dinasti yang berbeda
Sanjaya Syailendra agama menunjukkan
masyarakat Mataram
(Hindu) (Buddha) Kuno menjunjung
tinggi toleransi. Selain
Rakai Pikatan + Pramodhawardani itu, masyarakat
Mataram Kuno
(832 Masehi) memiliki kebudayaan
yang bernilai sangat
Penguasa terakhir Kerajaan Mataram Kuno adalah Mpu Sendok. tinggi. Tingginya
Ia memindahkan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa kebudayaan itu
dibuktikan dengan
Timur. Mengapa demikian? banyaknya
peninggalan berupa
ü Pusat kerajaan mengalami kehancuran akibat prasasti dan candi.
letusan Gunung Merapi Candi di Mataram
Kuno pun memiliki
ü Ancaman dari Kerajaan Sriwijaya dua corak, yaitu Hindu
dan Buddha.

Kerajaan Kediri

(Abad XI–XII Masehi)

Sumber: ü Prasasti Banjaran Jayabaya (1137–1157 M)
ü Kitab Bharatayuda Ø Menandai masa kejayaan
ü Berita Tiongkok
Kerajaan Kediri.
Kertajaya (1190–1222 M) Ø Wilayah kekuasaan meliputi
Ø Dilanda ketidakstabilan.
Ø Mengurangi hak-hak kaum seluruh bekas wilayah Kerajaan
Medang Kamulan.
brahmana. Ø Berhasil menguasai kembali
Ø Dikalahkan dan terbunuh oleh Jenggala (Panjalu Jayati).
Ø Struktur pemerintahan
pasukan Ken Arok. Kerajaan Kediri sudah teratur.
Ø Menandai berakhirnya kekuasaan Ø Berdasarkan kedudukannya
dalam pemerintahan,
Kerajaan Kediri. masyarakat Kediri dibedakan
menjadi tiga golongan.
Ø Muncul pujangga-pujangga
keraton yang menghasilkan
banyak karya sastra.

Ken Arok Kerajaan Singasari

(Abad XIII Masehi)

Pendiri Singasari

Anusapati Menghentikan perebutan Salah satu peninggalan
Tohjaya takhta kerajaan Kerajaan Singasari

Ranggawuni Menandai puncak kejayaan sekaligus keruntuhan Kerajaan
Kertanegara Singasari. Puncak kejayaan ditandai dengan keberhasilan
memperluas wilayah hingga ke beberapa daerah seperti Bali,
Kalimantan Barat, Maluku, Sunda, dan Pahang. Adapun
keruntuhan Singasari tidak dapat dilepaskan dari serangan
pasukan Mongol dan Kediri.

Kerajaan Majapahit

(Abad XIII–XVI Masehi)

Kerajaan Majapahit mengakui agama Perkembangan seni budaya mendapat
Hindu dan Buddha sebagai agama resmi perhatian dari pemerintah Kerajaan
kerajaan. Meskipun demikian, pemerintah Majapahit. Salah satu aspek budaya yang
Majapahit tetap menunjukkan sikap berkembang pesat adalah kesastraan.
toleransi terhadap perkembangan agama Karya sastra yang berkembang di Kerajaan
lain. Bahkan, pada masa akhir Majapahit antara lain kitab
pemerintahan Hayam Wuruk agama Islam Nagarakertagama, Sutasoma, Arjuna
sudah mulai berkembang di Kerajaan Wijaya, Panjiwijayakrama, Usana Jawa,
Majapahit. Pararaton, Ranggalawe, Sorandakan, dan
Sundayana.

Banyaknya candi peninggalan
Majapahit menunjukkan seni
bangunan di Kerajaan Majapahit
juga mengalami perkembangan
pesat.

Beberapa candi
peninggalan Majapahit.

Sumber Kerajaan Buleleng

(Abad IX–XI Masehi)

Prasasti Belanjong
Prasasti Panempahan
Prasasti Malatgede

Beberapa Raja Penting

Anak Wungsu Jayapangus Udayana
ü Raja terbesar dari ü Meninggalkan ü Kesenian

Dinasti banyak prasasti masyarakat
Warmadewa ü Wilayah kerajaan Buleleng mengalami
ü Berhasil menjaga perkembangan
kestabilan kerajaan meliputi semua pesat.
Pulau Bali

Masyarakat Buleleng menganut agama Hindu Syiwa. Meskipun demikian,
tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng. Kondisi
ini dibuktikan dengan penemuan beberapa bangunan pemujaan seperti
punden berundak di sekitar pura-pura Hindu.

Kerajaan Kalingga/Holing

(Abad VI–VI Masehi)

Sumber  berita Tiongkok  I-Tsing

Tegas Ratu Sima Adil
Keras Bijaksana

ü Melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik
mereka yang tercecer di jalan.

ü Memberikan hukuman berat bagi yang melanggar.
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kalingga menjadi pusat agama Buddha di
Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga merupakan ajaran
Buddha Hinayana. Pada 664 Masehi seorang pendeta Buddha dari Tiongkok
bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga untuk menerjemahkan sebuah
naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta dalam
bahasa Tiongkok. Usaha Hwi-ning tersebut dibantu oleh seorang pendeta
Buddha dari Jawa bernama Janabadra.

Kerajaan Sriwijaya

(Abad VII–XII Masehi)

Sumber Kedukan Bukit
Talang Tuo
Prasasti Telaga Batu
Kota Kapur
Berita Ligor
Tiongkok Karang Berahi

I-Tsing

Pada masa kejayaannya, Sriwijaya berkembang George Coedes menyatakan letak
sebagai kerajaan maritim yang memiliki pengaruh Kerajaan Sriwijaya berada di tepi Sungai
luas. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat Musi atau sekitar Bukit Siguntang dan
perkembangan agama dan kebudayaan Buddha Kota Palembang, Sumatra Selatan. Dari
di Asia Tenggara. Kondisi ini tidak terlepas dari daerah ini Kerajaan Sriwijaya
letak Sriwijaya yang strategis di jalur perdagangan berkembang menjadi kerajaan maritim
internasional. terbesar di Asia Tenggara.

”Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta.
Masa yang lampau sangat berguna sebagai kaca benggala daripada
masa yang akan datang.”

(Soekarno)

Terima Kasih


Click to View FlipBook Version