The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Dila Maulida Zahrani, 2021-03-03 07:16:50

Tugas E-book

Tugas E book

Nama : Dila Maulida Zahrani
Kelas : X IPS

Materi Tentang Bahan, Alat dan Pola Hias

Bahan dan alat membatik
A. Bahan
1. Kain putih atau kain mori
pada awalnya kain yang di gunakan adalah hasil tenunan sendiri pada abad ke 19
mulai digunakan kain putih impor saat ini kain yang digunakan tidak hanya kain mori
tetapi juga kain sutra.
berikut beberapa kain yang bisa digunakan untuk membatik :
a. kain mori
kain mori adalah kain yang berasal dari bahan kapas dan telah mengalami proses
pemutihan dan merupakan kain katun yang memiliki bermacam kualitas.
b. Kain sutra
Kain ini memiliki kualitas yang sangat tinggi dan sering digunakan oleh para
pembatikuntuk menghasilkan batik dengan kualitas tinggi, kain ini memiliki tekstur halus
dan lembut
c. Kain Dobi
kain ini sering disebut dengan kain setengah sutra karena memiliki tekstur halus seperti
sutra, memiliki kualitas dibawah kain sutra. kualitas batik ditentukan oleh kain yang
digunakan

2. Lilin Malam
Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan
mudah lepas ketika proses pelorotan. Lilin malam dalam proses pembuatan batik tulis
berfungsi untuk menahan
warna agar tidak masuk ke dalam serat kain di bagian yang tidak dikehendaki.
Sedangkan bagian yang akan diwarnai dibiarkan tidak ditutupi lilin.
Beberapa jenis lilin malam
a. Malam tembokan atau popokan
jenis ini digunakan untuk menjaga agar kain yang bermotif dapat dirintangi secara
sempurna. Ciri-cirinya sulit dicairkan dan cepat membeku, daya ikat yang kuat
sehingga cepat melekat pada kain, sulit untuk dilorod, tidak meninggalkan bekas
ketika selesai dilorod, berwarna coklat
b. Malam klowong
fungsinya untuk menutupi ragam hias dan desain batik yang dilakukan secara reng-
rengan dan nerusi (bolak balik di kedua sisi kain), kerangka morif yang menggunakan
lilin ini adalah isen isen seperti cecek, sawut dll. Ciri cirinya : mudah encer dan mudah
membeku, dapat membuat garis motif yang tajam,

mudah dilorod dan tidak meninggalkan bekas ketika dilorod, lilin ini mudah hancur jika
salah memberikan perlakuan pada kain. Berwarna kuning pucat.
c. Lilin tutupan
fungsinya untuk menutupi warna motif tertentu yang
dipertahankan pada kain pada kain setelah dicelup atau dicolet
, berwarna lebih coklat. Ciri-cirinya ; mudah cair dan
memmbeku, mudah dilorot, daya lekat cukup kuat, tidak tahan
terhadap alkali.

Bahan campuran lilin malam parafin, gondorukem, kote/lilin tawon, lemak binatan/
kendalg,
minyak nabati, damar.

3. Pewarna Batik
Zat pewarna batik terbuat dari bahan alam maupun bahan sintetis
(buatan).
a. Bahan alami
Warna alam terbuat dari daun-daunan, umbi, akar, kulit kayu. Contoh warna alam
diantaranya adalah :Kulit kayu mahoni, jelawe, secang, tegeran, kayu nangka, hingga
bahan jamu, pohon nila, dan daun tom
b. warna sintetis
warna sintetis terbuat dari bahan kimia. Warna sintetis yang biasa digunakan untuk
pembuatan batik
antara lain Zat warna indigosol, Zat warna Naphtol, Zat warna rapide, zat warna reaktif
a. indigosol
Zat warna Indigosol biasa digunakan untuk menghasilkan warna-warna yang lembut
pada kain batik dipakai dengan teknik celup maupun colet (kuas).proses penggunaan
zat warna Indigosol juga hampir sama dengan penggunaan Naphtol. pencelupan
dibutuhkan dua kali proses. Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang
kedua untuk membangkitkan warna. Warna akan dapat muncul sesuai yang
diharapkan setelah memasukkan kain yang telah diberi Indigosol ke dalam larutan
asam sulfat atau asam florida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2).
b. Naphtol
Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup terdiri
dari dua bagian yang memiliki fungsi berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit
warna. Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses
pewarnaan, pada pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk
membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan larutan garam diazonium sehingga
akan memunculkan warna sesuai yang diinginkan. Dalam pewarnaan batik zat warna
ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua/dop dan hanya dipakai secara

pencelupan. Secara teknis Naphtol tidak bisa larut dalam air, untuk melarutkannya
biasanya para perajin menggunakan zat
lain seperti kostik soda.
c. Rapid
merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik
colet. Terdiri dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan. Untuk
membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka.
d. Zat warna reaktif
Zat warna reaktif umumnya dapat bereaksi dan mengadakan ikatan langsung dengan
serat sehingga
merupakan bagian dari serat tersebut. Jenisnya cukup banyak dengan nama dan
struktur kimia
yang berbeda tergantung pabrik yang membuatnya. Salah satu yang saat ini sering
digunakan untuk
pewarnaan batik adalah Remazol. Ditinjau dari segi teknis praktis pewarnaan batik
dengan
remazol dapat digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan. Zat warna
ini mempunyai sifat antara lain : larut dalam air, mempunyai warna yang briliant
dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya rendah, untuk memperbaiki sifat
tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara kuwasan dan fixasi
menggunakan Natrium silikat.

Zat- Zat pembantu dalam membatik :
1. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin
batik.
2. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk
membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat
pembantu pada celupan cat Indigosol.
3. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat
pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap.
4. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di
cap.
5. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau
untuk menghilangkan kanji mori.
6. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol
7. Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan.
8. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo.
9. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses
pengelupasan lilin.

10.Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi
lemas dan naik daya serapnya.

B. Peralatan membatik
1. Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori
sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau bambu. Gawangan harus
dibuat sedemikian rupa,
sehingga mudah dipindah-pindah, tetapi harus kuat dan ringan.

2. Bandul
Bandul dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul
adalah untuk menahan mori yang sedang dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup
angin, atau tarikan si
pembantik secara tidak sengaja.

3. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau
mengambil cairan. Canting berfungsi semacam pena, yang diisi lilin malam cair
sebagai tintanya. Bentuk canting beraneka ragam, dari yang berujung satu hingga
beberapa ujung. Canting yang memiliki beberapa ujung berfungsi untuk membuat titik
dalam sekali sentuhan. Sedangkan canting yang berujung satu berfungsi untuk
membuat garis, lekukan dan sebagainya.
Anting terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Pegangan canting terbuat dari bambu (gagang)
b. Terdapat mangkuk sebagai tempat lilin malam (nyamplung)
c. ujung yang berlubangs ebagai ujung pena tempat keluarnya lilin malam ( cucuk/
carat)

• Jenis canting
a. Berdasarkan fungsinya dibedakan :
1. Canting reng-rengan (untuk membuat desain awal)
2. Canting isen (untuk mengisi bidang yang sudah dibuat Polanya
b. Berdasarkan ukurannya dibedakan :
- Canting kecil
- Canting sedang
- Canting besar
c. Berdasarkan jumlah caratnya dibedakan :
- Canting cecekan (bercarat tunggal kecil) dipergunakan untuk membuat titik- titik
kecil dan garis-garis kecil

- Canting loron (bercarat 2, berjajar atas bawah) dipergunakan untuk membuat garis
rangkap.
- Canting telon (bercarat 3, bersusun bentuk segi tiga) funsinya sebagai isen-isen
- Canting prapatan (bercarat 4) dipergunakan untuk membuat empat buah titik yang
membentuk bujursangkar sebagai pengisi bidang.
- Canting liman (bercarat 5)
Canting ini bercucuk lima untuk membuat bujursangkar kecil yang dibentuk oleh
empat buah cicik dan sebuah titik ditengahnya.
-Canting byok
Canting byok ialah canting yang bercucuk tujuh buah atau lebih dipergunakan untuk
membentuk lingkaran kecil yang terdiri dari titik-titik, ; sebuah titik atau lebih, sesuai
dengan banyaknya cucuk, atau besar kecilnya lingkaran. Canting byok biasanya
bercucuk ganjil.
- Canting renteng atau galaran
Galaran berasal dari kata galar, suatu alat tempat tidur terbuat dari bambu yang
dicacah membujur. Renteng adalah rangkaian sesuatu yang berjejer ; cara merangkai
dengan sistem tusuk. Canting galaran atau renteng selalu bercucuk genap ; empat
buah cucuk atau lebih : biasanya paling banyak enam buah, tersusun dari bawah ke
atas.

4. Wajan
Wajan ialah perkakas yang digunakan untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari
logam baja, atau tanah liat.

5. Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api untuk memanaskan lilin malam. Kompor yang
biasa digunakanadalah kompor dengan bahan bakar minyak.

6. Saringan “malam”
Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya.
sehingga tidak mengganggu jalannya “malam” pada cucuk canting sewaktu
dipergunakan untuk membatik

7. Taplak
Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan
“malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik

8. Sarung tangan
digunakan untuk pelindung tangan pada saat proses pewarnaan

9. Dandang besar

digunakan untuk mencelup kain yang telah selesai dibatik dalam proses pewarnaan
dan pelarutan lilin

10.Sterika
digunakan untuk menghilangkan sisa lilin yang masih menempel dengan cara
menyetrika kain batik dengan kertas koran diatasnya sehingga lilin akan menempel ke
kertas

11.Dingklek
Dingklik digunakan pembuat batik untuk duduk saat mencanting motif pada kain

C. Pola Hias
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik
yang akan dibuat.
Ukuran pola ada dua macam. Pola A ialah pola yang panjangnya
selebar mori. Pola B ialah pola yang panjangnya sepertiga mori, atau sepertiga
panjang pola A. Gambar-gambar yang digunakan dalam membatik biasanya
menggunakan ragam hias. Untuk karya seni batik tradisional selalu menggunakan
ragam
hias tertentu yang telah lama diterapkan secara turun-temurun sejak jaman dulu.
Ragam hias tersebut mempunyai makna atau simbolik tertentu. Namun saat ini sudah
banyak dijumpai ragam hias batik dengan pola kreasi yang lebih bebas.
Pola Hias
merupakan unsur dasar yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam
mendesain sebuah hiasan
Motif Hias
merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam ragam hias, meliputi bentuk
manusia, alam, tumbuhan dan hewan.
Ragam hias
adalah bentuk susunan pola hias dari satu atau lebih motif hias dengan kaidah estetik
tertentu sehingga menghasilkan bentuk yang indah.
Ragam hias dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Motif geometris (pilin ganda, swastika, tumpal)
- swastika : menyerupai bentuk dasar huruf Z yang berlawanan
- Pola pilin : mempunyai bentuk dasar huruf S, atau SS untuk pilin ganda
-Poa meander : mempunyai bentuk dasar huruf T
- Pola kawung : ragam hias kawung yang mempunyai wujud menyerupai buah aren
yang dipotong melintang maka nampak empat biji aren
- Pola Tumpal : ragam hias tradisional Nusantara yang mempunyai ciri khas berbentuk
dasar segitiga sama kaki

- Motif ceplokan : ragam hias yang terdiri atas satu motif serta sebuah susun berulang-
ulang
b. Motif non geometris (manusia, tumbuhan, hewan)
- Motif manusia

- Motif tumbuhan

- Motif hewan

c. Motif benda mati (air, awan, batu, gunung, matahari)
- Motif awan

- Motif air
- Motif alam
- Motif batu
- Motif gunung


Click to View FlipBook Version