The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

dipublikasikan tanggal 28-12-2020

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Mohammad afifur, 2020-12-27 19:04:03

penjelasan tentang na'at

dipublikasikan tanggal 28-12-2020

Keywords: uas it

MAKALAH
TEKNIK MENERJEMAH TAWABI’ (NA’AT)
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Penerjemahan Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Abdul Kholiq, MA.

Kelompok 12
Febri Yusuf
Ahmad Covaludin
Mohhammad Afifur Rahman

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
2020 M / 1442 H

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah memberikan
karunia-NYA kepada kita semua. Terutama kepada penulis, karena atas karunia dan kehendak-
NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Tujuan penulisan makalah yang berjudul tawabi’ yakni na’at ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah dasar-dasar penerjemahan.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan bembantu
penulis dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Abdul kholiq, MA. sebagai
dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini.

Penulis juga membuat makalah ini dengan harapan bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Kritik dan saran, penulis nantikan agar lebih baik
kedepannya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .....................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................4
BAB II......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ......................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Pengertian na’at haqiqi ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. pengertian na’at sababi ................................................. Error! Bookmark not defined.
C. perbedaan na’at dengan tawabi’ yang lain ................. Error! Bookmark not defined.
D. Praktik Terjemah Surah qs. Al-waqi’ah ayat 25-35...Error! Bookmark not defined.
BAB III ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP................................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA Error! Bookmark not defined.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, Bahasa Arab dikalangan ummat Islam sudah tersingkirkan. Mereka
menganggap Bahasa Arab adalah bahasa yang sulit dan sukar dimengerti apalagi
Grammarnya. Sudah menjadi kewajiban bagi ummat islam yang mendalami agama
untuk mempelajari Bahasa Arab. Dalam susunan tata bahasa Arab, hampir sama seperti
bahasa-bahasa lainnya yaitu ada subjek, predikat, objek, keterangan waktu/tempat, dan
keadaan / sifat. Dalam Bahasa Arab, subjek disebut Fa’il, Predikat disebut Fi’il, objek
disebut Maf’ul, keterangan waktu/tempat disebut dzorof zaman /makan, dan keadaan
disebut na’at tau Shifat.
Seringkali, na’at menjadi pembahasan yang cukup rumit dikarenakan pembagian na’at
yang membingungkan, apalagi untuk para pemula.
Akhirnya dibuatlah makalah ini untuk memudahkan para pemula memahami bahasa
Arab dan mengaplikasikannya dalam keseharian mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian na’at haqiqi?
2. Apa pengertian na’at sababi?
3. Apa saja perbedaan na’at dengan tawabi’ yang lainya?
4. Bagaimana praktik menerjemah QS-waqi’ah ayat 25-35?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian na’at haqiqi
2. Mengetahui pengertian na’at sababi
3. Mengetahui perbedaan na’at dengan tawabi’ lainya
4. Dapat menerjemahkan QS. AL-waqiah ayat 25-35

BAB II
PEMBAHASAN

A. Na’at Haqiqi
Na’at haqiqi adalah kata yang menunjukkan makna sifat pada diri matbu’nya1.
Contoh na’at haqiqi:

‫فَا ْصبِ ْْرْ َص ْب ًراْ َج ِم ْي ًْل‬
Kata (ْ‫ ) َج ِم ْي ًل‬merupakan sifat bagi kata (‫ ) َص ْب ًرا‬yang merupakan matbu’nya atau isim yang
diikuti.

Contoh Na’at Haqiqi Di Dalam Al Quran
• Na’at dan man’ut dalam surat al fatihah ayat pertama: ْ‫بِ ْس ِمّْل ٰل ِْاْال َّر ْح ٰم ِنْْال َّر ِح ْي ِم‬. Arrahman
dan arrahim adalah na’at haqiqi dari lafdzul jalalah Allah.
• Contoh na’at man’ut pada surat al fatihah ayat 6: ‫ ِا ْه ِد َناْال ِص َرا َْطْا ْل ُم ْستَ ِق ْي َْم‬, al mustaqim
adalah na’at haqiqi dari lafadz ash-shiraatha.
• Contoh na’at haqiqi dalam surat Al Baqarah ayat 7: ْ‫ َّولَ ُه ْمْ َعذَابْْ َع ِظ ْيْم‬, adzim adalah na’at
haqiqi dari ‫ َعذَا ْب‬.

B. Na’at Sababi
Na’at sababi adalah na’at yang menyifati isim yang ada kaitannya dengan matbu’nya. Dalam
na’at sababi, sifat yang ada tidak menunjukkan sifat pada matbu’nya melainkan kata setelah
na’atnya.2
Na’at pada na’at sababi harus berupa isim mufrad dan mengikuti matbu’nya pada hal i’rab
(rafa’, nashab dan khafadh) dan ta’yinnya (nakirah dan ma’rifah) serta mengikuti kata
setelahnya pada hal nau’ (mudzakkar dan muannats).
Contoh na’at sababi:

ُ‫َجا َْءْال َّر ُج ُلْْا ْل َك ِر ْي ُْمْأَ ُب ْوْه‬
‫َجا َْءْ َطا ِل ُب ْو َنْْ َفا ِضلَ ْةْأَ ْخ َواتُ ُه ْْم‬
ْ ‫َجا َء ْتْْ َطا ِلبَا ُتْْ َك ِر ْيْمْإِ ْخ َوانُ ُه َّْن‬
ْ ‫َم َر ْر ُتْْ ِبا ْل َم ْرأَةِْْا ْل َج ِم ْيلَ ِْةْأُ ُّم َها‬
Contoh di atas merupakan contoh na’at sababi. Kata yang berwarna merah itu merupakan sifat
bagi kata setelahnya, walaupun secara lafdziyyah ikut ke kata sebelumnya.

Contoh Na’at Sababi Dalam Al Quran
Contohnya ada di surat Al Baqarah ayat 69:

‫قالََإِ َنّ َُهَي ُقو ُلََإِ َّنهاَبقرَةَص ْفرا ُءََفاقِعََل ْونُهاَت ُسرََالنَّا ِظ ِري َن‬

1 Abu Razin, Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Pustaka Bisa, 2014).
2 Abu Razin. Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Pustaka Bisa, 2014).

C. Perbedaan Na’at Dengan Tawabi’ Lainya

tawabi’ (isim yang mengikuti isim sebelumnya) yang berbeda dengan na’at ada empat
macam diantaranya3 :

1. athaf (‫)العط َف‬

Athaf adalah isim tabi’ yang disambungkan dengan matbu’nya oleh salah satu huruf

athaf. Huruf athaf ada 9, yaitu:

‫وْ–ْفْ–ْثُ َّمْ–ْأَ ْوْ–ْأَ ْمْ–ْ ََلْ–ْ َل ِك ْنْ–ْبَ ْلْ–ْ َحتَى‬

Contoh:

‫ِا ْشتَ َر ْي ُتْ ِكتَا ًباْ َو َق َل ًمْا‬

‫َجا َءْاَ ْح َمدُْفَ َح َس ْن‬
‫َما َتْال َّر ِش ْيدُْثُ َّمْا ْل َمأْ ُم ْو ُْن‬

Artinya:

Saya membeli buku dan pulpen

Telah datang Ahmad kemudian Hasan
Telah meninggal Ar-Rasyid kemudian Al-Ma’mun

2. Taukid (‫)التوكيد‬
Taukid adalah isim tabi’ yang tujuannya menguatkan matbu’nya sehingga audien

tidak bingung dengan pernyataan yang disampaikan. Taukid ada dua macam, yaitu lafdzi
dan maknawi. Taukid lafdzi adalah mengulang kata muakkadnya. Contoh:

ُْ‫َجا َءْاَ ْح َمدُْاَ ْح َمد‬
‫ِا ْشتَ َر ْي ُتْ ِكتَا ًباْ ِكتَابًْا‬
Artinya:

Ahmad telah datang

Saya membeli buku

Sedangkan taukid maknawi adalah menguatkan dengan menggunakan kata berikut:
‫نَ ْفسْ–ْ َع ْينْ–ْكُ ٌّلْ–ْ َج ِم ْيعْ–ْ َعا َمةْ–ْ ِك َلْ–ْ ِك ْلتَْا‬

3 Kitab al-mustaqill bi al-mafhumiyyah fi Syarhi Alfadzi al-Âjurrûmiyyah yang dikarang oleh Abi Abdillah
Muhammad bin Muhammad al-Maliky

Contoh: ُ‫َجا َءْاَ ْح َمدُْ َع ْينُ ْه‬
‫َف َس َجدَْا ْل َم َلئِ َكةُْ ُك ُّل ُه ْْم‬
Artinya:
Ahmad (dirinya) telah datang
Para Malaikat (semuanya) bersujud

4. Badal (‫)البدل‬
Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi

matbu’nya baik secara utuh atau bagian daripadanya. Kalimat yang mengikuti disebut badal
dan kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu. Badal terbagi menjadi 3 macam, yaitu
badal muthabiq, badal ba’dhu min kull, dan badal isytimal.

a. Badal muthabiq

Badal muthabiq adalah yang setingkat antara badal dan mubdal minhunya.
Contoh:

ُْ‫َجا َْءْا ْل ُم َحا ِض ُرْْاَ ْح َمد‬

Artinya:

Telah datang Pak Dosen, Ahmad.
b. Badal ba’dhu min kull

Badal ba’dhu min kull adalah badal merupakan bagian dari mubdal minhu.
Contoh:

ْ‫َق َرأْ ُتْْا ْل ُق ْرأَ َْنْ ُج ْز َؤْهُْا ْْلَ َّو َل‬

Artinya:
Saya membaca Al-Qur’an juz pertamanya.

c. Badal isytimal

Badal isytimal adalah badal merupakan sesuatu yang terdapat pada mubdal
minhu. Contoh:

ُ‫ُي ْع ِج ُبنِ ْيْْاَ ْح َمْدُْ ِع ْل ُم ْه‬

Artinya:

Ahmad telah membanggakannku ilmunya.

Coba perhatikan semua kata yang bercetak merah! Semua kata yang berwarna merah
disebut tawabi’ dan mengikuti isim sebelumnya baik dalam i’rab (rafa’, nashab, jar),

nau’ (mudzakkar dan muannats), definitif (nakirah dan ma’rifah), maupun jumlahnya.
(mufrad, mutsana, dan jama’).
Itu sekilas pembahasan tentang isim tawabi’. Pemaparan lebih panjangnya akan
dipublish pada artikel berikutnya. Hatur nuhun.

D. Praktik Menerjemah QS-waqi’ah ayat 25-35

‫َََمْلْنْ َي ُضْس َومْدُعْو* َْنْ َْوفِيِظ َهالْْْلَ َم ْغ ْمًودُاْو َودْ ََْلْ*ْْتَأَْوِثيَم ًاماءْْْ َ*مْإِْس ََّكُْلْو ِقي ًْبْْلْ*َْس ََولَفاًم ِاكْ َه َسْةَْلَك ًثِمياَْرةْ*ْْ َو*أَْ ََْل ْصْ َمَح ْقاطُُْبوْا ْلَع َيةِْمْي َو ََِنْْلَْْم َامْ ْمأَنُو ْص َع َحْةاْ ُ*بْْْاَ ْلويَُف ُِمري ِنْشْْْ*َمْ ْفِر ُفيوْ َعِسْةدْْْر*ْْ َمإِ ّنَ ْاخْأَ ْن ُض َشوأْْدَنْا ُه*ْ َّنَْوْ ِإ ْنَط ْل َشاحًْْْء‬

Versi Ust Quraish Syihab
25 & 26 (pak Quraish) : menafikan segala macam kekurangan yang boleh jadi
terbayang dalam benak seseorang dengan menyatakan bahwa, mereka tidak
mendengar di dalam surga itu perkataan yang sia sia dan tidak pula perkataan yang
menimbulkan dosa, akan tetapi yang mereka dengar hanyalah ucapan, sikap dan
perlakuan yang mengandung makna salam yang disusul lagi secara bersinambung
tanpa putus dengan salam sejahtera serupa.
27-34 : menjelaskan tentang kelompok penghuni surga yang kedudukannya lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok yang lalu. Namun itu bukan berarti
kenikmatan yang mereka raih tidak sempurna. Prof Quraisy Shihab menafsirkan ayat
ayat ini bahwa kelompok kedua adalah ashabul maymanah yaitu golongan kanan,
alangkah bahagianya mereka. Tidak terbayang betapa kenikmatan yang diraih
golongan kanan itu. Mereka berada diantara pohon bidara yang tidak berduri, dan
pohon pisang atau kurma yang buahnya bersusun-susun dengan indah dan menarik.
Kemudian naungan yang terbentang luas sepanjang masa dan diseluruh tempat. Lalu
air yang tercurah setiap di inginkan buah buahan yang banyak jenis, rasa dan
ragamnya, tidak putus-putusnya seperti hal nya didunia yang hanya di temukan pada
musim musim tertentu dan tidak juga terlihat terhalangi untuk mengambilnya.
Kemudian kasur-kasur yang diangkat atas ranjang-ranjang tidur tersusun satu dengan
yang lain terasa empuk
35 : Allah menciptakan mereka yakni wanita wanita surgawi yang menjadi teman dan
pasangan penghuni disurga dengan penciptaan sempurna4

4 tafsir al-misbah

Versi Tafsi Jalalain

25.Mereka tidak mendengar di dalamnya) di dalam surga itu (perkataan yang tidak
ada gunanya) yakni perkataan jorok (dan tidak pula perkataan yang menimbulkan
dosa) maksudnya perkataan yang berdosa.

26. Akan tetapi) (dikatakan) kepada mereka ucapan (Salam, Salam) lafal ayat ini
menjadi Badal dari lafal Qiilan; mereka benar-benar mendengarnya.

27. . (Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu).

28. Berada di antara pohon bidara) atau dikenal dengan nama pohon Nabaq (yang
tidak berduri) tidak ada durinya.

29. (Dan pohon pisang) yang juga dikenal dengan nama pohon muz (yang bersusun-
susun) buahnya mulai dari bagian atas hingga bagian bawahnya.

30. (Dan naungan yang terbentang luas) untuk selama-lamanya

31. (Dan air yang tercurah) maksudnya air yang mengalir terus selama-lamanya.

32. Dan buah-buahan yang banyak).

33. (Yang tidak berhenti) buahnya. karena musim-musiman (dan tidak terlarang
mengambilnya) artinya, ia boleh diambil tanpa harus membayarnya.

34. (Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk) yang diletakkan di atas dipan-dipan.

35. (Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung) maksudnya,
bidadari-bidadari yang jelita lagi cantik itu Kami ciptakan tanpa melalui proses
kelahiran terlebih dahulu5.

Versi Tafsir Al-muyassar

25. Mereka tidak mendengar ucapan yang sia-sia di dalam Surga dan tidak pula
mendengar apa yang menjadikan pelakunya berdosa.
26. Mereka tidak mendengar selain salam dari malaikat untuk mereka dan salam
sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain.
27. Dan golongan kanan, apakah golongan kanan itu? Betapa agung berada dan
perkara mereka di sisi Allah.

28. Mereka berada di pohon bidara yang tidak berduri, tidak berbahaya.

29. Dan di buah pisang yang saling bertumpuk dan bersusun sebagiannya di atas
sebagian yang lain.

30. Dan di bawah naungan bayangan yang luas, tidak pernah hilang.
31. Dan air mengalir yang tidak pernah berhenti.

32. Dan buah-buahan yang banyak, tidak terkira jumlahnya.

5 Tafsir al-Jalalayn, Altafsir.com

33. Tidak pernah habis untuk mereka selamanya, tidak tergantung pada musimnya,
dan tidak ada yang membatasi kapan saja mereka menginginkannya
34. Dan kasur-kasur yang terangkat tinggi, di atas dipan.
35. Sesungguhnya Kami menciptakan bidadari-bidadari tersebut dengan penciptaan
yang tidak lazim6.

Versi Tafsir Al-Wajiz Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili
25-26. Dan di antara nikmat Allah yang diberikan kepada mereka, mereka mendengar
pesan buruk atau yang mendatangkan dosa dan tidak ada manfaat. Mereka mendengar
suara ucapan yang baik, yang di antaranya adalah: Ucapan salam dan ucapan selamat
(penghormatan) satu sama lain.
27-34. Ketika Allah selesai menyebutkan perihal orang-orang yang berlomba dalam,
maka Allah menyebutkan kondisi golongan kanan, dan apa yang mereka dapatkan
dari kenikmatan; Allah mengabarkan bahwa golongan kanan urusannya dan
derajatnya ditinggikan, mereka bertempat di surga yang penuh dengan pohon bidara
yang tak memiliki duri, dan juga pohon pisang yang berderet-deret satu sama lain
yang terhampar dan tidak akan pernah habis. Begitu juga air yang mengalir dari
semburan mata air surga dan sungai-sungainya. Begitu juga buah-buahan yang lezat
yang terus ada, dan tidak akan terputus dari waktu ke waktu, bahkan buah-buahan
tersebut saling berhubungan jika ingin dipetik. Penghuni surga duduk di tempat yang
tinggi.
35. Allah mengabarkan bahwa Dia menjadikan wanita-wanita ahli surga untuk
dijadikan bidadari surga dengan bentuk (ciptaan) yang baru7

6 tafsir Al muyassar, kementrian Arab saudi
7 afsir Al- Wajiz \ Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, pakar tafsir & fiqih negeri suriah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Na’at adalah isim yang mengikuti kata sebelumnya yang fungsinya menyempurnakan
kata yang diikutinya, baik kepada kata itu sendiri atau dengan kata yang dihubungkan dengan
kata yang dina’atinya.

B. Saran

Sangat disarankan bagi para pembaca yang telah membacamakalah ini agar terus
memperbanyak pengetahuan kita akan adawatul isti'ham dan adawatul jazmi, kita bisa
mendalami pengetahuan kita akan bahasa arab Bukan hanya dari segipengetahuan saja, tapi
sisi positif lainnya kita dapat mendalami Al"quran dan makna"makna yang tersimpan di
dalam Al-quran.

DAFTAR PUSTKA

- Abu Razin, Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Pustaka Bisa, 2014).
- Abu Razin. Ilmu Nahwu Untuk Pemula (Pustaka Bisa, 2014).
- Kitab al-mustaqill bi al-mafhumiyyah fi Syarhi Alfadzi al-Âjurrûmiyyah yang dikarang oleh
Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad al-Maliky
- tafsir al-misbah karangan Prof Quraish Syihab

-Tafsir al-Jalalayn, Altafsir.com
- tafsir Al muyassar, kementrian Arab saudi
- afsir Al- Wajiz \ Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, pakar tafsir & fiqih negeri suriah


Click to View FlipBook Version