The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by 11. I Gusti Agung Ngurah Widhyadana Purnama Putra, 2024-05-17 11:50:47

Hitam Putih Sederhana Senja Sampul Buku Novel_20240517_234155_0000

Hitam Putih Sederhana S

Sadewa @widhyadanaa


Sadewa I Gusti Agung Ngurah Widhyadana Purnama Putra tentangmu?


Catatan Awal Awal mula munculnya sebuah Antologi Puisi ini dari seseorang yang saya temui kelam dan mengisi harihari luang saya saat itu. Seseorang itu pernah menjadi orang yang saya cintai, dia lah yang saya temui dimasa putih abu saya sekarang. Di masa labil saya. Tetapi aku menyerah untuknya, dan kembali menjalani hidup tanpa ingin tahu mengenai keadaannya Dia seseorang yang hebat, dia sempurna, bahkan apapun yang ada dirinya menurut saya sangat indah. Seperti senja yang indah namun sesaat, itulah dia.


“Tentangmu, Sadewa” “Perjuangan Menemui Trauma” “Sederhana” “Keliru Akan Cinta” “Akhir Tanpa Memulai” Daftar Isi


“Tentangmu , Sadewa ” Sinar Mentari, Bayangan sang Rembulan, Aku menjalani hariku dengan caraku. Suatu hari dengan ajaibnya kau datang padaku. Mengambil hatiku, Menarik perhatianku, Kau sangat serakah. Aku ingin tahu namamu, pandangmu, gerakmu dan segalanya. Aku ingin memeluk kenanganmu, waktumu dan semua hal tentangmu, Sadewa. Saat aku berhadapan denganmu Aku kehilangan kendaliku, Aku tak bisa menjadi diriku sendiri. Bagaikan robot tua, Hatiku akan berhenti dan membeku. Setelah hari, bulan, dan tahun berlalu, Kita berada di kehidupan yang berbeda. Aku tidak berpikir itu akan mudah bagiku.


“Sederhana ” Dengan gemericiknya melodi yang kau bawakan Layaknya tetesan air hujan yang membasahi benakku Memberi makna bagiku Memberi ruang bagi hatiku tuk melepaskannya Kau selalu hadir dalam kesedihanku Menjadikan kau sebagai tempat pelarian ku Membuatku ingin menyusun dan membangun mimpi kehidupan Lalu membungkus kisahku menuju dewasa. Dalam pelukan senar gitar yang kau mainkan, Aku merasakan kedamaian dan kehangatan, Seolah-olah kita menyusuri lautan mimpi, Menuju pulau damai di tengah badai kehidupan yang menderu. Kisahku dan impianku terpatri dalam melodi, Yang kau petik dengan penuh kasih dan pengertian, Kau adalah sahabat sejati, pelipur lara, Yang hadir dalam setiap jeda kegelapan. Dalam sentuhan jari di senar gitarmu, Ku temukan kedamaian yang kusut dalam pikiranku, Dan di setiap melodi yang kau petik dengan lembut, Ku rasakan kasih yang tak terungkapkan, dan kekuatan yang tak terkalahkan. Di balik segala luka dan kepahitan, Ada kehangatan yang kau berikan dengan gitar mu, Kau membawa cahaya di tengah gelapnya malam, Menyirami hatiku dengan harapan yang tak berkesudahan.


“Perjuangan Menemui Trauma ” Lantas apa yang terjadi. Jika kau tak memiliki diriku? Akankah kau juga merasakan hal yang sama denganku? Akankah kau juga menganggap ku sebagai rumah bagimu? Tempat berteduh, Tempat bersantai, Tempat kau pulang. Aku menginginkan hatimu. Dan di penghujung hariku, aku menginginkan tertawa sendu bersamamu. Walau kenyataannya takkan pernah ada kata “kita” diantara kau dan aku. Keadaan ini menggores hatiku yang rapuh. Disaat diriku sudah melewati Miliyaran detik, Jutaan menit, Dan ratusan jam tanpa mu, aku masih tetap menunggu kehadiranmu di sisiku. Apa kabar disana? Ini maafku untukmu, Sadewa Berharap bisa berujung indah, Walau akhirnya harus pisah.


“Keliru Akan Cinta ” Di belantara hati yang penuh dengan gelap, Terperangkaplah aku dalam kebimbangan yang terus menerus, Mencari jalan keluar dari labirin perasaan yang membingungkan, Dalam arus yang tak terduga, aku terombang-ambing. Di antara benang-benang rasa yang kusut dan berliku, Aku tersesat dalam angan-angan yang tak berujung, Menggumamkan nama yang terlupa oleh waktu, Dalam kehampaan yang menghantui, aku terjebak dalam keliru. Pada suatu sisi, ada rasa getir yang menyayat hati, Di sisi lain, ada hangat yang memeluk erat, Aku berjuang untuk membedakan antara cinta dan ilusi, Di tengah kegelapan yang membingungkan, aku terdampar. Namun, di antara kebingungan dan keraguan yang menggelayut, Ada keberanian untuk menghadapi kenyataan yang tersembunyi, Mengungkapkan kebenaran di balik kabut tipu daya, Dan menemukan jalan keluar dari keliru akan cinta.


“Akhir tanpa Memulai” Di perempatan jalan, di mana akhir bertemu tanpa awal, Terbentanglah cerita tentang detik-detik yang terhenti, Bayangan masa lalu yang terkubur dalam gelap, Dan impian masa depan yang tergantung di ujung langit. Di sana, di tepi kekosongan yang tak terjamah, Kita temukan ragam rasa yang tak terucap, Seperti senja yang menghadap ke langit tak berbintang, Atau surat yang tak pernah sampai kepada tujuannya. Namun, di dalam kehampaan itu, tersembunyi keajaiban, Di antara sunyi yang melingkupi dan angan-angan yang tak terwujud, Ada ruang untuk menciptakan kisah baru, Di mana akhir dan awal saling berpadu. Jadi, biarkanlah kita menjelajahi lorong waktu yang tak terbatas, Menghadapi kegelapan dengan cahaya imajinasi, Kita bisa menemukan arti baru dalam akhir tanpa memulai, Dan menemukan keberanian untuk memulai kembali. Di atas reruntuhan harapan yang hancur dan mimpi yang pupus, Bersinarlah bintang kecil keberanian dan kebijaksanaan, Mengajarkan kita bahwa di setiap akhir, ada peluang baru, Untuk menemukan kembali cinta dan makna yang sejati.


The end. terima kasih “Terkadang, untuk mencintai seseorang dengan sepenuh hati , kita harus belajar melepaskannya dengan sepenuh hati juga. ” - Alex Elle


Click to View FlipBook Version