The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Reva nisa, 2020-11-09 10:17:16

Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

Keywords: #ilmuukurtanah #ebook

a. Dapat dilakukan oleh berapa orangkah pekerjaan ini?
b. Alat-alat apakah yang digunakan untuk pekerjaan ini?
c. Bolehkah ketika bekerja sambil bergurau?
d. Apa yang dimaksud 3:4:5, buat contoh dan buktikan?
e. Di manakah titik R ditempatkan pada pekerjaan ini?
f. Coba terangkan cara memproyeksikan suatu ttik pada suatu garis!
g. Bagaimanakah cara mengontrol bahwa pengukur yang kamu lakukan

sudah betul-betul lurus?
h. Adakah cara lain untuk mengerjakan pekerjaan ini? Kalau ada

terangkan?

Gambar 19

Cara II :

Gambar 20

46

Pada cara II, dibuat suatu gris lurus lainnya sejajar dengan PQ.pilihlah
titik A dan titik B sedemikian rupa hingga jarak dari P Q dan AB sama
panjangnya = p. Dengan demikian, haruslah dibuat < PAB = < QBA
kedua-duanya 90o. Bagaimana sudut siku-siku ini dibuatnya?
Tentukan titik-titik a, b, c, d, dan selanjutnya pada garis lurus AB dan
buatlah pada titik-titik ini garis tinggi, garis yang dibuat sama dengan
jarak P. Maka didapatkan titik a1, b1, c1, d1, dan seterusnya yang
merupakan titik-titik pada garis lurus PQ.

Cara III :

Pada cara ketiga, dicarilah titik A dilapangan yang letaknya sedemikian

rupa hingga titik P dan titik Q dapat terlihat dari titik A. Buatlah di

lapangan garis lurus PA (lihat gambar di bawah ini) dan buatlah titik-

titiknya a, b, c, dan d.

Hitunglah berturut-turut:

P1  Pa p; P2  Pb p; P3  Pc p;
Pq Pq Pq

P4  Pd p;
Pq

Gambar 21

Buatlah jarak P1, P2, P3, dan P4 sebagai garis tinggi-garis tinggi
berturut-turut dari titik a, b, c dan d, sehingga didapatlah titik-titik a1, b1,
c1 dan d1 yang akan terletak digaris lurus PQ.
Perlulah disini dibuat sudut-sudut dititik a, b, c, dan d yang besarnya
sama dengan 90o.

47

Cara ketiga ini memerlukan hitungan jarak-jarak P1 dan seterusnya. Bila
garis PQ panjang, maka banyaklah pula hitungan yang harus dilakukan.
Pada cara sebelumnya, tidak ada hitungan yang harus dikerjakan karena
jarak-jarak yang harus dibuat di lapangan sama panjangnya dengan jarak
p yang ditentukan.

d. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Yang Bersilangan di
Lapangan.

1. Petunjuk
a. Pelajarilah lembaran pekerjaan ini dengan langkah-langkah yang baik dan
benar!
b. Pekerjaan ini dapat dilakukan 3 orang.
c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan awal!
d. Jawablah pertanyaan-pertanyaan akhir!
e. Gambarlah hasil praktek untuk dijadikan laporan hasil pengukuran!

2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a. Yalon (minimal 8 buah)
b. Patok-patok bambu/kayu sementara (minimal 8 buah)
c. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
d. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
Sama seperti pada praktek – praktek sebelumnya

4. Langkah Kerja
a. Pasanglah yalon di titik A, B, P, dan Q (pada titik-titik yang telah
ditentukan)
b. Orang pertama (I) membidikan yalon A ke B.
c. Orang kedua (II) membidikan yalon P ke Q.

48

d. Orang ketiga (III) menancapkan yalon S, kira-kira diperkirakan tepat pada
gars lurus AB dan PQ, dengan memperhatikan aba – aba dari orang ke
satu (I) dan orang ke dua (II)

e. Periksa kembali pekerjaannya apakah sudah memenuhi syarat atau belum!

5. Pertanyaan Awal
a. Alat apa saja yang kita gunakan untuk pekerjaan ini dan berapa
banyaknya?
b. Minimal dilakukan oleh berapa orangkah pengukuran ini?
c. Bagaimanakah cara menancapkan yalon yang aman?
d. Apakah tugas orang ketiga di dalam pengukuran ini?
e. Perlukah membuat garis silang ini dibedakan kembali dari titik yang
lain?

6. Pertanyaan Akhir
e. Terangkan dengan singkat bagaimana langkah kerja di dalam pengukuran
ini?
f. Pada pekerjaan-pekerjaan apakah, menentukan titik potong ini biasanya
dilaksanakan?
Gambar kerja

Gambar 22

e. Membuat Garis Lurus Antara Dua Buah Titik Yang Terletak Pada Sudut
Bangunan.

49

1. Petunjuk
(sama dengan praktek – praktek sebelumna)

2. Keselamatn Keja
(sama dengan praktek – praktek sebelumnya)

3.Peralatan dan perlengkapan
(sama dengan pada saat praktek sebelumnya)

4. Langkah Kerja
Misalnya, titik P dan Q adalah titik-titik suatu gedung besar, maka diperlukan
dua orang untuk menempatkan titik-titik yang terletak di satu garis dengan P
dan Q (terletak antara titik P dan titik Q).
Orang pertama memegang yalon a dan orang kedua memegang yalon b.
Orang kedua berusaha menempatkan yalonnya di titik b1 dan orang pertama
menempatkan yalonhya di titik a1, dengan jalan kedua orang tersebut saling
membidik/melihat agar titik b1, a1, dan P dan a 1 dan b 1 Q terlihat satu garis
lurus.
.

Gambar 23
f. Mengukur Jarak antara 2 buah titik di lapangan.

Petunjuk, keselamatam kerja dan peralatannya sama dengan praktek
sebelumnya (peralatannya ditambah pen baja atau patok bambu/kayu)
Bila menggunakan pita ukur, baik dari bahan kain linen,fibre glass maupun
baja, maka harus berhati-hati karena angka-angkanya mudah terhapus dan

50

apabila terlilit lama kelamaan dapat patah. Pita ukur ujungnya mempunyai
kaitan (pegangan) dan bertitik 0 pada jarak 10 cm dari pegangan.

Langkah kerja:
Dikerjakan minimal oleh 2 orang.
a. Tentukan titik-titik yang akan diukur (misalnya titik A dan titik B).
b. Apabila jaraknya melebihi panjang pita ukur, maka jarak A B dibagi

menjadi beberapa kali panjang pita ukur tersebut, dengan bantuan yalon,
lakukan seperti pada langkah membuat garis lurus di lapangan, agar jarak
AB atau garis AB benar-benar lurus, sehingga jaraknya sangat teliti.
c. Agar jaraknya benar-benar datar, maka gunakanlah waterpas tukang
kayu/tukang batu (agar pita ukurnya selalu mendatar kedudukannya)
d. Untuk membantu penghitungan jaraknya, biasanya menggunanakan pen
baja atau patok bambu
e. Pen baja/patok bambu gunanya untuk menghitung langkah pengukuran.
Misalnya, orang pertama pada akhir pengukuran mengumpulkan 11 buah
pen berarti jumlah langkah 11-1 = 10. Jadi, jarak yang diukur 10 x panjang
pita ukur, bila panjang pita ukur 20 m, maka jaraknya = 10 x 20 m = 200
m, ditambah sisanya yang mungkin kurang dai 20 meter ( 8 meter) jadi
pangjang totalnya 208 meter.

g. Membaca Rambu Ukur
Seperti dijelaskan sebelumnya, rambu ukur berfungsi sebagai alat bantu
dalam menentukan beda tinggi dengan menggunakan pesawat sipat datar ,
rambu ukur biasanya terdiri dari beberapa jenis, antara lain seperti gambar 24
di bawah ini.

Rambu Interval 5 mm Rambu Interval 10 mm

51

4 22
32 21
22 2m
12 19
2m 18

Gambar 24
Untuk mendapatkan ketinggian suatu titik, diperlukan data dari suatu
rambu bacaan ukur tersebut, lihat contoh hasil bacaan rambu ukurr di
bawah ini:

Gambar 25
Ditanya:
a. Berapa  t (beda tinggi)
b. Berapa d (jarak optik)
Untuk menyelesaikan hal di atas, juru ukur/surveyor harus dapat
melaksanakan pembacaan rambu dengan pesawat. Cara mendapatkan BA
(benang atas), BT (benang tengah), BB (benang bawah) adalah sebagai
berikut :

52

22 BA = 2,160m
21 BT = 1,990m
BB = 1,820m
2m
Gambar 26
19
18

53

ba 4
ba
ba 32

22

BA = 2,355m

12
BT = 2,201m
BB = 2,047

2m Gambar 27

= 2355Dari contoh diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan
angka didepan koma, (0,000) harus berpatokan pada keberadaan benang

= 2201atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb), pada tiap-tiap kolom
= 204710 cm.

Melihat contoh diatas, bila ba = 0,875, berarti nilai yang menjadi patokan
adalah satu angka didepan koma dan belakang koma, 0,8.
Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan dalam menghasikan
hasil yang tepat supaya beda tinggi dan jaraknya mendekati kebenaran
sesuai data di lapangan.

Pengukuran beda tinggi ada tiga cara.
1. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di atas titik
2. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di antara 2 titik
3. Pengkuran beda tinggi bila pesawat di luar 2 titik

54

Untuk itu, pembacaan mempunyai ketentuan untuk koreksi apakah

bacaan ketiga benangnya benar atau salah, sebagai berikut:

bt  ba  bb atau 2 bt  ba  bb
2

Sedangkan untuk mendapatkan jarak (d) mempunyai ketentuan sebagai

berikut: (ba – bb) x 100
D/ jarak optik =

 t = bacaan bt belakang – bacaan bt muka.

h. Mengukur jarak datar tidak langsung (mengukur jarak miring dan
sudut lereng dulu antara dua buah titik) dengan klinometer di lapangan.
1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda atau
binatang yang berbahaya.
b. Hati – hati dalam membaca sudut miring, agar hasilnya teliti
c. Hati –hati dalam membaca jarak miring, biasanya titik nol tidak dimulai
dari awal pita ukur

2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a.Yalon (minimal 2 buah)
b. Klinometer
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)
d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
e. Rol meter yang 3m atau 5 meter
f. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.

55

c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

Klinometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut lereng pada
lapangan yang miring. Sudut miring yang didapat dari hasil pengukuran ini,
untuk keperluan/ mendapatkan jarak datar dan beda tinggi, namun hasilnya
kurang teliti.
Untuk mendapatkan jarak datar dapat dihitung dengan rumus:
Jarak datar = jarak miring x cos sudut miring.
Untuk menghitung beda tinggi adalah:
Beda tinggi = jarak miring x sin sudut miring.
Catatan : ketinggian yang dibidik pada yalon harus setinggi mata pembidik.
Contoh:
Misalkan hasil pengukuran sudut miring = 30o, dan hasil pengukuran jarak
miring = 20,00m, maka jarak datar = 20,00 x Cos 30o = 20,00 x 0,866025 =
17,321 m
Sedangkan beda tinggi = 20,00 x Sin 30o = 20,00 x 0,0,500 = 10,00 m

i. Mengukur sudut Azimuth/ Sudut jurusan dengan Kompas
Kompas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut jurusan/ sudut
azimut.
Yang kemudian data tersebut dapat untuk menghitung koordinat suatu titik
bila koordinat titik sebelumnya telah diketahui, jarak datar dan sudut
jurusannya juga diketahui. Adapun sudut juusan adalah sudut yang diukur
dari arah utara sebenarnya (astronomis) searah dengan arah putaran jarum
jam, pada jurusan yang dimaksud. Sedangkan sudut azimut adalah sudut yang
diukur dari arah utara magnetis, searah dengan arah putaran jarum jam.
Perbedaaan antara utara astronomis dan utara magnetis disebut deklinasi.

Langkah Kerja

56

a. Tempatkan tripod (statif) kompas (ada yang asli) atau membuat sendiri,
di titik A dan pasanglah kompas pada statif.

b. Pasanglah yalon pada tiitik B yang diukur Azimuthnya
c. Setel kompas dan aturlah visir segaris dengan jarum magnet.
d. Bila jarum magnet dan visir sudah terletak pada satu garis, artinya

kompas sudah mengaah ke Utara, aturlah skala sudut pembacaan 0° 0'
arah Utara.
e. Arahkan kompas ke titik B, bidiklah melalui visir ke arah yalon B,
bacalah sudut kompas
f. Ukuran jarak A -B, dengan pita ukur (d1).
g. Contoh menghitung koordinat titik B bila koordinat titik A diketahui :
Misal diketahui hasil pengukuran Azimut antara titik A dan titik B (α A-B
= 60o), jarak antara titik A dan B (d A-B = 20,000m), koordinat titik A
(XA, YA), = A ( 10m,10m), hitunglah koordinat titik B.
Penyelesaian :
∆X A-B = jarak datar x Sin α A-B = 20 x 0,86603 x 1m = 17,321 m
∆Y A-B = jarak datar x Cos α A-B= 20 x 0,50000 x 1m = 10,000 m
Maka X B = X A + ∆X A-B = 10,000m + 17,320m= 27,321m
Dan Y B = Y A + ∆Y A-B = 10,000m + 10,000m= 20,000m

j. Memproyeksikan suatu titik pada suatu garis di lapangan
1. Petunjuk
a. Perhatikan lokasi pengukuran, barang kali ada benda – benda atau
binatang yang berbahaya.
b. Hati – hati dalam mengunakan yalon, agar benar – benar tegak
c. Hati –hati dalam menggunakan penta prisma, usahakan bayangan yalon
dari sebelah kiri dan sebelah kanan benar – benar tegak

2. Peralatan dan Perlengkapan yang Digunakan
a. Yalon (minimal 3 buah)
b. Penta Prisma, cermin sudut
c. Patok-patok bambu/ kayu sementara (minimal 2 buah)

57

d. Pita ukur/Meteran (minimal 15 m)
e. Alas tulis, Alat tulis menulis, kertas untuk sket/catatan.

3. Keselamatan Kerja
a. Saat membawa yalon, dipanggul, bagian depannya yang tumpul, dan
yalon tidak boleh diseret
b. Saat praktek dilarang bercanda.
c. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
d. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.

Cara I :
Membuat sudut siku-siku di lapangan, dengan alat penta prisma. Susunannya
terdiri dari prisma bagian atas dan bawah, bagian atas untuk bayangan yalon
kanan, bagian bawah untuk bayangan yalon kiri, dan bagian tengah yang
merupakan kaca tembus pandang sebagai jendela pembidik.
Bayangan yang terlihat pada prisma ini harus menyatu/ tegak, dari bagian
bawah, tengah dan bagian atas.
Langkah keja :
1. Orang ke I menancapkan yalon di titik A dan B yang benar-benar tegak
2. Orang ke II menancapkan yalon C yang akan diproyeksikan ke garis A – B
3. Orang ke I membawa penta prisma yang dilengkapi unting – unting

bergerak kearah kiri atau kanan pada garis ukur A –B yang akan
ditancapkan dititik C’ (proyeksi dari titik C)
4 Apa bila bayangan yalon yang dititik A dan yang di titik B pada penta prisma
yang di pegang oleh orang I tadi sudah tegak, maka proyeksi unting – unting
pada prisma yang dibawa oleh orang I tadi adalah meupakan tempat
kedudukan titik C’ yang dicari.(poyeksi titik C terhadap garis A – B).

58

Gambar 28
Cara II :
Menggunakan cermin sudut, yang pada prinsipnya seperti pada cara pertama,
Dasar pemikiran yang dipakai pada alat ini adalah teori pemantulan sinar yang
jatuh pada cermin yang berada di dalam kotak. Sinar yang datang dari yalon
menuju bidang cermin, dipantulkan sedemikian rupa sehingga sudut yang
dibentuk oleh sinar datang dan garis normal adalah sama besar dengan sudut
pantul sinar tersebut terhadap garis normal. Sudut yang terjadi dari pemantulan
sinar-sinar tersebut adalah 90° (siku-siku).

Langkah Kerja Menggunakan Cermin Sudut
a. Siapkan cermin sudut dan pasanglah unting-unting.
b. Tempatkan yalon di titik A, B, dan C dengan posisi tegak vertikal.
c. Berjalanlah searah garis AB dengan membawa cermin sudut.
d. Masukkan bayangan yalon A dan B ke dalam cermin sudut.
e. Bila bayangan yalon A dan B sudah masuk ke dalam cermin sudut,

kemudian bidikan ke arah yalon C.
f. Bila bayangan yalon AB dan bidikan yalon C di dalam cermin sudah

menyambung tegak, maka titik di mana unting-unting berada (C1)
merupakan titik proyeksi yalon, sehingga yalon CC1 tegak lurus yalon AB.

59

Gambar 29

k. Mengukur Peta Situasi Dengan Kompas Cara Polar
1. Petunjuk
a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.
b. Putarlah kompas| searah dengan jarum jam.
c. Buatlah laporan hasil pengukuran.

2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Kompas.
b. Statief (tripod).
c. Pita ukur.
d. Yalon-dan patok.
e. Buku catatan.

3. Keselamatan Kerja
a. Pada saat pengukuran, jauhkan/hindarkan benda logam di sekitar
kompas.
b. Pakailah pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
c. Jangan bercanda pada saat bekerja.
d. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.

4. Langkah Kerja

60

a. Tentukan titik batas daerah yang akan djukur dan sketlah pada buku
catatan.

b. Tempatkan yalon di titik batas daerah yang akan diukur (P1- P2, P3,
P4, P5, P6).

c. Pasanglah kompas statief di titik Po sehingga dapat melihat ke
semua batas pengukuran,

d. Pasanglah kompas statief P0 dan aturlah posisi jarum magnet dan
visir serta skala sudut ke arah utara (0° 0')

e. Bidiklah visir pada kompas ke titik P1f baca sudut pada kompas,
ukurkan jarak P0 - P1 dengan pita ukur dan catatlah pada buku
catatan.

f. Putar dan arahkan visir kompas ke titik P2, bacalah sudut, ukuran
jarak P0 - P2 dan catatlah pada buku catatan, demikian seterusnya
sampai titik terakhir dengan cara yang sama, sehingga didapat sudut
dan jarak.

g. Hitunglah sudut datar B, yang merupakan sudut yang dicari untuk
perhitungan luas daerah.

h. Gambarkan hasil pengukuran.

Gambar 30
Contoh Soal :

61

Dietahui :
Jarak AB (Po – P1) = 20m
Jarak AC (Po – P2) = 10 3 = 17,321m
Sudut yang diapit sisi AB dan AC = 30o
Penyelesaian :
Rumus Luas Segitiga = ½ x AB x AC x Sin (sudut yang diapitnya)
Jadi Luas Segitiga ABC = ½ x 20 x 17,321x Sin 30o = 86,605 m2
Bila segitiganya lebih dari satu, sebaiknya rumusnya diprogram dengan
Kalkulator program misalnya CASIO fx 3650 P,fx 3950 P atau kalkulator
program lainnya

l. Mengukur Peta Situasi Dengan Koordinat Siku-Siku
1. Petunjuk
a. Peganglah prisma yang sudah dilengkapi unting - unting dengan tangan
kanan dengan posisi vertikal.
b. Bayangan yalon sebelah kiri pada prisma bagian bawah prisma, dan
bayangan yalon yang sebelah kanan ada dibagian atas prisma harus
menyambung lurus dan tegak.
c. Buatlah sket pengukuran secara detail sebelum diukur.
d. Buatlah laporan pekerjaan.

2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Yalon dan Patok
b. Prisma
c. Pita Ukur
d. Buku Catatan

3. Keselamatan Kerja
a. Prisma harus tetap dipegang, tidak boleh diletakkan sembarangan.
b. Pada pengukuran jarak, pita ukur ditarik sedatar mungkin.
c. Pakailah pakaian kerja, sepatu, dan topi lapangan.

62

d. Kembalikan semua peralatan dengan baik, bersih, dan lengkap.

4. Langkah Kerja
a. Tentukan titik batas daerah yang akan diukur, dan sket daerah tersebut
pada buku catatan.
b. Tempatkan yalon di titik batas P1, P2, P3, P4, P5, P6.
c. Tentukan titik pembagi PQ dengan yalon sebagai pedoman penentuan
lurus garis kerja.
d. Pegang prisma dan proyeksikan semua titik mulai dari titik P1, P2, P3 dan
seterusnya terhadap garis ukur PQ.
e. Demikian seterusnya pekerjaan dilaksanakan dengan cara yang sama,
sehingga titik batas daerah diproyeksikan ke arah garis ukur PQ.
f. Ukurlah semua jarak P1,P2, P3, dan seterusnya terhadap garis ukur yang
merupakan jarak absis (X), ukurkan jarak titik proyeksi yang satu
terhadap yang lain pada garis ukur yang merupakan jarak ordinat (Y) dan
semua data harus dicatat pada buku catatan.
g. Untuk perhitungan luas daerah yang telah diukur adalah dengan
menjumlahkan luas dari bangun-bangun trapesium dan segi tiga.
h. Pengukuran selesai dan gambarkan hasil pengukuran dengan skala
tertentu.

63

Gambar 31

m. Membuat Peta Situasi Dengan Cara Rangkaian Segitiga
1. Petunjuk
a. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan langkah kerja.
b. Menarik pita ukur harus dalam keadaan tegang/kencang, lurus dan
mendatar.
c. Buatlah laporan hasil pengukuran.

2. Peralatan dan Perlengkapan
a. Yalon dan Patok
b. Pita Ukur minimal 30 m
c. Alas tulis dan Catatan

3. Keselamatam Kerja
a. Pakailah selalu pakaian kerja, topi, dan sepatu lapangan.
b. Dalam bekerja tidak bolah bersenda guarau/bercanda.
c. Dalam menarik pita ukur harus diperhatikan tidak bolah terlipat/kusut.

64

d. Jagalah alat jangan sampai hilang/rusak.
e. Kembalikan semua alat dalam keadaan lengkap dan bersih.

4. Langkah Kerja
a. Tentukan batas daerah yang akan diukur dan sket daerah tersebut
dengan lengkap pada buku catatan.
b. Tempat yalon di titik P1, P2, P3, P4, P5, dan P6.
c. Ukurkan jarak dengan pita ukur yalon P1 – P2 (S1), yalon P2, - P6 (S2),
dan Yalon P1 – P6 (S3), Yalon P2 – P5 (S4), Yalon P5 – P6 (S5), dan
seterusnya, sehingga membentuk rangkaian segitiga.
d. Semua sisi jarak segitiga pada daerah tersebut (S1, S2, S3, S4, S5, S6)
harus diukur dan dicatat pada buku catatan.
e. Menghitung luas daerah yang diukur adalah dengan menjumlahkan
masing-masing luas segitiga dengan menggunakan rumus.
f. Misalnya L segi tiga I (P1 P2 P6) = S (S  S1)(S  S2 )(S  S3 )

g. Catatan : S 12 S1 S2 S3 

h. Demikian sterusnya sampai segitiga terakhir, sehingga daerah tersebut
dapat dihitung luasnya dan dapat digambar.

65

Gambar 32
Contoh Soal :
Diketahui Jarak P2 -P1 (S1) = 30,000m

Jarak P2 P6 (S2) = 40,000m
Jarak P1 P6 (S2) = 50,000m
Ditanyakan : Hitung Luas Segitiga P2 P1 P6 =

S = (30m+40m+50m):2 = 60m
Luas Segitiga P2 P1 P6 =  (60 x (60 – 30) x (60 – 40) x (60 – 50))
Luas Segitiga P2 P1 P6 = 600m2

66

n. Menghitung Hasil Pengukuran Luas Dengan Cara Rangkaian Segitiga

Gambar 33

Untuk meyelesaikan luas bidang tanah seperti gambar di atas, kita harus
membagi segi diatas menjadi beberapa rangkaian segitiga.
Kemudian cara menyelesaikannya sebagai berikut:
Luas segi tiga I + Luas segi tiga II + Luas segi tiga III + Luas segi tiga IV
+ Luas segi tiga V + Luas segi tiga VI.

Untuk luas segitiga I :

L  SS  aS  bS  h   L 1

S  1 keliling  a  b  h
2 2

Gambar 34

Untuk segi tiga II:

L  SS - bS - cS - hL 2

S  12keliling  c  b  h
2

67

Gambar 35

Untuk segi tiga III:

L  SS - cS - dS - hL 3

S  12keliling  c  b  h
2

GGamambabrar3636

Untuk segi tiga IV:

L  SS - dS - eS - hL 4

S  12keliling  d  e  h
2

Gambar 37

68

Untuk segi tiga V:

L  SS - eS - f S - hL 5

S  ef h
2

Gambar 38
Untuk segi tiga VI:

L  SS - f S - gS - hL 6

S f gh
2

Gambar 39
Luas bidang yang beraturan diatas :
L = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6
Bila melihat gambar di atas, kita akan mendapatkan titik-titik ABCDEFG
yang membentuk sudut. Untuk mengetahui besarnya sudut, dalam
pengukuran itu kita menggunakan alat yang didebut Kompas/Theodolite.

69

Gambar 40

Latihan I

Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar diatas panjang sisi-sisinya:

AF = 30 m AB = 55 m

AE = 25 m BD = 33 m

FE = 10 m DC = 11 m

AD = 32 m BC = 32,50 m

AF = 8 m
Hitunglah luas bidang di atas

Latihan II
Diketahui : hasil pengukuran seperti gambar di bawah ini.
Ditanya : tentukan luas bidang tersebut!

Gambar 41

70

Panjang sisi-sisinya: AF = 10 m EF = 10 m
AB = 17,50 m BC = 9 m
AC = 19,80 m CD = 9,50 m
AD = 22,50 m DE = 8 m
AB = 18 m

Ditanya : Luas bidang di atas

m. Menghitung hasil pengukuran Luas Dengan Cara Koordinat

Contoh Soal:

1) Dengan rumus silang :

Koordinat

Station X Y 2 x Luas

A +3 +4 2 x luas = (3 x 3) - (4 x 6) = 21 - 24 = -3
B +6
C +8 +7 = (6 x 2) - (7 x 8) = 12 - 56 = -44
A +3
+2 = (8 x 4) - (2 x 3) = 32 - 6 = 21

+4 Jumlah harga mutlak = -21

jadi luas tersebut = ½ x 21 =

10.50 m2

2). Jika Peta terletak di kwadran I, II, III dan IV

Lihat Gambar. Y
D(-1,+5)

kw IV (-x,+y) C(+4,+3)
kw. I (+x,+y)

X

B(+6,-1)

E(-3,-2)

kw. III (-x,-y) A(+2,-3) kw. II (+x,-y)
Gambar 42

71

Luas gambar dapat dihitung dengan sistem koordinat

Station Koordinat 2X Beda Cara Cara
Garis (double X) Y 2 x luas Silang
XY

A +2 -3 +8 +2 +16 (2x-1)-(3x6) =16
B +6 -1 AB +10 +4 +40 (6x3) -(-1x4)=22
C +4 +3 BC +3 +2 + 6 (4x 5)-(3x-1)=23
D - 1 +5 CD -4 -7 +28 (-1x-1)-(5x-3)=17
E - 3 -2 DE -1 -1 + 1 (-3x-3)-(-2x2)=13
A +2 -3 EA

jml = 91 jumlah =91
Luas=1/2
x91=45.50 luas=1/2x91=45.50
m2
m2

Soal Latihan :

1. Hitunglah luas sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEF

yang masing-masing titik mempunyai koordinat sbb :

A = (1, 3) C = (8, 7) E = (7, 11)

B = (7, 2) D = (10, 8) F = (1, 8)

2. Sebuah bidang tanah yang dibatasi titik ABCDEFG, masing-masing

titik-titik mempunyai koordinat :

A = (2, 2) C = (10, 4) E = (5, 7) G = (1, 5)

B = (8, 1) D = (8, 8) F = (3, 8)

E = (6, 10) F = (0, 8)

Ditanya :Luas bidang tanah yang dibatasi oleh titik- titik tersebut

di atas

3. Perlengkapan/ Peralatan Survei dan Pemetaan jenis Optik.
3.1. Sipat Datar (Level)
Sipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan pemetaan
yang biasa digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang
satu dengan titik-titik lainnya, serta dapat pula mengukur jarak
(disebut jarak optik = jarak tidak langsung)

72

3.1.1 Bagian-bagian Alat Sipat Datar :
Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang

menumpu pada kepala statip yang mana mempunyai
lubang sekrup untuk mengunci agar pesawat menyatu
secara kuat dengan statip
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk
menyetel gelembung nivo tabung agar kedudukan nya
ditengah-tengah, sehingga garis acuan sejajar dengan
bidang horizontal
Kiap Atas (Tribrach) adalah landasan utama tempat berdirinya
puncak tiga sekrup penyetel. Disamping itu juga sebagai
pemikul bagian atas badan pesawat.
Teropong, didalamnya terdapat lensa objektif (di muka) dan lensa
okuler (di belakang). Juga terdapat garis bidik, yakni garis
khayal yang menghubungkan antara titik potong benang
silang diafragma dengan titik tengah lensa objektif,
diteruskan ke target/sasaran. Teropong ini hanya dapat
diputar pada sumbu kesatu.
Nivo Tabung/Kotak adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman
penyetelan pesawat agar garis bidiknya sejajar dengan
garis arah nivo. Nivo ini diletakkan menjadi satu dengan
teropong.
Lensa Objektif, adalah salah suatu lensa pada teropong yang
letaknya dibagian depan, dan paling besar
Lensa Okuler, adalah salah suatu lensa pada teropong yang letaknya
dibagian belakang yang lebih kecil dari lensa objektif.
Cincin/Lingkaran Pengatur Diafragma, adalah alat yang digunakan
untuk mengatur agar gambar/bayangan target kelihatan
jelas didalam teropong.

Pada dasarnya alat Sipat Datar dapat dibedakan atas tiga tipe/jenis,
diantaranya :

73

a. Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)
Alat Sipat Datar tipe Kekar adalah jenis alat Sipat Datar yang konstruksinya
solid dan sangat sederhana.

Gambar 43
Alat Sipat Datar Tipe Kekar (Dumpy Level)
Ciri-ciri alat Sipat Datar Tipe Kekar adalah : Garis bidik telah dibuat
tegak lurus terhadap sumbu kesatu oleh pabriknya, sehingga jika
gelembung nivo telah berada ditengah-tengah, ini berarti :
- garis arah nivo mendatar
- karena garis arah nivo sejajar dengan garis bidik dan garis bidik
tegak lurus dengan sumbu kesatu, maka garis arah nivo tegak lurus
dengan sumbu kesatu (sb. I).
b. Alat Sipat Datar tipe Ungkit (Tilting Level)
Adalah jenis alat Sipat Datar, yang bagian atas dan bawahnya dipisahkan
oleh sebuah engsel atau sendi, sehingga teropongnya dapat diungkit naik
maupun turun (ke atas / ke bawah) sedikit demi sedikit, agar kedudukan
garis bidik tegak lurus dengan sumbu kesatu, seperti diperlihatkan pada
gambar 2.

74

Bagian-bagian dari Alat Sipat Datar Tipe Ungkit :
Kiap Bawah (Trivet Stage) : adalah landasan pesawat yang menumpu pada
kepala statip seperti pada tipe kekar
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran : adalah tiga buah sekrup untuk menyetel
gelembung nivo tabung/kotak, sehingga sumbu kesatu tegak lurus dengan
bidang acuan nivo dan benang silang mendatar.

Gambar 44
Alat Sipat Datar Tipe Ungkit
Kiap Atas (Tribrach) adalah tempat kedudukan nivo kotak serta engsel.
Teropong, agak berbeda dengan tipe kekar, karena didalam/diluar
teropongnya terdapat nivo tabung (nivo koinsidensi)
Nivo Tabung/nivo koinsidensi adalah satu nivo yang digunakan untuk
pedoman sejajar tidaknya garis bidik dengan garis acuan nivo.
Nivo Kotak, adalah nivo untuk pedoman bahwa sumbu kesatu telah tegak
lurus dengan bidang acuan nivo
Sendi (Engsel), untuk penghubung bagian bawah dan atas pesawat, dimana
melalui engsel inilah teropong dapat diungkit keatas/kebawah,
agar garis bidiknya sejajar dengan garis acuan nivo dengan
pedoman nivo tabung atau nivo koinsidensi.

75

Sekrup Pengungkit, digunakan untuk mengungkit teropong ke atas / ke
bawah, sehingga gelembung nivo tabung/koinsidensi seimbang,
yang berarti garis bidik tegak lurus sumbu kesatu.

c. Alat Sipat Datar Tipe Otomatis (Automatic Level)
Konstruksinya telah dilengkapi dengan bandul (kompensator) otomatis,
sehingga meskipun garis bidik belum dibuat tegak lurus dengan sumbu kesatu
oleh pabriknya, tetapi bila gelembung nivo kotak telah ditengah, secara
otomatis semua syarat-syarat telah terpenuhi. Selain itu, konstruksinya
biasanya kedap air.

Gambar 45
Alat Sipat Datar Tipe Otomatis

Bagian-bagian Alat Sipat Datar tipe Otomatis
Kiap bagian Bawah adalah landasan pesawat yang menumpu pada kepala

statip, yang mana mempunyai lubang sekrup pengunci seperti pada
alat Sipat Datar lainnya.
Sekrup-sekrup Penyetel Kedataran, terdiri dari tiga buah sekrup yang
gunanya untuk menyetel nivo kotak, sehingga arah sumbu kesatu
tegak lurus garis acuan nivo.
Teropong, yang terdiri dari tiga bagian lensa obyektif, prisma penegak (prism
a) atau disebut “bandul/kompensator”, prisma penegak (prism b),

76

dua lensa focus, dua bagian kaca tempat goresan benang silang
diafragma dan tiga bagian lensa penyetel bayangan benang silang

Gambar 46 : Susunan Lensa
Pada Teropong Sipat Datar Otomatis
Nivo Kotak, adalah nivo yang digunakan sebagai pedoman penyetelan sumbu
kesatu tegak lurus bidang acuan nivo, yaitu bila gelembung nivo
kotak telah ditengah.
Lingkaran Mendatar, adalah suatu lingkaran pada mana tercantum skala
sudut datar dari 0o sampai 360o
Tombol Pengatur Fokus, adalah suatu tombol yang digunakan untuk
menyetel ketajaman objek gambar (target), yang mana ada yang
diberi tanda/petunjuk arah (tidak terhingga), sehingga dapat memutar
kearah yang benar.

Sebelum membahas tentang penggunaan pesawat Sipat Datar, yang harus
diketahui terlebih dahulu yaitu persyaratan yang harus dipenuhi setiap alat
ukur Sipat Datar, yaitu :
 Syarat Utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis acuan

nivo
 Syarat Kedua : garis acuan nivo harus tegak lurus dengan sumbu kesatu
 Syarat Ketiga: garis mendatar benang silang harus tegak lurus dengan

sumbu kesatu

77

Cara Menyetel Alat Sipat Datar
1. Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
2. Memasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan pesawat ke

landasan kepala statif,
3. Menyetel nivo kotak, dengan cara:
a. Memutar skrup A,B secara bersamaan (kearah masuk semua atau keluar

semua, bila tampak atas gerakannya gelembung nivo kekiri atau kekanan),
b. Sedangkan untuk menepatkan agar gelembung nivo di tengah tengah

lingkaran, ganti dengan memutar skrup yang satunya yaitu skrup C dengan
gerakan masuk atau keluar.(kalau tampak dari atas, gerakannya ke bawah
atau ke atas.
c. Bila ternyata belum tepat di tengah – tengah, maka lakukan langkah a dan b
berulang – ulang hingga gelembung nivo tepat di tengah tengah lingkaran.

Gambar 47 Gambar 48

4. Memeriksa kembali kedudukan gelembung nivo kotak dengan cara
memutar teropong kesegala arah. Jika posisi gelembung nivo bergeser,
maka setel nivo beberapa kali lagi, hingga pada saat pesawat diputar
kesegala arah gelembung nivo tidak bergeser.

2.2. Sipat Ruang/Theodolite
Alat Sipat Ruang/Theodolite adalah salah satu alat pada lingkup survai
pemetaan, dimana digunakan untuk mengukur besarnya sudut datar, sudut
miring/zenit, dan bisa juga mengukur jarak optik dengan cara pengukuran
Tacheometry/ Takimetri.
Sipat Ruang/Theodolite pada umumnya dikenal ada dua macam, yaitu Sipat
Ruang/Theodolite Reiterasi dan Sipat Ruang/Theodolite Repetisi

78

2.2.1 Sipat Ruang Reiterasi/Theodolie Reiterasi
Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi adalah alat pengukur sudut datar, lereng,

jarak optic dan beda tinggi. Dimana lingkaran skala mendatar
menjadi satu dengan kiap, sehingga lingkaran skala mendatar tidak
dapat diputar-putar (gambar 5)
Karena konstruksinya demikian, maka bacaan lingkaran mendatar untuk suatu
target tertentu adalah sembarang (tidak bisa di nolkan). Sehingga
besar sudut
yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan kedua target adalah
bacaan muka dikurang bacaan belakang (untuk sudut yang atas),
sedangkan bacaan belakang dikurangi bacaan muka adalah untuk
sudut yang bawah.

Gambar 49
Bagian-bagian dari Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi
Lingkaran Skala Tegak, adalah suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut
vertikal untuk mengetahui besarnya sudut lereng/zenith (untuk
perhitungan Tacheometry/Takimetri).
Nivo Indeks Lingkaran Tegak, adalah nivo yang dipakai sebagai pedoman
penyetelan garis bidik supaya tegak lurus terhadap sumbu kedua, bila

79

gelembung nivonya telah ditengah-tengah. Bila kedudukan nivo belum
seimbang, maka sudut lereng/ zenith belum boleh dibaca. (ada alat yang
otomatis).
Teropong, terdapat lensa obyektif (di depan) dan lensa okuler (di belakang).,
ada juga yang sudah diberi lensa pembalik dan ada yang belum
Penyangga Sumbu Mendatar, adalah termasuk pesawat bagian tengah, yang
terdapat nivo kotak, sekrup pengunci gerakan vertical, lubang
penerangan, sekrup penggerak halus vertical, pengunci dan penggerak
halus gerakan horizontal serta knop micrometer sudut.
Lingkaran Mendatar, suatu lingkaran dimana terdapat skala sudut mendatar,
dan ada juga yang diberi kompas.
Kiap, adalah landasan yang berkaki tiga, dan terdaat tiga buah sekrup (disebut
sekrup kaki kiap), yang berguna untuk menyetel agar sumbu kesatu tegak
lurus dengan sumbu kedua dan juga pada bidang acuan nivo.

2.1.2 Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi ini pada prinsipnya adalah
sama dengan alat Sipat Ruang/Theodolit reiterasi, bedanya adalah dalam
hal konstruksinya.
Dimana lingkaran skala mendatar dapat diatur (pada sudut nol derajat)
dan juga mengelilingi sumbu tegak. Bila sekrup pengunci skala mendatar
dibuka, tidak dapat diperoleh bacaan ukuran sudut datar.
Theodolite Repetisi konstruksinya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Bagian atas, yang terdiri dari :
 Teorpong dengan konstruksinya yang tidak jauh berbeda dengan
alat Sipat Datar, lengkap dengan garis bidik
 Lingkaran Skala Tegak
 Sumbu Mendatar, dimana teropong dan lingkaran tegak berputar
 Indeks pembacaan lingkaran tegak

Bagian tengah, terdiri dari :
 Kaki penyangga, untuk mengangga sumbu mendatar

80

 Indeks pembacaan lingkaran mendatar, atau lingkaran skala
mendatar yang konsentris dengan lingkaran mendatar pertama

 Sumbu tegak, dimana seluruh bagian tengah dan atas dapat
berputar mengelilinginya.

 Nivo tabung, untuk mengatur agar sumbu tegak benar-benar tegak
lurus dengan bidang acuan nivo.

Bagian bawah terdiri dari :
 Lingkaran skala mendatar yang berputar mengelilingi sumbu tegak
 Landasan berkaki tiga (kiap)
 Sekrup kaki kiap, terdiri dari tiga buah

Gambar 50
Alat Sipat Ruang/Teodolite Repetisi

Bagian-bagian Alat Sipat Ruang Repetisi/Theodolite Repetisi

81

Lingkaran Skala Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite Reiterasi.
Nivo Indeks Lingkaran Tegak, sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi
(tetapi ada juga yang otomatis)
Teoropong, sama dengan Sipat Ruang/Theodolite reiterasi, tetapi ada juga yang

diberi nivo tabung
Penyangga Sumbu Mendatar, sama seperti alat Sipat Ruang/Theodolite

reiterasi
Lingakaran Mendatar, tidak sama dengan Sipat Ruang/Teodolit reiterasi. Sebab

lingkaran mendatarnya dapat diputar mengelilingi sumbu tegak.
Sehingga bila sekrup penguncinya dibuka (sekrup repetisi), maka
bacaan besar sudut tidak dapat diperoleh.
Kiap, sama seperti Sipat Ruang/Theodolite reiterasi
Sebelum menggunakan pesawat Sipat Ruang/Theodolite, harus diketahui
terlebih dahulu persyaratan yang harus dipenuhi setiap Sipat
Ruang/Theodolite, yaitu :
Syarat Utama : sumbu tegak (sumbu kesatu) harus tegak lurus dengan

garis acuan nivo
Syarat Kedua : sumbu mendatar harus benar-benar mendatar atau tegak

lurus dengan sumbu kesatu
Syarat Ketiga :garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua (sumbu

mendatar)
Syarat Keempat :tidak adanya salah indeks pada skala lingkaran tegak,
yang disebabkan tidak tepatnya indeks bacaan 0o lingkaran tegak jika
kedudukan garis bidik mendatar atau garis bidik tegak ke atas, tergantung dari
sudut miring/zenit yang dibaca.

c. Rangkuman.
Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan sederhana (bukan optik)
antara lain :
1. Pita Ukur, rol meter
2. Rambu Ukurr
3. Penta Prisma
4. Cermin Sudut

82

5. Kompas
6. Yalon
7. Klinometer

Yang termasuk alat – alat survei dan pemetaan jenis optik antara lain :
1. Sipat Datar (Leveling) ada 3 jenis yaitu :

1.1 Dumpy Level (sipat datar tipe kekar)
1.2 Tilting Level (sipat datar tipe jungkit)
1.3 Otuomatic Level (sipat datar tipe otomatis)

2. Sipat Ruang (Theodolite) ada 2 jenis yaitu :
2.1 Theodlite Reiterasi
2.2 Theodolite Repetisi

d. Tugas : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas
1. Apa yang membedakan sipat datar dumpy level dengan sipat datar
tilting level ?
2. Sebutkan fungsi nivo tabung pada pesawat Sipat Datar tipe kekar ?
3. Berapa jumlah nivo yang terdapat pada pesawat Sipat Datar tipe
jungkit/tilting ?. Dan Sebutkan kegunaan nivo tersebut !
4. Mengapa pesawat Sipat Datar disebut pesawat otomatis ?
5. Jelaskan perbedaan antara Sipat Ruang/Teodolite Reiterasi dengan
Sipat Ruang/Teodolite Repetisi dilihat dari konstruksinya.

Pengukuran untuk Perencanakan Bangunan
Sebelum suatu bangunan didirikan, maka terlebih dahulu harus
dilaksanakan pengukuran tanah dengan tujuan untuk mengetahui beda tinggi
permukaan tanah. Beda tinggi tanah tersebut sangat diperlukan dalam
pemerataan tanah. Dengan mendapatkan beda tingginya, maka dengan
mudah dapat diketahui permukaan tanah yang akan digali dan tanah yang
akan diurug.
Bila akan mendirikan rumah, maka kita harus ada ijin bangunan dari dinas
agraria atau dinas pekerjaan umum. Pada setiap rencana pembangunan

83

daerah, pembuatan jalan, dan rencana irigasi, terlebih dahulu tanah yang
akan dibangun harus diukur dan disahkan oleh pemerintah daerah.
Disamping itu, pekerjaan Survei dan Pemetaanmerupakan hal yang sangat
penting dalam merencanakan bangunan karena dapat memudahkan rencana
biaya.

Pengukuran untuk Membuat Peta
Untuk memberi petunjuk berapa jauh jarak dari tempat A ke tempat B,
maka kita harus membuat sket jalan dari tempat A ke tempat B.
Gambar sket tersebut walaupun tidak sempurna dinamakan peta. Untuk
praktisnya, pemerintah mulai dari tingkat desa, kabupaten, propinsi, bahkan
setiap negara mempunyai gambar daerahnya yang dinamakan peta. Peta
tersebut harus digambarkan berdasarkan hasil pengukuran tanah, baik
pengukuran secara teristis maupun secara fotogrametris.

Kegiatan Belajar 3
a. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, siswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang:
a. Menerapkan fungsi masing – masing baian dari peralatan jenis optis
b. Menerapkan teknik pengoperasian alat sipat datar (leveling) dan alat sipat

rruang (Theodilite)

PENGAMATAN 2
1. Lakukan pengamatan tentang benda-benda disekitar siswa, bagaimanakah

kedudukannya terhadap benda lain antara lain jaraknya, besarnya
(panjangnya, lebarnya, tingginya), perbedaan ketinggiannya terhadap benda
lain, misalnya perbedaan tinggi antara muka kursi dan muka meja, dsb
2. Amatilah benda-benda tersebut sebanyak-banyaknya, dan tulislah sebagai
hasil pengamatan siswa, yang mana hasil tersebut akan didiskusikan dengan
hasil pengamatan dari siswa yang lainnya.

84

b. Uraian Materi
Menerapkan pelaksanaan pekerjaan dasar-dasar survei dan pemetaan
dengan alat sipat datar

Prinsip dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar
(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah
rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan
menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.
Rumus beda tinggi antara dua titik :
T = BTB – BTM
Keterangan : T = beda tinggi
BT A = bacaan benang tengah A
BT B = bacaan benang tengah B
Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan dulu
pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :
BT = (BA + BB) / 2
Keterangan : BT = bacaan benang tengah
BA = bacaan banang atas
BB = bacaan benang bawah
Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
J = (BA – BB) x 100
Keterangan : J = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
100 = konstanta pesawat
Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan
angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di
lapangan dengan hasil dari perhitungan.

85

Kegunaan Pengukuran Tinggi (Pengukuran sipat datar) antara lain :
1. Perencanaan proyek pengairan
2. Perencanaan pembuatan jalan dan jembatan
3. Pemerataan tanah dan timbunan tanah buat bangunan besar
4. Perencanaan pembuatan jalan kerata api
5. Perencanaan terowongan melalui pengunungan (saluran dalam tanah)
6. Perencanaan Pengendalian bahaya banjir (pembuatan tanggul-tanggul)

sungai dan saluran-saluran pembuangan (untuk menghitung rancana
anggaran biaya)
7. Perencanaan pembuatan pelabuhan.
8. Perencanaan landasan kapal terbang
9. Perencanaan pengeboran tanah dan lain-lain.

A. Pengukuran beda tinggi antara 2 buah titik di lapangan dengan 3 cara:
a. Pengukuran beda tinggi dan jarak optis bila pesawat di antara 2 titik
Ada dua buah titik P1 dan P2 tentukan beda tinggi titik P1 – P2 dan jarak
P1 – P2 (lihat gambar)

Gambar 51

Diantara titik P1 dan titik P 2 :
Data hasil bacaan gambar di atas sbb:

Bacaan belakang Bacaan muka

ba = 1,475 ba = 1,950

bt = 1,375 bt = 1,750

bb = 1,275 bb = 1,550

86

Penyelesaian:

Kontrol bacaan belakang:

bt  ba  bb
2

1,375  1,475 1,275
2

 2,750
2

 ,1,375(bacaan benar)

d1 = (1,475 – 1,275) x 100
= 0,20 x 100
= 20 m (pesawat ke P1)

d2 = 1,950 – 1,550 . 100
= 0,40 x 100
= 40 m (pesawat ke P2)

D = d1 + d2
= 20 m + 40 m
= 60 m (jarak P1 – P2)

Beda Tinggi ( H) = Bacaan bt belakang – bacaan bt muka

 H P1 – P2 =1,375 – 1,750
= - 0,375 m
= - 37,5 cm (beda tinggi P1 – P2 adalah - 37,5 cm)

Latihan 1:

Diketahui hasil bacaan seebagai berikut:

Bacaan Belakang (P1) Bacaan Muka (P2)
ba = 1,375 ba = 1,475

bt = 0,875 bt = 1,075

bb = 0,375 bb = 0,675

Ditanya :

87

a. jarak (D)
b. Beda tinggi ( H)

Latihan 2:

Diketahui hasil bacaan sebagai berikut:

Bac. Belakang (P2) Bac. Muka (P3)
ba = 1,755 ba = 1,875

bt = 1,555 bt = ?

bb = ? bb = 1,555

Ditanya:
a. Jarak
b. Tinggi

b. Pengkuran jarak optis dan beda tinggi bila pesawat di atas titik P1

Gambar 52

Jarak P1 – P2 = (ba P1 – bb P2) x 100
 P1 – P2 = ta – bt P2

Contoh:

Bila hasil pengukuran dilapangan, cara diatas titik P 1 = ta = 1,475

Bacaan pesawat di titik P2
ba = 1,950

bt = 1,750

bb = 1,550

88

jawab:
Beda tinggi ( Y) P1 –P2 =

= ta – bt di P2
 H = 1,475 – 1,750

= - 0,275 m (27,5 cm)
D P1 – P2 = (ba – bb) x 100

= (1,950 – 1,550) x 100
= (0,4) x 100
= 40 m

c. Pengukuran beda tinggi bila Pesawat di luar garis ukur ke dua titik
(Polar)

Gambar 53

Contohnya seperti pada gambar di atas.
 H = bt P1 – bt P2
Untuk jarak (D) cara Polar diukur jarak langsung dengan meteran.

Contoh:
Bila hasil pengukuran dilapangann, cara Polar di luar titik.

89

Bacaan P1 Bacaan P2
ba = 1,375 ba = 1,475
bt = 0,875 bt = 1,075
bb = 0,375 bb = 0,675

Ditanya:

 t (beda tinggi) P1 – P2

Jawab :

 t P1 – P2 = bt P1 – bt P2
= 0,875 – 1,075
= - 0,2 m
= - 20 cm

B. Mengelola Pengukuran Sipat Datar Memanjang Bebas
Jika jarak antara dua titik P1 - Px yang harus ditentukan selisih

ketinggiannya menjadi demikian besar, sehingga tidak mungkin diukur dengan
satu kali pesawat berdiri di antara titik atau kondisi medan yang tidak mungkin
diukur satu kali maka pengukuran beda tinggi harus dilakukan waterpas
memanjang dengan beberapa kali berdiri pesawat di antara titik.

Jarak bidik untuk menghasilkan nilai beda tinggi dan jarak agar lebih
teliti, jarak antara titik ke pesawat ±30-40 m. Untuk menanggulangi apabila
kondisi medan seperti di atas maka pengukurannya harus dilakukan sebagai
berikut.

1. Jumlah slag harus genap
2. Mengggunakan 1 bh rambu ukur
3. Jumlah jarak belakang harus sama dengan jumlah jarak muka

90

Gambar 54

Keterangan :
Slag/ Seksi adalah tiap/satu langkah pengukuran (satu kali stel pesawat, untuk
satu kali bacaan belakang satu kali bacaan muka)
Contoh bila jumlah slag genap, dan jumlah jarak belakang (∑ JBelakang) harus
sama (∑ JMuka) sebagai berikut (lihat gambar di atas)

Misal : d1 = 15m; d3 = 25m; d5 = 30m;
d2 = 15m; d4 = 25m; d6 = 20m;
Jarak P 4 - P X = 60 m
d7 = ? m dan d8 = ? m
Penyelesaian :
d1 + d3 + d5 + d7 = 15m + 25m + 30m + d7 = 70m + d7
d2 + d4 + d6 + (60 - d7) = 15m + 25m + 20m + 60m - d7 = 120m - d7
70m + d7 =120m - d7
2 d7 = 50m
d7 = 25m
Maka d8 = 60m - d7

91

d8 = 60m – 25m

d8 = 35m.
Kesempulannya, pada slag terakhir Pesawat diletakkan pada jarak 25m dari titik

P4 atau pada jarak 35m dari titik P5.
Contoh Lembaran Laboratorium
Judul Praktek : “MENYIPAT DATAR MEMANJANG”
Nama Pengukur :…………………. Hari/tanggal:………………….
Nama + No. Alat :…………………..…..Waktu:………………….…….
Lokasi Pengukuran :……………...…..….. Regu : ……………………..….

Stasiun Stand I Stand II Beda Tinggi k
Alat BTB BTM Rata-rata
o

No. Jarak BTB BTM t 1 t t1  t2 r Tinggi
TTK (d) 2 e TTK Ket
M 2 k

s

i

2.140 2041 +10.000
__ P1 2.045 1243 1832
1562 1552
1.950 1864 1321

A 1.340 1.950 1445
__ P2 1.240 1.835

1.140 1.735

B 1.660 1.750
__ P3 1.560 1.550

1.460 1.350

C 1.970 1.420
__ P4 1.870 1.320

D 1.770 1.220

__ Px 1.650
1.450
1.250

Untuk hasil pengkuran dilapangan seperti diatas maka langkah kita untuk
menyelesaikan tabel diatas adalah;
Yang harus diselesaikan pengisiannya setelah pengambilan data.
1. d (jarak)
2. t1 (beda tinggi)
3. Tinggi titik
Cara penyelesaian untuk mendapatkan jarak P1 – P2 sbb:

92

1. Cara mencari jarak P , -A(Pesawat)

d P1-A = (2.140-1.950). 100
= 0,190 x 100
= 19 m.

2. Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat)

J P2-A = (1.935-1735). 100
= 0,200 x 100
= 20 m

Jadi jarak P1 - P2 = (J P1 - A) + (J P2 - A)
= 19 m + 20 m
= 39 m.

Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2.

∆ t = bt belakang - bt muka .
∆ t = 2,045 -1,835

= 0,210 m = 21 cm
Pekerjaan mencari jarak
P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX dan beda tinggi P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX,
kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P1 – P2 di
atas.

3. Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb:

P2 = P1 +  t P1-P2

P3 = P2 +  t P2-P3

Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-)
dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau

menambah tinggi dari awal.

Contoh :

Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P1) = +
10,000m maka tinggi titik P2 = P1 ±  t P1 – P2

93

t P1 - P2 = + 0,210 m
P2 = 10,000m + 0,210m
Tinggi titik P2 = 10,210m
Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas.

Contoh Hasil Pengukuan Sipat Datar memanjang sbb (lihat halaman
berikut)

4. Cara mencari jarak P , -A(Pesawat)

DP1-A = (2.140-1.950). 100
= 0,190 x 100

= 19 m.

5. Cara mencari jarak P2 - A (Pesawat)
DP2-A = (1.935-1735). 100
= 0,200 x 100

= 20 m

Jadi jarak P1 - P2 = (DP1 - A) + (DP2 - A)
= 19 m + 20 m

= 39 m.

Cara penyelesaian untuk mendapatkan beda tinggi P1 - P2.

t = Bt belakang - Bt muka .

t = 2,045 -1,835

= 0,210 m = 21 cm

Pekerjaan mencari jarak
P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX dan beda tinggi P2 – P3 ; P3 – P4 ; P4 – PX,
kita harus melakukan seperti contoh jarak dan beda tinggi P1 – P2
diatas.

6. Cara mencari tinggi titik (Tx) sbb:
P2 = P1  t P1 – P2 atau P2 = P1+  t P1-P2

P2 = P1  t P1 – P2 atau P2 = P1+  t P1-P2

94

Melihat ketentuan mencari tinggi P2 mempunyai perbedaan minus (-)
dan positif (+), tanda ini menunjukkan untuk mengurangi atau
menambah tinggi dari awal.
Contoh:
Bila pada lokasi pengukuran seperti di atas tinggi titik awal (P1) = +
10,00 maka tinggi titik P2 = P1, ±  t P1 - P
t P1 - P2 = + 0,210 m
P2 = 10,00 + 0,210

= 10,210 (tinggi titik P2)
Untuk menyelesaikan tinggi titik P3 - P4 - Px, kerjakan seperti di atas.
C. Pengukuran Sipat Datar Memanjang Double Stand
Pengukuran sipat datar memanjang double stand digunakan untuk
mengelimine kesalahan masuknya statif kedalam tanah (Tanahnya labil)
Pada dasarnya langkah kerjanya seperti mengukur beda tinggi, namun pada
stand ke dua rambu yang dibidik yang muna terlebih dulu, setelah itu baru
pesawat dibidikkan kearah belakang.
Hasil perhitungan beda tinggi pada stand pertama (I), ditambah hasil
perhitungan beda tinggi stand kedua (II) , kemudian dibagi dua = beda tinggi
rata – rata.

95


Click to View FlipBook Version