Masalah sosial sebagai akibat
globalisasi
Globalisasi Modernisasi Westernisasi
Pengertian Proses Faktor pendorong Pengertian Ciri-ciri
globahGlo globahGlo globahGlo
Pengaruh Perkembangan
globalisasi balisasi globalisasi balisasi balisasi
terhadap
munculnya Tantangan Syarat- Dampak
masalah globalisasi syarat globahGlo
globahGlo
sosial balisasi balisasi
Positif Negatif
globahGlo globahGlo
balisasi balisasi
Perubahan sosial yang bersifat luas meliputi seluruh dunia adalah terjadinya modernisasi dan
globalisasi. Perubahan sosial tersebut menjadi bagian nyata dari perkembangan masyarakat dunia. Secara
ideal modernisasi dan globalisasi membawa dampak positif bagi perkembangan kehidupan masyarakat
dunia, walaupun demikian tidak kita pungkiri ada dampak negatif yang menyertai perubahan-perubahan
tersebut.
1. Modernisasi
Gambar Bangunan-bangunan besar di ibukota Jakarta sebagai
fenomena kemajuan teknologi dan modernisasi
Modernisasi pada awalnya berkembang pada abad XVIII di Eropa, ketika ditemukannya mesin uap dan
mesin pemintal untuk tekstil. Perkembangan tersebut merupakan landasan berkembangnya industri di
berbagai bidang kehidupan masyarakat Eropa, yang dikenal dengan Revolusi Industri. Perubahan
penggunaan alat-alat industri berawal di Inggris dan kemudian menyebar ke berbagai Negara di Eropa.
Peristiwa industrialisasi tersebut ternyata sejalan dengan Revolusi Perancis yang menentang dan
menghancurkan hak-hak istimewa yang dimiliki secara turun temurun oleh sekelompok orang (kaum
feodal) dan munculnya persamaan hak setiap warganegara, sehingga hal ini merupakan awal munculnya
demokratisasi di Eropa.
Perkembangan modernisasi selanjutnya tidak terbatas pada industri dan demokrasi saja, tetapi
menyangkut pula berbagai bidang kehidupan lain yang saling berhubungan. Dengan demikian, kemajuan
suatu bidang kehidupan akan diikuti oleh bidang-bidang kehidupan lain, yaitu : kemajuan ilmu pengetahuan
akan diikuti oleh teknologi, kemajuan kebendaan atau material yang digunakan setiap manusia harus
diimbangi sikap mental untuk menyesuaikan diri dengan benda yang dimilikinya, jika tidak akan dianggap
sebagai orang yang ketinggalan jaman atau ketinggalan kebudayaan.
A. Pengertian Modernisasi
Beberapa ahli sosiologi mengemukakan pendapatnya tentang pengertian modernisasi sebagai
berikut.
a. Alex Inkeles
Modernisasi adalah sikap-sikap tertentu yang menandai manusia dalam setiap masyarakat modern.
b. Astrid S. Susanto
Modernisasi adalah proses pembangunan yang diberikan oleh perubahan demi kemajuan.
c. Harold Rosenberg
Modernisasi merupakan suatu tradisi baru. Modernisasi mengacu pada urbanisasi atau sejauh mana
dan bagaimana pengikisan sifat-sifat pedesaan suatu masyarakat berlangsung.
d. Ogburn dan Nimkoff
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-faktor rehabilitasi.
Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif.
e. Louise Irving Horowitz
Modernisasi yang nonideologis pada dasarnya merupakan salah satu istilah teknologi bukan suatu
istilah penilaian. Modernisasi menyangkut penggantian tenaga kerja manusia oleh mesin-mesin,
berkaitan dengan komunikasi informasi dalam tempo cepat, pemindahan orang dan barang dengan
cepat, otonomi jasa, dan lain-lain.
f. Soerjono Soekanto
Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya merupakan perubahan sosial yang
terarah (directed change) yang didasarkan pada suatu perencanaan yang disebut social planning.
g. Widjojo Nitisastro
Modernisasi mencakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau
pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah ekonomis dan politis.
h. Schoorl
Tipologi masyarakat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu :
1) Masyarakat primitif,
2) Masyarakat desa di daerah pedalaman lama,
3) Masyarakat kota praindustri,
4) Masyarakat industri modern.
Dari keempat pembagian masyarakat tersebut masih dapat diringkas menjadi dua kelompok, yakni
masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
Berikut perbedaan antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
Masyarakat Tradisional Masyarakat Modern
a. Berpikir magis dan mistik/rasional. a. Berpikir rasional.
b. Berorientasi pada tradisi setempat. b. Berorientasi pada perubahan dan inovasi
c. Tingkat diferensiasi sosial rendah.
d. Tingkat spesialisasi rendah. baru.
e. Pembagian kerja secara mekanis. c. Tingkat diferensiasi sosial tinggi.
d. Tingkat spesialisasi tinggi.
f. Corak pedesaan. e. Pembagian kejra secar organis.
g. Tingkat urbanisasi rendah. f. Corak perkotaan.
h. Media komunikasi lisan, tatap muka. g. Tingkat urbanisasi tinggi.
i. Basis ekonomi pertanian. h. Media komunikasi elektronik, tidak
j. Teknologi sederhana.
k. Kepemimpinan berdasarkan keturunan. langsung.
l. Kekuasaan berdasarkan harisma. i. Basis ekonomi industri.
j. Teknologi tinggi.
k. Kepemimpinan berdasarkan kualitas
pribadi.
l. Kekuasaan berdasarkan partisipasi rakyat.
Menurut Neil Smelser menyatakan :Modernisasi sebagai transisi multidimensional yang meliputi enam
bidang :
a. Modernisasi di bidang ekonomi berarti :
1) mengakarnya teknologi dalam ilmu pengetahuan.
2) bergerak dari pertanian subsistensi ke pertanian komersial.
3) penggantian tenaga binatang dan manusia oleh energi benda mati dan produksi mesin.
4) berkembangnya bentuk pemukiman urban dan konsentrasi tenaga kerja di tempat tertentu.
b. Di bidang politik, ditandai oleh transisi dari kekuasaan suku ke system hak pilih, perwakilan, partai
politik, dan kekuasaan demokratis.
c. Di bidang pendidikan modernisasi meliputi penurunan angka buta huruf dan peningkatan perhatian
pada pengetahuan, ketrampilan dan kecakapan.
d. Di bidang agama ditandai oleh sekulerisasi.
e. Di bidang kehidupan keluarga ditandai oleh berkurangnya peran ikatan kekeluargaan dan makin
besarnya spesialisasi fungsional keluarga.
f. Di bidang stratifikasi berarti penekanan pada mobilitas dan prestasi individual ketimbang pada status
yang diwarisi.
B. Ciri-Ciri Masyarakat Modern
Modernisasi dapat terwujud apabila masyarakat memiliki sikap modern. Menurut Alex inkeles,
Ada 9 ciri manusia modern yaitu:
1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini
3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan
4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Memiliki rasa percaya diri
6. Memiliki tingkat organisasi tinggi dan perhitungan/perencanaan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjunjung tinggi prestasi
C. Syarat-Syarat Modernisasi
Modernisasi adalah suatu proses yang menjadikan hidup sesuai dengan keadaan zaman. Dalam
modernisasi diperlukan sikap yang sesuai dengan kemajuan zaman. Perubahan zaman sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modernisasi ditujukan untuk mengurangi beban hidup
manusia. Dengan modernisasi maka kehidupan manusia akan semakin mudah, nyaman, produktif dan
mendapatkan nilai tambah.
Tidak semua perubahan sosial merupakan wujud modernisasi. Sebab banyak perubahan yang
terjadi tidak memiliki sangkut paut dengan modernisasi, seperti terjadinya perubahan atau
perkembangan mode pakaian dan gaya rambut.
Ada sejumlah syarat yang harus ada agar modernisasi bisa berlangsung. Menurut Soerjono
Soekanto syarat-syarat yang harus ada agar terjadi modernisasi adalah :
1. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan telah tertanam kuat di
kalangan pemegang kekuasaan maupun di kalangan masyarakat luas.
2. Sistem administrasi Negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
3. Sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada lembaga atau badan tertentu,
seperti BPS (Badan Pusat Statistik).
4. Penciptaan suasana yang menyenangkan (favourable) bagi masyarakat terhadap modernisasi,
terutama lewat media massa. Hal ini dilakukan secara bertahap karena berhubungan erat dengan
sistem kepercayaan masyarakat.
5. Tingkat organisasi yang tinggi. Hal ini berarti menuntut disiplin yang tinggi. Konsekuensinya
adalah pengurangan kebebasan atau kemerdekaan. Tanpa organisasi yang baik, mustahil
modernisasi dapat terlaksana.
6. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (social planning). Apabila hal itu tidak dilakukan,
maka perencanaan akan terpengaruh oleh keuatan-kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang
ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.
Orang melakukan modernisasi karena tedorong oleh keinginan-keinginan untuk:
1. Hidup lebih praktis dan lebih nyaman. Salah satu tujuan pembangunan taman-taman, jalur hijau,
jalan tol, pasar swalayan, jalan laying, dan sarana-sarana lainnya adalah supaya hidup lebih
nyaman.
2. Meningkatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produksi. Hal ini misalnya dilakukan dengan
mekanisasi pertanian, komputerisasi, pendidikan dan pelatihan.
3. Mendapat sesuatu yang lebih banyak (nilai tambah), lebih bermutu, lebih bagus, lebih hemat
tenaga, dan lebih baik. Misalnya, pengunaan alat-alat modern dalam bidang industri, kedokteran,
perbankan, dan berbagi pelayanan umum lainnya.
D. Dampak Modernisasi
Modernisasi sejatinya meliputi bidang-bidang yang sangat kompleks. Mau tidak mau
masyarakat harus menghadapi modernisasi. Modernisasi pada awalawalnya akan mengakibatkan
disorganisasi dalam masyarakat. Terlebih lagi bila sudah menyangkut nilai-nilai dan norma-norma
masyarakat. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan kecenderungan yang ada
dalam masyarakat di masa mendatang. Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang, sehingga
upaya mencapai kemajuan dilakukan dengan berbgai strategi. Kita melaksanakan pembangunan
sebagai proses modernisasi untuk mencapai kualitas kehidupan manusia Indonesia agar tidak kalah
dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju. Untuk itu, peran aktif masyarakat sangat diperlukan. Perlu
diingat, bahwa dalam melakukan modernisasi kita tidak boleh menghilangkan unsur-unsur asli
kebudayaan Indonesia yang masih relevan.
Bangsa Indonesia harus selektif mencapai kemajuan, dengan memfilter (menyaring) unsur-unsur
kebudayaan dari luar yang tidak sesuai dengan ideologi dan nilai-nilai moral. Modernisasi bukan berarti
westernisasi (pembaratan), sebab banyak budaya Barat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita
Modernisasi membawa dampak baik positif maupun negative dalam masyarakat
Dampak Positif Modernisasi antara lain adalah :
a. Tercapainya kemajuan kebudayaan bangsa,
b. Tercapainya keadaan masyarakat yang lebih sejahtera,
c. Meningkatnya transportasi dan komunikasi,
d. Meningkatnya sektor ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
Sedangkan Dampak Negatif dari Modernisasi adalah : Pencemaran lingkungan akibat limbah Nuklir
a. Pudarnya pengetahuan tradisional.
b. Pudarnya sistem kepercayaan atau religi
tradisional.
c. Bergesernya nilai-nilai budaya akibat
kemajuan di bidang teknologi dan
pengetahuan.
d. Melemahnya etos kerja tradisional.
e. Meningkatnya angka kriminalitas dan
kenakalan remaja (dekadensi moral)
f. Meningkatnya tingkat pencemaran
lingkungan.
g. Menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi.
h. Disintegrasi sosial
E. Westernisasi
Westernisasi berasal dari kata “west” yang berarti barat, Westernisasi berarti proses
pembaratan, perilaku seperti yang dilakukan oleh orang Barat (Eropa dan Amerika). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, westernisasi berarti pemujaan terhadap Barat secara berlebihan.
Istilah modernisasi sering sekali disalahartikan. Orang menganggap modernisasi sebagai
westernisasi, terutama pada sikap para pelakunya cenderung selalu meniru secara mutlak pengaruh
Barat masuk. Jika orang tidak mengikuti cara ini, orang itu akan dianggap tidak modern walaupun
sebenarnya banyak pengaruh Barat yang masuk tidak cocok ditiru oleh bangsa kita.
Menurut Koentjaraningrat, westernisasi adalah usaha meniru gaya hidup orang Barat. Hal
tersebut berarti westernisasi merupakan proses peniruan secara berlebihan mengenai pola perilaku dan
pergaulan hidup orang Barat, seperti model rambut, baju, perilaku pergaulan remaja, kebiasaan
minum-minuman keras, hidup serumah tanpa ikatan perkawinan (semen leven) dan sebagainya.
Menurut Koentjaraningrat modernisasi dengan westernisasi memiliki perbedaan. Dikatakan
modernisasi pada dasarnya adalah upaya untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi kekinian.
Ini berarti bahwa mengubah sikap-sikap mental yang tidak sesuai lagi dengan mental zaman sekarang
(coba lihat ciri-ciri manusia modern).
2. Globalisasi
Orang memandang globalisasi hanya sebagai fenomena dalam bidang ekonomi. Memang benar
bahwa factor ekonomi merupakan bagian integral globalisasi dan paling mudah dideteksi gejala-gejalanya.
Gejala-gejala global ekonomi antara lain: munculnya kesepakatan perdagangan bebas dan munculnya
begitu banyak perusahaan multinasional dan transnasional. Perusahaan-perusahaan itu beroperasi melintasi
batas-batas Negara, mempengaruhi proses produksi global dan penyebaran tenaga-tenaga kerja
internasional. Namun demikian, globalisasi bukan hanya fenomena ekonomi. Globalisasi adalah fenomena
yang bersama-sama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
bidang-bidang kehidupan lainnya.
A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi berasal dari kata global yang berarti secara umum dan keseluruhan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia.
Namun, secara umum globalisasi dapat berarti proses integrasi bangsa-bangsa di dunia ke dalam sebuah
system global yang melintasi batas-batas suatu Negara.
Menurut Selo Soemardjan, globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama, misalnya terbentuknya PBB, OKI, ASEAN beserta hukum-hukum
internasional seperti hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam Piagam PBB.
Pengertian globalisasi merupakan suatu proes penyebaran unsur-unsur baru atau hal-hal baru, khususnya
yang menyangkut tentang informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronika. Globalisasi
secara terbatas terbentuk oleh adanya kemajuan teknologi di bidang komunikasi dunia. Misalnya,
dengan adanya televisi, internet dan sebagainya kita dapat menyaksikan dan berkomunikasi langsung
dengan orang di belahan dunia lain dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain globalisasi
merupakan proses dunia menjadi satu jaringan tanpa batas antarbangsa karena kemajuan teknologi
komunikasi dan tarnsportasi. Batas sosial budaya antar bangsa menjadi samar sehingga individu dapat
leluasa melakukan telekomunikasi lintas negara maupun transportasi lintas negara. Dunia menjadi
tanpa batas (the bonderless word). Kegiatan perdagangan (trade), wisata (travel) dan telekomunkasi
dapat berlangsung cepat dan singkat. Masyarakat dapat mengakses informasi dan mendapatkan
komoditas dari seluruh penjuru dunia, serta dapat melakukan perjalanan lintas negara dengan mudah.
Beberapa ciri – ciri lain yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia
adalah sebagai berikut :
(1) Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,
televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,
sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal
dari budaya yang berbeda.
(2) Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
(3) Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik,
dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya
dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
(4) Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain.
B. Proses terjadinya Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20, hal ini
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi antarbangsa di dunia telah
ada selama berabad-abad. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai
mengenal perdagangan antarnegara sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Cina
dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun
jalan laut untuk berdagang.
Fenomena berkembangnya perusahaan multinasional seperti McDonald di seluruh pelosok dunia
menunjukkan telah terjadinya globalisasi. Bahkan sekarang berbagai merk internasional beredar di
berbagai negara, dengan simbol-simbol yang sangat dikenal oleh seluruh masyarakat, seperti: Coca
cola, Kentucky fried chicken, hard rock kafe dan lain sebagainya.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan
berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indonesia misalnya, sejak politik pintu terbuka,
perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari
Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya.
Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
MC Donald’s merupakan Perusahaan multinasional
James Petras dalam Sugihardjanto (2003 : 158-159) mengatakan bahwa globalisasi ada sejak abad
ke-15 seiring dengan adanya kapitalisme dan imperalisme, globalisasi dimulai ketika penaklukan Eropa
atas Asia, Afrika dan Amerika Latin serta pendudukan bangsa kulit putih atas Amerika Utara dan
Australia.
Pada fase pertama pilar utama dari globalisasi adalah penumpukan modal kaum kapitalis Eropa
dengan mengeksploitasi kekayaan bangsa-bangsa dunia ketiga hinga akhirnya pemerintah negara-
negara induk imperalis seperti (Spanyol dan Portugis) mengeruk sumber daya alam lokal untuk
membiayai penaklukan di luar negeri yang ditujukan untuk akumulasi modal bagi para kapitalis.
Fase kedua globalisasi dibangun pada era inter imperial trade (perdagangan antarimperalis)
Eropa yang melibatkan Amerika Serikat dan sekarang Jepang juga terlibat di dalamnya yang sekarang
telah menciptakan serangkaian kerjasama lokal dalam satu kawasan untuk memperkuat dominasinya
dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini kolaborasi antarperusahaan multinasional guna merebut pasar
dan menguasahi pasar tersebut.
Fase ketiga, globalisasi masuk dalam international trade atas komoditi dari jaringan pasar
internasional dan jaringan pasar global maupun regional dimana globalisasi telah menjadi arena bagi
konflik perdagangan.
Globalisasi merupakan proses internasionalisasi seluruh tatanan masyarakat modern (tidak hanya
bidang ekonomi saja). Pada awalnya proses ini hanya pada tataran ekonomi, namun dalam
perkembangannya cenderung menunjukkan keragaman.
Malcolm Waters mengemukakan bahwa ada tiga dimensi proses globalisasi, yaitu: globalisasi
ekonomi, globalisasi politik, dan globalisasi budaya. Dari segi dimensi globalisasi budaya, muncul
beberapa jenis space atau lukisan, seperti: etnospace, technospace, financespace, mediaspace,
ideaspace, dan sacrispace. Dengan demikian, universalisasi sistem nilai gobal yang terjadi dalam
dimensi kebudayaan telah mengaburkan sistem nilai (values system) kehidupan manusia, khususnya
pada negara-negara berkembang seperti Indonesia dalam menghadapi tahun era pasar bebas
(Wilkipedia Indonesia,2004:10).
Martin Albrow menambahkan bahwa globalisasi sebagai proses menjadikan seluruh penduduk
dunia terinkoporasi dalam masyarakat dunia yang tunggal. Dengan demikian globalisasi akan
mengakibatkan manusia untuk memahami suatu bentuk konstruksi masyarakat baru yang tunggal, hal
ini mengakibatkan negara-negara berkembang akan mengikuti atau meniru pola-pola yang
dikembangkan oleh negara-negara besar yang bersifat kapitalistik seperti Amerika, Jepang, Inggris dan
lain-lain.
C. Faktor-Faktor Pendukung Munculnya Globalisasi
Globalisasi terbentuk akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi
internasional merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi terjadinya perubahan sosial budaya.
Akibat dari globalisasi adalah faktor nilai budaya luar yang merupakan aspek-aspek modernisasi,
meliputi:
a. Rasionalisasi,
b. Efisiensi dan produktivitas,
c. Keberanian bersaing, bertanggungjawab, dan keberanian menanggung risiko,
d. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan,
e. Patuh pada hukum,
f. Kemandirian,
g. Kemampuan melihat ke depan,
h. Keterbukaan,
i. Etos kerja.
Globalisasi mengundang pro dan kotra di kalangan masyarakat. Akan tetapi, terlepas adanya pro
dan kontra tersebut kemajuan IPTEK telah memaksa terjadinya globalisasi tanpa bisa dicegah.
Adapun masyarakat yang menolak globalisasi adalah :
a. Individu / kelompok masyarakat yang belum mapan atau belum siap menerima perubahan,
b. Individu / kelompok masyarakat tertinggal yang terasing,
c. Individu / kelompok masyarakat dari kalangan generasi tua yang cenderung mencurigai globalisasi.
Sementara itu, masyarakat yang menerima globalisasi adalah :
a. Individu/kelompok masyarakat yang kedudukan atau status sosialnya sudah mapan,
b. Individu/kelompok masyarkaat perkotaan yang telah menikmati berbagai media komunikasi dan
informasi globalisasi,
c. Individu/kelompok masyarakat dari kalangan generasi muda yang memiliki kecenderungan terbuka
menerima unsur-unsur perubahan dan modernisasi.
Unsur-unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah:
a. Teknologi tepat guna,
b. Pendidikan formal,
c. Unsur globalisasi yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Misalnya,
pemakaian komputer, listrik masuk desa, dan sebagainya.
Unsur-unsur globalisasi yang sukar diterima masyarakat adalah :
a. Teknologi yang rumit dan mahal,
b. Unsur budaya luar yang menyangkut ideologi, politik dan keagamaan,
c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masyarakat. Misalnya,
peralatan pertanian modern yang mahal dan sukar pengoperasiannya.
D. Gerakan Proglobalisasi dan Antiglobalisasi
Adanya globalisasi memberikan pengaruh positif bagi masyarakat. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri
bahwa proses globalisasi masih mendapat reaksi pro dankontra dalam masyarakat dunia.
a. Gerakan proglobalisasi
Proglobalisasi adalah golongan orang yang mendukung adanya globalisasi. Mereka menganggap
bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori David Ricardo tentang keunggulan komparatif yang menyatakan
bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling mneguntungkan satu
sama laiannya. Salah satu bentuknya adalah ketergantungan di bidang ekonomi. Kedua negara
dapat menjalin pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya
Jepang memiliki keunggulan pada teknologi canggih, sementara Indonesia memiliki keunggulan
pada produksi tekstil.
b. Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-
orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang
mengatur perdagangan antarnegara seperti organisasi perdagangan dunia (WTO: world trade
organization).Antiglobalisasi dianggap oleh sebgaian orang sebagai gerakan sosial, sementara
lainnya menggap sebagai istilah umum yang menyangkut sejumlah gerakan sosial yang berbeda-
beda. Mereka dipersatukan dengan suatu kondisi perlawanan terhadap ekonomi dan sistem
perdagangan global yang mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia
ketiga, diskriminasi, kemanusiaan dan lainnya.
Gerakan Antiglobalisasi melakukan demonstrasi
E. Pengaruh Globalisasi Terhadap Tumbuhnya Masalah Sosial
Berkembangnya Globalisasi membawa dampak baik positif maupun negative di masyarakat.
Dampak positif globalisasi antara lain:
a. Mempercepat proses pembangunan karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
b.Menumbuhkan kinerja SDM yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi,
c. Menumbuhkan dinamika yang terbuka dan tanggap terhadap unsur-unsur pembaharuan.
Dampak Negatif Globalisasi antara lain:
a. Terjadi goncangan budaya (cultural shock) yaitu warga masyarakat mengalamai disorientasi dan
frustasi karena tidak siap menerima kenyataan perubahan akibat globalisasi.
b. Terjadinya ketimpangan budaya (cultural lag), yaitu masuknya unsur-unsur globalisasi tidak
berlangsung secara serempak. Misalnya, masuknya teknologi baru sedemikian hebat, tetapi
masyarakat begitu lamban menyesuaikan keadaan yang baru, misalnya kehadiran telepon umum
sebagai sarana komunikasi umum sering mengalamai kerusakan akibat ulah tangan jahil yang tidak
mampu menerima teknologi baru sebagai bentuk sarana komunikasi, melainkan dianggap sebagi
mainan atau untuk iseng.
c. Pergeseran nilai-nilai budaya yang menimbulkan anomi, yakni suatu keadaan tanpa nilai karena
nilai dan norma lama telah ditinggalkan, sedangkan nilai dan norma yang baru belum terbentuk.
Anomi dapat mengakibatkan pergaulan bebas, konsumerisme, dan aji mumpung.
George Simmel dalam Widyanta ( 2002 : 141 – 154 ) menyampaikan tiga masalah globalisasi :
a. Malaise Kebudayaan
Individualisasi disebut sebagai a general kulturnot, yang oleh PA Lawrence diterjemahkan sebagai
a cultural malaise. Meskipun tidak sepenuhnya tepat, pengertian itu dapat artikan sebagai
kebangkrutan kebudayaan.
Malaise Kebudayaan digambarkan sebagai suatu keterputusan antara daya kebudayaan dan
sistem/ institusi kebudayaan yang disebabkan oleh individualisasi kreativitas kebudayaan. Proses
ini menunjuk pada ideosinkratis (eksklusivitas) individu–individu yang mengakibatkan
pembentukan sistem kebudayaan menjadi terabaikan, terhenti, terpuruk, tak terperdayakan hingga
mengalami kebangkrutan. Proses pengukuhan individualisme atau otonomi individu tidak dapat
dipisahkan dari modernisasi. Keduanya mempunyai kaitan erat berikut representasi nilai kebebasan
maupun keterpencilan / keterasingan individu dari ikatan kelompoknya.
b. Subjektivisme dan Objektivisme yang berlebihan.
Perspektif fungsionalistik berusaha melukiskan bahwa meskipun bidang estetika (seni keindahan)
masyarakat modern semakin terdeferensiasi yang dimanifestasikan dalam seni dan gaya, namun
secara khusus keduanya berfungsi sebagai ruang aktualisasi individualitas. Kulturmensch perlu
mengintegrasikan kedua tipe objek estetis itu dalam bidang estetis individualitasnya untuk
penyelamatan dan pelestarian tatanan dunia dalam dari kepungan komuditas yang teramat masif
dari dunia luar.
Sedangkan dalam membahas subjektivisme yang berlebihan, dijelaskan kegagalan subjek
dalam berstrategi mengintegrasikan cultural things. Orientasi yang berlebihan (over –
emphasizing) dari individu pada individualitasnya menyebabkan pencampuradukan prinsip estetis
dan pemutar balikan makna fungsional dari dua tipe obyek estetis yang kesemuanya berguna untuk
pengembangan kepribadian. Mengagumi kursi, gelas atau barang – barang perhiasan layaknya
karya seni dan merasakan karya seni layaknya obyek keahlian merupaan estetisasi obyek keahlian
dan stilisasi seni. Keduanya menunjuk pada tindak peniadaan – pembedaan ( de-differentiating )
antara bidang material keahlian dan material seni. Dengan estetisasi obyek keahlian, mengabaikan
kaidah – kaidah umum dari gaya dan bentuk dari gaya dan bentuk ( sebagai hukum entetis umum )
serta menodai fugsi obyek keahlian yang sesungguhnya berguna bagi pengembangan
aspekepribadian. Akhirnya , gaya ( style ) dalam ketidak bergayaan ( stylessness ) menjadi sifat
modernitas yang tipikal. Ini muncul dari motivasi spontan, idiosinkratis semata-mata, dan
kurangnya basis sosial untuk standar normatif dan perasaan estetis yang diterima secara umum.
c. Tragedi Kebudayaan
Rasionalitas budaya dan peningkatan tekanan ekonomi uang ke dalam kehidupan sosial
mengesankan mempunyai kaitan yang erat antara pengalaman hidup sehari – hari yang berlalu
cepat dan terfragmentasi serta kegagalan kebudayaan untuk memberikan suatu tujuan penyatuan
yang lebih tinggi. Kebudayaan yang diciptakan olehsubjek atau individu pada akhirnya akan
mempengaruhi individu itu sendiri, sehingga subjek tetap menjadi sasaran dari pengaruh budaya
objektif yang destruktif. Hal itu berarti tindak penciptaan kebudayaan menghasilkan kekuatan
destruktif dalam dirinya (self – destructive potential ). Proses diferensiasi dan keseragaman yang
membentang yang menyebabkan budaya subjektif bersifat prolematik itulah yang disebut tragedi
kebudayaan.
Hanurita dan Nugroho ( 2005 : 48 – 49 ) menyebutkan globalisasi adalah sebuah fakta
bahwa tragedi nuklir di Chernbyl, kebakaran hutan di Kalimantan, dan pemanasan di kutub
merupakan bencana bagi umat manusia. Tragedi AIDS, SARS, Flu burung , dan covid-19 ancaman
bagi daratan Cina yang berarti juga mengancam peradaban manusia diseluruh muka bumi.
Termasuk Ebola hingga sapi gila. Virus – virus baru muncul dan menguasai dunia melewati batas.
Termasuk virus yang menjadi ujung tombak peradaban umat manusia yaitu virus komputer. Bahkan
untuk nuklir, tragedi terakhir adalah bocornya reaktor nuklir di Fukushima, Jepang. Kebocoran
reaktor ini merupakan bencana nuklir terburuk sejak bencana Chernobyl. Akibat kebocoran reaktor
di Fukushima tersebut, air radioaktif mengalir ke laut. Ribuan jiwa manusia dikhawatirkan akan
terkontaminasi. Dari tragedi nuklir dapat ditarik kesimpulan bahwa seiring dengan kemajuan
teknologi di masa globalisasi yang sangat pesat, ada masalah sosial yang sangat berbahaya yang
mengancam kehidupan manusia, begitu juga tragedi AIDS, yang disisi lain dimasa globalisasi ini
kemudaan untuk menjalin hubungan sesama manusia yang tidak terikat jarak, waktu, alat
komunikasi, pada sisi lainnya telah menati masalah sosial penyakit global seperti tersebut.
Beberapa masalah sosial lain yang berkembang dalam era globalisasi:
a. Bergesernya nilai – nilai dan sikap seseorang karena pengaruh negatif dari teknologi komputerisasi,
media massa dan alat komunikasi . Contoh mudahnya mengakses film, gambar atau informasi yang
mengeksploitasi pornografi dan pornoaksi.
b. Tumbuhnya mental frustasi, minder, stres dan tertekan karena tidak dapat mengikuti perkembangan
teknologi, komunikasi dan informasi.
c. Posisi tawar yang selalu kalah bagi negara berkembang yang dikalahkan oleh negara maju membuat
negara berkembang semakin terpuruk dan tidak dapat berkompetisi dengan negara maju.
d. Hilangnya budaya asli daerah tertentu akibat tidak dipatenkan.
e. Orientasi hidup hanya pada nilai ekonomi mejadikan bergesernya nilai – nilai kemanusiaan,
keharmonisan hidup dengan lingkungan dan kehangatan persahabatan. Contoh hak cipta tempe dan
tahu yang asli produk buatan Indonesia , telah dipatenkan oleh Negara Jepang. Batik dipatenkan
oleh Malaysia.
f. Makin merajalelanya kaum kapitalis atau pemilik modal yang dengan leluasa menamkan modalnya
disegala penjuru dunia dengan berbagai cabang perusahaan yang sesuai kebutuhan pasar.
g. Kemajuan teknologi yang dimanfaatkan atau berdampak merusak dunia menjadi ketakutan semua
fihak. Contoh pengembangan nuklir atau senjata bio kimia untuk perang.
h. Pengembangan dunia kesehatan berupa kloning genetika dianggap tidak bermanfaat dalam
kehidupan manusia.
F. Tantangan Globalisasi Terhadap Eksistensi Jati Diri Bangsa
Globalisasi membawa dampak yang luas bagi masyarakat, arus informasi yang begitu gencar
dan persaingan antar bangsa semakin ketat. Masyarakat yang tidak memiliki keunggulan sumber daya
manusia akan sulit menghadapi persaingan yang semakin tajam dan akhirnya akan hanyut kehilangan
kemandirian sebagi akibat arus globalisasi yang semakin merajelela. Globalisasi menjadi tantangan
karena gelaja-gejala yang harus dihadapi antara lain:
1. Persaingan bebas, yaitu tuntutan untuk memenangkan persaingan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dalam rangka untuk menghasilkan produk-produk yang mampu bersaing di
pasar bebas dunia.
2. Hegemoni budaya masyarakat maju, yaitu dominasi kebudayaan oleh masyarakat yang lebih maju
dalam bentuk penetrasi budaya ke negara-negara berkembang.
3. Ancaman jati diri atau kepribadian bangsa
Jati diri dapat diartikan sebagai ciri-ciri, identitas, gambaran atau tanda (KBBI; 2001). Adapun
bangsa adalah keseluruhan tantangan yang mengancam keberadaan ciri-ciri bangsa Indonesia.
Jati diri bangsa atau ciri-ciri bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain. Perbedaan itu
disebabkan oleh latar belakang sejarah, kebudayaan maupun geografis. Jati diri bangsa Indonesia
terbentuk karena adanya kesamaan pengalaman sejarah rakyat Indonesia. Hal inilah yang
menumbuhkan kesadaran akan persatuan Indonesia dan itu menjadi ciri bagi keberadaan bangsa
Indonesia.
Di era globalisasi seperti saat ini, memudarnya jati diri bangsa tidak dapat dihindari.Lambat
namun pasti, globalisasi membawa perubahan yang besar dalam diri sebuah masyarakat. Keinginan
untuk maju dan penghidupan yang lebih baik, mendorong globalisasi bergerak cepat. Cepatnya laju
globalisasi, cepat pula memudarnya jati diri bangsa, apabila pengaruh globalisasi diterima begitu saja
tanpa adanya filter yang kuat. Oleh karena itu, perlu adanya penyaring dan sikap yang tegas dalam
menghadapi dampak globalisasi.
a) Meningkatkan Pemahaman tentang Bhinneka Tunggal Ika
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam lambing negar Indonesia, yaitu burung Garuda.
Secara umum kalimat itu diartikan dengan berbeda-beda tetapi satu jua. Maksudnya, Indonesia
memang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, dan ras yang berbeda tetapi perbedaan itu dapat
disatukan di dalam Negara Indonesia. Kalau rasa kebhinnekaan itu dapat terus dipertahankan
bahkan ditingkatkan, tentunya rasa kebangsaaan atau nasionalisme dapat juga dijaga.
b) Menggunakan Pancasila sebagai Filter Budaya Asing dan Kemajuan Iptek
Pancasila adalah dasar Negara Indonesia dan sekaligus pandangan hidup bangsa. Di dalam sila-
sila Pncasila terdapat kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia yang sudah berurat akar. Bagi bangsa Penanaman kembali nilai-nilai pancasila
Indonesia, nilai-nilai itu merupakan jati diri bangsa yang sebagai upaya mengatasi
menjadi cita-cita moral yang perlu diwujudkan.
memudarnya jati diri bangsa
Dengan adanya tantangan globalisasi yang semakin menggila
ini, Pancasila sapat dimanfaatkan sebagi filter atau penyaring
berbagi pengaruh yang ditimbulkan oleh globalisasi. Tentunya,
kita harus bersikap bijaksana dan mau membuka diri terhadap
globalisasi dan kemajuan iptek. Dalam hal ini, Pancasila dapat
dijadikan ukuran atau filter dalam penerimaan atau penolakan
pengaruh globalisasi yang dapat memudarkan jati diri bangsa
Indonesia.
c) Sosialisasi Hasil Kebudayaan
Indonesia memiliki bermacam-macam hasil kebudayaan. Tiap daerah memiliki kebudayaan
daerah. Hasil-hasil kebudayaan daerah tersebut harus disosialisasikan pada setiap warga ketika
masih kecil. Dengan sosialisasi tersebut, warga tidak asing dengan kebudayaannya sendiri.
Dengan sosialisasi itu diharapkan proses pewarisan budaya terjadi. Proses pewarisan budaya
merupakan jaminan tetap diteruskannya jati diri bangsa.
d) Menggambarkan Tantangan-tantangan Gobal yang harus dihadapi Bangsa Indonesia
Globalisasi yang sedang melanda dunia ini tentunya menimbulkan berbagai dampak. Dampak-
dampak itu merupakan masalah atau tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Dengan mengetahui tantangan-tantangan ini dan menggambarkan bagaimana bentuk-
bentuknya, maka kita akan lebih mudah untuk menghadapi dan mencari cara untuk mengatasi
tantangan tersebut.
e) Memotivasi Bangsa Indonesia untuk Bersikap Kritis terhadap Perubahan
Perubahan belum tentu buruk. Sebagai warganegara kita harus dapat memilih mana yang baik dan
mana yang buruk. Setelah itu kita juga harus pandai-pandai menyikapi perubahan-perubahan
tersebut. Dengan sikap kritis dan bijak, kita dapat mengambil keuntungan dari sikap perubahan-
perubahan yang ada tanpa terjerumus atau terpengaruh oleh dampak negatif yang ditimbulkannya.
G. Perkembangan Globalisasi dalam berbagai bidang
a) Globalisasi Di Bidang Sosial Budaya
Di era globalisasi ini, setiap bangsa bebas keluar masuk memberikan pengaruhnya kepada
bangsa lain. Akibatnya, berbagai paham dan ideology pun masuk ke bangsa lain, begitu pula
bangsa Indonesia.
1. Individualisme, yaitu suatu paham yang mementingkan kepentingan diri sendiri.
2. Materialisme, yaitu paham yang selalu mengutamakan segala sesuatu berdasarkan materi.
3. Sekularisme, yaitu paham yang selalu mencerminkan kehidupan duniawi.
4. Hedonisme, yaitu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi tujuan
hidup dan tindakan manusia.
b) Globalisasi Di Bidang Politik
1. Penyebaran nilai-nilai politik Barat, baik secara langsung atau tidak langsung, dalam bentuk
demonstrasi, yang semakin berani dan terkadang mengabaikan ketertiban umum.
2. Semakin memudarnya nilai-nilai politik yang berdasarkan semangat kekeluargaan,
musyawarah mufakat, dan gotong royong.
3. Semakin kuatnya nilai-nilai politik berdasarkan semangat individual, kelompok, oposisi,
dictator, mayoritas, dan tirani minoritas.
4. Transparansi, akuntabilitas, dan professional dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
(jabatan-jabatan Publik) semakin menjadi sorotan berbagai elemen masyarakat.
5. Semakin banyaknya Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang menyuarakan hak asasi
manusia, supremasi hukum, demokratisasi, dan pelestarian lingkungan.
c) Globalisai Di Bidang Ekonomi
1. Semakin banyak produk-produk luar negeri yang masuk ke pasaran Indonesia.
2. Pemerintah semakin tidak berdya menentukan kebijakan ekonomi.
3. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang diberikan subsidi semakin berkurang, koperasi semakin
sulit berkembang, dan penyerapan tenaga kerja dengan pola padat karya semakin ditinggalkan.
4. Kompetisi produk dan harga semakin tinggi sejalan dengan pemnuhan kebutuhan masyarakat
yang semakin selektif.
5. Perusahaan-perusahaan dalam negeri, industri-industri kecil, dan industri rumah tangga harus
bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing ynag melebarkan pasarnya ke Indonesia.
d) Globalisasi Di Bidang Pertahanan Dan Keamanan
1. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap
dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.
2. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak
dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tuhas-tugas penegak hukum (polisi, jaksa, hakim)
yang lebih professional, transparan, dan akuntabel.
4. Menguatnya supremasi sispil dengan mendukkan tentara dan polisi sebatas penjaga kemanan,
kedaulatan, dan ketertiban Negara yang professional.
5. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban Negara semakin
berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab tentara dan polisi.