The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Ilmiah Pesantren Vol. 5 No. 1 Tahun 2019

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Mas Qowi, 2019-01-10 00:23:28

Jurnal Ilmiah Pesantren

Jurnal Ilmiah Pesantren Vol. 5 No. 1 Tahun 2019

Vol. 5 No. 1, Januari 2019 ISSN: 2407-7771

Taufik Rizki Sista
PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN
ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI
ILMU PENGETAHUAN

Arlie Nurdiani
MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI
TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR

Ety Najikhatul Himmah
METODE IMAM THABARI DALAM MENAFSIRKAN
ALQUR’AN

Izzatu Tazkiyah
PARADIGMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL
DALAM PENAFSIRAN QURAISH SHIHAB; AYAT-AYAT
YANG DISINYALIR MISOGINIS SEBAGAI STUDI KASUS

Safa’at Ariful Hudha
POLA INTERAKSI PERLINDUNGAN ALLAH S.W.T
TERHADAP MANUSIA DARI GANGGUAN SYAITAN
(Studi Literasi Tafsir Qur’an Surah An-Naas)

PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM

Jurnal Ilmiah Volume Nomor Halaman Januari ISSN:
Pesantren 5 1 583-642 2019 2407-7771

PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ISSN: 2407-7771

Vol. 5. Nomor 1, Januari 2019 ISSN : 2407-7771

Jurnal Ilmiah Volume Nomor Halaman Januari ISSN:
Pesantren 5 1 583-642 2019 2407-7771



Vol. 5. Nomor 1 Januari 2019 ISSN : 2407-7771

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab Drs. H. Ahmad Syamsuri, MM.
Penasehat Drs. H. Uripto Mahmud Yunus, M.Ed.

Dr. H. Munawir Yusuf, M.Psi.

Pemimpin Redaksi Dr. H. Kadarusman, M.Ag.
Sekretaris Redaksi Anita Arum Cahyanti, S.Pd.

Editor/Penyunting Hj. Elly Damaiwati, S.S, M.Pd.
Dewan Redaksi Triyatno, S.Pd.
Design & Layout Pertapa Sari, S.S.
Sirkulasi
Mitra Bestari Dr. Asyhuri, M.Ag.
Ayu Visuviati, Lc.
Alamat Redaksi
Muhammad Rustam Efendi, A.Md.

Fauzan

Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag.
(IAIN Salatiga)
Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A, M.Phil
(Pengasuh Pesantren Modern Gontor Ponorogo)
Dr. Munawir Yusuf, M.Psi.
(Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Dr. H. Hamim Ilyas, M.Ag.
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan
(IAIN Surakarta)

Kampus
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam
Jl. Garuda Mas, Gonilan, Sukoharjo
PO BOX 286 Surakarta, Jawa Tengah
Telp/Fax. (0271) 721107
Email: [email protected]
Website: www.assalaam.or.id

iii



KATA PENGANTAR

Pendidikan selalu mengalami pembaharuan seiring dengan perubahan yang terjadi dalam lingkup
kehidupan sebuah zaman baik perubahan teknologi maupun ekonomi. Seorang ahli pendidikan H. Horne
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih
tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Sesuai dengan fungsinya, pendidikan selalu dipercaya untuk membentuk masyarakat agar dapat menjadi
pribadi yang aktif, produktif dan dinamis.

Seorang peneliti yang bernama Steenbrink menegaskan dalam bukunya, Pesantren, Madrasah dan
Sekolah, bahwa pembaharuan pendidikan Islam merupakan salah satu faktor yang mendorong perubahan
Islam di Indonesia. Menurut Steenbrink, cukup banyak orang dan organisasi Islam tidak puas dengan metode
tradisional dalam mempelajari Al-Qur’an dan studi agama, sehingga pembaharuan pendidikan Islam pada
permulaan abad ke-20 tidak bisa dihindarkan baik dari segi metode maupun isinya.

Di dalam jurnal ini, Taufik Rizki, dalam tulisannya yang berjudul “Perkembangan Modernisasi Sistem
Pendidikan Islam di Indonesia melalui Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan”, berusaha menjelaskan
bagaimana gagasan Islamisasi ilmu menjadi lokomotif pembaharuan system pendidikan Islam Indonesia.
Penelitian ini berangkat dari kegelisahan akademik tentang keterpurukan pendidikan Islam yang disebabkan
adanya dikotomi keilmuan antara keilmuan Islam dengan keilmuan saintifik. Tulisan ini berusaha untuk
memahami konsep modernisasi pendidikan secara komprehensif, gagasan Islamisasi Ilmu pengetahuan
dalam modernisasi pendidikan, dan perkembangan modernisasi sitem pendidikan Islam melalui Islamisasi
Ilmu pengetahuan. Pada kesimpulan tulisan ditemukan bahwa terdapat dua prasyarat bagi pola pendidikan
yang terintegrasi. Pertama, menyangkut upaya mengintegasikan pengetahuan umum dan agama. Kedua,
mengintegrasikan karakteristik leader dan karakteristik manager dalam organisasi pendidikan formal.

Keilmuan yang integratif tentu saja tidak bisa menerima hegemoni dan kebenaran tunggal dalam ilmu
pengetahuan. Teori ilmu pengetahuan mengenal hubungan tesis antitesis dan sintesis. Edward Said membedah
tentang Orientalisme sebagai kesadaran intelektual Eropa untuk membaca Asia dari sudut pandang dunia
Barat. Pada perkembangannya muncul antitesis berupa gerakan Oksidentalisme sebagai upaya melihat
Barat dari cara pandang Timur. Kajian ini diteliti oleh Arlie Nurdiani dalam tulisan “Memahami Gagasan
Oksidentalisme: Studi Tentang Barat Melalui Cara Pandang Timur”. Gagasan oksidentalisme dimunculkan
Hassan Hanafi untuk anti tesis dari Orientalisme. Kesadaran intelektual timur untuk melihat dunia Barat
sebagai objek akan menghapuskan superioritas Barat dan mengembalikan rasa percaya diri Timur. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa oksidentalisme merupakan solusi yang tepat untuk menjawab tantangan orientalis.
Karena pemahaman oksidentalisme harus diawali dari pemahaman mendalam terhadap khazanah keilmuwan
Timur klasik (masa lampau) demi menghadapi masa modern.

Pada dasarnya, kekayaan khasanah keilmuan klasik Islam menunjukkan sudut pandang yang superior
dalam dunia keilmuan jika dihadapkan dengan tradisi keilmuan manapun di dunia. Baik dari keilmuan
keagamaan sampai keilmuan sains. Bahkan kesadaran Ilmu Islam membuka pintu kemajuan bagi dunia
Barat dengan terbukanya pintu Andalusia Spanyol. Khasanah keilmuan tafsir merupakan salah satu keilmuan
klasik Islam yang tidak pernah mati dalam tradisi keilmuan klasik Islam. Dalam jurnal ini, Ety Najikhatul
Himmah dari International Islamic University Malaysia, menulis tentang “Metode Imam Thabari Dalam

v

Mentafsirkan Alqur’an (Imam Thabari Method In Interpreting Al Qur’an)”. Dunia tafsir secara garis besar
dibagi menjadi dua, yaitu tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil ra’yi. Tafsir Imam Thabari merupakan karya tafsir
yang menggunakan metode tafsir bil ma’tsur karena dalam penafsiran sebagian besar ayat-ayatnya merujuk
pada hadist nabi dan atsar shahabah. Imam Thabari merupakan ulama tafsir generasi pertama yang menjadi
rujukan utama para mufassir salaf dan kontemporer. Penulisan tafsir dengan metode tahliliy atau metode
analisis adalah metode utama yang digunakan Imam Thabari dalam tafsirnya, yakni mentafsirkan Al Qur’an
dengan cara menjelaskan ayat-ayatnya dari segala aspek yang terkandung di dalamnya secara terperinci.

Tafsir Imam Thabari menjadi lompatan intelektual Islam di bidang Tafsir. Dalam perkembangannya
lahir berbagai karya tafsir dengan metode dan corak yang beragam, bukan saja berbahasa Arab tetapi juga
muncul tafsir dalam Bahasa selain Bahasa Arab. Salah satu karya tafsir kontemporer di Indonesia adalah
karya Quraish Shihab. Dalam kajiannya, Izzatu Tazkiyah, Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
menulis “Paradigma Tekstual atau Kontekstual dalam Penafsiran Quraish Shihab; Ayat-Ayat yang Disinyalir
Misoginis Sebagai Studi Kasus”. Penelitian ini bertujuan untuk menyingkap penafsiran ayat-ayat yang
disinyalir misoginis oleh kalangan feminis. Sumber primernya adalah tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab.
Pada kesimpulannya, penelitian ini menegaskan, pertama, dalam menginterpretasi ayat yang disinyalir
misoginis penafsir klasik cenderung bersikap literalis, sementara penafsir modern lebih kontektualis. Kedua,
Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan nabi Adam bukan dari tulang rusuknya. Ketiga, mengurus
rumahtangga adalah tanggung jawab istri, tetapi kewajiban tersebut tidak menjadikan hak-hak wanita–dalam
ruang publik dan domestik–terpasung.

Model kajian tafsir juga dilakukan oleh Safa’at Ariful Hudha yang menulis dengan “Pola Interaksi
Perlindungan Allah SWT terhadap Manusia dari Gangguan Syaitan (Studi Literasi Tafsir Qur’an Surah
An-Naas)”. Kajian ini dilakukan untuk mengungkapkan tentang pola perlindungan Allah SWT terhadap
manusia dari kejahatan dan gangguan syaitan melalui beberapa hubungan yang terjadi antara manusia
dengan Allah SWT. Sifat Allah SWT yang meliputi tauhid rububiyah, mulkiyah dan tauhid uluhiyah menjadi
dasar adanya hubungan keterikatan antara khaliq dan makhluk, dimana keduanya saling berinteraksi satu
sama lain. Ketiga sifat tersebut tertuang dalam surah an-Naas, surah ke 114 di dalam Al-Qur’an. Manusia
sebagai makhluk ciptaan Sang khaliq sangat dianjurkan untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya
yang Maha memelihara dan Maha menguasai atas diri manusia sekaligus menjadi satu-satunya Tuhan yang
pantas ia sembah, memohon perlindungan dari segala bentuk gangguan dan bisikan dari syetan khannas,
yang merasuk ke dalam dada dan tidak terlihat oleh manusia.

Edisi ini ingin menghantarkan pembaca dari kajian Islamisasi Ilmu dalam transformasi pendidikan
Islam sampai pada kajian tafsir. Pemahaman atas tema-tema tersebut diharapkan dapat memperkaya
khasanah intelektual pesantren melalui jurnal ini. Selanjutnya, redaksi mengharapkan para pembaca dapat
mengirimkan naskah akademiknya pada jurnal ini sehingga semakin menguatkan tradisi akademik pada
kajian kepesantrenan baik terkait manajerial pesantren, khasanah tematik keislaman yang menjadi fokus
akademik pesantren maupun para tokoh yang terkait dengan dunia pesantren. Selamat membaca, dan terima
kasih.

Sukoharjo, 05 Desember 2018
Redaksi




vi

DAFTAR ISI

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM
MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION)
Taufik Rizki Sista................................................................................................................. 583

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT
MELALUI CARA PANDANG TIMUR
TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM: WESTERN STUDY
THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE
Arlie Nurdiani...................................................................................................................... 955

METODE IMAM THABARI DALAM MENAFSIRKAN ALQUR’AN
(IMAM THABARI METHOD IN INTERPRETING ALQUR’AN)
Ety Najikhatul Himmah..................................................................................................... 605

PARADIGMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL DALAM PENAFSIRAN
QURAISH SHIHAB; AYAT-AYAT YANG DISINYALIR MISOGINIS SEBAGAI
STUDI KASUS
TEXTUAL OR CONTEXTUAL PARADIGM IN THE INTERPRETATION OF
QURAISH SHIHAB; THE VERSES THAT ARE INDICATED BY MISOGYNISTS
AS CASE STUDIES
Izzatu Tazkiyah ................................................................................................................... 619

POLA INTERAKSI PERLINDUNGAN ALLAH S.W.T TERHADAP MANUSIA DARI
GANGGUAN SYAITAN (Studi Literasi Tafsir Qur’an Surah An-Naas)
THE INTERACTION PATTERNS OF ALLAH PROTECTION TOWARDS MANKIND
FROM SYAITAN’S INTERFERENCE (literacy studies of QS. An-Naas)
Safa’at Ariful Hudha........................................................................................................................ 635

vii

viii

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019 ISSN 2407-7771

JURNAL ILMIAH
PESANTREN

Taufik Rizki Sista (Universitas Darussalam Gontor)

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 583-594

ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah

pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan Periode Modern.
Modernisasi pendidikan di Indonesia lebih dikenal dengan istilah reformasi. Munculnya dikotomi
menurut para pakar merupakan kemunduran ilmu pengetahuan yang akhirnya memunculkan
cendekiawan yang menguasai ilmu pengetahuan secara tidak komprehensif.

Tulisan ini adalah hasil dari penelitian pustaka yang diteliti dengan metode penelusuran
dokumentasi pustaka. Sumber primer yang digunakan adalah hasil tulisan yang dimuat di jurnal
dengan tema pendidikan dan Islamisasi ilmu pengetehuan, sedangkan sumber sekundernya
merupakan buku-buku dengan tema terkait.

Tujuan dari tulisan ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana konsep modernisasi pendidikan
secara komprehensif, (2) untuk mengetahui gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan dalam modernisasi
pendidikan, (3) untuk mengetahui perkembangan modernasasi sitem pendidikan Islam melalui
Islamisasi ilmu pengetahuan.

Hasil dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa untuk menuju sistem pendidikan modern
terdapat dua cara yang sangat dibutuhkan jika diinginkan lahirnya pola pendidikan yang terintegrasi.
Cara yang pertama menyangkut upaya mengintegasikan pengetahuan umum dan agama. Adapun
cara yang kedua adalah mengintegrasikan karakteristik leader dan karakteristik manager dalam
organisasi pendidikan formal.

Kata kunci: Pendidikan Islam, Modernisasi, Islamisasi Ilmu

Abstrak ix

Arlie Nurdiani (Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)
MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT MELALUI
CARA PANDANG TIMUR
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 955-604

ABSTRAK
Oksidentalisme merupakan gagasan yang didengungkan oleh tokoh pembaharuan Mesir Hassan
Hanafi. Ide oksidentalisme berupaya memahami Barat melalui perspektif Timur. Selama ini kita
mengetahui upaya-upaya orientalis demi memahami Timur melalui perspektif mereka. Maka disini
Hassan Hanafi mensyiarkan pentingnya oksidentalisme yang merupakan kebalikan dari orientalisme
tersebut. Banyak kajian-kajian Barat yang tersebar mengenai dunia ketimuran dan lebih spesifik lagi
Islam dan umatnya. Beliau berpendapat bahwa Timur juga harus bisa untuk melihat, mengkaji, dan
mempelajari Barat. Jadi, tujuan utama oksidentalisme adalah untuk mengkaji Barat melalui kacamata
Timur sehingga Barat menjadi objek kajian Timur. Hal ini demi menghapus superioritas Barat
dan mengembalikan rasa percaya diri Timur. Demi memahaminya, peneliti menggunakan metode
penelitian kajian pustaka, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber dan menganalisisnya.
Masalah oksidentalisme bermula dari kebutuhan orientalis Barat yang untuk memahami Islam dan
masyaratkatnya demi berbagai kepentingan. Dengan demikian, Barat merasa mendominasi atas
Timur, karena Hassan Hanafi menemukan ketimpangan pada hasil kajian mereka mengenai Timur
yang berpengaruh luas pada agama Islam, budaya, dan karakter. Selama ini, Barat menilai dirinya
peradaban yang humanis, maju dan modern. Hal ini berbanding terbalik dengan kajian mereka
terhadaap Timur. Hasil dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa oksidentalisme merupakan
solusi yang tepat untuk menjawab tantangan orientalis. Karena pemahaman oksidentalisme harus
diawali dari pemahaman mendalam terhadap khazanah keilmuwan masa lampau demi menghadapi
masa modern.
Dalam tulisan ini, penulis berusaha menggambarkan maksud, tugas, dan tujuan oksidentalisme
Hassan Hanafi serta sejarah kemunculannya. Gagasan oksidentalisme ini tentu saja diharapkan tidak
berhenti hanya sampai pada batasan wacana, akan tetapi perlu adanya upaya studi berkelanjutan
dengan memahami bagaimana jalan oksidentalisme ini dalam mempelajari tradisi Barat.

Kata Kunci: oksidentalisme, Hassan Hanafi, orintalisme

x Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019

Ety Najikhatul Himmah (International Islamic University Malaysia)
METODE IMAM THABARI DALAM MENAFSIRKAN ALQUR’AN

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 605-618

ABSTRAK
Ilmu tafsir merupakan salah satu ilmu penting dalam khazanah keilmuan islam, maka untuk
menghidupkan Alqur’an, ayat-ayatnya harus ditakwil, agar dipahami oleh umat muslim dan kemudian
diamalkan. Maka denganya tercapailah tujuan dari diturunkanya Alqur’an.
Ditinjau dari macamnya, tafsir dibagi menjadi dua, yaitu tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil ra’yi,
tafsir bil ma’tsur atau tafsir yang berdasarkan pada hadist-hadist nabi mengenai penafsiran ayat-ayat
alqur’an, sedangkan tafsir bil ra’yi yaitu penafsiran ayat-ayat alqur’an bersandarkan pada pendapat
(pemikiran) para ulama mufassir.
Berdasarkan penggolongan tersebut, para ulama menciptakan ilmu metode penafsiran alqur’an,
yang mana dari ilmu ini disimpulkan metode atau cara para ulama mufassir dalam mentafsirkan Al
Qur’an.
Ilmu ini diciptakan untuk menjadikanya sebagai pedoman dalam mentafsirkan Al Qur’an
agar terhindar dari penafsiran-penafsiran yang sesat dan menyimpang.
Tulisan ini akan menkaji tentang metode Imam Thabari di dalam mentafsirkan Al Qur’an,
yang mana tafsiranya tergolong dalam tafsir bil ma’tsur karena dalam penafsiran sebagian besar
ayat-ayatnya merujuk pada hadist nabi dan atsar shahabah. Tafsir Imam Thabari merupakan
ulama tafsir generasi pertama yang menjadi rujukan utama para mufassir salaf dan kontemporer,
metode tahliliy atau metode analisis adalah metode utama yang digunakan Imam Thabari dalam
tafsirnya, yakni mentafsirkan Al Qur’an dengan cara menjelaskan ayat-ayatnya dari segala aspek
yang terkandung di dalamnya secara terperinci.

Kata kunci: Tafsir, Metode Penafsiran, Imam Thabari

Izzatu Tazkiyah (Dosen Tafsir UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

PARADIGMA TEKSTUAL ATAU KONTEKSTUAL DALAM PENAFSIRAN QURAISH
SHIHAB; AYAT-AYAT YANG DISINYALIR MISOGINIS SEBAGAI STUDI KASUS
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 619-634

ABSTRAK
Siapa pun mengamini bahwa al-Qur’an memiliki semangat egalitarianisme. Perbedaan
jenis kelamin tidak menjadikan salah satunya lebih unggul dari lainnya. Keduanya memiliki hak
yang setara dalam pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi. Namun keberadaan beberapa ayat
yang seolah-olah memihak ini menjadikan penafsir memegang peran kunci pada pemaknaannya.

Abstrak xi

Karenanya, keterlibatan prior text yang mengikat pola pikir penafsir tersadari atau tidak menjadi
aspek yang cukup menentukan. Penelitian ini bertujuan menyingkap penafsiran ayat-ayat yang
disinyalir misoginis oleh kalangan feminis. Sumber primernya adalah tafsir al-Misbah karya Quraish
Shihab. Dengan menggunakan tekstual dan kontekstual sebagai pendekatan, setidaknya penelitian
ini menemukan beberapa poin. Pertama, Dalam menginterpretasi ayat yang disinyalir misoginis
penafsir klasik cenderung bersikap literalis, sementara penafsir modern lebih kontektualis. Kedua,
Hawa diciptakan dari jenis yang sama dengan nabi Adam bukan dari tulang rusuknya. Ketiga,
mengurus rumahtangga adalah tanggungjawab istri, tetapi kewajiban tersebut tidak menjadikan
hak-hak wanita–dalam ruang publik dan domestik–terpasung.

Kata Kunci: Adam-Hawa, Misoginis, tafsir, tekstual-kontestual dan Quraish Shihab

Safa’at Ariful Hudha (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta)
POLA INTERAKSI PERLINDUNGAN ALLAH S.W.T TERHADAP MANUSIA DARI
GANGGUAN SYAITAN (Studi Literasi Tafsir Qur’an Surah An-Naas)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 635-642

ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengungkapkan tentang pola perlindungan Allah S.W.T

terhadap manusia dari kejahatan dan gangguan syaitan melalui beberapa hubungan interaksi yang
dimiliki Allah kepada manusia. Sifat Allah S.W.T yang meliputi tauhid rububiyah, mulkiyah dan
tauhid uluhiyah menjadi dasar adanya hubungan keterikatan antara khaliq dan makhluq, dimana
keduanya saling berinteraksi satu sama lain. Ketiga sifat tersebut tertuang dalam surah an-Naas, surah
ke 114 di dalam kitab Al-Qur’an. Manusia sebagai makhluq ciptaan Sang khaliq sangat dianjurkan
untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya yang Maha memelihara dan Maha menguasai atas
diri manusia sekaligus menjadi satu-satunya Tuhan yang pantas ia sembah, memohon perlindungan
dari segala bentuk gangguan dan bisikan dari Syetan khannas, yang merasuk ke dalam dada dan
tidak terlihat oleh manusia.

Kata Kunci: Interaksi, Perlindungan Allah

xii Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019 ISSN 2407-7771

JURNAL ILMIAH
PESANTREN

Taufik Rizki Sista (Universitas Darussalam Gontor)

(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN
INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE ISLAMIZATION)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 583-594

ABSTRACT
The advance of modern science and technology entered the Islamic world, especially after

the opening of the nineteenth century AD, which in Islamic history was known as the beginning of
the Modern Period. Modernization of education in Indonesia is better known as reformation. The
emergence of the dichotomy according to the experts is a decline of science that eventually led to
the intellectuals who mastered science in an uncomprehensive manner.

This paper is the result of literature research investigated by library document searching
method. Primary sources used are the results of writings published in journals with the theme of
education and Islamization of science, while the secondary source is a book of books with related
themes.

The purpose of this paper is (1) To know how the concept of modernization of education
comprehensively, (2) to know the idea of Islamization of Science in the modernization of education,
(3) to know the development of modernization of Islamic education system through Islamization of
Science in Indonesia.

The results of this paper can be concluded that to the modern education system there are
two ways that are needed if the birth of an integrated pattern of education is desired. The first is
the effort to integrate science and religious knowledge, while the second is to integrate leader
characteristics and managerial characteristics within formal education organizations.

Keywords: Islamic education, Modernization, Knowledge Islamization.

Abstract xiii

Arlie Nurdiani (Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)
TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM:
WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 695-604

ABSTRACT
Occidentalism is the idea of the Egyptian renewal character Hassan Hanafi. This idea
is to understand the West through the Eastern perspective. So as long as we know the efforts of
orientalist to understand the Eastern through their perspectives. Therefore, it is important to note
that the importance of the occidentalism is to observate, review and study the West. So, the main
purpose of occidentalism is to study the West through the eastern perspective. This is to elimenate
Western superiority and restore the eastern confidence. The researcher use the research methods by
submitting sources and analyze it. The problem of occidentalism stems from the needs of orientalists
to understand Islam and ots people various purposes.
In this written, the writer try to describe the meaning, tasks and the aim of occidentalism and
also it’s history. This idea is expected not to stop at the boundaries of discourse, but also there is an
on going study effort by understanding how the way of occidentalism in studying Western traditions.

Keywords: occidentalism, Hassan Hanafi, orientalism

Ety Najikhatul Himmah (International Islamic University Malaysia)

IMAM THABARI METHOD IN INTERPRETING ALQUR’AN

Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 605-618

ABSTRACT
The science of tafsir is one of the important branches of knowledge in Islamic science. Further,
in order to revive the Qur’anic verses must be repudiated, understood and then practiced by the
Muslim people. So, the purpose of the Qur’an is revealed.
Moreover, in term of kind, the tafsir of interpretation is divided into two, namely tafsir bil
ma’tsur and tafsir bil ra’yi, tafsir bil ma’tsur is tafsir which based on the hadiths of the prophet
about the interpretation of the Qur’anic verses, while tafsir bil ra ‘yi is the interpretation of the
verses of the Qur’an rests on the opinions of the muslim scholars namely interpreter.

xiv Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019

And from this classification the scholars created the science of methodology in interpreting
Qur’an, which from this science is summed up the ways of the scholars mufassir in interpreting the
Qur’an.
This branch of knowledge was created to make it as a guideline in interpreting the Qur’an
to avoid misguided and perverted interpretations.
And through this paper, the author will examine the method of Imam Tabari in interpreting
the Qur’an. While, his interpretation is belongs to tafsir bil ma’tsur. Because in his interpretation,
most of the verses refer to the hadith of the prophet and atsar shahabah. Tafsir Imam Thabari is
the first generation of commentary scholars who became the main reference of the salaf scholars
and contemporary mufassir. Furthermore, tahliliy method or method of analysis is the main method
used Imam Tabari in his tafsir, which is to interpret the Qur’an by explaining his verses from all
aspects contained in detail.

Keywords: Tafsir, Method of Interpretation, Imam Thabari

Izzatu Tazkiyah (Dosen Tafsir UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

TEXTUAL OR CONTEXTUAL PARADIGM IN THE INTERPRETATION OF QURAISH
SHIHAB; THE VERSES THAT ARE INDICATED BY MISOGYNISTS AS CASE STUDIES
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 619-634

ABSTRACT
Anyone agrees that the Qur’an has the spirit of egalitarianism. Sex differences do not
make one of them superior to others. Both have equal rights in education, politics, social and
economic. However, the existence of several verses that seem to take sides make the interpreter
play a key role in the meaning. Therefore, prior text involvement that binds the mindset of the
interpreter is aware or not is a decisive aspect. This study aims to uncover the interpretation of
verses that are misogynistic by feminists. The primary source is the interpretation of al-Misbah
by Quraish Shihab. By using textual and contextual approaches, at least this research found
several points. First, in interpreting the verse which is indicated misogynist classical interpreters
tend to be literalist, while modern interpreters are more contextualist. Second, Hawa was created
from the same type as the prophet Adam, not from his ribs. Third, taking care of the household is
the responsibility of the wife, but this obligation does not make women’s rights - in the public and
domestic spaces - isolated.

Keyword: Adam-Hawa,Misogynist, interpretation, textual-contestative, and Quraish Shihab

Abstract xv

Safa’at Ariful Hudha (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta)
THE INTERACTION PATTERNS OF ALLAH PROTECTION TOWARDS
MANKIND FROM SYAITAN’S INTERFERENCE
(literacy studies of QS. An-Naas)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2019, hlm. 635-642
ABSTRACT

The aim of writing this paper is to reveal the patterns of Allah protection towards mankind
from the syaitan’s interference and his viciousness through interaction of the relationship between
Allah and human. The nature of Allah that consist of tauhid rububiyah, mulkiyah and tauhid uluhiyah
are the basis of attachment relationship between Khaliq and makhluq, both of them are interacting
one another.

Those three natures of Allah are contained in QS. An-Naas, the 114thsurah in the Holy Qur’an.
As a makhluq, Human who were being created by the Khaliq were highly recommended to seek
refuge only unto Him, The Protector and The Sovereign Lord of mankind, and the only one God
who has to worship, ask for his protection from the viciousness of syaitan khannas, which was
whispering into the chest and invisible by the man.
Keywords: Interaction, Allah’s Protection

xvi Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari 2019

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI
INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM
MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF

KNOWLEDGE ISLAMIZATION)

Taufik Rizki Sista

Universitas Darussalam Gontor
[email protected]

ABSTRACT
The advance of modern science and technology entered the Islamic world, especially after
the opening of the nineteenth century AD, which in Islamic history was known as the beginning of
the Modern Period. Modernization of education in Indonesia is better known as reformation. The
emergence of the dichotomy according to the experts is a decline of science that eventually led to
the intellectuals who mastered science in an uncomprehensive manner.
This paper is the result of literature research investigated by library document searching
method. Primary sources used are the results of writings published in journals with the theme of
education and Islamization of science, while the secondary source is a book of books with related
themes.
The purpose of this paper is (1) To know how the concept of modernization of education
comprehensively, (2) to know the idea of Islamization of Science in the modernization of education,
(3) to know the development of modernization of Islamic education system through Islamization of
Science in Indonesia.
The results of this paper can be concluded that to the modern education system there are
two ways that are needed if the birth of an integrated pattern of education is desired. The first is
the effort to integrate science and religious knowledge, while the second is to integrate leader
characteristics and managerial characteristics within formal education organizations.

Keywords: Islamic education, Modernization, Knowledge Islamization.

ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia Islam, terutama sesudah
pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah Islam dipandang sebagai permulaan Periode Modern.
Modernisasi pendidikan di Indonesia lebih dikenal dengan istilah reformasi. Munculnya dikotomi
menurut para pakar merupakan kemunduran ilmu pengetahuan yang akhirnya memunculkan
cendekiawan yang menguasai ilmu pengetahuan secara tidak komprehensif.

583

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Tulisan ini adalah hasil dari penelitian pustaka yang diteliti dengan metode penelusuran
dokumentasi pustaka. Sumber primer yang digunakan adalah hasil tulisan yang dimuat di jurnal
dengan tema pendidikan dan Islamisasi ilmu pengetehuan, sedangkan sumber sekundernya
merupakan buku-buku dengan tema terkait.

Tujuan dari tulisan ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana konsep modernisasi pendidikan
secara komprehensif, (2) untuk mengetahui gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan dalam modernisasi
pendidikan, (3) untuk mengetahui perkembangan modernasasi sitem pendidikan Islam melalui
Islamisasi ilmu pengetahuan.

Hasil dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa untuk menuju sistem pendidikan modern
terdapat dua cara yang sangat dibutuhkan jika diinginkan lahirnya pola pendidikan yang terintegrasi.
Cara yang pertama menyangkut upaya mengintegasikan pengetahuan umum dan agama. Adapun
cara yang kedua adalah mengintegrasikan karakteristik leader dan karakteristik manager dalam
organisasi pendidikan formal.

Kata kunci: Pendidikan Islam, Modernisasi, Islamisasi Ilmu

PENDAHULUAN sudah ada di pesisir terutama di Aceh dan Selat
Sejarah awal pendidikan Islam di Indonesia, Malaka.4

berkaitan erat dengan sejarah awal datang dan Sejak Islam mulai masuk ke tanah Aceh
masuknya Islam di negara ini.1 Pendidikan (1290 M) pendidikan dan pengajaran mulai
Islam di Indonesia dalam prespektif sejarah lahir dan tumbuh dengan sangat cepat. Terutama
memiliki keunikan tersendiri dan berperan setelah berdiri kerajaan Islam di Pasai dan
penting dalam memajukan kebudayaan Islam. banyak ulama Islam yang mendirikan pesantren
Pendidikan Islam tersebut didefinisikan sebagai seperti Teungku di Geuredong, Tengku Cut
upaya memberikan pemahaman, penghayatan, Maplam.5
dan pengamalan ajaran-ajaran Isam kepada
masyarakat Islam di Indonesia,2 yang dimulai Perkembangan pendidikan Islam
sejak datangnya Islam di negara ini, khususnya di Indonesia pada awal permulaan masih
pada zaman kerajaan. dilaksanakan secara tradisional dan belum
tersusun kurikulum seperti saat ini. Baik
Sejarah perkembangan Islam dimulai sejak pendidikan di surau maupaun pesantren.
agama Islam masuk ke Indonesia, yaitu kira- Modernisasi pendidikan Islam diakui tidaklah
kira pada abad kedua belas Masehi.3 Eksistensi bersumber dari kalangan Muslim sendiri,
Islam di Indonesia sangat mempengaruhi, melainkan diperkenalkan oleh pemerintahan
dan sangat sulit untuk mempengaruhi kultur kolonial Belanda pada awal abad 19. Program
budaya masyarakat yang mayoritas beragama pendidikan Islam mempunyai akar-akar
Islam, dan tersebar di dunia merupakan bukti tentang “modernisasi” pemikiran dan institusi
bahwa Islam sangat berpengaruh terlebih dalam Islam secara keseluruhan. Dengan kata lain,
pembinaan masyarakat melalui pendidikan yang modernisasi pendidikan Islam tidak bisa
dipisahkan dengan gagasan dan program
1 Sidi Ibrahim Boechari, 1981, Pengaruh Timbal BAlik antara modernisasi Islam. Kerangka dasar yang berada
Pendidikan Islam dan Pergerakan Nasional di Minangkabau, Jakarta:
Gunung Tiga, hal 32 4 Syahminan, 2014, Modernisasi system pendidikan Islam di
2 H.Abudin Nata, 2003, Pendidikan Islam di Indonesia: Tantangan Indonesia pada abad 21, Jurnal Ilmiah Peuradeun (International
dan Peluang, Jakarta: Gramedia, hal. 2 Multidisciplinary Journal) vol. II, No. 02, Mei 2014, hal. 236
3 Mahmud Yunus, 1984, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, 5 Mahmud Yunus, hal. 175
Jakarta: Hidakaya Agung, hal.10

584

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION) (Taufik Rizki Sista)

dibalik modernisasi Islam secara keseluruhan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan

adalah modernisasi pemikiran dan kelembagaan Islam dan dengan berbagai ciri khas serta unsur

yang merupakan persyaratan bagi kebangkitan utamanya dapat dikatakan telah turut menghiasi

kaum muslim di masa modern. sejarah pendidikan nasional dan bahkan sejarah

Modernisasi pendidikan di Indonesia perjuangan bangsa melawan kolonial.9

lebih dikenal dengan istilah reformasi. Emil

Salim menekankan arti reformasi untuk PEMBAHASAN

perubahan dengan melihat keperluan masa 1. Konsep Modernisasi Pendidikan
depan.6 Modernisasi pendidikan merupakan Modernisme dalam masyarakat Barat
salah satu pendekatan untuk suatu
penyelesaian jangka panjang atas berbagai mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan
persoalan ummat Islam saat ini dan pada usaha untuk mengubah paham-paham, adat
istiadat, instituisi-instituisi lama dan sebagainya,

masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang

modernisasi pendidikan adalah suatu yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan

penting dalam melahirkan suatu peradaban dan teknologi modern.10 Modernisasi juga
Islam yang modern.7 dikenal dengan istilah reformasi, yang berarti
perubahan terhadap suatu sistem yang telah
Secara umum, kondisi pendidikan Islam ada pada suatu masa (wikipedia, 2013). Dalam
di Indonesia juga menghadapi nasib yang bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern,
sama dengan pendidikan nasional. Kualitas modernisasi dan modernisme, seperti yang
lembaga pendidikan Islam secara umum masih terdapat misalnya dalam “aliran-aliran modern
memprihatinkan. Meskipun telah ada beberapa dalam Islam” dan “Islam dan Modenisasi”.11
madrasah yang sudah mampu mengungguli
kualitas sekolah umum, tetapi secara umum Istilah modern atau modernisasi
kualitas madrasah dan sekolah-sekolah serta menunjukkan pada sesuatu yang baru atau
perguruan tinggi Islam masih belum memadai. perubahan-perubahan yang terjadi pada
Citra lembaga pendidikan Islam relatif rendah. pola dan tatanan kehidupan manusia. Istilah
Adalah suatu kenyataan bahwa dalam rangking ini muncul dari masyarakat barat yang
kelulusan Ujian Nasional (UN), madrasah dan mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan
usaha mengubah paham-paham adat-istiadat,

sekolah-sekolah Islam pada umumnya, berada institusi lama, dan sebagainya, untuk

dalam urutan bawah dibandingkan sekolah- disesuaikan dengan suasana baru yang

sekolah negeri dan swasta lainnya.8 ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
Penerapan sistem Modernisasi dalam teknologi modern. Tujuan utama kemunculan
modernisasi adalah menyesuaikan ajaran-
pengaplikasian sistem pendidikan, pesantren ajaran yang terdapat dalam agama Katolik
menggabungkan antara ilmu umum dan dan Protestan dengan ilmu pengetahuan
ilmu agama yang dikenal dengan istilah modern. Dari modern inilah, di Barat muncul
Integrasi Ilmu Pengetahuan. Keberadaan sekularisme.12

6 Harun Asrofah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 9 Shobahussurur, “Pembaruan Pendidikan Islam Perspektif Hamka,”
hal.154-169 Tsaqafah 5, no. 1 (1430): 79–96.
7 Bashori Bashori, “Modernisasi Lembaga Pendidikan Pesantren,” 10 Harun Nasution, 1975, Pembaharuan dalam Islam Sejarah
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan 6, no. 1 (2017): 47, http://ejournal.stkip- Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, hal.3
11 Tabrani. ZA, 2003, Modernisasi Pengembangan Pendidikan Islam,
pgri-sumbar.ac.id/index.php/jurnal-mamangan/article/view/1313. dalam Jurnal Serambi Tarbawi Vol. I, No.1 Januari, hal.66
8 H.M. Bambang Prawono, 2002, Reformasi Pendidikan Islam dalam 12 Adeng Muchtar Ghazali, 2005, Pemikiran Islam Kontemporer,
Millenium III” dalam Mudjia Raharjo, Quo Vadis Pendidikan Islam: suatu refleksi Keagamaan yang Dialogis, Bandung: Pustaka Setia,

Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Pengetahuan, hal.183

Malang: Cendekia Putramulya, hal. 36-37

585

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Modernisasi pendidikan adalah salah satu
modern memasuki dunia Islam, terutama pendekatan untuk suatu penyelesaian jangka
sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam panjang atas berbagai persoalan ummat Islam
sejarah Islam dipandang sebagai permulaan saat ini dan pada masa yang akan datang. Oleh
Periode Modern. Pada awal abad ke-20 umat karena itu, modernisasi pendidikan adalah suatu
Islam Indonesia mengalami beberapa perubahan yang penting dalam melahirkan suatu peradaban
dalam bentuk kebangkitan, agama, perubahan, Islam yang modern.16
dan pencerahan. Secara umum periode ini sering
disebut Zaman Bergerak atau Era Kebangkitan Namun demikian, modernisasi
Nasional, yang diwarnai dengan suasana hingar- pendidikan Islam tidaklah dapat dirasakan
bingar penuh dengan pergolakan.13 Di antara hasilnya pada satu dua hari saja namun
motivasinya adalah dorongan untuk mengusir memerlukan suatu proses yang panjang yang
penjajah. Meskipun ada dorongan kuat untuk setidaknya akan menghabiskan sekitar dua
melawan penjajahan, akan tetapi umat Islam generasi. Mengingat pentingnya modernisasi
sadar bahwa tidak mungkin melawan penjajah pendidikan Islam, maka setiap lembaga
hanya dengan cara tradisional. pendidikan Islam haruslah mendapatkan
penanganan yang serius agar menghasilkan
Modernisasi pendidikan di Indonesia para pemikir dan intelektual yang handal dan
lebih dikenal dengan istilah reformasi. Emil mempunyai peran sentral dalam pembangunan.17
Salim menekankan arti reformasi untuk
perubahan dengan melihat keperluan masa Modernisasi dalam pendidikan Islam
depan. Sejak awal abad ke-20, masyarakat pertama kali harus tertuju kepada tujuan
muslim di Indonesia telah melakukan pendidikan Islam itu sendiri. Adapun tujuan
modernisasi. Modernisasi ini dirintis oleh tertingginya yaitu sebagai suatu proses
tokoh pelopor pembaharu pendidikan Islam pendidikan yang akan menghasilkan peserta
Minangkabau, seperti Syekh Abdullah Ahmad, didik yang beribadah kepada-Nya dan sebagai
Zainudin Labai El-Yunus dan lain-lain, juga khalîfah di muka bumi yang dijabarkan
dalam bentuk organisasi organisasi Islam menjadi tujuan umum. Secara operasional
seperti Jamiat Khair, Al-Irsyad, Persyarikatan dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan
Ulama, Muhammadiyah, Persatuan Islam Islam secara institusional, kurikuler, maupun
(PERSIS), dan Nahdatul Ulama di daerah tujuan instruksional.18
lain.14 Akan tetapi, perubahan itu memiliki
motivasi yang betul-betul pragmatis, yaitu 2. Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
bagaimana mengimbangipendidikan umum Konsep modernisasi pendidikan Islam
yang berkembang pesat yang semata-mata
diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan bukan hanya sebatas berusaha melibatkan
kolonialisme.15 pendidikan Islam kedalam budaya modern, akan
tetapi juga mengembalikan ilmu pengetahuan
13 Muhammad Ali, 2006, Islam Muda: Liberal, Post-Puritan, Post- dan teknologi kepada induk dari segala ilmu
Tradisional, (Yogyakarta: Aperion Philotes, hal. 25 pengetahuan, yakni filsafat.
14 Harun Asrofah, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos,
hal.154-169 16 Syed Sajjad Husein dan SyedAliAshraf, 1994, Menyongsong Keruntuhan
15 A. Syafi’i Ma’arif, 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, Pendidikan Islam, terj. RahmaniAstuti, Bandung: Gema Risalah Press, hal.6
Yogyakarta: PT.Tiara Wacana, hal. 131 17 H. Moh. Baidlowi, 2006, Modernisasi Pendidikan Islam (Telaah
atas pembaharuan Pendidikan di Pesantren), Jurnal Tadris Vol. 1
586 No.2, hal. 161
18 Ibid, hal. 163

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN
(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION) (Taufik Rizki Sista)

Dalam Islam, sumber dari segala ilmu sebagai sesuatu yang mengagumkan. Hal

adalah Al-quran dan Hadist, yang kemudian ini menyebabkan ummat Islam tergoda oleh

mengilhami para filusuf filusuf muslim kemajuan barat dan berupaya melakukan

untuk mengembangkan segala bidang ilmu reformasi dengan westernisasi. Ternyata jalam

pengetahuan dan teknologi. Pengembangan yang ditempuh melalui westernisasi ini justru

ilmu tersebut melahirkan pembidangan ilmu menghancurkan dan menjauhkan ummat Isalm

baru yang dikemudian hari, bidang bidang ilmu dari ajaran Al-quran dan Hadist. Sebab segala

tersebut semakin menjauh dari induknya bahkan pandangan dari peradaban barat diterima tanpa

terlihat sudah tidak berkaitan satu sama lain. Hal disaring terlebih dahulu.

inilah yang menyebabkan kamunduran ummat Menurut Al-Faruqi, tujuan dari rencana

Islam secara signifikan.19 kerja Islamisasi Ilmu Pegetahuan adalah (a)

Fenomena kemunduran ini meresahkan penguasaan disiplin ilmu modern (b)penguasaan

kalangan cendekiawan muslim yang peduli khazanah Islam (c) penentuan relevansi Islam

terhadap kemaslahatan ummat, hingga lahirlah bagi masing-masing bidang Ilmu modern (d)

gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang pencarian sintesa kreatif antara khazanah

berupaya untuk mengembalikan fitrah dari ilmu Islam dengan ilmu modern (e)pengarahann

pengetahuan dan teknologi serta menyadarkan aliran pemikiran Islam ke jalan yang mencapai

ummat Islam bahwasanya ilmu pengetahuan pemenuhan pola rencana Allah SWT.

modern merupakan sarana untuk meningkatkan Untuk merealisasikan tujuan-tujuan

keimanan kita terhadap Allah SWT. Hal tesebut, sejumlah langkah harus diambil
ini berdasarkan fakta bahwa segala ilmu menurut satu urutan logis yang menetukan
pengetahuan modern bersumber dari Al-Quran prioritas-prioritas masing-masing langkah.
dan Hadist. Terdapat dua belas langkah dalam mencapai
Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu berupa
Gagasan tentang Islamisasi Ilmu penguasaan disiplin ilmu, survei disiplin ilmu,
Pengetahuan ini pertama kali dilontarkan oleh penguasaan khazanah Islam, tahap analisis
Ismail Raji Al-Faruqi pada saat pembentukan khazanah Islam, penentuan relevansi khas
The International Institue of Islamic Thought terhasap disiplin ilmu, penilaian kritis terhadap
di Washington DC pada tahun 1981 dan forum ilmu modern, penilaian kritis terhadap khazanah
The First International Conference of Islamic Islam tingkat perkembangan masa kini, survei
Thought and Islamization of Knowlegde di permasalahan yang dihadapi ummat Islam,
Islamabad pada tahun 1982. survei permasalahan yang dihadapi ummat
manusia secara umum, analisa kreatif dan
Alasan yang melatar belakangi pemikiran

Islamisasi Ilmu Al-Faruqi adalah ummat sintesa, penyebarluasan ilmu ilmu yang telah

Islam saat ini berada dalam kedaan lemah dan disampaikan.21

telah menjadikan Islam berada pada zaman Al-Faruqi mengemukakan ide Islamisasi

kemunduran serta menempatkan ummat Islam berdasarkan esensi Tauhid yang memiliki

pada anak tangga bangsa-bangsa terbawah.20 makna bahwa ilmu pengetahuan harus memiliki

Masyarakat muslim melihat kemajuan barat kebenaran.22 Al-Faruqi juga menggariskan

19 Mohammad Muchlis Solichin, “Kebertahanan Pesantren beberapa prinsip dalam pandangan Islam
Tradisional Menghadapi Modernisasi Pendidikan,” KARSA: Journal
21 Isma’il Raji Alfaruqi, 1984, Islamisasi Pengetahuan, penerjemah
of Social and Islamic Culture 22, no. 1 (2014): 93–113, http://ejournal. Anas Mahyiddin, Bandung, Pustaka, hal. 118
22 Rosnani Hasim, 2005, Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
stainpamekasan.ac.id/index.php/karsa/article/view/545/527. Kontemporer: Sejarah, Perkembangan, dan Tujuan, dalam Islamia
20 Abdul Sani, 1998, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan
Modern dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Hal: 264-265. Thn II No.06, hal. 36

587

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

sebagai kerangka pemikiran metodologi dan ideal itu, maka realisasinya harus sepenuhnya
cara hidup Islam. Prinsip-prisip tersebut bersumber dari cita-cita al-Qur’an, sunnah, dan
ialah Keesaan Allah, Kesatuan alam semesta, ijtihad-ijtihad yang masih berada dalam ruang
Kesatuan kebenaran dan kesatuan pengetahuan, lingkupnya.24
Kesatuan hidup, serta Kesatuan ummat manusia.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi25,
Meskipun konsep Islamisasi ilmu menyatakan bahwa prinsip utama pendidikan
pengetahuan banyak mendapat kritikan Islam adalah pengembangan berpikir bebas
dari para ilmuan, namum gagasan ini telah dan mandiri secara demokratis dengan
memberikan kontribusi yang sangat signifikan memperhatikan kecenderungan peserta
terhadap usaha-usaha mengembalikan fitrah didik secara individual yang menyangkut
ilmu pengetahuan modern dengan sumber aspek kecerdasan akal dan bakat. Hal yang
yang sebenarnya yaitu Allah SWT. Gagasan dititikberatkan ialah prinsip pendidikan Islam:
Islamisasi ini juga memberikan kontribusi yang demokrasi dan kebebasan, pembentukan akhlak
besar terhadap penyusunan materi pendidikan karimah, sesuai kemampuan akal peserta didik,
Islam kontemporer.23 diversifikasi metode, pendidikan kebebasan,
orientasi individual, bakat keterampilan terpilih,
3. Sistem Pendidikan Islam di Indonesia proses belajar dan mencintai ilmu, kecakapan
Dewasa Ini berbahasa dan dialog, pelayanan, sistem
Dalam studi kependidikan, sebutan universitas, dan rangsangan penelitian.

“Pendidikan Islam” pada umumnya dipahami Perubahan peradaban dan kebudayaan
sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan masyarakat dewasa ini, berjalan secara cepat
yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga dan berkelindan. Perubahan ini tentu saja
digambarkan bahwa pendidikan yang mampu akan mempengaruhi pilihan masyarakat
membentuk “manusia yang unggul secara terhadap pendidikan sebagai agent of change.
intelektual, kaya dalam amal, dan anggun dalam Pendidikan yang akan dipilih masyarakat sudah
moral.” Hal ini berarti menurut cita-citanya barang tentu yang dapat mengembangkan
pendidikan Islam memproyeksi diri untuk kualitas dirinya sesuai dengan perkembangan
memproduk “insan kamil” sekalipun diyakini perubahan itu. Sebaliknya, pendidikan yang
baru (hanya) Nabi Muhammad SAW yang telah kurang memberikan janji masa depan tidak
mencapai kualitasnya. akan mengundang minat atau antusiasme
masyarakat. Sesuai dengan ciri masyarakat
Pendidikan Islam dijalankan atas seperti ini, maka pendidikan yang akan
roda cita-cita yang demikian dan sebagai dipilihnya adalah pendidikan yang dapat
alternatif pembimbingan manusia agar tidak memberikan kemampuan secara teknologis
berkembang atas pribadi yang terpecah, fungsional, individual, informatif, dan
split of personality, dan bukan pula pribadi terbuka. Adapun yang lebih penting lagi,
timpang. Manusia diharapkan tidak materialistik kemampuan secara etik dan moral yang dapat
atau aspiritualistik, amoral, egosentrik atau dikembangkan melalui agama. Dari semua itu,
antrosentris, sebagaimana yang secara ironis pada akhirnya kita mempertanyakan posisi dan
masih banyak dihasilkan oleh sistem pendidikan
kita dewasa ini. Untuk meraih tujuan yang 24 Muslih Lisa dan Aden Wijdan SZ, 1997, Pendidikan Islam dalam
Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media, hal. 35-36
23 Muhammad Hasan, “Inovasi Dan Modernisasi Pendidikan Pondok 25 M. Athiah Al-Abrasyi, 1970, Dasar-dasar pokok Pendidikan
Pesantren,” KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya KeIslaman 23, no. 2 Islam, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 165
(2015): 295–305.

588

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION) (Taufik Rizki Sista)

peran pendidikan Islam di Indonesia.26 bahwa usaha modernisasi dan peningkatan

Secara umum, kondisi pendidikan Islam pendidikan Islam sering bersifat sepotong-

di Indonesia, juga menghadapi nasib yang sepotong atau tidak komprehensif dan

sama dengan pendidikan nasional. Kualitas menyeluruh. Sebab usaha modernisasi atau

lembaga pendidikan Islam secara umum peningkatan itu dilakukan seadanya atau

masih menyedihkan. Meskipun telah ada seingatnya, maka tidak terjadi perubahan

beberapa madrasah yang sudah mampu esensial dalam sistem pendidikan Islam.

mengungguli kualitas sekolah umum, tetapi Sistem pendidikan Islam tetap cenderung

secara umum kualitas madrasah dan sekolah- berorientasi ke masa silam ketimbang

sekolah serta perguruan tinggi Islam masih berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat

belum memadai. Citra lembaga pendidikan future oriented. Selain itu, kalau kita mau jujur,

Islam relatif rendah. Adalah suatu kenyataan sebagian besar sistem pendidikan Islam belum

bahwa dalam rangking kelulusan Ujian Nasional dikelola secara profesional.28 Dengan kenyataan

(UN), madrasah dan sekolah-sekolah Islam ini, maka sebenarnya sistem pendidikan Islam

pada umumnya, berada dalam urutan bawah haruslah senantiasa mengorientasikan diri

sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya.27 kepada menjawab kebutuhan dan tantangan

Secara lebih khusus, pendidikan Islam yang muncul dalam masyarakat kita sebagai

menghadapi berbagai persoalan dan kesenjangan konsekuensi logis dari perubahan.

dalam berbagai aspek yang lebih kompleks Hanya dengan respons yang tepat,

daripada pendidikan nasional, yaitu berupa pendidikan Islam dapat diharapkan lebih

persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, fungsional dalam mempersiapkan anak didik

tujuan, sumber daya, serta manajemen untuk menjawab tantangan perkembangan

pendidikan Islam. Kelemahan juga terlihat pada Indonesia modern yang terus semakin

kualitas dan kuantitas guru yang masih belum kompleks.29

memadai. Guru adalah kunci keberhasilan

sekolah. Jika gurunya berkualitas rendah dan 4. Perkembangan Modernisasi Sistem

rasio guru murid tidak memadai, maka out put dalam Pendidikan Islam di Indonesia.

pendidikannya dengan sendirinya akan rendah. Berbicara tentang sistem Moderniasi

Gaji guru secara umum masih kecil. Tidak sedikit dalam pendidikan Islam tak bisa terpisahkan

guru madrasah swasta yang gajinya di bawah dari lembaga pendidikan pesantren. Penerapan

tingkat upah minimum regional (UMR). Latar sistem Modernisasi dalam pengaplikasian sistem

belakang siswa-siswi lembaga pendidikan Islam pendidikannya, pesantren menggabungkan

pada umumnya dari kelas menengah ke bawah. antara ilmu umum dan ilmu agama yang dikenal

Menyadari kondisi pendidikan Islam, dengan istilah Integrasi Ilmu Pengetahuan.30

sebagaimana pendidikan nasional, selama Dalam perspektif historis kultural,

ini sebenarnya juga telah ada berbagai pondok pesantren dapat dikatakan sebagai

usaha modernisasi dan peningkatan kualitas training center, sekaligus dijadikan sebagai

pendidikan Islam. Hanya saja, kita menyadari cultural central Islam yang dilembagakan

26 H Moh Baidlawi, “Modernisasi Pendidikan Islam ( Telaah Atas 28 Azyumardi Azra, 1999, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi
Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren),” Tadris 1, no. 2 (2006): Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, hal.59
154–167. 29 Ibid, hal. 57-58
27 H.M. Bambang Prawono, 2002, Reformasi Pendidikan Islam dalam 30 Kholili Hasib and Mahasiswa Pascasarjana, “PENDIDIKAN
Millenium III” dalam Mudjia Raharjo, Quo Vadis Pendidikan Islam: KONSEP T A ’DIB SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN ISLAM DI
Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Pengetahuan, ERA GLOBAL,” At-Ta’dib 05, no. JULI (1430): 43–57.
Malang: Cendekia Putramulyahal. 36-37

589

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

oleh masyarakat Islam dan secara defacto Menuju Sistem Pendidikan Terintegrasi
tidak diabaikan pemerintah. Apalagi dalam Terdapat dua cara yang sangat dibutuhkan
sejarahnya, aktivitas dan proses awal pendidikan jika diinginkan lahirnya pola pendidikan yang
formal embrionya di masjid, surau-surau dan terintegrasi. Cara yang pertama menyangkut
sebagian ulama dan guru mengajarkannya upaya mengintegasikan pengetahuan umum
di rumah masing-masing. Jadi, pendidikan dan agama. Adapun cara yang kedua adalah
formal dalam bentuk bangunan khusus mengintegrasikan karakteristik leader dan
belajar belum diciptakan. Namun, secara karakteristik manager dalam organisasi
formil, sistem pendidikan kelembagaan mulai pendidikan formal.32
hadir ketika pemerintahan kolonial Belanda
memperkenalkan sistem pendidikan baratnya. a. Integrasi Sains Umum dan Agama
Kondisi ini kemudian berasimilasi antara sistem Upaya mengitegrasikan
kelembagaan pondok pesantren dengan sistem
pendidikan barat, baik secara fisik gedung pengetahuan umum dan agama ke dalam
belajar formalnya, dan juga pada penyesuaian satu bentuk lembaga pendidikan. Korelasi
materinya. Implikasinya adalah lahirnya Islam dengan kategori keilmuan seperti
pendidikan formal yang dikelola pemerintah konsep ilmu pengetahuan umumnya
sebagai madrasah negeri (state school) dan berhadapan dengan pengertian Islam
madrasah swasta (private school). sebagai sesuatu, yang dalam kategori
Islam dapat dilihat sebagai, kekuatan
Berdasarkan realitas tersebut, iman dan takwa, sesuatu yang sudah
tampaknya sebagian pondok pesantren tetap final. Sedangkan kategori ilmu seperti
mempertahankan bentuk pendidikannya disebutkan di atas, memiliki ciri khas
yang asli atau tradisional, sebagian lagi berupa perubahan perkembangan dan
mengalami perubahan. Hal ini lebih disebabkan tidak mengenal kebenaran absolut. Semua
oleh tuntutan zaman dan perkembangan nilai kebenaranya bersifat relatif. Islam
pendidikan di tanah air. Karenanya, saat ini di yang dilihat dari sudut pengembangan
samping terdapat pesantren dengan karakteristik ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
ketradisionalannya, juga bermunculan pesantren masih dalam proses. Artinya masih terus
yang berlabel modern. Sejalan dengan uraian menerus dicari dan dikembangkan,
itu, maka dipahami bahwa keberadaan pondok belajar terus tanpa henti untuk mencari
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan menemukan Islam.
dan dengan berbagai ciri khas serta unsur
utamanya dapat dikatakan telah turut menghiasi Menurut catatan sejarah, filsafat
sejarah pendidikan nasional dan bahkan sejarah dan ilmu pengetahuan serta teknologi
perjuangan bangsa melawan kolonial. Oleh keduanya dilahirkan dan dikembangkan
karena itu, pondok pesantren yang tersebar pertama kali oleh bangsa Yunani
di seluruh pelosok negeri dengan santri dengan mendasarkan pada hukum alam
yang ribuan jumlahnya adalah aset nasional (natural law). Mereka meyakini bahwa
yang memerlukan pemikiran dan strategi kebenaran mutlak hanya ada di alam
pengembangannya yang lebih maju dan tanpa idea. Sedangkan yang ada di dunia
mengabaikan citranya.31 hanyalah bayangan dari kebenaran alam

31 Baidlawi, “Modernisasi Pendidikan Islam ( Telaah Atas Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren).”
32 Rosnani Hasim, hal. 55
590

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION) (Taufik Rizki Sista)

idea itu. Oleh karena itu, sifatnya relatif. dikritik. Menilai dan menggugat kembali

Para ahli Yunani sejak ribuan tahun keabsahan dan kebenaran suatu pendapat
sebelum Nabi Muhammad SAW lahir adalah diharuskan tanpa menilai yang
di dunia ini sudah mengingatkan kepada berpendapat. Bahkan, seorang ilmuwan
seluruh ilmuan bahwa ada orde yang dengan senang hati melemparkan
tidak mungkin dilampaui oleh manusia pendapatnya untuk nilai dan bukan
dan oleh siapapun, yaitu orde alam. untuk dipertahankan, karena yang dicari
Karena bangsa Yunani tidak mengenal adalah kebenaran, bukan pembenaran.
agama Samawi, maka filsafat dan ilmu Oleh karena itu, dalam Islam diharapkan
pengetahuan yang dikembangkan adalah muncul intelektual yang bersif jujur,
sekuler. Bahkan universitas-universitas berpengalaman, rendah hati dalam arti
modern yang berdasarkan model- model menerima kemungkinan kebenaran orang
Barat tidak mencerminkan manusia, lain dan tidak mengisolir diri sehingga
melainkan lebih mencerminkan negara ilmuwan Islam berbeda dan memiliki
sekuler.33 identitas diri dengan ilmuwan non-
muslim. Itulah sebabnya pandangan Barat
Masalah hukum alam oleh sebagian sangat sulit.
orang Islam dikembangkan menjadi
Untuk memenuhi hal di atas,

sunnatullah. Kerja ini disebut dengan tawaran yang mungkin dikedepankan

mengIslamisasikan. Hukum alam adalah adalah bahwa setiap ilmuwan harus
ciptaan Allah SWT dan kebenaran di mampu berpikir dan mengembangkan
alam idea menjadi kebenaran Allah keilmuannnya dalam lingkup iman dan
SWT. Maksudnya, kebenaran mutlak takwa. Tentu, konstruksi pemikiran
yang hak itu hanya ada pada Allah SWT. yang ditawarkan harus dipengaruhi
Sedangkan kebenaran duniawi adalah oleh pandangan-pandangan, filosofis,
kebenaran relatif yang harus secara teologis, dan sosiologis serta hal-hal yang
menerus dikembangkan berdasarkan melingkupinya. Hal ini bisa dilakukan
perspektif kebenaranAllah SWT. Dengan dengan pendekatan metodologi yang
demikian, dalam pemahaman nalar Islami, baru. Metodologi yang tepat untuk hal
pengembangan ilmu pengetahuan tetap ini adalah pengembangan metode rasional
menggunakan metodologi keilmuannya dan empirik serta memadukan aspek
secara intrinsik dan menjadi tuntutan tradisional dan modern sesuai dengan
universal. sifat, corak, dan kebutuhannya.

Dalam pandangan Islam, ilmu b. Integrasi Karakteristik Leader dan
sudah terkandung secara esensial dalam Manager di Organisasi Pendidikan
al-Qur’an. Oleh karena itu, berilmu Dalam Islam
berarti beragama dan beragama berarti Kepemimpinan telah menempatkan
berilmu, maka tidak ada dikotomi hal penting sehingga memperoleh
antar ilmu dan agama. Ilmu tidak perhatian yang besar. Kedudukan
bebas nilai, tetapi bebas dinilai atau kepemimpinan mempunyai posisi penting

33 Azyumardi Azra, hal.81

591

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

sehingga setiap kelompok memiliki untuk mengukur gagasan-gasasan yang
pemimpin. Sebagaimana hadits Nabi mengandung skenario ideal tentang
Muhammad SAW yang artinya : dari Abu masa depan dan keterwujudan kenyataan.
Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya Kemampuan menganalisis tantangan dan
berkata, Rasulullah bersabda. Apabila hambatan menjadi kekuatan dan peluang
tiga orang keluar bepergian, hendaklah berdasarkan riset kepemimpinan yang
mereka menjadikan salah satu sebagai berhasil mencapai kemajuan.36
pemimpin (HR. Abu Dawud).
Kepemimpinan visioner
Kepemimpinan memiliki mempertegas bahwa kekuatan daya dan
kekudukan penting, tidak hanya dalam usaha bersama untuk menggerakkan
ajaran Islam, tetapi kajian manajemen semua sumber daya manusia dan alat
intinya terletak dalam kepemimpinan. (resources) yang tersedia di suatu unit
Kepemimpinan memperoleh perhatian pendidikan. Resources tersebut dapat
serius karena menyangkut manajemen digolongkan menjadi dua bagian,
dalam merancang, mengorganisasi yaitu human resources dan non-human
dan mengawasi terhadap proses resources. Lembaga pendidikan yang
perbaikan SDM. Kepemimpinan perlu termasuk salah satu unit organisasi, juga
memperhatikan standar visi, misi, dan terdiri atas berbagai unsur atau sumber
tujuan sekolah agar tercapai kualitas dan manusia adalah yang merupakan
SDM.34 Hal ini perlu didukung kemampuan unsur terpenting. Menurut Gorton, yang
membaca kondisi dan menetapkan disebut perangkat perangkat sekolah
keunggulan SDM. Pemimpin perlu seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa
memperoleh dukungan lingkungannya dan seluruh staf, harus saling mendukung
dan bersedia bergerak mencapai untuk saling bekerja sama mencapai
standar keunggulan yang telah disepakati tujuan yang telah ditetapkan.
bersama-sama. Keberanian mengambil
peran strategis dalam melaksanakan Untuk itu dapat dikatakan bahwa,
kepemimpinan. Artinya kepemimpinan kesuksesan suatu organisasi pendidikan
organisasi harus dapat mengembangkan adalah tujuan yang telah ditetapkan
peraturan-peraturan yang sudah baku oleh pemimpin. Pemimpin mampu
menuju perubahan bersama. Ini menumbuhkan iklim kerja sama agar dapat
memberikan tempat dinamika pemimpin menggerakkan sumber-sumber lembaga
berinisiatif di lingkungan organisasi sehingga dapat mendayagunakannya
pendidikan.35 dan dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Kepemimpinan adalah
Kepemimpinan visioner kemampuan mempersiapkan diri untuk
ditandai oleh kemampuan mengelola dapat mempengaruhi, mendorong, dan
intuisi yang berhubungan dengan menggerakkan untuk membentuk proses
fokus pengembangan organisasi dan pencapaian tujuan yang peningkatan
lingkungan pendidikan. Kemampuan sumber daya manusia (SDM).
mengelola visi organisasi pendidikan
36 Alhamuddin, “Pendidikan Islam Modern Ala Trimurti Pondok
34 Made Pidarta. 1995. Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Modern Darussalam Gontor,” At-Ta’dib 03, no. Desember (2005):
Dasar. Jakarta: Gramedia. hal. 81. 203–231.
35 Ibid, hal.81.

592

PERKEMBANGAN MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI GAGASAN ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN

(THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC EDUCATION SYSTEM MODERNIZATION IN INDONESIA TROUGH THE IDEAS OF KNOWLEDGE
ISLAMIZATION) (Taufik Rizki Sista)

KESIMPULAN sistem tata kelola kelembagaannya serta

Modernisasi pendidikan Islam adalah menitegrasikan kurikulum yang dipakai antara

satu pendekatan untuk suatu penyelesaian kurikulum agama dan umum. Modernisasi

jangka panjang atas berbagai persoalan sistem kelembagaan dapat diaplikasikan dengan

ummat Islam saat ini dan pada masa yang menertibkan tata kelola administrasi lembaga

akan datang. modernisasi pendidikan Islam pendidikan baik pesantren maupun sekolah

tidaklah dapat dirasakan hasilnya pada satu Islam formal non pesantren. Integrasi ilmu

dua hari saja namun memerlukan suatu merupakan langkah awal dari Islamisasi ilmu

proses yang panjang yang setidaknya akan pengetahuan yang mana ini merupaka usaha

menghabiskan sekitar dua generasi. Mengingat untuk mengembalikan fitrah ilmu pengeatahuan

pentingnya modernisasi pendidikan Islam, kepada induk asalanya yaitu Al-Quran. Pola ini

maka setiap lembaga pendidikan Islam haruslah telah jarang diterapkan di lembaga pendidikan

mendapatkan penanganan yang serius. Islam saat ini.

Gagasan gagasan modernisasi pendidikan

Islam menurut para pakar yang perlu diketahui

oleh pendidik Islam pada zaman sekarang, DAFTAR PUSTAKA

tercermin dari rencana kerja Islamisasi Ilmu Al-Abrasyi, M. Athiah. 1970. Dasar-dasar

Pegetahuan yang berupa (a) penguasaan disiplin pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan

ilmu modern (b) penguasaan khazanah Islam Bintang.

(c)penentuan relevansi Islam bagi masing- Alfaruqi, Isma’il Raji. 1984. Islamisasi

masing bidang Ilmu modern (d) pencarian Pengetahuan, penerjemah Anas

sintesa kreatif antara khazanah Islam dengan Mahyiddin. Bandung, Pustaka.

ilmu modern (e) pengarahann aliran pemikiran Ali, Muhammad. 2006. Islam Muda: Liberal,

Islam ke jalan yang mencapai pemenuhan pola Post-Puritan, Post-Tradisional.

rencana Allah SWT. Yogyakarta: Aperion Philotes.

Langkah-langkah dalam mencapai Asrofah, Harun. 1999. Sejarah Pendidikan

Islamisasi ilmu pengetahuan yaitu berupa Islam. Jakarta: Logos.

Penguasaan disiplin ilmu, Survei disiplin ilmu, Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam:

Penguasaan khazanah Islam, Tahap analisis Tradisi dan Modernisasi Menuju

khazanah Islam, Penentuan relevansi khas Milenium Baru. Jakarta: Logos.

terhasap disiplin ilmu, Penilaian kritis terhasap Alhamuddin. “Pendidikan Islam Modern Ala

ilmu modern, Penilaia kritis terhadap khazanah Trimurti Pondok Modern Darussalam

Islam tingkat perkembangan masa kini, Survei Gontor.” At-Ta’dib 03, no. Desember

permasalahan yang dihadapi ummat Islam, (2005): 203–231.

Survei permasalahan yang dihadapi ummat Bashori. “Modernisasi Lembaga Pendidikan

manusia secara umum, Analisa kreatif dan Pesantren.” Jurnal Ilmu Sosial Mamangan

sintesa, Penyebarluasan ilmu ilmu yang telah vol.6, no. 1 (2017): 47.

disampaikan. Baidlowi, Moh. 2006. Modernisasi Pendidikan

Perkembangan pendidikan Islam modern Islam (Telaah atas pembaharuan

saat ini dapat dicerminkan dari lahirnya lembaga Pendidikan di Pesantren), Jurnal Tadris

pendidikan Islam yang mulai memodernisasikan Vol. 1 No.2.

593

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Boechari, Sidi Ibrahim. 1981. Pengaruh Timbal Prawono, M. Bambang. 2002. Reformasi
BAlik antara Pendidikan Islam dan Pendidikan Islam dalam Millenium
Pergerakan Nasional di Minangkabau, III” dalam Mudjia Raharjo, Quo
Jakarta: Gunung Tiga. Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan
Realitas Pendidikan Islam, Sosial
Ghazali, Adeng Muchtar. 2005. Pemikiran Islam dan Pengetahuan, Malang: Cendekia
Kontemporer, suatu refleksi Keagamaan Putramulya.
yang Dialogis. Bandung: Pustaka Setia.
Prawono, M. Bambang. 2002. Reformasi
Harun Asrofah. 1999. Sejarah Pendidikan Pendidikan Islam dalam Millenium
Islam. Jakarta: Logos. III” dalam Mudjia Raharjo, Quo
Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan
Hasim, Rosnani. 2005. Gagasan Islamisasi Ilmu Realitas Pendidikan Islam, Sosial
Pengetahuan Kontemporer: Sejarah, dan Pengetahuan, Malang: Cendekia
Perkembangan, dan Tujuan, Jurnal Putramulya.
Islamia Thn II No.06.
Sani, Abdul. 1998. Lintasan Sejarah Pemikiran
Hasan, Muhammad. “Inovasi Dan Modernisasi Perkembangan Modern dalam Islam.
Pendidikan Pondok Pesantren.” KARSA: Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jurnal Sosial dan Budaya KeIslaman 23,
no. 2 (2015): 295–305. Shobahussurur. “Pembaruan Pendidikan Islam
Perspektif Hamka.” Tsaqafah 5, no. 1
Hasib, Kholili, and Mahasiswa Pascasarjana. (1430): 79–96.
“PENDIDIKAN KONSEP T A ’DIB
SEBAGAI SOLUSI PENDIDIKAN Solichin, Mohammad Muchlis.
ISLAM DI ERA GLOBAL.” At-Ta’dib “Kebertahanan Pesantren Tradisional
05, no. JULI (1430): 43–57. Menghadapi Modernisasi Pendidikan.”
KARSA: Journal of Social and Islamic
Husein, Syed Sajjad dan Syed Ali Ashraf. 1994. Culture 22, no. 1 (2014): 93–113.
Menyongsong Keruntuhan Pendidikan
Islam, terj. Rahmani Astuti. Bandung: Syahminan. 2014. Modernisasi system
Gema Risalah Press. pendidikan Islam di Indonesia pada
abad 21, Jurnal Ilmiah Peuradeun
Lisa, Muslih dan Aden Wijdan SZ. 1997. (International Multidisciplinary
Pendidikan Islam dalam Peradaban Journal) vol. II, No. 02, Mei 2014.
Industrial. Yogyakarta: Aditya Media.
Tabrani. 2003. Modernisasi Pengembangan
Ma’arif, A. Syafi’i. 1991. Pendidikan Islam Pendidikan Islam, dalam Jurnal Serambi
di Indonesia. Yogyakarta: PT.Tiara Tarbawi Vol. I, No.1 Januari.
Wacana.
Yunus, Mahmud. 1984. Sejarah Pendidikan
Nasution, Harun. 1975. Pembaharuan dalam Islam di Indonesia. Jakarta: Hidakaya
Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Agung.
Jakarta: Bulan Bintang.

Nata, Abudin. 2003. Pendidikan Islam di
Indonesia: Tantangan dan Peluang.
Jakarta: Gramedia.

Pidarta, Made. 1995. Peranan Kepala Sekolah
pada Pendidikan Dasar. Jakarta:
Gramedia.

594

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME:
STUDI TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR

TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM:
WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE

Arlie Nurdiani

Mahasiswi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: [email protected]

ABSTRACT
Occidentalism is the idea of the Egyptian renewal character Hassan Hanafi. This idea
is to understand the West through the Eastern perspective. So as long as we know the efforts of
orientalist to understand the Eastern through their perspectives. Therefore, it is important to note
that the importance of the occidentalism is to observate, review and study the West. So, the main
purpose of occidentalism is to study the West through the eastern perspective. This is to elimenate
Western superiority and restore the eastern confidence. The researcher use the research methods by
submitting sources and analyze it. The problem of occidentalism stems from the needs of orientalists
to understand Islam and ots people various purposes.
In this written, the writer try to describe the meaning, tasks and the aim of occidentalism and
also it’s history. This idea is expected not to stop at the boundaries of discourse, but also there is an
on going study effort by understanding how the way of occidentalism in studying Western traditions.

Keywords: occidentalism, Hassan Hanafi, orientalism

ABSTRAK
Oksidentalisme merupakan gagasan yang didengungkan oleh tokoh pembaharuan Mesir Hassan
Hanafi. Ide oksidentalisme berupaya memahami Barat melalui perspektif Timur. Selama ini kita
mengetahui upaya-upaya orientalis demi memahami Timur melalui perspektif mereka. Maka disini
Hassan Hanafi mensyiarkan pentingnya oksidentalisme yang merupakan kebalikan dari orientalisme
tersebut. Banyak kajian-kajian Barat yang tersebar mengenai dunia ketimuran dan lebih spesifik lagi
Islam dan umatnya. Beliau berpendapat bahwa Timur juga harus bisa untuk melihat, mengkaji, dan
mempelajari Barat. Jadi, tujuan utama oksidentalisme adalah untuk mengkaji Barat melalui kacamata
Timur sehingga Barat menjadi objek kajian Timur. Hal ini demi menghapus superioritas Barat
dan mengembalikan rasa percaya diri Timur. Demi memahaminya, peneliti menggunakan metode
penelitian kajian pustaka, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber dan menganalisisnya.

595

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Masalah oksidentalisme bermula dari kebutuhan orientalis Barat yang untuk memahami Islam dan
masyaratkatnya demi berbagai kepentingan. Dengan demikian, Barat merasa mendominasi atas
Timur, karena Hassan Hanafi menemukan ketimpangan pada hasil kajian mereka mengenai Timur
yang berpengaruh luas pada agama Islam, budaya, dan karakter. Selama ini, Barat menilai dirinya
peradaban yang humanis, maju dan modern. Hal ini berbanding terbalik dengan kajian mereka
terhadaap Timur. Hasil dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa oksidentalisme merupakan
solusi yang tepat untuk menjawab tantangan orientalis. Karena pemahaman oksidentalisme harus
diawali dari pemahaman mendalam terhadap khazanah keilmuwan masa lampau demi menghadapi
masa modern.
Dalam tulisan ini, penulis berusaha menggambarkan maksud, tugas, dan tujuan oksidentalisme
Hassan Hanafi serta sejarah kemunculannya. Gagasan oksidentalisme ini tentu saja diharapkan tidak
berhenti hanya sampai pada batasan wacana, akan tetapi perlu adanya upaya studi berkelanjutan
dengan memahami bagaimana jalan oksidentalisme ini dalam mempelajari tradisi Barat.

Kata Kunci: oksidentalisme, Hassan Hanafi, orintalisme

PENDAHULUAN Berdasarkan uraian di atas dapat
diasosiasikan bahwa Barat adalah pengkaji,
Dalam studi ilmu orientalisme, seorang ilmuwan, pemerintah yang menguasai,
tokoh berkebangsaan Palestina bernama sedangkan Timur sebagai obyek yang dikuasai,
Edward Said berusaha membedah persepsi diduduki dan perlu dipahami. Dalam perspektif
Barat terhadap Timur. Upaya yang dilakukan Said, ilmu orientalisme yang menjadi bahan
Said adalah dekonstruksi, yaitu membongkar kajiannya mengenai wacana bagaimana Timur
semua susunan dan tatanan studi yang dilakukan bermula, berubah dan berkembang. Untuk
Barat terhadap Timur. Maka persoalannya itu semua agar Timur dapat dipahami oleh
sekarang adalah, apakah hanya Barat saja Barat, para pengkaji menggunakan bahasa,
yang mempunyai pandangan terhadap Timur? tradisi akademik dan penelitian Barat. Banyak
Bagaimana dengan Timur sendiri? Tentu ditemukan dari para orientalis yang berusaha
Timur juga mempunyai persepsi tertentu mempelajari Timur untuk menemukan titik
terhadap Barat. Dalam karyanya, Edward Said kelemahan Timur, agama Islam, dan umatnya.
menjelaskan bahwa persepsi Barat terhadap Seperti Snouck Hurgronje yang menjadikan
Timur itu bias dengan subjektivitas Barat, orientalisme sebagai alat penjajahan Belanda.
terutama dalam era kolonialisasi. Dalam Hassan Hanafi, seorang tokoh Mesir,
pandangan itu yang muncul adalah ego Eropa. berpendapat perlu adanya gerakan yang
Barat meletakkan dirinya pada posisi superior berupa pembalikan posisi Barat dan Timur.
sedangkan Timur sebagai orang lain, budaya Menurutnya, Timur juga harus bisa melihat,
dan tradisi lain. Hal ini berarti bahwa Barat mengkaji, dan mempelajari Barat. Kenapa
meletakkan Timur pada posisi inferior. Timur selalu menjadi obyek kajian? Kapan
Timur menjadi peneliti, pengkaji, dan pengamat
596

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR
(TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM: WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE) (Arlie Nurdiani)

terhadap Barat? Kapan Timur memproduksi ulang dan interpretasi ulang terhadap tradisi
pengetahuan tentang Barat? Kapan Timur yang sudah ada dengan ditambah sentuhan
melihat dirinya, dunia lain, dan menerangkan tradisi Barat yang baru dan dengan semangat
sendiri? pencerahan.
Dalam bukunya mukaddimah fi ilmi al-
istighrab, Hanafi berupaya menyajikan gagasan 2. Pengertian Oksidentalisme
Oksidentalisme, sebuah studi tentang Barat Oksidentalisme berasal dari Bahasa
dengan cara pandang Timur (Islam). Hassan Inggris occident yang berarti negeri Barat.
Hanafi menyatakan bahwa oksidentalisme Oksidentalisme bisa dimaknai sebagai studi
sesungguhnya bukan lawan Orientalisme tentang Barat dengan segala aspeknya.
melainkan sebuah hubungan dialektis yang Hamid Fahmy Zarkasyi menjelaskan bahwa
saling mengisi dan melakukan kritik antara yang Barat ataupun Timur sebenarnya bukan letak
satu terhadap yang lain. geografis, sebab Kanada yang terletak di
Utara dan Australia di Selatan, digolongkan
PEMBAHASAN sebagai negeri Barat. Sementara negara
Turki separuhnya terletak di Barat tetapi
1. Biografi Singkat Hassan Hanafi dianggap Timur. Demikian pula Timur. Afrika
Hasan Hanafi dilahirkan di Mesir itu di Selatan, tetapi dikategorikan Timur.
tahun 1935, dengan menyelesaikan sarjana Negaranegara Arab itu tidak di Timur dan tidak
di Universitas Kairo. Tahun 1966 beliau di Selatan, oleh karena itu mereka disebut Timur
menamatkan program doktor di Universitas Tengah. Istilah “Barat” dan “Timur” sebenarnya
Sorbonne Paris. Di Kairo, beliau mengajar merupakan identifikasi Barat terhadap dunia
filsafat dan mengampu sejarah pertengahan selain Barat. Barat sebenarnya mencerminkan
Eropa. Hassan Hanafi sangat mendorong agar sebuah pandangan hidup atau suatu peradaban
Timur mempelajari Barat karena pengalaman dan terkadang ras kulit putih. Pandangan hidup
hidupnya antara Paris dan Kairo. Dengan Barat merupakan kombinasi Yunani, Romawi,
mempelajari Barat, ia berusaha membebaskan tradisi bangsa-bangsa Jerman, Inggris, Perancis,
Timur dari ketergantungan wacana Barat. Ia dan lain sebagainya.
mendorong pembacaan ulang tradisi Timur Oksidentalisme ini dilawankan dengan
dan juga sekaligus mempelajari tradisi Barat. orientalisme. Namun demikian, okesidentalisme
Maka, proyak Hassan Hanafi menjadi dua tidak memiliki tujuan hegemoni dan menguasai
hal: menghidupkan kembali tradisi intelektual seperti orientalisme. Secara ideologis,
Timur yang ia anggap sebagai warisan budaya oksidentalisme yang diusung Hassan Hanafi
dan menambah kajian Barat. Hassan Hanafi ditujukan untuk menghadapi Barat yang
sangat dipengaruhi oleh fenomenologi Jerman, memiliki pengaruh besar terhadap kesadaran
khususnya Husserl. Maka wajar dengan peradaban Timur. Asumsi yang dibangunnya
metode yang dipelajari, ia menyarankan Timur adalah bahwa Barat memiliki batas sosio politik
mempersenjatai dirinya dengan kacamata Barat. kulturalnya sendiri. Oleh karena itu, setiap
Jadi, orientasi Hassan Hanafi untuk mempelajari usaha hegemoni kultur dan pemikiran Barat
Timur sebagai orang Timur dengan pembacaan

597

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

atas dunia lain harus dibatasi. Dengan demikian, sikap terhadap tradisi lama, sikap terhadap
Barat harus dikembalikan pada kewajaran batas- tradisi Barat, dan sikap terhadap realitas (teori
batas kulturalnya. Hassan Hanafi berupaya interpretasi).
melakukan kajian atas Barat dalam perspektif
historis-kultural Barat sendiri.

3. Sejarah Kemunculan Oksidentalisme Masa depan kedudukan kita masa lampau Barat
Sejarah kemunculan oksidentalisme Oksidentalisme Hassan Hanafi menjelaskan
tidak terlepas dari sejarah kecemerlangan kedudukan sekarang yang berada diantara masa
peradaban Islam dan masa kegelapan peradaban lampu (turats al-qadim) dan masa yang akan
dunia Barat. Peradaban Islam yang maju telah datang (realita). Sedangkan tantangan sekarang
mengubah bangsa Timur yang terkesan primitif adalah bagaimana menghadapi hagemoni
dan terbelakang menjadi bangsa yang maju baik dan dominasi Barat yang sudah sekian lama
dari segi agama, pemerintahan, politik, ilmu berkuasa atas Timur. Maka dari itu Hassan
pengetahuan, dan ekonomi. Kondisi demikian Hanafi mengangkat sebuah upaya pembacaan
mendorong para sarjana Barat untuk mengkaji Barat dengan kacamata Timur demi menghadapi
dunia Timur termasuk masyarakat, peradaban, dominasi dan kekuasaan Barat yang semakin
dan agamanya. Saat terjadi renaissance di Barat, menguat.
dunia Timur mulai mengalami kemunduran Agenda kedua beliau yang merupakan
disebabkan para pemimpinnya yang lemah, pengantar oksidentalisme memiliki tiga bagian,
terlebih ketika peradaban Islam dihancurkan yaitu: Sumber peradaban Eropa, pemulaan
oleh pasukan tartar. Sebaliknya, Barat justru kesadaran Eropa dan Akhir kesadaran Eropa1.
semakin menunjukkan kekuasaanya serta Jadi beliau menjelaskan adanya hubungan antara
dominasinya hingga sekarang ini. tiga agenda pada proyeknya. Yang pertama,
Fokus orientalis Barat tidak hanya pada kajian dengan mempelajari budaya Timur itu sendiri,
keilmuwan peradaban Timur saja, melainkan yang dimaksud adalah tradisi Arab. Tradisi
mereka berupaya mempelajari adat Timur lama yang berakar (turats), dengan mempelajari
sehingga menemukan titik kelemahan dari teologi, teks dan cara berpikir warisan lama.
Timur. Jadi ada kepentingan kekuasaan atas Kedua, mempelajari Barat sebagai masa depan,
Timur dibalik studi mereka. Oleh karena itu, awal mula kesadaran Barat, sumber peradaban
upaya mereka membuahkan hasil dengan dan bagaimana akhir dari peradaban Barat itu
menyebarkan kesan buruk mengenai Islam dan
umatnya. 1 Hassan Hanafi, Oksidentalisme Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat,
(Jakarta: Paramadina, 2000), hal. 3
4. Wacana Oksidentalisme Hassan Hanafi
Di dalam bukunya mengenai
oksidentalisme, Hassan Hanafi memaparkan
proyak tradisi dan pembaharuannya (at-turats
wa at-tajdid) yang terdiri dari tiga agenda, yaitu:

598

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR
(TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM: WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE) (Arlie Nurdiani)

sendiri (tajdid). Dan Ketiga, menapak realitas yang kemudian memunculkan kebudayaan
kekinian, yaitu mengembangkan metodologi sekuler, gerakan reformasi dan modernisasi,
berpikir berdasarkan gabungan dua hal tersebut, pendidikan dan sistem modern, demi membela
warisan masa lalu dari Timur dan semangat dari kepentingan dan keyakinan penguasa.3 Maka
Barat itu sendiri. Melalui pilar ketiga ini, Hassan setelah terjadinya kebangkitan Islam, persoalan
Hanafi merekomendasikan sikap kritis terhadap agenda kedua telah menjadi wacana di kalangan
realitas kekinian sebagai upaya rehabilitasi generasi saat ini. Ada yang menyikapi Barat
psikologis yang masih diderita dunia Timur dan pembaratan dengan penolakan secara pasif
akibat gelombang imperialisme dan modernitas total sebagai bagian dari pembelaan diri dan
Barat.2 Ketiga agenda tersebut mengisyaratkan penegasan identitas. Berbagai pro dan kontra
terjadinya proses dialektika antara ego dengan pun bermunculan. Sikap kontra dikritik balik
the other dalam realitas sejarah tertentu. Pada dengan argumentasi bahwa tidak semua yang
setiap posisi peradaban, terdapat tiga faktor datang dari Barat adalah buruk.
bagi terciptanya inovasi, yaitu: faktor warisan, Kita pahami bahwa wersternisasi yang
faktor pendatang, dan faktor tempat-tempat sedang diupayakan Barat terhadap dunia,
inovasi atau tempat-tempat terjadinya proses berdampak baik positif maupun negatif.
asimilasi antara faktor warisan dan pendatang. Misalnya pada westernisasi ilmu, telah
Tiga agenda di atas tidak saling terpisah, tetapi menunjukkan konsep ilmu yang bersumber
saling terkait dan mendukung. Oleh karena itu, kepada panca indera dan akal. Hal ini telah
rekonstruksi atas tradisi lama untuk memasuki melahirkan berbagai macam faham pemikiran
tantangan zaman, sekaligus dapat menghentikan dan peradaban Barat seperti rasionalisme,
westernisasi yang menjerat golongan elit. empirisme, skeptisisme, relatifisme, ateisme,
Tantangan zaman adalah realitas masa kini agnotisme, humanisme, sekulerisme,
yang menjadi wadah rekonstruksi bersama bagi materialisme, kapitalisme, dan liberalisme.
tradisi lama dan tradisi Barat. Maka bersikap Westernisasi ilmu bukan saja telah memisahkan
kritis terhadap kedua tradisi tersebut membantu hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan,
memperlihatkan realitas masa kini. namun juga telah melenyapkan wahyu sebagai
Kita sadari maupun tidak, The other sumber ilmu.4 Syeikh Muhammad Naquib
(tradisi Barat) telah menjadi pendatang utama al-Attas mengatakan bahwa westernisasi ilmu
dalam kesadaran kebangsaan Timur dan tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan
merupakan salah satu sumber pengetahuan agama. Namun dibangun diatas tradisi budaya
bagi peradaban ilmiah dan nasional. Sampai yang diperkuat dengan spekulasi filosofis
sekarang pun belum pernah ada gerakan kritik yang terkait dengan kehidupan sekuler yang
terhadap Barat kecuali dalam batas-batas yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional.
sempit. Itupun dilakukan dengan metode retorik Dalam pandangan Naquib al-Attas, ilmu
atau dialektik, bukan metode kritik. Karena pengetahuan Barat-modern yang diproyeksikan
pengkonsentrasian terhadap sumber Barat inilah melalui pandangan hidupnya, dibangun di atas

2 Abdurrahman Kasdi & Umma Farida, Oksidentalisme Sebagai Pilar 3 Hassan Hanafi, op. cit, hal. 8
Pembaharuan, Jurnal Fikrah, vol. 1, no. 2, Juli-Desember, 4 Adnin Armas, Krisis Epistemologu dan Islamisasi Ilmu, (Ponorogo:
2003, hal. 248 CIOS UNIDA, 2015), hal. 10

599

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

visi intelektual dan psikologis budaya dan Negara telah merdeka namun jiwa tetap
peradaban Barat. Menurutnya, ada beberapa terjajah. Suatu aksi yang yang berkiblat pada
faktor yang menjiwai budaya dan peradaban the other, telah melahirkan reaksi yaitu kembali
Barat: kepada ego.6 Disinilah pentingnya identitas.
1. Akal diandalkan untuk membimbing Menurut Hassan Hanafi, tantangan terbesar
bagi kelompok-kelompok umat saat ini adalah
kehidupan manusia bagaimana mempertahankan identitas tanpa
2. Bersikap dualistik terhadap realitas dan harus menutup diri, serta bagaimana menyikapi
modernitas tanpa harus terjebak ke dalam bahaya
kebenaran taqlid. Sikap kritis terhadap tradisi lama dengan
3. Menegaskan aspek eksistensi yang kembali kepada warisan khazanah Islam klasik,
dapat membantu menghentikan westernisasi
memproyeksikan pandangan sekuler yang dimulai dengan merekonstruksi diri sendiri
4. Membela doktrin humanisme5 menjadi sesuatu yang dapat mencegah proses
pengasingan. Sehingga kita dapat menghindari
Maka, Hassan Hanafi berupaya masuknya pemikiran Barat ke dalam tradisi
menciptakan oksidentalisme demi menghadapi umat yang mengakibatkan terjadinya pertikaian.
westernisasi yang telah berpengaruh luas tidak Selain itu, pemikiran Islam dapat memberikan
hanya pada ilmu dan budaya, bahkan juga pada keteladanan dalam mempertahankan identitas
kehidupan sehari-hari seperti bahasa, style dan mengurangi westernisasi, seperti hal-hal
kehidupan sehari-hari, dan seni bangunan. berikut:
Westernisasi telah mempengaruhi dan 1. Larangan al-Quran untuk tidak berpihak
merasuk ke dalam pola kehidupan umum serta
dalam cara pendang terhadap dunia. Hal ini akan pada orang lain, menjalin keakraban
berdampak pada budaya dan peradaban. Telah dengan musuh, mencintainya dan
sangat jelas dapat dilihat bahkan sampai saat ini melakukan kerjasama dengannya. Seiring
negara-negara Timur yang notabene beragama berjalannya waktu, kita bisa semakin
Islam masih bergantung dan mengikut kepada paham bahwa yang dikehendaki Barat
Barat. Dalam berbagai aspek kebutuhan dan adalah menghancurkan identitas ego
kehidupan, seperti perekonomian, pendidikan, Timur, menjadikan Timur subyek taqlid
modernisasi, sampai pada makanan, dan (Muqollid) kepada Barat sampai pada
kebudayaan. Padahal mereka pun sadar bahwa tingkatan melenyapkan Timur dari dunia
tidak semua yang datang dari Barat adalah ini sehingga mereka menjadi satu-satuya
baik. Tapi seakan-akan pikiran tersebut telah yang eksis. Dengan mengandalkan
tertutupi oleh dominasi modernisasi yang al-Quran, itu merupakan kunci
membabi buta. Hal ini bisa berdampak pada mempertahankan eksistensi Timur dan
hilangnya jati diri sebagai bagian dari bangsa merupakan sumber kontrol bagi manusia.
Timur yang memiliki etika, budaya, keilmuwan, 2. Menolak taqlid baik dalam aqidah
yang kesemuanya berpusat dan berkiblat pada maupun akhlak
syariat Allah Subhanahu wata’ala.
6 Anang Rekza Masyhadi, Oksidentalisme: Menanti peran
5 Ibid., hal. 11 Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, edisi 2 tahun 2004, hal. 3

600

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR
(TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM: WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE) (Arlie Nurdiani)

3. Keteladanan pemikiran Islam lama yang tersebut tidak dapat dipisahkan dan selamanya
mampu mempresentasikan peradaban akan terus terkait. Setiap upaya modernitas yang
pendahulu tanpa menafikan adanya hendak kita ciptakan sebagai bagian dari bangsa
identitasnya, bahkan mengkritiknya, Timur selamanya harus berasas pada upaya
kemudian mengembangkannya serta mencapai aspek akhirat yang diyakini sebagai
menyempurnakan keberhasilan- final dan akhir dari segalanya.
keberhasilannya. Upaya ini dilakukan
agar pemikiran Islam tetap sesuai dengan Tugas Oksidentalisme
zaman serta menjadi dirinya sendiri dan Telah dipahami bersama, bahwa
mampu berinteraksi dengan pihak lain (the sejarah munculnya orientalisme berawal pada
other) dan pada akhirnya Islam mampu kepentingan penjajahan dan kekuasaan. Jadi,
mewakili peradaban umat manusia munculah kompleksitas superioritas dalam
seluruhnya. ego Eropa. Akhirnya mengakibatkan posisinya
sebagai obyek yang dikaji juga mengakibatkan
4. Pemikiran Islam modern memiliki munculnya inferioritas dalam diri the other
kemandirian supaya tidak kehilangan non Eropa. Dalam misi oksidentalisme Hassan
karakteristiknya ketika berinteraksi Hanafi, hal ini kemudian berbalik. Ego eropa
dengan Barat. yang berperan menjadi subyek yang mengkaji,
kini menjadi obyek yang dikaji, sedangkan
5. Bersandar pada sikap gerakan Islam yang the other non Eropa yang kemarin menjadi
membedakan ego dengan (the other), dan obyek yang dikaji, kini menjadi subyek yang
kemudian merasionalisasikan hubungan mengkaji. Dengan sendirinya dialektika ego
tersebut kepada kritik yang cerdas, dan dengan the other pun berubah dari Barat dan
mengubah hubungan antara ego dan the non Barat menjadi dialektika non Barat dan
other menjadi hubungan subyek dengan Barat. Maka tugas oksidentalisme diantaranya:
obyek, pengkaji dengan yang dikaji.7 1. Mengurai inferioritas sejarah hubungan

Maka sebagai bagian dari Timur dan ego dengan the other, menumbangkan
pemeluk agama Islam, kita harus memahami superioritas the other Barat dengan
apa yang dimaksud dengan pandangan hidup menjadikannya sebagai obyek yang dikaji
Islam (the Islamic world view). Hal ini dan melenyapkan inferioritas komplek
ditujukan agar terbentuk pemikiran Islam ego dengan menjadikannya sebagai
yang mampu merealisasikan pandangan hidup sebyek pengkaji. Disini berarti pihak
Islam tersebut. Pandangan hidup dalam Islam Timur sebagai the ego harus berupaya
adalah visi mengenai realitas dan kebenaran. untuk melepaskan perasaan rendah
Realita dan kebenaran dalam Islam tidaklah dirinya atas Barat. Karena merasa rendah
dibatasi mengenai pikiran tentang alam fisik diri, otomatis menumbuhkan perasaan
dan keikutsertaan manusia dalam konteks kecil dan tidak percaya diri yang mana hal
kehidupan sejarah, politik, dan budaya seperti itu akan sangat berdampak bagi eksistensi
pandangan Barat yang hanya menerima hal-hal Timur dihadapan Barat.
yang bersifat empiris saja. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa pandangan hidup dalam 601
Islam mencakup dunia dan akhirat. Kedua hal

7 Hassan Hanafi, op. cit, hal. 23-24

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

2. Mengembalikan emosi non Eropa lamanya. Hal ini menguatkan eksistensi
ke tempat asalnya, menghilangkan dominasi dan kekuasaan Eropa terhadap
keterasingannya, mengaitkan kembali dunia.
dengan akar lamanya, menempatkannya 5. M e m a t a h k a n m i t o s k e b u d a y a a n
ke posisi realistisnya untuk kemudian kosmopolit yang menyatukan seluruh
menganalisanya secara langsung dan bangsa Barat dan diklaim sebagai
mengambil satu sikap terhadap peradaban kebudayaannya dan harus diadopsi
Eropa yang dianggap semua orang seluruh bangsa jika ingin mencapai
sebagai sember ilmu pengetahuan. kemodernan.
Harus diingat selalu bahwa Islam lebih Hassan Hanafi menjelaskan bahwa tradisi
dahulu berjaya atas Barat baik dari Barat merupakan sebuah pemikiran yang lahir
segi keilmuwan maupun peradaban. dalam lingkungan dan situasi tertentu, yaitu
Penemu ilmu kedokteran adalah dari sejarah Eropa. Tradisi Barat adalah pemikiran
umat Islam, penemu kamera adalah dari yang merefleksikan lingkungan partikular
umat Islam. Kemajuan peradaban yang peradabannya. Penulis Barat menyatakan
hebat berasal dari Timur sebagaimana partikularitas tersebut dengan menyandarkan
yang dikisahkan al-Quran mengenai segala sesuatu kepada “kita”, seperti filsafat
kehebatan kaum-kaum terdahulu dalam kita, peradaban kita, kesenian kita, sejarah kita,
aspek peradaban. Seluruh upaya tersebut ilmu pengetahuan kita. Dengan pernyataan
harus dimunculkan dan diangkat kembali. tersebut mereka hendak menyampaikan bahwa
Karena hal inilah yang pelan-pelan akan mereka adalah bangsa yang memiliki peradaban
menumbuhkan kembali rasa kebanggaan tertentu yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh
sebagai umat Muslim. Selanjutnya, Barat karenanya merupakan suatu kekeliruan jika
dapat dijadikan sebagai bagian yang perlu penulis non Eropa dalam mempresentasikan
dikaji dan dipelajari sebagai bagian dari karya-karya Eropa menganggapnya sebagai
obyek lainnya. kebudayaan universal bagi seluruh umat
manusia.8
3. Membebaskan revolusi modern dari
kesalahan-kesalahan, menyempurnakan Tujuan Oksidentalisme
kemerdekaan, serta beralih dari Oksidentalisme sebagaimana yang
kemerdekaan militer ke kemerdekaan dijelaskan Hassan Hanafi bertujuan mengakhiri
politik, ekonomi, kebudayaan serta kesadaran Barat sebagai representasi seluruh
yang paling utama adalah kebudayaan. umat manusia dan sebagai pusat kekuatan.9
Selama masih berkiblat pada Barat, maka Menurut Hasaan Hanafi, ada suatu doktrin yang
akan menjadi golongan bawah yang tertanam dalam pikiran dalam melihat sejarah.
membutuhkan dan tidak akan mampu Sehingga kita berpandangan bahwa sejarah
mandiri. dunia mengarah pada sejarah Barat. Padahal
manusia yang hidup tidak hanya di Barat saja.
4. Menghapus Eurosentrisme. Maksudnya
disini adalah sebagai bangsa Timur tidak 8 Hassan Hanafi, op. cit, hal. 35
menjadikan Barat atau Eropa sebagai
sentral dari segala-galanya. Karena 9 Hassan hanafi, op. cit, hal. 41
sebagaimana disadari bahwa kesadaran
Eropa telah menguasai dunia sejak sekian

602

MEMAHAMI GAGASAN OKSIDENTALISME: STUDI TENTANG BARAT MELALUI CARA PANDANG TIMUR
(TO UNDERSTAND THE IDEA OF OCCIDENTALISM: WESTERN STUDY THROUGH THE EASTERN PERSPECTIVE) (Arlie Nurdiani)

Selama ini sebagian masyarakat melihat titik temu antara dua peradaban yaitu
periodisasi sejarah Barat adalah periodisasi bagi tradisi lama yang diterus dibangun dan
semua sejarah.Abad pertengahan Barat juga abad tradisi Barat yang merupakan kelanjutan
pertengahan seluruh bangsa dan abad modern tradisi Yunani lama.
Barat juga abad modern seluruh dunia.Padahal d. Mempelajari tradisi Barat sebagai
dalam sejarah, abad pertengahan Barat adalah bagian dari partisipasi kita dalam kajian
abad modern kita dan abad modern kita sama kemanusiaan umum. Dalam orientalisme,
dengan abad pertengahan Barat. Jatuhnya Barat para orientalis mengkaji dan mempelajari
saat ini adalah kebangkitan kita dan kebangkitan tradisi kita kemudian menyebarkannya
kita sama dengan memudarnya Barat. sebagai informasi dan ilmu mengenai
Jadi, masa kebangkitan dan kejatuhan ketimuran. Visi itu juga yang hendak
dunia Barat dan Timur tidak pernah sama dicapai oksidentalisme, untuk membantu
seirama. Maka melalui oksidentalisme, Barat dalam memahami tradisi mereka.
diharapkan Timur tidak lagi merasa inferior Menurut Hassan Hanafi, sumber utama
di hadapan Barat, baik dalam hal bahasa, kesadaran peradaban Eropa berasal dari :
peradaban, budaya, ideologi, bahkan ilmu - Peradaban Yunani dan Romawi, sebagai
pengetahuan. pembentuk awal Eropa
Jalan Oksidentalisme Mempelajari Tradisi - Peradaban Jerman dan Celtic
Barat - Mesir kuno dan Mesir pertangahan
a. Oksidentalisme tidak mempelajari - Persia
- Peradaban Arab dan pengaruh agama
tradisi Barat untuk memindah ilmu Islam
pengetahuan, tetapi agar kita mengambil Pada masa kebangkitan, para ilmuwan
sikap terhadap ilmu pengetahuan yang berusaha menggali dan mengungkap peradaban
eksak sekalipun. Misalnya, Negara Yunani dan Romawi. Bangsa Yunani telah
Cina mampu mengambil sisi teoretis menjadi kompas sejak permulaan peradaban
dari penelitian atom sekutunya. Tetapi Eropa. Maka, dapat dilihat bahwa filsafat Yunani
Cina lebih mengutamakan penelitian sangat berpengaruh terhadap tradisi Eropa. Hal
yang independen di bidang yang sama. ini tampak pada rasionalisasi masyarakat Eropa
Maka, belajar dari Cina, kita pun dapat yang berpedoman pada filsafat Plato, sehingga
menganggap Barat hanya sebagai ilmu mereka lebih menekankan pentingnya ide di
perantara bukan ilmu tujuan. Sehingga atas empirik dan benda.
kita tidak menjadikan ilmu Barat sebagai Sedangakan Romawi menjadi panutan
hasil final melainkan sebatas ilmu yang bangsa Eropa dalam hal kekuasaan dan
menghantar pada ilmu akhir. penjajahan. Menurut Hassan Hanafi, Romawi
b. Mempelajari tradisi Barat sebagai bagian dan Yunani merupakan simbol sekulerisasi
dari analisa terhadap realitas kekinian dengan agama kristen dan yahudi sebagai
kita dengan asumsi bahwa tradisi barat keyakinannya. Dua agama tersebut berpengaruh
telah menjadi salah satu penyangga pada tradisi Eropa.
kebudayaan masa kini. Menurut Hassan Hanafi, di samping
c. Mengkaji tradisi Barat sebagai bagian dua peradaban dan dua agama tersebut, ada
dari kajian tentang tradisi lama. Sebab juga sumber yang mempengaruhi Barat, yaitu
pemikiran kontemporer kita telah menjadi
603

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

sumber Timur. Mesir kuno, mitos Persia, Timur. Barat telah menguasai Timur sekian
Mesir pertengahan juga perlu diperhitungkan, lamanya, maka Timur juga harus menguasai
dan posisi Arab itu sendiri. Hassan Hanafi pengetahuan, filsafat, dan sejarah Barat. Inilah
berpendapat bahwa filsafat Arab bukan proyek Hassan Hanafi, yakni pemberdayaan
merupakan bagian dari filsafat Eropa. Filsafat agar Timur tidak terus-menerus menjadi objek
Arab terlahir dari Arab itu sendiri. Hal itu kajian Barat.
itu merupakan filsafat yang mempunyai Oksidentalisme yang diusung Hassan
partikularitas, seperti filsafat Yunani, Romawi, Hanafi tidak ditujukan untuk menguasai
dan Eropa modern. Hanafi juga menekankan Barat. Akan tetapi, ia membayangkan bahwa
kontribusi dan pengaruh Islam pada filsafat Timur seharusnya bukan obyek kajian,
Eropa.10 melainkan subyek yang juga aktif memproduksi
Harapan Hassan Hanafi terhadap wacana pengetahuan dirinya dan juga budaya lain. Hal
oksidentalisme yang ia perjuangkan di antaranya: ini yang membuatnya menolak universalisme
adanya kontrol atas kesadaran Eropa sehingga Eropa.
kekuasaan Barat atas Timur dapat berkurang.
Mempelajari kesadaran Eropa sebagai sejarah DAFTAR PUSTAKA
dan tidak lebih dari itu, seperti kita memperlajari Al Makin. 2015. Antara Barat dan Timur
sejarah Mesir, Cina, dan peradaban-peradaban
Mesir kuno. Sehingga, kita dapat memposisikan Batasan, Dominasi, Relasi dan
Barat sesuai tempatnya. Melalui oksidentalisme, Globalisasi. Jakarta: Serambi.
Hassan Hanafi berharap terbukanya jalan Armas, Adnin. 2015. Krisis Epistemologi
untuk mencipta dan membuat inovasi versus dan Islamisasi Ilmu. Ponorogo: CIOS
bangsa non-Eropa sehingga diharapkan bangsa UNIDA.
non eropa dapat mandiri dalam berkarya Hanafi, Hassan. 2000. Oksidentalisme Sikap
dan mengembangkan kreativitas tanpa Kita Terhadap Tradisi Barat. Jakarta:
campur tangan Eropa. Tentunya Hassan Paramadina.
Hanafi hendak mewujudkan akhir yang positif Kasdi, Abdurrahman dan Umma Farida.
dengan mengakhiri orientalisme, mengubah 2003. “Oksidentalisme Sebagai Pilar
status Timur dari obyek menjadi subyek dan Pembaharuan”, dalam Jurnal Fikrah.
membentuk ilmuwan-ilmuwan nasional yang Vol. 1. No. 2, Desember 2003.
mempelajari peradabannya dari kacamata Masyhadi,Anang Rekza. 2004. “Oksidentalisme:
sendiri dan mengkaji peradaban lain dengan Menanti peran Muhammadiyah”. dalam
lebih netral. Suara Muhammadiyah. Edisi 2 tahun
2004.
KESIMPULAN Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2012. Misykat Refleksi
Telah dipahami bahwa Hassan Hanafi Tentang Westernisasi, Liberalisasi dan
berupaya untuk mendorong agar Timur Islam. Jakarta:INSIST-MIUMI.
mempelajari Barat. Hal ini agar Timur dapat
mempelajari bagaimana pengetahuan dan
kejayaan Barat menjadi bagian dari kesadaran

10 Al Makin, op. cit, hal. 197-198

604

METODE IMAM THABARI DALAM MENAFSIRKAN ALQUR’AN
(IMAM THABARI METHOD IN INTERPRETING ALQUR’AN)

Ety Najikhatul Himmah
International Islamic University Malaysia

[email protected]

ABSTRACT
The science of tafsir is one of the important branches of knowledge in Islamic science. Further,
in order to revive the Qur’anic verses must be repudiated, understood and then practiced by the
Muslim people. So, the purpose of the Qur’an is revealed.
Moreover, in term of kind, the tafsir of interpretation is divided into two, namely tafsir bil
ma’tsur and tafsir bil ra’yi, tafsir bil ma’tsur is tafsir which based on the hadiths of the prophet
about the interpretation of the Qur’anic verses, while tafsir bil ra ‘yi is the interpretation of the
verses of the Qur’an rests on the opinions of the muslim scholars namely interpreter.
And from this classification the scholars created the science of methodology in interpreting
Qur’an, which from this science is summed up the ways of the scholars mufassir in interpreting the
Qur’an.
This branch of knowledge was created to make it as a guideline in interpreting the Qur’an
to avoid misguided and perverted interpretations.
And through this paper, the author will examine the method of Imam Tabari in interpreting
the Qur’an. While, his interpretation is belongs to tafsir bil ma’tsur. Because in his interpretation,
most of the verses refer to the hadith of the prophet and atsar shahabah. Tafsir Imam Thabari is
the first generation of commentary scholars who became the main reference of the salaf scholars
and contemporary mufassir. Furthermore, tahliliy method or method of analysis is the main method
used Imam Tabari in his tafsir, which is to interpret the Qur’an by explaining his verses from all
aspects contained in detail.

Keywords: Tafsir, Method of Interpretation, Imam Thabari

605

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

ABSTRAK
Ilmu tafsir merupakan salah satu ilmu penting dalam khazanah keilmuan islam, maka untuk
menghidupkan Alqur’an, ayat-ayatnya harus ditakwil, agar dipahami oleh umat muslim dan kemudian
diamalkan. Maka denganya tercapailah tujuan dari diturunkanya Alqur’an.
Ditinjau dari macamnya, tafsir dibagi menjadi dua, yaitu tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil ra’yi,
tafsir bil ma’tsur atau tafsir yang berdasarkan pada hadist-hadist nabi mengenai penafsiran ayat-ayat
alqur’an, sedangkan tafsir bil ra’yi yaitu penafsiran ayat-ayat alqur’an bersandarkan pada pendapat
(pemikiran) para ulama mufassir.
Berdasarkan penggolongan tersebut, para ulama menciptakan ilmu metode penafsiran alqur’an,
yang mana dari ilmu ini disimpulkan metode atau cara para ulama mufassir dalam mentafsirkan Al
Qur’an.
Ilmu ini diciptakan untuk menjadikanya sebagai pedoman dalam mentafsirkan Al Qur’an
agar terhindar dari penafsiran-penafsiran yang sesat dan menyimpang.
Tulisan ini akan menkaji tentang metode Imam Thabari di dalam mentafsirkan Al Qur’an,
yang mana tafsiranya tergolong dalam tafsir bil ma’tsur karena dalam penafsiran sebagian besar
ayat-ayatnya merujuk pada hadist nabi dan atsar shahabah. Tafsir Imam Thabari merupakan
ulama tafsir generasi pertama yang menjadi rujukan utama para mufassir salaf dan kontemporer,
metode tahliliy atau metode analisis adalah metode utama yang digunakan Imam Thabari dalam
tafsirnya, yakni mentafsirkan Al Qur’an dengan cara menjelaskan ayat-ayatnya dari segala aspek
yang terkandung di dalamnya secara terperinci.

Kata kunci: Tafsir, Metode Penafsiran, Imam Thabari

A. PENDAHULUAN ulama yang menghukumi sesuatu berdasarkan
Imam Thabari dikenal sebagai ulama ilmu yang dimilikinya, dan sudah menekuni
salaf dengan penguasaannya di beberapa beberapa bidang keilmuan yang mana ia adalah
bidang keilmuan sehingga mendapat sebutan satu-satunya ulama yang menguasai bidang-
alim hafidz, mufassir, ahli hadist, ahli bahasa, bidang tersebut pada zamanya, ia adalah
sejarawan, faqih mujtahid. Sejak belia sudah seorang hafidz alqur’an, menguasai ilmu
melakukan perjalanan ke beberapa negara untuk qiraat, mengetahui ilmu maa’niy, faqih yang
menuntut ilmu dan menemui ulama ulama besar menguasai hukum dalam alqur’an, memahami
pada zamanya. sunan dan jalanya, yang tsiqqah dan yang
Ada beberapa ulama yang memberikan cacat, nasikh dan mansukhnya, mengetahui
kesaksianya terhadap tingginya ilmu dan perkataan para sahabat dan tabi’in, dan para
kerendahan hati Iman Thabari diantaraya, ulama yang datang setelah mereka mengenai
ahli sejarah Khatib Baghdadiy menuturkan hukum-hukum sesuatu, seperti halal dan haram,
bahwa “Imam Thabariy adalah salah satu menguasai sejarah manusia dan telah menulis
beberapa karya tentang sejarah manusia,dan
606

kitab tafsir yang belum pernah ada orang Penelitian ini memiliki beberapa tujuan,
yang menulis sepertinya, dan juga kitab yang diantaranya adalah:
dinamakan tahdzibul atsar, dan beberapa karya 1. Mengetahui metode-metode yang
tulis dalam ushul fiqh dan cabang-cabangnya,
dan mengelompokkan pendapat para fuqoha digunakan Imam Thabari dalam
mengenai hukum suatu perkara yang ia mentafsirkan ayat-ayat Al Qur’an.
ketahui”1. 2. Mengetahui metode ulama mufassir
dalam mentafsirkan Al Qur’an secara
Imam thabari selama hidupnya umum dan standar yang digunakan untuk
memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk mentafsirkan ayat-ayatnya.
kegiatan tulis menulis, begitu besar cintanya 3. Mengetahui bidang-bidang keilmuan
kepada ilmu, yang mana dalam setiap harinya yang sangat diperlukan untuk penafsiran
Imam bisa menulis sampai 40 halaman, dan al Qur’an, diantaranya: ilmu hadist,
telah menciptakan ribuan lembar tulisan selama bahasa arab, syair arab, hukum nahwu
86 tahun hidupnya. dan sorf, fiqh, dan lain lain.

Diantara karya Imam thabari yang paling B. METODE PENELITIAN
mayshur adalah jamiul bayan an ta’wil ay Dengan mengkaji dan mempelajari buku
alqur’an, yaitu buku tafsir yang mencakup 30 tafsir Thabari yaitu, Jamiul Bayan An Ta’wil Ay
juz alqur’an, dan ditulis pada tahun 306 hijriah, Al Qur’an, dan melakukan identifikasi metode-
dan yang menjadi rujukan utama para ulama metode yang digunakan dalam mentafsirkan
terdahulu atau kontemporer untuk mengartikan Al Qur’an, lalu menganalisa metode tersebut
firman Allah, Imam Thabari mengemukakan berdasarkan teori pembagian jenis penafsiran
penjelasan terperinci yang mencakup segala berdasarkan ulum Qur’an.
aspek yang terkandung dalam ayat Al Qur’an, Maka penelitian ini tergolong dari
dari segi arti bahasa yang kembali kepada penelitian kualitatif tentang metode yang
riwayat nabi ataupun shahabah tentang arti digunakan Imam Thabari dalam tafsirnya.
suatu kata, atau dari segi hukum nahwu dan
sharf yang merujuk kepada dua madzhab C. HASIL PENELITIAN
terbesar yaitu kufah dan bashrah, yang semua Diantara manhaj atau metode Imam
pemaparan terperinci ayat-ayat Al Qur’an Thabari yang paling masyhur di dalam kitab
ini berpedoman pada metode analisis tafsir tafsirnya, adalah:
yang berdasarkan pada susunan ayat dan surat 1. Penafsiran yang bersandar pada
sebagaimana urutan dalam mushaf.
riwayat Nabi SAW dan shahabah
Dari pernyataan diatas maka, rumusan Ini adalah manhaj (metode) pertama
masalah dapat kami uraikan sebagai berikut: yang dapat kita ketahui secara langsung ketika
mengkaji tafsir thabari, yang mana Imam
1. Pengertian singkat tentang metodologi menggunakan riwayat bil ma’tsur dari nabi dan
tafsir al-qur’an.
607
2. Metodologi penafsiran Imam Thabari
dalam Jamiul Bayan .

1 Muhammad Husain Dzahabiy, Tafsir wal Mufassirun, (Beirut, Dar
el Yusuf, 2000) hal. 1/215

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

shahabah untuk memahami ayat-ayatnya dan ‫ عن أبي نجيح عن‬،‫ ثنا ورقاء جميعا‬:‫قال‬
pengetahuan yang terkandung di dalamnya, .‫ حديثكم‬:‫ ﴿ ف ِيهِ ذِكْر ُك ُ ْم ﴾ قال‬:‫ قوله‬،‫مجاهد‬
beserta hukum-hukum yang tersimpan di
dalamnya. Dan yang dimaksud dengan riwayat ‫ ثنا‬:‫ قال‬،‫ ثنا الحسين‬:‫ قال‬،‫ حدثنا القاسم‬-
bil ma’tsur disini adalah riwayat yang berasal ‫ ﴿ ل َقَ ْد َأنز َل ْن َا‬:‫ عن مجاهد‬،‫ عن ابن جريج‬،‫حجاج‬
dari tiga tingkatan mufassir salaf yaitu, Nabi ‫ ﴿ َأف َل َا‬: ‫ حديثكم‬:‫ِإل َيْكُ ْم ك ِتاَب ًا ف ِيهِ ذِكْر ُك ُ ْم ﴾ قال‬
SAW, para shahabah dan tabi’in. ‫ب َ ْل َأت َيْن َاه ُم ب ِذِكْرِهِ ْم‬ ﴿ )‫ في(قد أفلح‬:‫ت َعْقِل ُونَ﴾قال‬
Maka imam menyebutkan dalam kitabnya .}17 ‫ف َهُ ْم عَن ذِكْرِهِم ُمّعْرِ ُضونَ ﴾ {المؤمنون‬
sejumlah hadist yang menjelaskan tentang
makna suatu ayat lengkap beserta sanadnya, :‫ ثنا سفيان‬:‫ قال‬،‫ ثنا الحسين‬:‫ قال‬،‫حدثنا القاسم‬-
tetapi pada sebagian besar riwayat, imam :‫ ألم تسمعه يقول‬،‫نزل القرآن بمكارم الأخلاق‬
thabari tidak menyebutkan hukum dari riwayat .‫﴿ ل َقَ ْد َأنز َل ْن َا ِإل َيْكُ ْم ك ِتاَب ًا ف ِيهِ ذِكْر ُك ُ ْم ۖ َأف َل َا ت َعْقِل ُونَ﴾؟‬
tersebut, dan penuturan ini sama seperti yang
dikatakan Imam Dzahabiy dalam bukunya tafsir Riwayat diatas menyebutkan arti kata
wal mufassirun2.
Meskipun Imam Thabari berpegang yakni atau yang artinya
teguh pada riwayat bil ma’tsur pada sebagian
besar tafsir ayat-ayatnya, beliau juga tidak “kisah kalian”4.
lupa menyertakan pendapatnya tentang hukum
suatu perkara yang terkandung dalam ayat, dan Kemudian imam menyertakan pendapat lain
kesimpulan yang membenarkan satu makna tentang arti kata diatas,
dari satu kata yang memiliki arti yang berbeda-
beda beserta alasanya, dan uraian diatas bisa :‫ بل عنى بالذكر في هذا الموضع‬:‫وقال آخرون‬
dilihat pada contoh berikut, yakni surat Anbiya ‫ لقد أنزلنا إليكم‬:‫ معنى الكلام‬:‫ وقالوا‬،‫الشرف‬
ayat 10:
.‫كتابا فيه شرفكم‬
﴾َ‫﴿ل َقَ ْد َأنز َل ْن َا ِإل َيْكُ ْم ك ِتاَب ًا ف ِيهِ ذِكْر ُك ُ ْم ۖ َأف َل َا ت َعْقِل ُون‬
Yaitu bahwasanya ahli ta’wil yang lainya
Setelah menyebutkan ayat di atas, Imam mengartikan kata tersebut dengan makna
Thabari menjelaskan bahwa ahlu ta’wil yakni yang artinya “kemuliaan kalian”5.
berbeda pendapat dalam mengartikan kata
Diantara dua makna yang berbeda di atas,
dan kemudian menyebutkan Imam Thabari membenarkan arti kata yang
beberapa riwayat yang menjelaskan arti kata kedua yaitu yang maknanya “kemuliaan kalian”,
tersebut3, sebagai contoh: yang kemudian dapat disimpulkan bahwa
tafsiran ayat diatas menurut Imam Thabari
:‫ قال‬،‫ ثنا أبو عاصم‬:‫ قال‬،‫حدثني محمد بن عمرو‬- yaitu, “ bahwasanya Allah telah menurunkan
،‫ ثنا الحسن‬:‫ قال‬،‫ وحدثني الحارث‬،‫ثنا عيسى‬ kitab kepada umat manusia yakni (Al Qur’an)
yang berkisah tentang kemuliaan manusia itu
2 Ibid., 1/219 sendiri, dan sudah seharusnya manusia berfikir
3 Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir Thabari, Jamiul Bayan An Ta’wil tentang itu”6.
Ay Alqur’an, (Cairo, Darussalam, 2010) hal. 8/11.
4 Ibid.
608 5 Ibid.
6 Ibid.

Al Qur’an diturunkan mengikuti gaya familiar di dalam Al Qur’an, dalam hal ini
Ibnu Abbas menuturkan “Jika kalian semua
bahasa manusia, agar mudah dipahami dan menanyaiku tentang kata-kata yang sulit di
dalam alqur’an, maka kembalilah ke syair,
ditadabburi, dan sebagian besar ayat-ayatnya karena sesungguhnya ia adalah perpustakaan
bahasa arab”8.
menceritakan tentang kehidupan manusia, Dan syair jahiliah sejak sebelum
datangnya Islam di bumi Arab mempunyai
kebiasaanya, sifat-sifatnya, kepercayaanya, dan kedudukan yang penting bagi suku-suku arab,
karena ia merupakan sastra tertinggi dalam
juga ciri khasnya. Dan hal ini juga dibenarkan bahasa Arab, tetapi meskipun ia menduduki
posisi tertinggi dalam kesastraan bahasa arab,
oleh ulama mufassir yang lain, seperti Ibnu tetap tidak mampu menandingi kesastraan Al
Qur’an9.
Katsir dalam bukunya tafsir alqur’an aladzim, Imam Thabari memiliki pengetahuan
yang luas di dalam syair Arab, yang beliau
yang menuturkan bahwa arti kata gunakan untuk rujukan dalam mentafsirkan
alqur’an, sebagai contoh:
adalah atau “kemuliaan kalian”, berbeda Surat Haj ayat 36:

dengan Mujahid yang mengartikanya sebagai ۖ ٌ‫﴿وَال ْب ُ ْدنَ َجع َل ْن َاه َا �ل َكُم مِّن َشع َائ ِرِ ال َل ّهِ �ل َكُ ْم ف ِيه َا خَيْر‬
‫ف َا ْذك ُر ُوا اسْمَ ال َل ّهِ ع َل َْيه َا َصو َا َ ّف ۖ ف َِإذَا وَ َجب َ ْت ُجن ُوبُه َا‬
“kisah kalian”, dan Hasan memaknainya
‫ف َكُل ُوا مِ ْنه َا و َأ ْطع ِمُوا ال ْقَان ِ َع وَالْم ُعْت َرّ ۚ كَذَٰل ِ َك َ َسخ ّرْن َاه َا‬
sebagai “agama kalian”7. Dan semua arti
. َ‫�ل َكُ ْم ل َع َ� َل ّكُ ْم ت َ ْشك ُر ُون‬
kata di atas meski berbeda jika dilihat dari
Imam menjelaskan kata bahwa
teksnya, tetapi memiliki arti dan maksud yang adalah kata majemuk yang memiliki jumlah
lebih dari satu dengan mencantumkan sebuah
sama jika ditinjau dari konteksnya. syair10 :

Dan inilah manhaj atau metode pertama ‫على حين تملك الأمورا‬
yang ditemukan penulis dalam tafsir Thabari,
dan ini merupakan metode pertama dan syarat ‫صوم شهور وجبت نذورا‬
utama yang harus diikuti ulama tafsir alma’tsur.
‫وحلق رأسي وافيا مضفورا‬
2. Menggunakan bukti syair-syair arab
dalam menjelaskan arti suatu kata/ ‫وبدنا مدرعا موفورا‬
kalimat
8 Jalaluddin Suyuti, Itqan fi Ulum Qur’an, (Riyadh, King Fahd Press,
Dan metode yang kedua ini banyak 2009) hal., 1/382.
sekali kita dapatkan di dalam tafsir Thabari, 9 Muhammad Zaghlul Salam, Pengaruh Alqur’an dalam
bahwasanya beliau menggunakan syair bahasa perkembangan Sastra Arab, (Cairo, Dar Ma’arif, 1952) hal., 194.
Arab untuk menjelaskan arti suatu kata atau 10 Thabari, Op. Cit., 201.
kalimat, dengan pengetahuanya bahwa syair
Arab memiliki kedudukan penting dalam 609
ilmu bahasa Arab, dan ia merupakan materi
penting dalam menentukan keaslian suatu
kata, menjelaskan format kalimat, dan juga
menentukan cara penggunaan kata pada kalimat
yang sesuai.

Para ahli bahasa arab pun sepakat
bahwa syair arab bisa dijadikan rujukan untuk
menjelaskan kosakata yang asing atau tidak

7 Ibnu Katsir, Tafsir Qur’anil Adzim, (Riyadh, Darussalam, 2004)
hal.,

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Dan kemudian beliau memaparkan makna Rasulullah SAW bersabda :
kata berdasarkan apa yang disebutkan
syair tersebut yang artinya “segala sesuatu yang ‫((إن هذا القرآن أنزل على سبعة أحرف‬
besar”, dan maksudnya di dalam tafsir adalah
seekor burung unta yang tulang dan badanya ‫فاقرءوا ما تيسر منه)) رواه المسلم‬
besar dan memiliki daging yang banyak11.
Maka dapat disimpulkan tafsiran kata “sesungguhnya alqur’an diturunkan dengan
tujuh huruf, maka bacalah apa yang mudah
yaitu bahwasanya telah kami jadikan bagimu dari alqur’an”.
unta-unta sebagai sebagian daripada syiar
Allah yang di dalamnya ada kebaikan dan Dan hikmah dari diturunkanya alqur’an
kemanfaatan. dalam tujuh huruf adalah untuk memudahkan
umat Islam dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an
3. Menjelaskan qira’at yang berbeda- dan pengucapanya14.
beda dan mengutamakan qira’ah yang
paling benar Maka Imam Thabari selalu menjelaskan
jika ada perbedaan bacaan yang terkandung
Sebelum memaparkan metode ketiga dalam ayat yang ditafsirkanya, dan memilih
dari tafsir Thabari, penulis akan menjelaskan bacaan yang menurutnya paling benar beserta
pengertian dari qira’at, qira’at artinya bacaan, alasan dan maknanya.
berasal dari kata qara’a atau membaca, yang
maksudnya adalah membaca alqur’an atau Lalu mengapa perbedaan bacaan dalam
bacaan alqur’an, maka oleh ulama ulum qur’an Al Qur’an itu dianggap penting di dalam tafsir
qira’at dimasukan dalam salah satu cabang alqur’an, karena perbedaan bacaan berpengaruh
ilmu dalam ulum alqur’an yang mana ilmu ini pada makna ayat atau kalimat tersebut, yang
mengajarkan cara membaca dan mengucapkan berakhir pada tafsiran atau makna yang berbeda-
alqur’an dengan benar sesuai dengan apa yang beda pula.
telah diajarkan Rasulullah SAW12.
Dan qira’at merupakan sebaik-baiknya Seperti yang dapat kita lihat dalam
ilmu yang patut dipelajari, karena ia berkaitan tafsirnya surat anbiya 80:
dengan kalam Allah SWT. Sebagaimana
alqur’an diturunkan dengan sab’atu ahruf atau ۖ ‫﴿وَع َل ّمْن َاهُ َصنْع َة َ ل َب ُو ٍس � َل ّكُ ْم ل ِت ُ ْح ِصن َكُم مِّن ب َْأ ِسكُ ْم‬
tujuh huruf, adapun yang dimaksud dengan ﴾َ‫ف َهَ ْل َأنت ُمْ َشاكِر ُون‬
tujuh huruf adalah tujuh dialek suku-suku arab
yaitu, suku qurays, hudzail, tsaqif, hawazin, Beliau menuturkan bahwa di dalam ayat
kinanah, tamim, dan suku yaman13.
ini terdapat perbedaan bacaan dari para qurra’,
11 Thabari, Op. Cit., 201.
12 Muhammad Mahmud Abdullah, Ahruf Sab’ah dan wa Ushulul yaitu pada kalimat .15 Mayoritas
Qira’at, (Cairo, Dar Shabuni, 2006) hal., 50.
13 Ibid. qurra’membacanya dengan huruf
yang artinya “guna melindungi diri kalian”
610 yang dimaksud pelindung disini adalah
Allah SWT, sedangkan Abu Ja’far Yazib Bin

14 Ibid., 51-52.
15 Thabari, Op. Cit., 70.

Qa’qa’ membacanya dengan Istimbath hukum atau kesimpulan hukum
dari suatu nushuh yang ada pada Al Qur’an
menggunakan ‫ ت‬yang berarti “guna melindungi atau hadist sudah menjadi tugas dari seorang
mufassir, yang mana sejatinya mufassir juga
diri kalian”, adapun yang dimaksud pelindung mujtahid yang harus menentukan hukum dari
disini adalah baju besi itu sendiri16. suatu hal atau perkara yang tersimpan pada ayat
yang memiliki dua interpretasi atau lebih, maka
Berbeda dengan Syaibah Bin Nusah dan ijtihad ini diperlukan seorang mufassir untuk
Asim Bin Abi Najud yang membacanya dengan memilih tafsiran mana yang paling mendekati
kebenaran dengan berbagai pertimbangan yang
dengan ‫ن‬, maka artinya menjadi bisa memastikan dan mencapai maqasid syariah
dari hukum tersebut.
“agar kami melindungi diri kalian”.
Seperti yang kita lihat dalam tafsir
Dengan perbedaan bacaan dalam ayat Thabari surat An nur ayat 3:
tersebut, Imam membenarkan bacaan pertama
yaitu bacaan mayoritas qurra’, berbunyi ‫﴿ال َز ّانِي لَا ي َن ِك ُح ِإ َلّا زَانيِ َة ً َأ ْو مُشْرِكَةً وَال َز ّانيِ َة ُ لَا‬

dengan menggunakan huruf ‫ي‬, ﴾ َ‫ي َن ِك ُحهَا ِإَلّا زَا ٍن َأ ْو مُشْرِكٌ ۚ وَحُرِّمَذَٰل ِ َك ع َل َى الْم ُؤْمِن ِين‬

dengan alasan karena bacaan tersebut memiliki Ayat diatas menyebutkan tentang hukum
makna yang paling dekat dengan tafsiranya menikahi seorang zani dan zaniah (pezina),
yaitu, bahwasanya hanya Allah lah yang dan Imam Thabari mentafsirkan ayat tersebut
memberi perlindungan kepada diri manusia, dengan menguraikan pendapat para ulama yang
dan kalaupun baju besi dalam peperangan dapat berbeda-beda mengenai hukum menikah dengan
melindungi diri, itu bisa terjadi atas kuasa Allah, pezina, maka sebagian ulama berpendapat untuk
karena bukan baju besi itu sendiri yang memiliki merujuk pada sabab nuzul ayat diatas18, yaitu:
kekuatan untuk melindungi17.
‫ عن‬،‫ ثنا المعتمر‬:‫ قال‬،‫حدثنا محمد بن عبد الأعلى‬
Demikianlah cara Imam Thabari
menjelaskan ragam bacaan yang terdapat dalam ‫ عن‬،‫ عن القاسم بن محمد‬،‫ ثني الحضرمي‬:‫ قال‬،‫أبيه‬
tafsirnya, dan metode ini merupakan salah satu
metode yang sangat umum digunakan oleh para ‫ أن رجلا من المسلمين استأذن‬:‫عبد ال� ل�ه بن عمرو‬
mufassir dalam mentafsirkan Al Qur’an. ‫ كانت تسافح‬.‫ أم مهزول‬:‫نبي ال� ل�ه في امرأة يقال لها‬
‫ وأنه استأذن‬،‫الرجل وتشترط له أن تنفق عليه‬
4. Menjelaskan hukum yang terkandung
dalam ayat yang ditafsirkan .‫فيها نبي ل� ل�ه صلى ال� ل�ه عليه وسلم وذكرله أمرها‬
‫ ﴿ وَال َز ّانيِ َة ُ لَا ي َن ِك ُحهَا ِإ َلّا زَا ٍن‬:‫ فقرأ نبي ال� ل�ه‬:‫قال‬
Imam Thabari juga dikenal sebagai
mujtahid hukum fiqh yang memiliki ﴾ ُ‫ ﴿ َوال َّزا ِنيَة‬:‫ فأنزلت‬:‫َأ ْو مُشْرِكٌ ﴾ أو قال‬
kecenderungan fiqh dalam tafsirnya, dimana
beliau juga menjelaskan hukum dari suatu hal 18 Thabari, Op. Cit., 343.
atau perkara yang terkandung dalam ayat yang
ditafsirkan dengan memaparkan pendapat
para ulama dan memberikan kesimpulan pada
pendapat yang paling benar menurutnya.

16 Thabari, Op. Cit., 70.
17 Thabari, Op. Cit., 70.

611

Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

Penjelasan hadist: dan demikianlah kecenderungan fiqh Imam
Thabari dalam tafsirnya, bahwa mengeluarkan
Diriwayatkan oleh Abdullah Bin Amr, hukum dari nushush yang ditafsirkan adalah
bahwasanya ada seorang lelaki muslim meminta sebagian dari tugas penafsiran itu sendiri.
restu dari Nabi SAW untuk menikahi seorang
wanita yang dinamai Ummu Mahzul, ia adalah 5. Memperhatikan madzhahib nahwiyah
seorang pezina hidup dengan upah dari berzina, dalam tafsirnya
maka lelaki tersebut meminta izin kepada
Rasulullah SAW dan menceritakan kondisinya, Madzahib nahwiyah selalu mendapatkan
kemudian Rasul SAW membacakan kepadanya perhatian khusus dari para mufassir, dan
ayat diatas19. perhatian ini dimaksudkan untuk memahami
Al Qur’an dengan benar agar terhindar dari
Perbedaan pendapat diantara para kesalahan dalam penafsiran, hukum nahwu
dan sharf adalah dua perangkat penting dalam
ulama tentang ayat zina diatas terjadi dalam mengartikan suatu kata atau kalimat dilihat dari
kedudukanya dalam stuktur kalimat, Maka ia
mengartikan kata , yang mana pendapat juga memiliki kedudukan penting dalam tafsir
Al Qur’an.
pertama mengatakan bahwa arti dari kata Imam Thabari bersandar pada dua
madrasah nahwiyah besar yaitu yang dinamakam
adalah “pelaksanaan akad nikah”, dan madrasah Kufah dan Bashrah,kemudian
memaparkan perbedaan hukum nahwu antara
pendapat yang kedua menyatakan arti dari kata dua madrasah tersebut yang terkandung di dalam
ayat yang ditafsirkan, dan memilih diantaranya
tersebut adalah “hubungan suami istri”20. yang paling benar menurut pandanganya beserta
alasanya.
Dua tafsiran berbeda dari ulama hanya Kita dapat melihatnya di dalam surat As
berarti perbedaan teks yang memiliki kesamaan syuara’ ayat 22 dalam tafsir thabari :
konteks dan maksud yang sama, yaitu menikahi
pezina adalah haram hukumnya. ‫﴿وَت ِلْ َك ن ِعْمَة ٌ ت َم ُنّه َا ع َل َيّ َأ ْن ع َب ّد َ ّت ب َنِي‬

Imam Thabari membenarkan arti kata ‫ِإ سْرَا ئيِ َل ۝ ق َا َل ف ِرْعَوْنُ وَمَا رَ ُ ّب‬
yang kedua dan memberi kesimpulan
‫ا ل ْع َا لمَيِنَ ۝ ق َا َل رَ ُ ّب ا ل َ ّسمَا وَا ِت‬
hukum bahwa menikahi seorang pezina adalah
larangan bagi seorang muslim, dan pendapatnya ﴾َ‫وَا ْل َأ ْر ِض وَمَا ب َيْنَه ُمَا ۖ ِإن ُكنت ُم ُمّوق ِن ِين‬
ini bersandar pada hadist Nabi di atas yang
menceritakan tentang seorang lelaki yang perbedaan hukum nahwu terletak dalam kalimat
hendak menikahi wanita pezina, yang kemudian yaitu pada kata
Nabi membacakanya ayat zina yang berarti
menikah dengan pezina atau orang musyrik , yang mana pendapat pertama mengatakan
adalah perbuatan yang dilarang oleh islam, dan
ayat tersebut juga memberitahukan bahwa zina
adalah perbuatan yang haram21.

Demikianlah hukum menikahi pezina
atau musyrik adalah terlarang atau haram bagi
seorang muslim.

19 Thabari, Op. Cit., 345.
20 Thabari, Op. Cit., 344.
21 Thabari, Op. Cit., 347.

612

bahwa hukum adalah nasb, berbeda dengan telinga kaum muslimin Madinah yang ketika
itu hidup berdampingan dengan kaum Yahudi,
pendapat kedua yang melihat bahwa posisi karena interaksi sosial diantara keduanya
melalui kehidupan bertetangga, dan perjalanan
ialah rafa’, dan dua pendapat di atas perniagaan inilah membuat keduanya saling
bertukar pikiran, bahasa, kisah-kisah terdahulu,
menyimpulkan tafsiran kalimat yang berbeda22. dan juga agama, bahkan tidak sedikit dari kaum
muslimin yang melakukan perjalanan juga
sebagai nasb memberikan tafsiran ayat dengan niat dakwah agama Islam, dan tidak
sedikit pula dari kaum Yahudi atau Nasrani yang
yang berkaitan dengan ayat yang sebelumnya, tertarik dengan dakwah Islam dan kemudian
memeluk agama islam26.
yaitu nikmat kepada Nabi Musa AS atas Imam Thabari menceritakan kisah atau
riwayat Israiliyat dalam tafsirnya yaitu dalam
diperbudaknya bani Israel, dan sebagai surat Al anbiya ayat 83-84 yang mengisahkan
tentang kisah Nabi Ayyub AS27.
“rafa’” memberikan makna bahwa nikmat itu
ّ‫و َأ ُي ّو َب ِإ ْذ ن َادَ ٰى رَ َب ّه ُ َأنِّي مَ َ ّسنِيَ ال ُضّ ُر‬ ﴿
ditujukan dan diberikan kepada bani Israel. Dan ُ ‫وَ َأن َت َأ ْر َحمُ ال َر ّا ِحمِينَ ۝ ف َا ْست َ َجبْن َا ل َه‬

dalam pemaparanya ini Imam Thabari bersandar ‫ف َ َكشَ ْفن َا مَا ب ِهِ مِن ض ُرٍّ ۖ وَآت َيْن َاهُ َأهْل َه ُ وَمِثْل َهُم‬

pada riwayat yang dinukil oleh Mujahid, Sudi, ﴾ ‫َمّع َهُ ْم رَ ْحم َة ً مِّ ْن عِندِن َا وَذِكْر َ ٰى ل ِل ْع َاب ِدِي َن‬

dan para penyair arab23. Dalam mentafsirkan ayat di atas, Imam
Thabari menceritakan kisah Nabi Ayyub AS
Dari contoh tersebut bisa dipahami bahwa dengan merujuk pada riwayat yang disampaikan
Imam Thabari juga memiliki kecenderungan oleh Wahab bin Munabbih, yang memiliki
tafsir lughawiy dalam tafsirnya, yang di pengetahuan yang sangat luas mengenai kisah-
dalamnya terdapat banyak penjelasan tentang kisah nabi terdahulu berdasarkan apa yang
tata bahasa Arab dan hukumnya, dan tafsir yang tertulis dalam kitabnya Taurat.
termasuk dari golongan tafsir lughawiy adalah Imam menyebutkan beberapa riwayat dari
Tafsir Zamakhsyari yang dikenal dengan Tafsir Wahab, diantaranya:
Al kasyaf.

6. Menyertakan riwayat Israiliyat dalam 26 Rabi, Loc. Cit.
tafsirnya 27 Thabari, Op. Cit., 72.

Imam Thabari dalam mentafsirkan
beberapa ayatnya juga merujuk pada riwayat
Israiliyat, adapun pengertian dari riwayat
Israiliyat adalah kisah yang diceritakan oleh
kaum Yahudi atau Nasrani berdasarkan apa
yang tercatat pada kitab mereka yaitu, Taurat
dan Injil24.

Imam Thabari menukil riwayat Israiliyat
dari tabi’in keturunan yahudi dan telah
memasuki agama Islam, diantaranya Wahab
Bin Munabbih, Ibnu Juraij, dan juga Sudi25.
Dan kisah bani israil terdengar tidak asing di

22 Thabari, Op. Cit., 577.
23 Thabari, Op. Cit., 578.
24 Amal Muhammad Abd Rahman Rabi’, Israiliyat Fi Tafsir Thabari,
(Cairo, Majlis A’la, 2001) hal., 25.
25 Dzahabi, Op. Cit., 224

613

‫‪Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019‬‬

‫‪-‬حدثني محمد بن سهل بن عسكر البخاري‪ ،‬قال‪:‬‬ ‫من أهله إلا امرأة واحدة تقوم عليه وتكسب‬
‫ثنا إسماعيل بن عبد ا�لكريم أبو هشام‪ ،‬قال‪:‬‬
‫ثني عبد الصمد بن معقل‪ ،‬قال‪ :‬سمعت وهب‬ ‫له‪ ،‬ولا يقدر عدو ال� ل�ه منه على قليل ولا كثير‬
‫بن منبه يقول‪ :‬كان بدء أمر أيوب الصديق‬
‫صلوات ال� ل�ه عليه‪ ،‬أنه كان صابرا نعم العبد‪،‬‬ ‫مما يريد‪ .‬فلما طال البلاء عليه وعليها وسئمها‬
‫قال وهب‪ :‬إن ل�جبر يل بين يدي ال� ل�ه مقاما ليس‬
‫لأحد من الملائكة في القربة من ال� ل�ه والفضيلة‬ ‫الناس‪ ،‬وكانت تكسب عليه ما تطعمه وتسقيه‪،‬‬
‫عنده‪ ،‬وإن جبر يل هو الذي يتلقى الكلام‪،‬‬
‫فإذا ذكر ال� ل�ه عبدا ب�خير تلقاه منه جبرائيل ثم‬ ‫قال وهب بن منبه‪ :‬فحدثت أنها التمست له‬
‫تلقاه ميكائيل‪ ،‬وحوله الملائكة المقربون حافين‬
‫من حول العرش‪ .‬وشاع ذلك في الملائكة‬ ‫يوما من الأيام تطعمه‪ ،‬فما وجدت شيئا حتى‬
‫المقربين‪ ،‬صارت الصلاة على ذلك العبد من‬
‫أهل السماوات‪ ،‬فإذا صلت عليه ملائكة‬ ‫جزت قرنا من رأسها فباعته برغيف‪ ،‬فأتته‬
‫السماوات‪ ،‬هبطت عليه بالصلاة إلى ملائكة‬
‫الأرض‪ .‬وكان إبليس لا يحجب بشيء من‬ ‫به فعشته إياه‪ ،‬فلبث في ذلك البلاء تلك‬
‫السماوات‪ ،‬وكان يقف فيهن حيثما أراد‪ ،‬ومن‬
‫هنالك وصل إلى آدم حين أخرجه من الجنة‪.‬‬ ‫السنين‪ ،‬حتى إن كان المار ليمر فيقول‪ :‬لو‬

‫‪-‬فحدثنا ابن حميد‪ ،‬قال‪ :‬ثنا سلمة عن ابن‬ ‫كان لهذا عيد ال� ل�ه خير لأراحه مما هو فيه‪.‬‬
‫إسحاق‪ ،‬عن الحسن ابن دينار‪ ،‬عن الحسن أنه‬
‫كان يقول‪ :‬مكث أيوب في ذلك البلاء سبع‬ ‫‪ Dua riwayat tersebut mengisahkan‬‬
‫سنين وستة أشهر ملقى على رماد مكنسة في‬ ‫‪secara rinci kehidupan nabi Ayyub ketika‬‬
‫جانب القر ية‪ -‬قال وهب بن منبه‪ :‬ولم يبق‬ ‫‪menjalani ujian Allah, dikisahkan Nabi Ayyub‬‬
‫‪adalah orang yang sangat penyabar, dan‬‬
‫‪614‬‬ ‫‪malaikat pun memberikan kesaksian atas‬‬
‫‪kesabaranya dan bersholawat kepadanya,‬‬
‫‪ia tetap sabar menghadapi cobaan berat‬‬
‫‪dengan yang menimpanya berupa sakit yang‬‬
‫‪membuatnya dijauhi oleh istri dan anak-‬‬
‫‪anaknya, bahkan saudara-saudaranya, dan juga‬‬
‫‪cobaan kehilangan semua hartanya28.‬‬
‫‪ Dikisahkan bahwa tidak ada satupun‬‬
‫‪yang sudi menemaninya kecuali satu istri‬‬
‫‪yang tidak disebutkan namanya, maka dialah‬‬
‫‪yang menghidupi nabi Ayyub selama cobaan‬‬
‫‪berlangsung selama 7 tahun 6 bulan29.‬‬
‫‪ Itulah kisah yang diceritakan riwayat‬‬
‫‪Wahab bin Munabbih, meskipun banyak ulama‬‬
‫‪yang meragukan keotentikan riwayat Wahab,‬‬

‫‪28 Thabari, Op. Cit., 74.‬‬
‫‪29 Thabari, Op. Cit., 74.‬‬


Click to View FlipBook Version