KRITIK NOVEL :
“BUMI”
Tere Liye
I. Pernyataan Pendapat (sinopsis)
Setelah novel Hafalan Shalat Delisa naik daun, Tere Liye memutuskan untuk menjadi
seorang penulis novel. Sebelumnya, ia hanyalah seorang penulis cerpen anak-anak. Sejak saat
itu, ia telah mengeluarkan beberapa novel, salah satunya adalah Bumi. Bumi menjadi karya
bergenre fantasi pertama yang ditulis olehnya. Novel Bumi ini menceritakan tentang seorang
anak perempuan yang berumur 15 tahun bernama Raib. Sejak kecil ia sudah mempunyai
sebuah rahasia, yaitu kekuatan untuk bisa menghilang. Dengan cara menutup wajahnya dengan
kedua telapak tangan dan seketika ia menghilang.
Awalnya, Raib tidak mengerti mengapa ia bisa menghilang, hingga akhirnya Tamus
datang menghampirinya. Tamus adalah tokoh antagonis, yang diceritakan berasal dari dunia
lain. Ia mengirim dua ekor kucing, yaitu si Putih dan si Hitam ke rumah Raib, tanpa
sepengetahuannya. Setelah bertahun-tahun merawat kedua kucing itu, Raib akhirnya
mengetahui bahwa Si Hitam ternyata adalah suruhan Tamus untuk mengawasi Raib sejak kecil.
Dan si Hitam pun juga tidak terlihat dengan orang lain kecuali Raib.
Petualangan ini pun di mulai ketika Raib dan kedua temannya, Seli dan Ali, masuk ke aula
sekolah. Di tempat itu, mereka di hadang oleh Tamus dan anak buahnya. Namun, mereka
berhasil lolos dari Tamus karena bantuan dari guru mereka, yaitu Miss Selena.
Setelah lolos dari kejaran Tamus, Raib dan kawan-kawan tiba di sebuah rumah dengan kota
yang tidak mereka kenali, hingga pada akhirnya mereka bertemu dengan pemilik rumah yang
bernama Ilo. Ilo mempunyai istri bernama Vey dan dua orang anak bernama Ily dan Ou.
Keluarga ini banyak membantu Raib dan kawan-kawan dalam menjalankan petualangannya.
1
Novel ini menjelaskan bahwa di cerita ini ada empat dunia berbeda, yaitu Bumi, Bulan,
Matahari, dan Bintang. Mereka hidup di tempat yang sama, namun saling menyibukkan diri di
dunia masing-masing sehingga mereka tidak bersentuhan sama sekali.
II. Argumen (penilaian)
Dari segi bahasa, novel ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh semua
kalangan. Novel ini juga sangat baik dalam penggambaran latar dan suasana. Saat membaca
novel ini, saya merasa seolah-olah berada di sana, contohnya pada kalimat di episode ke 32,
“Rambut dan wajah kami kotor terkena sarang laba-laba, juga tanah lembab dan tetesan air
yang sesekali mengalir di dinding”. Dan juga kalimat lainnya di episode yang sama, yaitu
“Burung-burung berukuran besar juga berterbangan di atas kepala, sayapnya terentang lebar,
berwarna-warni indah. Serangga berbunyi nyaring”.
Awalnya, saya merasa bosan dengan novel ini. Namun, setelah membaca hingga ke
pertengahan bab, saya semakin semangat untuk membaca novel ini. Alur ceritanya yang tidak
tertebak, mengundang saya untuk mencari tahu lebih banyak dan lebih dalam mengenai
rahasia-rahasia yang kian banyak terungkap seiring dengan perjalanan.
Karakter yang ada pada novel ini juga unik. Setiap karakter begitu berbeda dan memiliki
karakterisasi yang dikembangkan secara mendetail. Memberikan tempat bagi para pembaca
untuk menemukan diri mereka mirip dengan salah satu karakter buku ini. Contohnya adalah
Ali, di dalam novel ia digambarkan sebagai seseorang yang cerdas, cuek, dan teliti, berbeda
dengan Seli yang ceroboh. Hal ini tentu memberi kesan berwarna pada novel ini. Dibandingkan
dengan novel Rindu, oleh penulis yang sama, terdapat kesamaan dalam penggambaran karakter
setiap tokoh, detail dan mudah dibayangkan.
Sayangnya, pada beberapa bagian terdapat hal fantasi yang kurang dapat diterima logika
dan membuat pembaca jadi heran dan bertanya, contohnya pada salah satu kalimat dialog di
episode ke 33, “Kapsul mengambang di lorong, lantas bergerak karena perbedaan medan
magnet. Ada ratusan lorong kereta di bawah tanah dan ada ribuan kapsul yang bergerak..” bagi
beberapa orang mungkin itu akan masuk akal. Namun, mengingat ini adalah novel fiksi yang
lebih ditargetkan untuk kalangan remaja, tentu hal itu akan sangat mengherankan.
III. Penegasan Ulang (saran)
Terlepas dari hal itu, novel Bumi karya Tere Liye ini tetaplah menarik. Namun, ada baiknya
untuk serial selanjutnya lebih memerhatikan interaksi dan dialog antartokoh agar tidak
membuat pembaca merasa heran dan bertanya-tanya.
2