STRATEGI PENERAPAN MERDEKA BELAJAR DISUSUN OLEH : MUHAMAD HUSNI MUBAROK, S.S. GURU SMP NEGERI 1 SRAGI KAB. PEKALONGAN AKSI NYATA TOPIK 1
TUJUAN AKSINYATA INI ADALAH MEMAPARKAN STRATEGI PENERAPAN MERDEKA BELAJAR DI SEKOLAH DAN DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS Tujuan
Perkembangan teknologi yang pesat, terutama teknologi digital Perkembangan peradaban dunia global Melunturnya budaya bangsa yang tergerus oleh pengaruh budaya luar yang negatif Latar Belakang
Di masa modern dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan pesat, kita perlu menyiapkan generasi yang bisa memanfaatkannya ke arah yang positif dan berguna bagi kehidupan pribadinya, masyarakat dan bangsanya. Bersamaan dengan perkembangan teknologi digital tersebut, berbaur pula peradaban dan budaya yang diusung di dalamnya. Tak jarang budaya-budaya tersebut yang tidak layak atau bertentangan dengan budaya kesopanan dan etika para leluhur kita yang harus kita saring supaya tidak meninggalkan efek negatif kepada generasi penerus bangsa kita. Maraknya kejadian atau kasus-kasus seputar pergaulan, gaya hidup, budaya baik yang terjadi di kalangan anak, remaja, orang dewasa khusunya pelajar sebagai generasi masa depan kita, perlu kita tekan, hentikan, dan diganti dengan berita, informasi, dan wawasan yang positif sesuai dengan adat istiadat dan budaya ketimuran yang santun, sopan dan beretika tinggi. Pembahasan
Implementasi pada Pembelajaran Tanamkan Pemahaman Menyusun Kurikulum Sekolah 33 TTAAHHAAPPAANN PPEENNEERRAAPPAANN
RANCANGAN TAHAPAN Penanaman Pemahaman Implementasi Pembelajaran Menyusun Kurikulum Sekolah A. Target B. Cara C. Konsep yang harus ditanamkan D. Umpan balik A. Membuat Perencanaan B. Melaksanakan dalam pembelajaran C. Melakukan refleksi D. Melakukan Tindak Lanjut Refleksi A. Menyusun Perangkat KBM olehMGMP Sekolah B. Berbagi antar MGMP/Mapel dalam wadah komunitas C. Penyusunan Kurikulum oleh Kepala Sekolah dan Wakakurikulum
TAHAPAN KE-1. PENANAMAN PEMAHAMAN
A. Tanamkan Pemahaman PETA KONSEP Target Cara Materi Tanggapan / Curah Pendapat Rekan sejawat Orang tua Murid Daring Gambar Luring Video Audio Pelatihan Diseminasi IHT Filosofi Pendidikan KHD Mengapa Kurikulum Perlu Berubah Kurikulum Merdeka
Strategi pertama yang harus dilakukan untuk melakukan penerapan merdeka belajar adalah penerapan pemahaman. Objek utama langkah ini ada 3, yaitu rekan sejawat, murid dan orang tua murid. A. Rekan Sejawat Rekan sejawat mempunyai pengaruh besar terhadap implementasi merdeka belajar. Sebagai pendidik, mereka garda terdepan dalam menerapkannya. Pemahaman yang dilakukan terhadap pendidik, berimbas langsung pada praktik pembelajaran pada murid di kelas, sehingga merdeka belajar bisa diimplementasikan secara langsung. TARGET
B. Orang Tua Murid Target kedua adalah orang tua murid. Orang tua murid sangat perlu untuk mengetahui dan memahami merdeka belajar. Dalam sepanjang proses pembelajaran murid, perhatian, dukungan dan sinergi dari orang tua sangat diperlukan. Orang tua termasuk tiga sentra pendidikan, disamping sekolah dan masyarakat. Penting sekali bagi orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar anaknya, mendukungnya menjadi pembelajar sepanjang hayat beriringan dengan usaha yang dilakukan pendidik di sekolah. Orang tua sebagai tempat pendidikan yang paling penting dan pertama bagi murid perlu dibekali dengan pemahaman tentang merdeka belajar sebagai tempat bertukar pikir dengan anaknya tentang segala hal yang berkaitan dengan aktifitas belajarnya di sekolah dan di luar sekolah. TARGET
C. Murid Murid sebagai sebagai objek sekaligus subjek dalam pembelajaran harus memahami dahulu apa itu merdeka belajar. Dengan berbekal pengetahuan tersebut, diharapkan apa yang diusahakan oleh guru/pendidikan dapat dengan cepat diterima, dipahami dan dilaksanakan oleh murid. Kesamaan pemahaman antara guru dan murid ini akan saling membantu dan mempercepat terwujudnya merdeka belajar. Sebagai contoh, ketika guru melakukan wawancara tentang cara belajar yang disukai, media pembelajaran yang paling menarik, murid bisa cepat menentukan jawabannya karena mengetahui tujuannya, yaitu guru berusaha menemukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk setiap muridnya. Begitu juga ketika guru melakukan tes diagnostik tentang materi, juga asesmen, baik formatif dan sumatif. TARGET
Ada dua cara yang bisa dilakukan dalam menyebarkan pemahaman merdeka belaja : A. Luring Cara luring ini bisa ditempuh melalui diseminasi, IHT, atau bahkan pelatihan yang bersertifikat bisa membantu terjadinya interaksi secara langsung oleh instruktur atau pemateri yang sudah peham konsep dan mempraktikkan merdeka belajar pada murid. Melalui aktifitas tersebut, yang dibawakan dengan cara dan media yang menarik akan bisa mencerahkan target audiens, dengan harapan pemahaman lama tentang mendidik dan mengajar akan tergantikan dengan filosofi pendidikan KHD dan tergerak untuk menerapkannya. Materi yang berisi filosofi pendidikan KHD, mengapa kurikulum harus berubah, sampai pada penyusunan kurikulum bisa disampaikan dengan detail dan pemahaman yang baik. CARA
B. Daring Cara yang kedua adalah melalui daring. Media dengan cara daring ini bisa bervariasi mulai dari gambar, infografis, video, maupun audio, seperti podcast bisa diisi dengan materi yang sama. Cara daring ini sangat menarik karena target audiens bisa mempelajarinya kapan saja dan dimana saja. CARA
Materi adalah muatan esensi yang menentukan berhasil tidaknya penanaman pemahaman sampai pada praktik implementasi merdeka belajar berhasil. Materi ini harus disampaikan secara runut, mudah dipahami dan menarik dengan maksud agar hal baru yang akan disampaikan bisa diterima dengan baik. A. Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) Dimulai dari filosofi pendidikan KHD, yang meliputi: definisi pendidikan, mendidik dan mengajar. Definisi ini penting karena pendidik harus mengetahui dan bisa membedakannya dengan jelas, dengan maksud supaya bisa menerapkan keduanya, mengajar dengan menyampaikan ilmu-ilmu dan wawasan yang bermanfaat juga mendidik dengan menanamkan etika yang baik, sopan santun, dan juga aspek afektif (perasaan) yang tepat. Tujuan akhir dari pendidikan harus dipahami oleh pendidik, yaitu supaya manusia hidup selamat dan bahagia baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Trilogi pendidikan dengan azas trikon wajib dipahami juga dalam menerapkan menerapkan merdeka belajar. MATERI
KONTINU, perlu diketahui bahwa kebudayaan itu berkembang secara kontinu tanpa henti, dan pendidikanlah yang mempengaruhi perubahan kebudayaan itu sehingga membentuk peradaban. KONVERGEN, harus dipahami pendidik bahwa pendidikan bisa didapat dari mana saja dan berbagai sumber dengan mengambil manfaat positifnya. KONSENTRIS, meskipun sumber pendidikan bisa didapat dari luar, namun tidak meninggalkan nilai-nilai budaya kita sendiri. Dan inilah cara yang paling dilakukan untuk menghadapi perkembangan budaya, peradaban dan teknologi yang sangat pesat dan berada di tengah-tengah dunia global yang tanpa batas ini. MATERI
Penting untuk dipahamkan, bahwa kita bisa menerima teknilogi digital, misalnya aplikasi Canva, Instagram, Tik-Tok, namun kita harus mengisinya dengan menampilkan budaya kesopanan, etika yang luhur, dan budaya-budaya yang berasalah dari berbagai daerah di tanah air. Melalui pendidikanlah, pengaruh positif itu bisa diwujudkan, untuk mempertahankan dan membentuk peradaban dunia yang positif. Tiga semboyan pendidikan, juga harus dipahamkan kepada para pendidik dengan tepat. MATERI
B. Mengapa Kurikulum Perlu Berubah Materi kedua yang harus disampaikan adalah pemahaman mengapa kurikulum harus berubah. Dengan tahapan awal pemahaman tentang filosofi pendidikan KHD, diharapkan sudah terbuka pemikiran tentang mendidik, mengajar, dan tujuan dari pendidikan. Dalam usaha mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya itu, pendidikan harus bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi di dalam kehidupan nyata murid. Dengan menanamkan pengertian bahwa pendidikan memerlukan wadah atau tempat yang berisi metode, tujuan, konten dan lain-lain yang berupa kurikulum, maka kurikulum tersebut juga harus menyesuaikan dengan perubahan atau hal-hal baru yang terjadi dalam kehidupan. MATERI
C. Kurikulum Merdeka Materi ketiga yang harus disampaikan adalah kurikulum itu sendiri. Diawali dengan definisi tentang kurikulum beserta segala isi atau muatannya, dan kurikulum merdeka itu sendiri. Mulai dari gambaran sederhana tentang kurikulum merdeka sampai pada strategi penyusunan kurikulum sekolah yang sesuai dengan kearifan lokal setempat dan bermanfaat bagi kehidupan murid dimasyarakat atau lingkugan sekitar. MATERI
Tahapan terakhir dari penanaman pemahaman adalah tanggapan dari semua target audiens. Mulai dari REKAN SEJAWAT sebagai motor dari merdeka belajar, ORANG TUA sebagai tempat pendidikan pertama bagi murid, dan dari MURID itu sendiri yang berperan sebagai objek dan subjek dari merdeka belajar. Tanggapan dan curah pendapat ataupun tanya jawab akan menambah pemahaman akan hal-hal baru yang belum begitu diketahui atau belum bisa diterima dengan sepenuh hati. Sangatlah wajar apabila sesuatu hal yang baru perlu proses untuk benar-benar bisa dipahami dan diterima. TANGGAPAN
Akan salah dan keliru bahkan fatal apabila pemehaman yang didapat belum sepenuhnya atau keliru dalam memahami merdeka belajar dan kurikulum merdeka. Oleh karena itu, solusi dari masalah ini adalah mengadakan kesempatan menyampaikan umpan balik, tanggapan atau menyampaikan pertanyaan. Bagi beberapa pihak, yang sudah nyaman dan merasa cocok dengan kurikulum lama, akan membutuhkan keterangan yang ilmiah dan logis untuk bisa menerima perubahan paradigma ini, baik filosofi pendidikan, mengapa kurikulum harus berubah, sampai pada kurikulum baru, yaitu kurikulum merdeka. TANGGAPAN
TAHAPAN KE-2. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
B. Implementasi Pembelajaran Peta Konsep Perencanaan Pelaksanaan Refleksi Tindak Lanjut Mengenali karakterisitik siswa Membuat modul ajar yang tepat Diferensiasi Gambar Kearifan lokal Video Audio Ekonomi Sosial-budaya Lingkungan /geografis Teknologi Rekan sejawat Murid Diri Perbaikan Pendalaman Perubahan
A. Mengenali Karakteristik Siswa Langkah pertama, sebelum menyusun rencana pembelajaran adalah mengenali karakteristik dan kesiapan siswa. Hal ini penting karena hasil dari strategi ini menjadi dasar dalam menentukan media pembelajaran, metode, konten, sampai pada asesmen. Metode yang bisa dilakukan untuk menggali informasi ini bisa dengan cara tanya jawab secara lisan, maupun melalui kuesioner maupun test diagnostik. Karakterisitik siswa yang beragam, yang meliputi kesiapan, minat, preferensi lingkungan belajar, gaya belajar, budaya belajar, dan kecerdasan personal perlu diakomodir dalam rencana pembelajaran yang disusun, supaya semua siswa merasakan kemerdekaan dalam melakukan proses pembelajaran. PERENCANAAN
PERENCANAAN Kesiapan siswa, sangat penting diketahui untuk menentukan perbedaan konten materi, minat belajar sangat perlu diketahui untuk menentukan beragam topik yang disukai siswa, preferensi lingkungan-gaya-budaya belajar sangat penting diketahui untuk menentukan metode dan media pembelajaran yang akan digunakan. Adapun kecerdasan personal penting diketahui untuk menentukan tingkat asesmen murid dan penugasan. Perlu ditegaskan bahwa dalam merdeka belajar ini siswa difasilitasi untuk menjadi pembelajar yang merdeka dan melakukan pembelajaran yang bermakna. B. Menyusun Rencana Pembelajaran atau Modul Ajar Langkah kedua setelah menggali informasi tentang siswa adalah menyusun rencana pembelajaran atau modul ajar yang akan dilaksanakan. Dalam penyusunan modul ajar ini, pendidik harus melakukan perbedaan dalam hal konten, metode dan asesmen atau penugasan. Modul ajar ini disusun berdasarkan informasi yang sudah didapatkan pada tahap sebelumnya. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa inggris tentang 'like and dislike' (suka dan tidak suka), pendidik harus menyajikan topik beragam seperti hobi, idola, makanan dan minuman favorit, dsb. Juga dalam hal tingkatan isi materi, mulai dari tingkat yang mudah, sedang dan sulit harus disajikan pada siswa yang tepat.
PERENCANAAN Metode penyampaian materi berupa lisan, dengan gambar, audio, video maupun dengan demonstrasi juga harus disajikan untuk memenuhi beragam gaya belajar murid yang visual, auditory, kinestetik maupun gabungan dari kedua atau ketiganya. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa inggris dengan topik yang sama, guru melakukan ceramah secara klasikal tentang konsep 'like and dislike' , menampilkan gambar atau video materi, juga meminta murid melakukan 'role-play' percakapan dengan teman sebangku atau di depan kelas.
PERENCANAAN Dalam membuat asesmen, guru harus berpedoman pada tes awal yang mengukur tingkat kesiapan dan kecerdasan personal murid. Ada yang sudah siap dan memiliki pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, ada juga yang tidak sama sekali dan memiliki tingkat kecerdasan atau pemahaman yang rendah, maupun segala variasinya. Maka tingkat asesmen harus dibuat mulai dari yang mudah, sedang sampai yang sulit untuk mengukur seberapa jauh pemahaman murid akan pembelajaran yang dilakukan. Begitu pula dalam memberikan penugasan, dari tingkat sederhana sampai pada tugas yang paling kompleks harus disediakan oleh guru. Misalnya, dalam materi 'like and dislike' , penugasan bisa berupa membuat ungkapan sederhana tentang hal-hal atau benda yang disukainya, percakapan, narasi, dsb. Juga bisa disajikan dalam bentuk tulisan, teks bergambar, juga dalam bentuk audio-video. Siswa juga bisa mengembangkan dengan menceritakan hal atau benda atau hobi yang disukainya tersebut. Sekali lagi, bahwa dalam merdeka belajar ini siswa difasilitasi untuk menjadi pembelajar yang merdeka dan melakukan pembelajaran yang bermakna.
PERENCANAAN Pemberian penugasan yang mengakomodir minat atau bakat murid membuat murid merdeka dalam mengekspresikan pengetahuan atau ilmu baru yang didapatkannya.
PELAKSANAAN Tahap ini merupakan aksi nyata di lapangan dalam menerapkan merdeka belajar dan sebagai tolak ukur pemahaman guru tentang merdeka belajar. A. Diferensiasi Sesuai dengan pernyataan disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, bahwa murid diciptakan dengan membawa kodrat keadaannya masing-masing, yang meliputi kodrat alam dan kodrat zaman yang berbedabeda. Kodrat alam, misalnya, murid yang hidup dilingkungan pesisir, diberikan wawasan oleh guru bagaimana cara menanggulangi pengikisan pantai oleh air laut (abrasi), juga cara merawat ekosistem pantai.
PELAKSANAAN Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa inggris "teks prosedur" , murid di SMPN 1 Sragi yang tinggal dilingkungan perkotaan yang rawan banjir dan polusi tanah karena sampah, diberi guru wawasan tentang prosedur melakukan pengurangan, penggunaan kembali, dan pendaurulangan sampah. Dalam melakukan pengumpulan data, murid tidak dibataasi hanya berasal dari satu sumber, melainkan bisa bertanya langsung pada ahlinya dari Dinas Lingkungan hidup, dari internet, maupun dari buku atau sumber-sumber lainnya yang tak terbatas.
PELAKSANAAN Demikian juga dengan minat-bakat, potensi murid beragam atau berbeda satu sama lain. Manusia terdiri dari tiga bagian yang menyusunnya, yaitu pikiran atau akal, hati atau perasaan, dan jasmani atau fisik. Menurut Ki Hadjar Dewantara, dalam mendidik murid, guru harus memperlakukan murid sebagai manusia seutuhnya. Bagaimana mendidik murid dengan melakukan olah pikir, olah rasa, dan olah raga menjadi tugas guru dalam menerapkan pembelajaran di kelasnya. Olah pikir diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan berpikir atau kreatifitas, dan daya ciptanya. Olah rasa, diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan emosinya, kepekaan sosial dsb. Olah raga diperlukan untuk meningkatkan kekuatan jasmaninya. Sebagai contoh dalam pembelajaran "teks prosedur" tersebut, murid bisa mencari informasi dengan bertanya langsung pada ahlinya, berdiskusi dengan temannya, untuk melatih kecakapan emosinya dan mempraktikkan kesopanan. Kemudian pada bagian penugasan, murid dapat menyusunnya sesuai dengan minat masing-masing, baik dalam bentuk teks, lagu, narasi, presentasi, pantun, puisi, dsb untuk membentuk murid yang kreatif.
B. Teknologi Teknologi harus dikenalkan dan dipraktikkan manfaat dan cara menggunakannya kepada murid di dalam pembelajaran. Kodrat zaman murid pada saat ini, adalah era industri 4.0 dimana teknologi internet telah mendominasi penggunaannya. Maka, dalam proses pembelajaran, guru harus memanfaatkan teknologi ini untuk mengimbangi murid yang lahir dan tumbuh di era digital atau "digital native" . Guru diminta untuk mendidik murid sesuai zamannya, zaman di masa depan dimana murid akan menjalani hidup dan mempraktikkan ilmunya. Sebagai contoh: (1) pembelajaran dengan dua moda, kombinasi daring dan luring, dengan menggunakan aplikasi google classroom dengan menautkan video pembelajaran dalam YouTube, (2) melakukan asesmen diagnostik dengan google formulir, PELAKSANAAN
PELAKSANAAN (3) meminta murid mengunggah tugas di media sosial mereka, adalah contoh melakukan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat zamannya. C. Kearifan Lokal Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada poin A (diferensiasi), kearifan lokal adalah salah satu strategi untuk menerapkan merdeka belajar dengan memenuhi kebutuhan belajar murid.Dalam merdeka belajar, guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran bermakna kepada murid. Sebagai contoh, materi yang dipelajari murid sesuai dan berguna bagi lingkungan sekitar tempat tinggal atau masyarakatnya. Murid yang tinggal di lingkungan pegunungan, akan sangat tepat apabila diberikan wawasan atau pengetahuan oleh guru tentang bagaimana menanggulangi tanah longsor dan lahan gundul. Dalam lingkup yang lebih luas, kearifan lokal juga bisa dipraktikkan dengan menyajikan atau menampilkan budaya lokal bangsa indonesia seperti gotong royong, toleransi, juga keragaman budaya seperti tari-tarian, pakaian adat, maupun tradisi-tradisi baik bangsa lannya.
PELAKSANAAN Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, murid diminta untuk membuat video YouTube atau TikTok berisi perkenalan diri dengan menunjukkan busana yang sopan, etika memperkenalkan diri yang baik, dan budaya luhur ketimuran lainnya sesuai akhlak mulia yang ingin ditanamkan pada murid. Menurut Ki Hadjar Dewantara, salah satu cara untuk menghadapi perkembangan teknologi yang massive ini, adalah meresponnya dan menyaringnya dari hal-hal negatif yang dibawa didalamnya. AZAS TRIKON sangat sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran hingga saat ini. Dengan strategi inilah murid dilatih untuk memiliki nalar yang kritis sehingga tidak terbawa oleh arus negatif dari budaya negara lain.
MEREFLEKSIKAN Refleksi adalah bagian penting untuk mengevaluasi yang diikuti dengan tindak lanjut demi perbaikan pembelajaran. A. Murid Sebagai objek sekaligus subjek dalam pembelajaran, murid mengalami, menyaksikan dan merasakan langsung aktifitas, suasana, dan dampaknya. Sehingga sangat diharuskan guru meminta umpan balik dari murid-muridnya. Sebagaimana filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan haruslah menghamba pada murid, berpusat pada murid, tidak menuntut dari murid, namun memenuhi kebutuhan belajar murid. Sebagai contoh, umpan balik yang dilakukan paling tidak mencakup 3 hal: yaitu bagaimana perasaan murid, hal baru apa yang dipelajari, ingin seperti apa pada pembelajaran berikutnya. Menanyakan perasaan murid perlu dilakukan untuk memastikan bahwa selama pembelajaran tidak ada suasana hati yang negatif, seperti kejenuhan, kecemasan, ketakutan, dsb. Dengan suasana hati yang gembira dan muatan emosi positif yang tinggi, wawasan dan pengetahuan baru yang didapat bisa diterima dan diingat dengan baik. Menanyakan hal baru yang didapatkan juga memastikan bahwa murid mengikuti pembelajaran dengan baik dan bermakna.
MEREFLEKSIKAN Adapun kekurangan selama pembelajaran, bisa diketahui dengan menanyakan keinginan murid dalam pembelajaran berikutnya. Ketiga pertanyaan ini menjadi referensi bagi guru untuk melakukan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya. Dengan mengajukan tiga pertanyaan tersebut minimalnya, guru sudah melakukan penggalian data tentang tolak ukur bagaimana perencanaan pembelajaran yang sudah disusun mencapai tujuannya, yaitu terpenuhinya kebutuhan murid akan kesiapan, minat, dan profil belajar murid.
MEREFLEKSIKAN B. Diri Refleksi dari diri guru sendiri tentang pengalaman baru apa yang didapat, bagaimana perasaan selama pembelajaran, juga tindak lanjut apa yang akan dilakukan akan mempercepat terpenuhinya kebutuhan belajar murid dengan cara terus berupaya untuk melakukan perbaikan. Refleksi yang dilakukan secara mendalam, jujur, bisa berdialog dengan diri sendiri dan dilakukan secara bermakna memberika jeda dan ruang bagi guru untuk merenungi pembelajaran yang ia bawakan. Hal-hal besar maupun kecil yang bisa berdampak positif pada pembelajaran diharapkan dapat teridentifikasi.
REFLEKSI Seperti ada kejadian yang tak terduga terkait dengan perilaku murid, murid gaduh, kurang bersemangat, atau murid yang tidak memahami ilmu yang disampaikan, dan sebagainya bisa menjadi bahan refleksi bagi guru. Faktor-faktor yang memicu terjadinya hal-hal buruk tadi bisa direnungkan untuk dicarai solusinya atau diantisipasi ke depannya. C. Rekan Sejawat Dalam mempraktikkan merdeka belajar, hendaknya melibatkan rekan sejawat dalam kegiatan berupa supervisi dan lesson studi, baik oleh guru se-MGMP maupun pengampu mata pelajaran yang berbeda. Kegiatan ini dirasa akan sangat cepat mengimbaskan pemahaman dan implementasi merdeka belajar. Bagaimana tidak? Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru yang disaksikan langsung oleh rekan-rekan sejawatnya secara nyata di lapangan memberikan pengalaman yang langsung bisa dipraktikkan.
REFLEKSI Umpan balik dan refleksi yang langsung diberikan juga merupakan tindakan nyata terhadap perbaikan pembelajaran berikutnya. Melalui kegiatan ini percepatan pengimbasan merdeka belajar dapat dengan baik dihasilkan.
TINDAK LANJUT Tindak lanjut merupakan satu rangkaian dengan kegiatan refleksi. Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran yang ditemui menjadi dasar PERBAIKAN, PENDALAMAN atau PERUBAHAN yang akan dilakukan. Segala aspek merdeka belajar diusahakan terpenuhi secera keseluruhan. Pembelajaran yang berpihak pada murid, memperlakukan murid sebagai manusia seutuhnya, azas trikon, semboyan ing-ngarso sung tuladha, ingmadya mangun karsa, tut wuri handayani, secera berangsur-angsur dipahami secara mendalam dan terimplementasi. Pembelajaran yang langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata murid, juga merupakan wujud dari merdeka belajar. Perbaikan dapat dilakukan apabila ditemui kekurangan. Pendalaman bisa ditempuh bila praktik pembelajaran sudah baik dan bisa dikembangkan. Perubahan juga dapat diterapkan bila ditemui kekeliruan yang harus disesuaikan lagi dalam praktinya.
TAHAPAN KE-3. MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH
C. Menyusun Kuriulum Sekolah Peta Konsep MGMP Sekolah Komunitas Tim Pengembnag
MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH A. MGMP Sekolah Dalam rangka memberi wadah terstruktur dan sitematis, merdeka belajar perlu disusun dalam bentuk kurikulum di setiap sekolah. MGMP sekolah tiap mapel yang solid dalam menyusun perangkat secara berkesinambungan, mulai dari capaian belajar paling rendah ke yang paling tinggi atau mendalam, dari kelas 7 sampai kelas 9 harus merupakan rangkaian yang bersambung dan berjenjang. Dengan demikian, murid menjalani tingkat pembelajaran yang sesuai. Guru di kelas 8 misalnya, akan melihat capaian belajar ketika seorang murid di kelas 7-nya, dan seterusnya. Karenanya, merdeka belajar tidak memaksa murid untuk mencapai standard tertentu, namun murid diukur oleh guru seberapa capaian yang telah didapatkannya, untuk selanjutnya disusun lagi strategi yang bisa berimbas lebih baik.
MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH B. Komunitas Sekolah Untuk selanjutnya, komunitas sekolah bisa menjalin koordinasi untuk berbagi tentang perangkat pembelajaran yang sudah disusun masing-masing mapel.
MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH Dengan sekedar berbagi antara rekan sejawat akan lebih memantapkan kesesuaian perangkat yang telah disusun. Keterkaitan dan hubungan antar mata pelajaran bisa saja muncul, misalnya saja dalam sebuah kegiatan pameran hasil karya yang bisa dilaksanakan bersama, atau kegiatan observasi lapangan antara mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia, dalam berlatih berkomunikasi dalam mencari data tentang kependudukan.
MENYUSUN KURIKULUM SEKOLAH C. Tim Pengembang-Waka Kurikulum-Kepala Sekolah Dalam rangka implementasi merdeka belajar, tim pengembang sekolah, termasuk waka kurikulum dan bendahara perlu mengetahui semua perangkat dan kegiatan yang ada di dalamnya guna mengetahui, memvalidasi, dan memperkirakan anggaran yang akan dibutuhkan. Apabila segala sesuatu telah sesuai, untuk selanjutnya dibentuk Kurikulum Sekolah. Kurikulum sekolah disusun sesuai dengan kearifan lokal, lingkungan alam dimana murid berada atau tinggal, dan sesuai dengan kodrat keadaan murid di sekolah tersebut.
Terima kasih