TEORI BERPIKIR MANUSIA
KONSEP DASAR
BERPIKIR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
OLEH SHERLY NABILA ASTININGTYAS
TEORI BERPIKIR MANUSIA
KONSEP DASAR
BERPIKIR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
OLEH SHERLY NABILA ASTININGTYAS
TEORI BERPIKIR MANUSIA
KONSEP DASAR
BERPIKIR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh
SHERLY NABILA ASTININGTYAS
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2022
KONSEP DASARTEORI BERPIKIR MANUSIA
BERPIKIR
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, 2022
Penulis :
Sherly nabila astiningtyas
Editor :
Sherly nabila astiningtyas
Penyunting dan Penata Letak :
Sherly nabila astiningtyas
Desain Sampul :
Sherly nabila astiningtyas
Diterbitkan pertama kali oleh
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
JI. Batikan UH 3/1043 Tahunan, Umbulharjo Yogyakarta
Telepon (0274) 562265
E-mail : [email protected]
Website : www.ustjogja.ac.id
November, 2022
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari
penerbit maupun penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku Teori Berpikir Manusia
dalam Psikologi pendidikan yang berjudul "Konsep Dasar Berpikir" tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dosen yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga
buku ini dapat selesai tepat pada waktunya. Buku ini membahasa
mengenai berpikir, perbedaan berpikir dan bernalar, jenis-jenis berpikir,
dan taksonomi bloom. Harapan penyusun semoga buku ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
dapat menjadi kontribusi positif bagi pengembangan wawasan
pembaca.
Akhimya penyusun menyadari dalam penulisan buku saku ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penyusun menerima kritik dan saran agar penyusunan selanjutnya
menjadi lebih baik. Semoga buku saku ini memberi manfaat bagi banyak
pihak
Yogyakarta, November 2022
Penulis
KONSEP DASAR BERPIKIR |PSIKOLOGI PENDIDIKAN| v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….…………………………….…….…………v
DAFTAR ISI…………………………………….………...……………………….vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….…………………..3
A.BERPIKIR……….…………….…….…………..….…....…………...3
B.BERPIKIR DAN BERNALAR….……………………….….….….....5
C.JENIS BERPIKIR……….……. ….……………...……..….….……...7
D.TAKSONOMI BLOOM………….….……….…….……….………...8
DAFTAR PUSTAKA………………….……………..…….……….………….….10
KONSEP DASAR BERPIKIR |PSIKOLOGI PENDIDIKAN| vi
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber : agtvnews.com
Konsep berpikir disini berarti konstruksi simbolik yang memberi gambaran atau
beberapa ciri-ciri secara umum mengenai sebuah objek atau kejadian. Misalnya
dapat kita lihat pada pengertian dari berfikir berarti konstruksi simbolik yang
memberi gambaran atau beberapa ciri-ciri secara umum mengenai sebuah objek
atau kejadian. Jadi, dalam melakukan aktivitas seseorang memiliki syaraf tersendiri
dalam melakukan suatu tindakan, namun ada beberapa aktivitas manusia yang
dipengaruhi oleh sistem pikiran yang mereka miliki. Berpikir disini juga dapat
diartikan sebagai aktivitas mental atau intelektual yang melibatkan kesadaran dan
subjektivitas dari diri seseorang. Hal ini dapat mengarah pada sesuatu yang berupa
tindakan atau ide-ide yang mereka miliki. Berpikir mendasari segala tindakan
manusia dan interaksinya. Dalam melakukan aktivitas seseorang memiliki syaraf
tersendiri dalam melakukan suatu tindakan, namun ada beberapa aktivitas manusia
yang di pengaruhi oleh sistem pikiran yang mereka miliki. Namun agar hasil
pemikiran memberi pengaruh yang lebih baik dalam kehidupan nyata maka
diharuskan tidak hanya berpikir mengunakan akal tapi juga dengan hati yang suci.
Apabila berfikir hanya menggunakan akal dan tidak di imbangi dengan hati maka
akan sering terjadi kekacuan pemikiran dari batas-batas syariat, dengan kehadiran
akal saja pada objek yang dipikirkan juga akan berdampak.
Berpikir terpusat pada otak manusia. Berpikir ini merupakan proses yang
berhubungan dengan rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi,
persepsi, dan memori. Pada saat seseorang menghadapi persoalan tertentu, maka
yang pertama akan melibatkan proses sensasi, maksudnya orang tersebut akan
menangkap tulisan, menangkap gambar, ataupun menangkap suara yang mereka
dengar. Selanjutnya mereka akan melalui proses persepsi, yaitu membaca,
mendengar, dan memahami apa yang di minta dalam persoalan tersebut. Secara
tidak langsung orang tersebut akan menggunakan memorinya untuk memahami
istilah-istilah baru yang ada pada persoalan tersebut. Berpikir termasuk dalam
aktivitas belajar, dengan berpikir orang memperoleh pengetahuan baru, setidaknya
orang akan menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|1
Berpikir bukanlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir
yang rendah sampai taraf berfikir yang tinggi. Berpikir juga merupakan suatu proses
simbolis untuk memanipulasi informasi dalam memecahkan masalah tertentu dan
menghasilkan ide-ide kreatif. Berpikir merupakan suatu proses kompleks yang
terjadi dengan susunan skema-skema kognitif dan juga mengkategorikan setiap
stimulus kedalamnya. berpikir dalam pemecahan masalah berarti suatu proses
mental yang melibatkan pengetahuan untuk mencapai tujuan tertentu yang
mencakup pemecahan masalah, perencanaan dan pengambilan keputusan. Dalam
proses berpikir yang dilakukan seseorang terjadi proses mengingat kembali sesuatu
yang telah terjadi atau mengingat pengetahuan yang telah tersimpan di dalam
memorinya yang digunakan untuk menerima informasi, mengolah, dan
menyimpulkan sesuatu. Setiap manusia tentunnya memiliki kemampuan berfikir
yang berbeda beda ada seseorang yang proses berfikirnya cepat dan ada pula yang
lambat.
Dalam kehidupan sehari-hari konsep berpikir dan bernalar sering disamakan
maknanya. Berpikir dan bernalar ini memang sangat erat hubungannya, karena
bernalar merupakan aspek yang sangat penting dalam berpikir. Akan tetapi,
sesungguhnya konsep berpikir dan bernalar ini tidak dapat disamakan. Berpikir
dilakukan sebelum seseorang menarik kesimpulan dari sebuah gagasan maupun
dalam mengambil keputusan, sedangkan bernalar dilakukan setelah proses berpikir.
Berpikir dan bernalar yang dilakukan seseorang dituntut untuk mampu memahami
agar dapat melakukan inovasi yang mampu beradaptasi dengan konsep pelajaran
yang dikemukakan oleh tenaga pendidik kelak nantinya. Di dunia pendidikan
terdapat model pemetaan pikiran dan penalaran yaitu model yang dikemukakan oleh
Benjamin Bloom yaitu taksonomi bloom.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BERPIKIR
Konsep berfikir disini berarti konstruksi simbolik yang memberi gambaran
atau beberapa ciri-ciri secara umum mengenai sebuah objek atau kejadian.
Misalnya dapat kita lihat pada pengertian dari handphone dimana dalam pikiran
akan memberi gambaran berupa alat komunikasi yang sangat diperlukan di era
ini. Dengan proses tersebut, nantinya setiap orang bisa mengklasifikasikan
manakah yang dinamakan handphone dan mana yang bukan. Dalam berfikir
terdapat beberapa macam konsep diantarannya :
1. Konsep sederhana.
2. Konsep kompleks.
3. Konsep konjungtif.
4. Konsep disjungtif.
5. Konsep relasional.
Berfikir memiliki arti yang sangat luas pada dasarnya
berfikir berasal dari kata “pikir” menurut kamus besar
Bahasa Indonesia berarti akal budi, ingatan, angan-angan.
Berfikir merupakan suatu proses menggunakan akal pikiran
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, serta
menentukan sesuatu dalam ingatan seseorang. Maksudnya,
THINKING setiap manusia yang menggunakan akal pikirannya baik
pertimbangan maupun keputusan yang diambil dan akan menimbulkan suatu
kegiatan maka disebut berpikir. Berfikir merupakan kemampuan yang dimiliki
semua manusia. Sejak dilahirkannya manusia tuhan telah melengkapi manusia
dengan kemampuan berfikir. Pada proses berfikir, tentunya setiap orang berfikir
memakai penggambaran terhadap sesuatu.Berpikir erat hubungannya dengan
akal yang terpusat pada otak manusia. Menurut Santrock (dalam
Rahmawati:2014), berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan
mentransformasi informasi dalam memori. Pendapat lain disampaikan oleh
Mulyono dalam Hidayatullah (2015:4), menurutnya berfikir merupakan
kegiatan yang tidak terlihat, dan apa yang dipikirkan tentu orang lain tidak akan
mengetahui, jika tidak diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan. Berfikir
juga merupakan proses mental yang melibatkan pengetahuan, keterampilan
bernalar, dan karakter intelektual bernalar untuk menyelesaikan suatu masalah
(Hidayatullah, 2015:5). Dalam berpikir pastilah mengalami proses, proses
berpikir ini diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|3
seseorang dalam mengingat kembali sesuatu yang telah terjadi atau mengingat
pengetahuan yang telah tersimpan di dalam memorinya yang digunakan untuk
menerima informasi, mengolah, dan menyimpulkan sesuatu. Setiap manusia
tentunnya memiliki kemampuan berfikir yang berbeda beda ada seseorang yang
proses berfikirnya cepat dan ada pula yang lambat.
Perbedaan yang terjadi mungkin sebagian besar disebabkan oleh faktor
pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf kecerdasan
seseorang. Berpikir selain berhubungan dengan akal, juga berhubungan dengan
masalah. Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung pengertian yang luas,
karena mengandung maksud dan tujuan untuk memecahkan masalah sehingga
menemukan hubungan dan menemukan sangkut paut antara masalah yang satu
dengan yang lainnya (Abu Ahmadi, 2008: 31). Jika tidak adanya sebuah masalah
maka manusia tidak akan berpikir dan dalam sebuah kehidupan masalah adalah hal
yang pasti. Proses penyelesaian masalah itulah yang biasa disebut dengan proses
berpikir (Ahmadi, 2009). Dalam proses berpikir biasanya akan timbul suatu
pertanyaan apa masalahnya, bagaimana pemecahannya, apa tujuan memecahkan
masalah, dan faktor apa saja yang dapat membantu memecahkan masalah. Oleh
karena itu, dalam berpikir sering menimbulkan pertanyaan 5W + 1H (what, when,
where, who, why, dan how). Dalam proses berpikir terdapat beberapa tahapan
dalam proses berfikir diantaranya.
1. Pembentukan Pengertian
Pada bagian ini dapat menganalisis ciri-ciri dari objek yang sejenis,
Membandingkan ciri tersebut untuk menemukan ciri-ciri yang sama, ciri-ciri
yang tidak sama. Juga mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang, ciri-
ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki.
2. Pembentukan Pendapat
Pada bagian ini Pembentukan pendapat diartikan sebagai peletakan
hubungan antara dua atau lebih pengertian. Pendapat tersebut dapat dinyatakan
dalam bentuk kalimat. Pendapat tersebut terbagi atas tiga kategori, yaitu
pendapat afirmatif atau positif, pendapat negatif, pendapatn modalitas atau
kemungkinan.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada penarikan kesimpulan ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu kesimpulan
induktif, deduktif, dan analogis:
a.Induktif merupakan kesimpulan yang diambil dari berbagai pendapat khusus
yang tertuju pada satu pendapat umum.
b.Deduktif, merupakan kebalikan dari kesimpulan induktif.
c.Kesimpulan analogis, merupakan kesimpulan yang didapatkan dengan cara
membandingkan atau menyesuaikan berbagai pendapat khusus yang telah ada
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|4
B. BERPIKIR DAN BERNALAR
Dalam kehidupan sehari-hari konsep berpikir dan bernalar sering disamakan
maknanya. Berpikir dan bernalar ini memang sangat erat hubungannya, karena
bernalar merupakan aspek yang sangat penting dalam berpikir. Akan tetapi,
sesungguhnya konsep berpikir dan bernalar ini tidak dapat disamakan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sudarminta (dalam Pupu Sauful Rahmat, 2018: 131)
bahwa penyamaan dua kegiatan tersebut merupakan suatu penyempitan konsep
berpikir, sebab konsep dari berpikir ini lebih luas dari sekedar bernalar. Berpikir
dilakukan sebelum seseorang menarik kesimpulan dari sebuah gagasan maupun
dalam mengambil keputusan, sedangkan bernalar dilakukan setelah proses
berpikir. Dalam proses berpikir termuat kegiatan meragukan dan memastikan,
merancang, menghitung, mengevaluasi, membandingkan, menggolongkan,
memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat
kemungkinan-kemungkinan yang ada, mempertimbangkan dan memutuskan
(Sobur, 2003). Hal inilah yang dijadikan acuan dalam bernalar.
Bernalar dapat dilakukan setelah proses
berpikir dengan mengandalkan pengetahuan yang
dimiliki seseorang melalui panca indera yang
diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu
kesimpulan. Suatu proses berpikir dalam menarik
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan
inilah yang biasa disebut bernalar (Suriasumantri,
sumber : maglearning.id 2009: 42; Daldiyono, 2006: 135). Bernalar
berasal dari kata nalar yang mempunyai arti
pertimbangan mengenai baik buruk, kekuatan pikir atau aktivitas yang
memungkinkan seseorang berpikir logis (KBBI, 2008: 1064). Menurut Shurter
dan Pierce (dalam Purnamasari, 2014: 4) bernalar merupakan terjemahan dari
reasoning yaitu suatu proses untuk mencapai kesimpulan logis dengan
berdasarkan pada fakta dan sumber yang relevan. Pendapat yang hampir sama
disampaikan oleh Keraf (dalam Bernard, 2014: 2) menjelaskan bernalar sebagai
suatu proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta, bukti, petunjuk atau
eviden menuju kepada suatu kesimpulan. Sudarminta (dalam Rika Devianti,
2022: 52) berpendapat bahwa bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik
kesimpulan dari premis-premis yang sebelumnya sudah diketahui. Jadi dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa bernalar adalah suatu
proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang logis dari premis-premis yang
sebelumnya sudah diketahui dengan mengandalkan pengetahuan berupa fakta,
bukti, petunjuk.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|5
Kegiatan bernalar ini meliputi tiga tahapan yaitu mengerti, memutuskan, dan
menyimpulkan. Di dalam bernalar sendiri terdiri dari tiga bentuk yaitu:
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulaan dari kasus-kasus individual
nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum (Burhanuddin Salam
1988: 72). Benyamin Molan dalam bukunya logika ilmu dan seni berpikir kritis
(2014: 114) berpendapat bahwa induktif adalah suatu penalaran yng bertitik
tolak daari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus atau tunggal, kemudian
ditarik kesimpulan yang bersifat umum atau general. Pendapat lain juga
disampaikan oleh Surajiyo (2008: 60) penalaran induktif adalah proses
peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal.
Contoh bentuk penalaran induktif ini yaitu kucing punya mata, burung punya
mata, ikan punya mata. Maka dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa
setiap hewan punya mata. Penalaran induktif membutuhkan banyak contoh atau
sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian dari sebuah premis yang diangkat.
Hal inilah yang membuat penalaran induktif erat berhubungan dengan
pengumpulan data dan statistik.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang berlawanan dengan
penalaran induktif yaitu mengambil suatu kesimpulan yang hakikatnya sudah
tercakup di dalam suatu proposisi atau lebih. Menurut Surajiyo dalam bukunya
dasar-dasar logika (2008: 63) menjelaskan bahwa deduktif adalah suatu
penalaran yang menyimpulkan hal yang khusus dari sejumlah proposisi yang
umum. Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh Shadiq (dalam
Yuriyanti dkk, 2014: 1) penalaran deduktif adalah proses berpikir yang berupa
penarikan kesimpulan yang bersifat umum atas dasar pengetahuan mengenai
hal-hal khusus. Santrock (2010: 358) menyerderhanakan pengertian dari
penalaran deduktif ini, menurutnya penalaran deduktif merupakan penalaran dari
umum ke khusus. Dalam penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
memakai pola pikir yang disebut syllogisme dan sollygisme ini tersusun daari
dua buah pernyataan (premise) dan sebuah kesimpulan (konklusi). Contohnya
yaitu semua makhluk hidup membutuhkan makanan (premise 1), kelinci adalah
makhluk hidup (premise 2). Jadi dari kedua premise tersebut dapat disimpulkan
bahwa kelinci membutuhkan makanan (konklusi). Dari contoh tersebut dapat
dilihat bahwa konklusi bersifat benar karena didukung oleh kedua premise yang
benar juga. Akan tetapi konklusi dapat juga bersifat salah, meskipun kedua
premise benar apabila cara penarikan konklusi salah.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|6
3. Penalaran Abduktif
Penalaran abduktif ini dapat dikatakan sebagai gabungan penalaran induktif
dan deduktif. Jenis penalaran abduktif ini pertama kali dikenalkan oleh Charles
Sanders Peirce (1839-1914), seorang ahli logika dari Amerika Serikat (Jonaedi
Efendi 2018: 28). Penalaran abduktif adalah penalaran yang terjadi dalam
merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara
dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui (Rika Devianti, 2022:
53). Penalaran abduktif adalah sebuah proses berpikir akan adanya
kemungkinan-kemungkinan lain ketika tidak ada kepastian (P.Wiryono
Priyotamtama, 2020). Hal ini membuat abduktif sering juga disebut sebagai
argumentasi menuju penjelasan terbaik. Dalam mendapatkan argumentasi
terbaik tersebut ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu kesederhanaan,
koherensi, prediktabilitas, dan komprehensi. Contoh dari penalaran ini yaitu
pohon jati selalu mengugurkan daunnya ketika musim kemarau, jadi dapat
disimpulkan jika daun pohon jati gugur maka sedang terjadi musim kemarau.
C. JENIS-JENIS BERPIKIR
Dilihat secara garis besar, terdapat beberapa jenis berpikir diantarannya :
1.Berpikir autistic maksudnya dalam proses berfikir maka seseorang dapat lari
dari kenyataan dan melihat kehidupan hanya sebagai gambaran contoh fantasi
dalam psikologi saja.
2.Berpikir realistik atau disebut juga dengan reasoning atau nalar adalah
berfikir untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang nyata. Pada konsepini
dibagi menjadi beberapa adabe berapa macam berfikir realitif diantarannya
berpikir secara deduktif, berpikir secara induktif, berpikir secara evaluatif.
3.Berpikir reflektif artinnya kemampuan berfikir dari setiap individu di dalam
menyeleksi pengetahuan yang pernah diperolehnya, yang relevan dengan
tujuan pemecahan masalah, serta memanfaatkannya secara efektif di dalam
memecahkan masalahnya.
4.Berpikir kreatif artinnya upaya untuk menghubungkan benda-benda atau
gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak berhubungan. Pada pemikiran ini
menggunakan objek atau gagasan yang sudah ada pada pikiran setiap
individu.
5.Berpikir deduktif merupakan proses berpikir yang bertolak dari proposisi
yang sudah ada, menuju proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan
6.Berpikir induktif merupakan proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan.
7.Berpikir evaluatif merupakan tepatnya atau tidaknya suatu gagasan. Dalam
berpikir evaluatis, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan. Kita
menilainya menurut kriteria tertentu.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|7
D. TAKSONOMI BLOOM
Konsep Taksonomi Bloom ini pertama kali dikenalkan dan dikembangkan
pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, Engelhart, Furst, Hill dan Krathwohl
mereka adalah seorang psikolog bidang pendidikan (Lely Purnawati, 2021:
32). Hal itu didasari pada beberapa karya mereka tahun 1956 berjudul ‘‘
Taxonomy of Educational Objective Cognitive Domain’’. Taksonomi bloom
adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir mulai dari
jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi. Taksonomi digunakan sebagai
kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang digunakan
untuk memprediksi kemampuan peserta didik dalam belajar sebagai hasil dari
kegiatan pembelajaran. Taksonomi Bloom banyak digunakan sebagai learning
outcomes di berbagai negara, termasuk Indonesia (Segara, 2022: 38). Pada
permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, sangat jelas
menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan di Indonesia merujuk pada
Taksonomi Bloom sebagai capaian pembelajaran yang terbagi menjadi domain
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan
pendidikan dalam tiga domain atau ranah kawasan (W.S. Winkel, 1987:149)
yaitu:
1. Ranah Kognitif (Cognitive Domain)
Ranah kognitif ini berisikan perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual atau kemampuan berpikir seseorang seperti aspek-aspek
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir (Magdalena, 2021: 11).
Ranah kognitif ini merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak
didasarkan perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa.
Bloom membagi ranah kognitif ini pada enam tingkatan atau kategori
(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 298), yaitu pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|8
2. Ranah Afektif (Affective Domain)
Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan,
emosi, serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek dalam kegiatan
belajar mengajar. Dalam pengembangannya pendidikan afektif yang pada
awalnya hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang menjadi lebih
luas yaitu menyangkut moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan. Ranah ini
sebagai kelanjutan dari ranah kognitif yaitu seseorang akan memiliki suatu sikap
tertentu terhadap suatu objek apabila memiliki pengetahuan tingkat tinggi.
Kartwohl dan Bloom (Syambasri Munaf, 2001; Dimyati dan Mudjino, 1994)
membagi ranah afektif menjadi lima kategori yang berhubungan terhadap respon
emosional terhadap tugas. Lima kategori tersebut yaitu penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)
Menurut Rahmatullah (2021: 45), psikomotorik merupakan tujuan yang
berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ranah
psikomotorik berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesik
(Magdalena dkk, 2021: 11). Pendapat yang hampir sama disampaikan oleh
Santrock (2007: 464) ranah psikomotor ini sering dihubungkan dengan aktivitas
motorik seperti pendidikan fisik dan atletik, tetapi sebenarnya banyak subjek
lain di dalamnya, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata juga
membutuhkan gerakan. Rincian dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun
oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain
persepsi, kesiapan, Gerakan terbimbing, Gerakan yang terbiasa, Gerakan yang
kompleks, penyesuaian pola Gerakan, dan kreativitas (Dimyati, 2009: 298).
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|9
DAFTAR PUSTAKA
Azafilmi , Hakiim and Iqbal , Syaichurrozi and Prita, Issolikha Wijayanti (2012)
Konsep Dasar Berfikir Ilmiah dengan Penalaran Deduktif, Induktif, dan
Abduktif.
Adian, Donny Gahral dan Herdito Sandi Pratama. 2013. Teknik Beragumentasi:
Berpikir Sebagai Kecakapan Hidup, Logika Terapan. Jakarta: Kencana.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyadi. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Bineka
Cipta.
Anas, Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persa.
Bloom, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy Of Educational Objectives: The
Classification Of Educational Goals, Handbook 1 Cognitive Domain. New York:
Longmans, Green and Co.
Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hasan, Muhammad dkk. 2021. Pendidikan Psikologi Perkembangan:Imlementasi
Prinsip-Prinsip Psikologi Dalam Pembelajaran. Jawa Tengah: Tahta Media
Group.
Hadi, Soedomo. 2003. Pengantar Pendidikan. Surakarta: UNS Pers.
Molan, Benyamin. 2014. Logika: Ilmu dan Seni Berpikir Kritis. Jakarta: Indeks.
Purnawati, Lely. 2021. Bertanya dan Berpikir (Pengembangan High Order
Thingking Kill). Pamekasan: Duta Media Publishing.
Rahmat, Pupu Saeful. 2018. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan Terjemahan Tri Widodo. Jakarta:
Kencana.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Winkel, W.S.1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
KONSEP DASAR BERPIKIR|PSIKOLOGI PENDIDIKAN|10
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
JI. Batikan UH 3/1043 Tahunan, Umbulharjo Yogyakarta
Telepon (0274) 562265
E-mail : [email protected]
Website : www.ustjogja.ac.id