The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dilafitriyani472, 2022-12-26 20:52:06

Ebook Mengenang Pahlawan Revolusi

Ebook Mengenang Pahlawan Revolusi

ARUM DUWI PUSPITA

Mengenang

Para Pahlawan Revolusi

Taukah kalian apa yang dimaksud
dengan pahlawan!

Pahlawan (dari bahasa Persia: ‫پهلوان‬, "pejuang;
pahlawan"), wira, wirawan (bahasa Inggris: hero), atau
wirawati (bahasa Inggris: heroine) adalah orang yang
menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya
dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah
berani. Pahlawan nasional diberikan kepada para
pejuang yang berjasa kepada Negara Republik Indonesia,
berjuang dalam Negara Indonesia, dan merebut
kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut data
Kementerian Sosial RI, hingga November 2020 terdapat
191 tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional.

1

Taukah kalian kenapa kita harus
mengenang pahlawan revolusi ??

Sebagai bangsa yang besar, sudah semestinya kita
sebagai generasi muda menghormati dan
menghargai jasa para pahlawan. Menghargai jasa
pahlawan adalah sebuah kewajiban yang perlu
dilakukan oleh masyarakat Indonesia di zaman
sekarang.
Sebab berkat jasa para pahlawan, saat ini kita bisa
merasakan kebebasan dan terlepas dari segala
penderitaan yang dilakukan oleh para penjajah.

2

Cara-cara menghargai jasa pahlawan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai

berikut:

1.Belajar dengan sungguh-sungguh. Sebagai
pelajar, langkah yang bisa kamu lakukan untuk
menghargai jasa pahlawan cukup dimulai dari
hal-hal yang kecil.

2.Meneladani sikap dan perilaku para pahlawan.
Kita perlu mencontoh sikap semangat, disiplin,
menumbuhkan toleransi, pantang menyerah,
bertanggung jawab, tak pamrih, serta menjaga
persatuan dan kesatuan.

3.Menjunjung rasa saling menghormati dan
menghargai. Kita harus menjunjung rasa saling
menghormati dan menghargai satu sama lain,
tanpa memandang suku bangsa, ras, agama,
bahasa, adat istiadat, warna kulit, dan
sebagainya.

3

4. Mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan.
Peringatan tersebut merupakan salah satu upaya
yang dilakukan pemerintah untuk mengajak
masyarakat agar selalu mengingat semangat dan
jasa para pahlawan yang telah gugur. Sebagai
bagian dari bangsa Indonesia, kita harus
menghargai jasa pahlawan dengan ikut serta dalam
rangkaian kegiatan peringatan Hari Pahlawan.

5. Mendoakan para pahlawan yang telah gugur.
Mendoakan pahlawan adalah sebuah bentuk rasa
terima kasih kita kepada para pahlawan atas jasa
dan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk
bangsa ini. DItulah cara menghargai jasa para
pahlawan yang bisa kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa cara sederhana tersebut
menyimpan makna yang besar jika kita
melakukannya dengan sepenuh hati.

4

Sikap pahlawan yang perlu kita
tanamkan pada diri kita, sebagai

berikut:

1.Semangat Nasionalisme dan Patriotisme yang
tinggi.

2.Persatuan dan Kesatuan.
3.Kebersamaan dan Tanggung jawab.
4.Cinta Tanah Air.
5.Rela berkorban tanpa pamrih.

5

Taukah kalian G30 PKI ??

G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi
ideologi Nasionalisme, Agama, dan

Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung
sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan,

yakni tahun 1959-1965 di bawah
kekuasaan Presiden Soekarno. Hal lain
yang menyebabkan mencuatnya gerakan
ini adalah ketidakharmonisan hubungan

anggota TNI dan PKI.

6

Deskripsi Pahlawan-Pahlawan
Revolusi Indonesia

7

Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa
Orde Lama. Ia lahir di Jenar, Purworejo pada 19 Juni
1922. Ketika muda, Ahmad Yani mengikuti
pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah
Air (PETA) di Bogor. Setelah itu, karier Ahmad Yani
berkutat di militer. Ia turut ikut dalam
pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer
Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di Jawa
Tengah.
Pada tahun 1958 ia diangkat sebagai Komandan
Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera
Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI. la
diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat
(KSAD) tahun 1962. Namun, pada tahun 1965 Ahmad
Yani mendapatkan fitnah ingin menjatuhkan Presiden
Soekarno. Ia harus tewas ketika pemberontakan
G30S pada 1 Oktober 1965.

8

Letjen (Anumerta) Suprapto
Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Ia
sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer
Kerajaan Bandung, namun harus terhenti karena
pendaratan Jepang di Indonesia. Pada awal
kemerdekaan Indonesia Suprapto aktif dalam usaha
merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Ia
kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
di Purwokerto dan ikut dalam pertempuran di
Ambarawa sebagai ajudan Panglima Besar
Sudirman.
Kariernya terus melejit di militer. Namun ketika PKI
mengajukan pembentukan angkatan perang kelima,
Suprapto menolaknya. Ia pun menjadi korban
pemberontakan G30S bersama para petinggi TNI AD
lainnya. Jasadnya ditemukan di Lubang Buaya.
Suprapto pun dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata Jakarta.

9

Letjen (Anumerta) S. Parman
Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan S.
Parman adalah salah satu petinggi TNI AD di masa
Orde Lama. Ia dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah,
pada 4 Agustus 1918. Pendidikannya lebih berkutat di
bidang intelijen. Ia pernah dikirim ke Jepang untuk
memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya
Butai. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia mengabdi
kepada Indonesia untuk memperkuat militer Tanah
Air.
Pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna
bagi TNI kala itu. Ia mengetahui rencana-rencana PKI
yang ingin membentuk angkatan kelima. Namun,
pada 1 Oktober 1965 ia pun diculik dan dibunuh
bersama para jenderal lainnya. S. Parman harus
gugur dan diberi gelar Pahlawan Revolusi.

10

Letjen (Anumerta) M.T. Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal
dengan M. T. Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di
Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia
militer, M. T. Haryono pernah mengikuti Ika Dai Gaku
(sekolah kedokteran) di Jakarta pada masa
pendudukan Jepang. Barulah setelah kemerdekaan
Indonesia M. T. Haryono bergabung bersama TKR
dengan pangkat mayor. Kepiawaiannya dalam
berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman berguna
bagi Indonesia ketika melakukan berbagai
perundingan internasional. Ia kemudian berkutat di
Kementerian Pertahanan. M. T. Haryono juga sempa
menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer
Indonesia. Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk
Negeri Belanda (1950) dan sebagai Direktur
Intendans dan Deputy Ill Menteri/Panglima Angkatan
Darat (1964). Nahas, di tahun 1965 M. T. Haryono
gugur bersamaan dengan para petinggi TNI AD lain
akibat pemberontakan G30S.

11

Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan
Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan lahir
pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa
pendudukan Jepang ia memasuki pendidikan militer
Gyugun. Kemudian ia ditempatkan di Pekanbaru,
Riau sampai saat proklamasi kemerdekaan. Setelah
Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk
TKR. Ia pun memiliki karier yang cemerlang di bidang
militer.
Menjelang akhir hayatnya, ia diangkat sebagai
Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat dan
mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Jenderal
dari Sumatra ini pun juga harus tewas ketika terjadi
pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para
jenderal lainnya.

12

Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di
Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan
Jepang ia mendapat pendidikan pada Balai
Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta, dan kemudian
menjadi pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di
Purworejo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia
memasuki TKR bagian Kepolisian, akhirnya menjadi
anggota Korps Polisi Militer. Ia diangkat menjadi
ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi
Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di
Purworejo.
Kariernya terus melesat. Tahun 1961 ia diserahi tugas
sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal
Angkatan Darat. Akan tetapi, Sutoyo yang
menentang pembentukan angkatan kelima harus ikut
gugur dalam peristiwa G30S.

13

Brigjen (Anumerta) Katamso
Katamso dilahirkan pada 5 Februari 1923 di Sragen,
Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang ia
mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogr.
kemudian diangkat menjadi Shodanco Peta di Solo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia masuk TKR yang
kemudian menjadi TNI.
Ia terus berkiprah bersama militer Indonesia. Tahun
1958, Katamso dikirim ke Sumatra Barat untuk
menumpas pemberontakan PRRl sebagai Komandan
Batalion A Komando Operasi 17 Agustus. Setelah itu
menjadi Kepala Staf Resimen Team Pertempuran
(RIP) II Diponegoro di Bukittinggi. Katamso juga
menjadi korban keganasan G30S. Ia harus gugur
karena diculik dan dibunuh. Mayatnya ditemukan 22
Oktober 1965. Katamso dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

14

Kapten (Anumerta) Pierre Tendean
Piere Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta.
Selesai mengikuti pendidikan di Akademi Militer
Jurusan Teknik tahun 1962 ia menjabat Komandan
Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah
Militer II/Bukit Barisan di Medan. Ia ikut bertugas
menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang
berkonfrontasi dengan Malaysia.
Pada bulan April 1965, perwira muda ini diangkat
sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan
Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata
Jenderal Nasution. Ketika bertugas, Pierre Tendean
tertangkap oleh kelompok G30S. Ia pun mengaku
sebagai A. H. Nasution di mana sang jenderal
berhasil melarikan diri. Namun, dirinya harus
mengorbankan nyawa untuk melindungi Jenderal
Nasution.

15

A.I.P. II (Anumerta) K. S. Tubun
Karel Satsuit Tubun dilahirkan di Tual. Maluku
Tenggara pada 14 Oktober 1928. Tamat dari Sekolah
Polisi Negara di Ambon ia diangkat sebagai Agen
Polisi Tingkat II dan mendapat tugas dalam kesatuan
Brigade Mobil (Brimob) di Ambon. Kemudian ia
ditempatkan pada kesatuan Brimob Dinas Kepolisian
Negara di Jakarta. Tahun 1955 dipindahkan ke
Medan Sumatera Utara dan tahun 1958 dipindahkan
ke Sulawesi.
Ketika meletus pemberontakan G30S, ia termasuk
salah seorang korban keganasan pemberontakan
tersebut. K. S. Tubun waktu itu sedang bertugas
sebagai pengawal di kediaman Dr. Y. Leimena yang
berdampingan dengan rumah Jenderal A. H.
Nasution. Satsuit Tubun melawan dan terjadi
pergulatan dan akhirnya K. S. Tubun ditembak
hingga gugur. Jenazahnya dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

16

Kolonel (Anumerta) Sugiyono
Sugiyono lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa
Gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Pada
masa pendudukan Jepang Sugiyono mendapat
pendidikan militer pada Pembela Tanah Air (PETA).
Kemudian ia diangkat menjadi Budanco di Wonosari.
Kariernya terus berkecimpung di dunia militer,
mengikuti beberapa penumpasan pemberontakan di
Tanah Air.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sugiyono yang baru
saja kembali dari Pekalongan ditangkap di Markas
Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI. la
telah dibunuh di Kentungan di sebelah Utara
Yogyakarta dan jenazahnya ditemukan pada 22
Oktober 1965 kemudian dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

17

Mengenang pahlawan revolusi
Arum Duwi Puspita


Click to View FlipBook Version