KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas e-book ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan e-book ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah. Selain
itu, e-book ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Penyehatan Tanah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak /Ibu dosen pengampu mata kuliah ini yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan e-book ini.
Saya menyadari, e-book yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan e-book ini.
Tanjung Pinang, 21 Desember 2021
Rezika Ayu Putri
ii
DAFTAR ISI
Contents
BAB 1....................................................................................................................................................... 1
BAB 2....................................................................................................................................................... 5
BAB 3....................................................................................................................................................... 8
Hasil......................................................................................................................................................... 9
BAB 4.....................................................................................................................................................10
BAB 5.....................................................................................................................................................16
BAB 6.....................................................................................................................................................19
BAB 7.....................................................................................................................................................21
BAB 8.....................................................................................................................................................23
BAB 9.....................................................................................................................................................25
BAB 10...................................................................................................................................................27
BAB 11...................................................................................................................................................29
BAB 12...................................................................................................................................................31
BAB 13...................................................................................................................................................33
BAB 14...................................................................................................................................................35
BAB 15...................................................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................39
iii
BAB 1
EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N,P,K TERHADAP C-Organik,
N-Total, C/N, SERAPAN N, SERTA HASIL PADI HITAM PADA
INCEPTISOLS
Anni Yuniarti
Maya Damayani
Dina Mustika Nur
Pendahuluan
Padi hitam merupakan salah satu jenis padi yang mulai populer dan dikonsumsi sebagai
pangan fungsional karena bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya dapat meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit, mem-perbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan sirosis),
mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker atau tumor, mem perlambat penuaan,
mencegah anemia, membersihkan kolesterol dalam darah dan sebagai antioksidan (Suardi &
Ridwan, 2009).
Menurut Kristamtini et. al. (2012), pengembangan padi hitam masih relatif rendah karena
belum dibudidayakan secara luas dikarenakan umur panen yang lama (5-6 bulan), batangnya
mudah rebah karena memiliki batang tinggi dan pengaruh curah hujan yang tinggi. Menurut
Warman et. al. (2015), padi hitam merupakan padi lokal yang memiliki karakter yang sama
dengan padi lokal lainnya, seperti memiliki umur tanaman yang masih panjang (>145 hari) dan
perawakan yang lebih tinggi (>150 cm). Hal ini mengakibatkan beras hitam di Indonesia
cenderung terbatas dan harganya relatif mahal (Hanifah et. al.., 2016). Selain itu, kendala
lainnya adalah terjadinya degradasi lahan akibat praktik budidaya yang kurang tepat,
pemberian pupuk anorganik yang tidak sesuai dengan anjuran, serta tidak dilakukan
pengembalian bahan organik ke dalam tanah yang mengakibatkan penurunan kualitas dan
kesuburan pada tanah sawah Inceptisol.Menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
(2006), Inceptisol merupakan tanah pertanian utama di Indonesia yang sebarannya cukup luas
yaitu sekitar 70,52 juta ha (37,5%) sehingga berpotensi untuk budidaya tanaman pangan
terutama padi, jagung dan kedelai apabila dikelola dengan tepat dan sesuai. Kendala yang
dihadapi pada Inceptisol adalah sifat kimia tanah yang kurang baik dilihat dari C-organik dan
1
N tanah yang rendah. Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan
yang tinggi, baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun
organik (pencampuran sisa panen ke dalam tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk
kandang atau pupuk hijau). Berdasarkan Permentan No.40 Tahun 2007 menyatakan bahwa
pengembalian bahan organik atau pemberian pupuk organik yang dikombinasikan dengan
pupuk anorganik dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi dan kesuburan tanah.
Menurut Sudirja et. al. (2007), menunjukkan bahwa sifat kimia Inceptisol yang kurang baik
dilihat dari jumlah Corganik tanah yang rendah (1,88%) dan N-total tanah yang rendah (0,15%)
yang tidak dapat menjamin keberlangsungan pertumbuhan bibit yang optimum. Secara umum,
kesuburan dan sifat kimia Inceptisol relatif rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk
ditingkatkan dengan penanganan dan teknologi yang tepat, yaitu dengan melakukan
pemupukan berimbang. Hal ini penting dilakukan karena unsur hara merupakan salah satu
faktor yang dapat menentukan produktivitas padi. Pupuk berperan menambah unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Menurut Hardjowigeno (2010), produksi padi dapat ditingkatkan dengan
penambahan unsur hara. Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), setiap satu ton padi
membutuhkan sekitar 14,7 kg N/ha; 2,6 kg P/ha; dan 14,5 kg K/ha yang diperoleh dari tanah,
air irigasi dan pemupukan. Unsur N merupakan unsur hara essensial yang termasuk ke dalam
unsur hara makro yakni diperlukan dalam jumlah banyak. Fungsi unsur nitrogen yaitu untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukkan protein (Hardjowigeno,
2010). Unsur N mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
semua jaringan hidup (Brady & Weil, 2002)
Bahan organik merupakan sumber N yang utama di dalam tanah (Hardjowigeno, 2010).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tanah mineral bermasalah dalam
hubungannya dengan tingginya laju dekomposisi bahan organik dan pencucian hara. Bahan
organik tanah yang umumnya rendah (< 2%) dan pH tanah masam. Menurut Las dan Setyorini
(2010), bahwa ± 73% lahan pertanian di Indonesia memiliki kandungan C-organik < 2,00%.
Kurangnya kadar hara nitrogen akan berpengaruh terhadap serapan N tanaman. Dalam
mengatasi kendala ini, maka perlu dilakukan pemupukan ber imbang untuk meningkatkan
produktivitas tanah dan tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003), dalam pemupukan perlu
adanya keseimbangan jumlah unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman akan
unsur hara tersebut. Penggunaan pupuk secara tepat adalah salah satu faktor untuk
2
mempertahankan produktivitas tanah sawah, di samping akan menguntungkan baik secara
teknis, ekonomis, maupun lingkungan (Hardjowigeno & Rayes, 2001).
Menurut Adiningsih dan Soepartini (1995), penerapan pemupukan berimbang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk serta memperbaiki produktivitas tanah
pertanian. Apabila pemupukan anorganik digunakan melampaui batas efisiensi teknis dan
ekonomis akan berdampak terhadap pelandaian produksi. Aplikasi pupuk organik pada lahan
sawah diharapkan dapat mengurangi dosis pupuk anorganik. Sumber pupuk organik yang dapat
dimanfaatkan di antaranya kompos jerami, pupuk kotoran ayam, sapi dan domba. Penelitian
ini memanfaatkan empat sumber pupuk organik karena ingin mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan meningkatkan kesuburan tanah.
Jerami merupakan bahan organik yang tersedia dalam jumlah besar bagi petani padi.
Berdasarkan hasil analisis pupuk organik pada penelitian ini, kompos jerami memiliki nilai
kandungan Corganik paling rendah yaitu 9,19 % dan memiliki nilai kandungan N paling rendah
0,76%. Berdasarkan penelitian Indriyati et. al. (2007), bahwa pemberian jerami dapat
meningkatkan aktivitas enzim nitrogenase dalam proses penambatan N2 yang akan menjadi N
tersedia bagi padi pada stadia generatif, serta dapat meningkatkan kandungan C-organik dalam
tanah
Menurut Widowati et. al. (2005), pengomposan pupuk kandang akan meningkatkan kadar
hara makro. Zat - zat hara yang terkandung dalam kotoran, akan diubah menjadi bentuk yang
mudah diserap tanaman, seperti unsur N yang mudah menguap akan dikonversi menjadi bentuk
lain seperti protein. Menurut penelitian Herliana et. al. (2016), menunjukkan bahwa jenis
pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah
daun, jumlah anakan produktif, bobot gabah per rumpun, bobot gabah per hektar, dan bobot
1000 butir.
Menurut Widowati et. al. (2005), di antara jenis pupuk kandang, pupuk kotoran sapi
memiliki kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran C/N
sebesar >40 (cukup tinggi). Tingginya kadar C dalam pupuk kotoran sapi, menghambat
penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama.
Menurut Widowati et. al. (2005), pupuk kotoran ayam selalu memberikan respon tanaman yang
terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kotoran ayam relatif lebih cepat
terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup apabila dibandingkan dengan jumlah
unit yang sama dengan pupuk kotoran hewan jenis lainnya. Sedangkan menurut Saleh (2004)
3
bahwa kotoran domba memiliki kandungan Corganik lebih tinggi yaitu sebesar 31,45%
dibandingkan dengan pupuk kandang jenis lainnya. Selain itu, kotoran domba memiliki
kandungan N sebesar 0,75%, unsur P 0,50% dan unsur K 0,45%.
Pemberian bahan organik bermanfaat dalam penyediaan unsur hara dan mengaktifkan
mikroorganisme tanah, sehingga struktur tanah menjadi remah (Roidah, 2013). Struktur tanah
yang remah menyebabkan adanya perluasan jangkauan perakaran dalam serapan unsur hara
dalam tanah. Unsur hara yang diserap oleh akar akan ditranslokasikan ke bagian vegetatif dan
generatif tanaman untuk memacu proses fotosintesis secara optimal sehingga dapat
mempengaruhi berat kering tanaman. Berat kering brangkasan ialah peubah yang penting untuk
mengetahui akumulasi biomassa serta imbangan fotosintesis pada masing - masing organ
tanaman (Mahmud et. al.., 2002). Aplikasi macam pupuk organik dan pupuk N,P,K diharapkan
dapat meningkatkan C-organik, N-total, C/N, serapan N, serta hasil padi hitam (Oryza sativa
L. indica) pada Inceptisol asal Jatinangor.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemberian macam pupuk organik
dan pupuk N,P,K berpengaruh terhadap C-Organik, NTotal, C/N, serapan N serta Hasil Padi
Hitam (Oryza sativa L. indica) pada Inceptisol asal Jatinangor.
Disamping itu, perlakuan kotoran ayam + 1 dosis N, P, K (kotoran ayam 10 ton/ha dengan
Urea 300 kg/ha, TSP 50 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha) memberikan hasil Gabah Kering Giling yang
terbaik yaitu 55,40 g/tanaman atau 7,09 ton per hektar.
Aplikasi kotoran ayam merupakan salah satu upaya memperbaiki kesuburan tanah
Inceptisol asal Jatinangor tanpa mengurangi hasil panen (Gabah Kering Giling). Dari hasil
penelitian maka dapat disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan di lapangan dengan
menggunakan pupuk organik dan pupuk NPK dengan setengah dosis rekomendasi.
4
BAB 2
Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair (POC) Limbah
Kulit Nenas
Neng Susi
Surtinah
Muhammad Rizal
Pendahuluan
Sumber daya lahan memegang peranan penting dalam menentukan pencapaian keberhasilan
dalam bidang pertanian. Karena itu berbagai cara dilakukan untuk dapat meningkatkan
produktivitas lahan pertanian. Penggunaan pupuk kimia berlebih secara terus-menerus yang
diharapkan mampu meningkatkan kesuburan tanah justru menjadi penyebab menurunnya
kualitas tanah.
Keseimbangan unsur hara dapat juga ternganggu karena tidak adanya pengembalian bahan
organik tanah. Pemupukan yang baik harus mengacu pada konsep efektifitas dan efesiensi yang
maksimum. Kecermatan dalam menentukan jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis
ekonomis, sehingga pengetahuan teknis tentang fisiologi tanaman, sifat pupuk dan sifat tanah,
dimana pupuk akan diaplikasikan sangat menentukan tingkat efesiensi pemupukan Limbah
merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga lagi. Limbah merupakan
permasalahan yang masih sulit untuk dipecahkan namun sepertinya belum terlihat adanya
langkah yang kongkrit guna menanggulangi masalah limbah, terutama limbah kulit nenas,
konsekuensi dari adanya aktivitas manusia seiring meningkatnya populasi penduduk dan
pertumbuhan ekonomi saat ini pengolahan limbah kulit nenas sebagian besar daerah terutama
di Desa Kualu Nenas Kec. Tambang Propinsi Kampar masih menimbulkan permasalahan yang
sulit dikendalikan. Timbunan limbah kulit nenas yang tidak terkendalikan yang kemudian
berdampak negatif yang akan mempengaruhi berbagai segi kehidupan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada permasalahan di lingkungan yang menjadi sumber bakteri
penyakit, pencemaran udara, tanah, air, dan lebih jauh lagi terjadinya bencana ledakan gas
metan, serta pencemaran udara akibat pembakaran terbuka yang menyebabkan pemanasan
global. Harga pupuk yang semakin tinggi karena pencabutan subsidi dari Pemerintah dan
semakin sedikitnya bahan baku pupuk yang harus diimporkan, maka pemanfaatan limbah atau
5
sampah organik menjadi alternatif pengguanaan pupuk yang tepat selain juga dapat
mengurangi dampak negatif penggunaan pupuk an organic, karena pupuk yang diolah dari
limbah atau sampah organik lebih ramah lingkungan. Limbah kulit nenas yang sudah tidak bisa
dimakan lagi, bisa dimanfaatkan untuk pembuatan POC (Pupuk Organik Cair). Berdasarkan
permasalahan tersebut
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di
Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas
juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Dari berbagai macam
pengolahana nanas seperti keripik, dodol, selai, manisan, sirup, dan lain-lain maka akan
didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil sampingan. Berdasarkan kandungan
nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi.
Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53
% karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat
dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan nutrisi tanaman, salah satunya adalah Mikroorganisme lokal
(MOL) Pemupukan bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan dan memberi
zat-zat kepada tanah langsung maupun tidak langsung menyumbang bahan makanan bagi
tanaman. Dengan kata lain pemupukan adalah usaha penambahan unsur hara sehingga dapat
memperbaiki sifat fisik,Biologi dan kimia tanah sehingga sesuai dengan tuntunan tanaman
untuk meningkatkan kualitas dan produksi hasil tanaman (Sarif,1986). Untuk menghasilkan
teknologi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan mengurangi penggunaan pupuk
kimia buatan telah banyak di lakukan, salah satu teknologi yang saat ini dikembangkan adalah
pengelolaan hara terpadu yang mendukung pemupukan organik dan pemanfaatan pupuk hayati.
Pemanfaatan mikroorganisme sebagai bahan-bahan perbaikan tanah dalam meningkatkan
ketersediaan unsur hara dalam tanah dan khususnya untuk memperbaiki kesuburan kimia dan
biologi pada tanah lahan gambut merupakan alternatif yang tepat, hal ini sejalan dengan
kebijakan yang dipilih dalam budidaya tanaman yakni efisiensi energi dan selaras dengan
lingkungan (Suriadikarta, Ardi, Simanungkalit, 2006). Pertanian yang berkelanjutan harus
memperhatikan 3 aspek utama, yaitu aspek kimia, aspek fisika, dan aspek biologi. Jika hanya
bertumpu satu aspek saja, terlebih jika hanya 3 unsur N, P, dan K maka berdampak buruk untuk
jangka panjang, padahal yang dibutuhkan 16 unsur hara dan multihormon. Maka pentingnya
untuk kembali bertani ke essensinya, yaitu dengan cara penggunaan pupuk organik dan
anorganik yang berimbang (Rachman, 2002).
6
Hasil
Pupuk Organik Cair Limbah Kulit Nenas mengandung unsur hara Phospat, Kalium
Nitrogen, Kalsium, Magnesium, Natrium, Besi, Mangan, Cu, Zn dan Karbon.
Sehubungan dengan banyaknya kandungan unsur hara yang terdapat pada POC Limbah
Kulit Nenas, baik unsur hara makro maupun unsur mikro maka Sehubungan dengan
banyaknya kandungan unsur hara yang terdapat pada POC Limbah Kulit Nenas, baik unsur
hara makro maupun unsur mikro maka
7
BAB 3
PENGARUH PENGGUNAAN BIOAKTIVATOR EM4 DAN
PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERHADAP SPESIFIKASI PUPUK
ORGANIK CAIR RUMPUT LAUT Gracilaria sp
Irma Sundari
Widodo Farid Maruf
Eko Nurcahya Dewi
Pendahuluan
Setiap tahun ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia.
Tidak heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia terus merosot, namun karena adanya
kesadaran masyarakat akan produk yang sehat (healty food), terutama yang bebas residu bahan-
bahan kimia berbahaya maka penggunaan pupuk organik semakin meningkat. Pupuk organik
adalah bahan organik yang umumnya berasal dari tumbuhan atau hewan, ditambahkan ke
dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen (N)
yang berasal dari tumbuhan dan hewan (Sutanto, 2002). Pupuk organik dapat berbentuk padat
maupun cair. Dibandingkan dengan pupuk organik dalam bentuk padat, pupuk organik cair
memiliki keunggulan yaitu lebih efektif dan efesien jika diaplikasikan pada tumbuhan. Pupuk
organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Daun dan batang bisa menyerap secara
langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada permukaannya
sehingga dapat merangsang pertumbuhan. Salah satu kekayaan alam yang dapat diolah menjadi
pupuk organik cair adalah rumput laut Gracilaria sp., rumput laut ini merupakan salah satu
jenis alga merah yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan agar, namun tidak
semua hasil panen Gracilaria sp. memenuhi kriteria kelayakan sebagai bahan baku pembuatan
bahan makanan, sehingga besar kemungkinan peluang untuk dijadikan sebagai bahan baku
produk non konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pupuk organik cair dari rumput
laut dapat diproduksi dengan teknologi fermentasi (pengomposan) menggunakan
bioaktivator/agen dekomposer yang memiliki tujuan untuk mempercepat pembentukan pupuk
cair. Salah satu bioaktivator yang sering digunakan adalah Effective Microorganism 4 (EM4).
Menurut Rahayu dan Nurhayati (2005), penggunaan mikrobia terpilih EM4 dapat
mempercepat dekomposisi bahan organik dari 3 bulan menjadi 7 – 14 hari. EM4 mengandung
8
mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus
sp.), bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), Actinomycetes sp., Streptomycetes sp. dan
ragi (Yeast). Penambahan tepung ikan rucah selain sebagai pemanfaatan limbah ikan juga
bertujuan untuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam pupuk melalui proses dekomposisi
oleh mikroorganisme. Selama proses dekomposisi, mikroorganisme membutuhkan karbon (C)
sebagai sumber energi serta nitrogen (N) untuk mensintesis protein bagi pertumbuhan
mikroorganisme itu sendiri yang selanjutnya akan dilepas kembali sebagai salah satu
komponen yang terkandung dalam organik cair yang berasal dari rumput laut. Spesifikasi
pupuk organik cair rumput laut dapat dilihat dari beberapa parameter diantaranya kadar C-
Organik (C), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), nilai pH dan kandungan bakteri patogen
dalam pupuk organik cair.
Hasil
Penggunaan bioaktivator EM4 dan penambahan tepung ikan pada pupuk organik cair dapat
meningkatkan kandungan unsur hara makro. Meski tidak semua hasil memenuhi standar,
namun kualitas yang dihasilkan lebih baik jika dibandingkan dengan pupuk organik yang
berasal dari bahan lain, seperti kotoran hewan dan sampah sayuran. Rumput laut Gracilaria sp.
berpotensi apabila dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair, karena
mengadung unsur hara makro (C,N,P,K) dan bebas dari kontaminasi bakteri patogen.
9
BAB 4
PEMANFAATAN URINE KAMBING PADA PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK CAIR TERHADAP KUALITAS UNSUR HARA MAKRO
(NPK)
Eddy Kurniawan
Zainuddin Ginting
Putri Nurjannah
Pendahuluan
Pupuk organik cair berisi berbagai zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk
organik cair mengandung unsur hara, posfor, nitrogen, dan kalium yang dibutuhkan oleh
tanaman serta dapat memperbaiki unsur hara dalam tanah. Pupuk organik cair adalah pupuk
yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan
bentuk produknya berupa cairan. Kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5%.
Pupuk organik cair merupakan salah satu bahan yang sangat penting dalam upaya
memperbaiki kesuburan tanah secara aman, dalam arti produk pertanian yang dihasilkan
terbebas dari bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman
dikonsumsi (Elmi Sundari, 2012).
Pupuk organik cair dari urine kambing ini merupakan pupuk yang berbentuk cair yang
mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. Pupuk
juga merupakan hara tanaman yang umumnya secara alami ada dalam tanah, atmosfer, dan
dalam kotoran hewan. Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil tanaman,
terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah. Sedangkan pupuk organik adalah
nama kolektif suatu bahan yang berasal dari limbah perikanan atau peternakan. Pupuk organik
mengandung unsur hara lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk kimia (Simanungkir et al,
2006).
Pupuk organik bisa memacu dan meningkatkan populasi mikroba dalam tanah, jauh lebih
besar daripada hanya memberikan pupuk kimia. Pupuk organik juga mampu membenahi
struktur dan kesuburan tanah. Tidak heran jika pupuk organik mampu mencegah terjadinya
erosi tanah. Pada dasarnya, pembuatan pupuk organik cair juga dimaksudkan untuk pengayaan
10
unsur hara dalam pupuk tersebut. Dalam hal ini dapat digunakan urin kambing, atau biasa
disebut sebagai biourin. Bisa juga menggunakan kotoran-kotoran ternak yang padat (feses) atau
disebut sebagai biokultur ( Dudung, 2013).
Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah
terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan
menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar
tanaman, tapi juga di bagian daun-daun (Elmi Sundari, 2012). Pupuk organik cair mengandung
nutrisi, juga mengandung mikroba yang baik untuk tanaman. Mikroba tersebut antara lain:
bakteri fotosin tesis, bakteri asam laktat, Saccharomyces sp atau ragi, Actinomycetes, jamur
fermentasi (Aspergillus sp). Mikroorganisme ini penting bagi tanaman, selain sebagai nutrisi
bagi tanah, juga mencegah penyakit pada tanaman (Indriani, Y. H, 2005).
Adapun manfaat dari pupuk organik cair tersebut diantaranya adalah menyediakan unsur
hara bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, menekan bakteri yang merugikan dalam tanah,
penggunaan terus menerus terhadap tanah akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah, aman bagi lingkungan. Unsur nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun protein
sebagai pembentuk jaringan dalam makhluk hidup, dan di dalam tanah unsur N sangat
menentukan pertumbuhan tanaman, pengujian nitrogen dilakukan menggunakan metode
kjedahl (Sutanto, 2002). Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil, yang
menjadikan daun berwarna hijau. Tanaman yang kaya nitrogen akan memperlihatkan warna
daun kuning pucat sampai hijuan kemerahan, sedangkan jika kelebihan unsur nitrogen akan
berwarna hijau kelam.
Phosfor merupakan unsur hara yang terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen. Senyawa
Phosfor juga mempunyai peranan dalam pembelahan sel, merangsang pertumbuhan awal pada
akar, pemasakan buah, transport energi dalam sel, pembentukan buah dan produksi biji,
pengujian phosfor menggunakan metode spektrofotometer. Phosfor juga merupakan unsur hara
essensial tanaman. Tidak ada unsur lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman,
sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk
pertumbuhannya secara normal. Fungsi penting phosfor di dalam tanaman yaitu dalam proses
fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta
proses-proses didalam tanaman lainnya. (Winarso, 2005)
an lainnya. (Winarso, 2005). Kalium (K) berperan dalam pembentukan protein dan
karbohidrat, pengerasan bagian kayu dari tanaman, peningkatan kualitas biji dan buah serta
11
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang
kekurangan unsur K akan mengalami gejala kekeringan pada ujung daun, terutama daun tua.
Ujung yang kering akan semakin menjalar hingga ke pangkal daun. Kadang-kadang terlihat
seperti tanaman yang kekurangan air. Kekurangan unsur K pada tanaman buah buahan
mempengaruhi rasa manis buah. Kekurangan kalium dapat menghambat pertumbuhan
tanaman, daun tampak keriting dan mengkilap. Selain itu, juga dapat menyebabkan tangkai
daun lemah sehingga mudah terkulai dan kulit biji keriput (Winarso, 2005).
Urine kambing merupakan salah satu bahan pupuk organik cair yang belum banyak
dimanfaatkan oleh petani. Sementara urine kambing ini mempunyai kandungan unsur N yang
tingggi. Potensinya yakni satu ekor kambing dewasa itu menghasilkan 2,5 liter urine/ekor/hari,
sedangkan kotoran yang dihasilkan adalah 1 karung/ekor/2 bulan. Urine ternak mempunyai
kandungan nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran
kambing padat (Rismunandar, 1992 ).
Nanas, nenas, atau ananas adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia,
dan Paraguay. Tumbuhan ini termasuk dalam famili nanas-nanasan (Famili Bromeliaceae).
Buah nanas (Ananas comosusL. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di
Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas
juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Air kelapa merupakan salah satu
produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan
tanaman. Menurut Dwijoseputro (1994) dalam Fatimah (2008) air kelapa selain mengandung
sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pertumbuhan tunas dan akar
Sabut kelapa untuk media tanam, berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang
kuat, cocopeat bersifat longgar, menyerap air dan mudah didapat. Cocopeat mempunyai serat
yang kuat, mengandung bahan organik, bebas dari hama,aerasi dan drainase yang baik.
Menurut Yuniati (2008), komposisi buah kelapa yaitu sabut kelapa 35 %, tempurung 12 %,
daging buah 28 % dan air buah 25 %. Satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata 0,4 kg sabut
yang mengandung 30 % serat. Gedebog pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air,
dan mineralmineral penting. Menurut Sukasa dkk (1996), gedebog pisang mempunyai
kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Gedebog pisang juga dapat dijadikan sebagai
sumber mikroorganisme pengurai bahan organik atau dekomposer. Gedebog pisang
mengandung mikrobia pengurai bahan organik. Menurut Wulandari dkk (2009) gedebog
pisang mengandung karbohidrat 66,2%. Dalam 100 g bahan, gedebog pisang kering
12
mengandung karbohidrat 66,2 g dan pada gedebog pisang segar mengandung karbohidrat 11,6
g. Kandungan karbohidrat yang tinggi akan memacu perkembangan mikoorganisme.
Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam gedebog pisang memungkinkan untuk difermentasi
untuk menghasilkan cuka.
Isi rumen (ruminal contents) adalah makanan yang belum dicerna secara sempurna pada
lambung pertama ruminansia dan mengandung makro nutrien seperti nitrogen, fosfor, besi ,
kalium dan kalsium. Di dalam rumen ternak ruminansia terdapat berbagai mikroorganisme
yang terdiri dari protozoa, bakteri dan fungi. Salah satu kelompok bakteri yang sangat penting
di dalam rumen sapi adalah bakteri selulolitik. Proses biodegradasi bahan yang mengandung
selulosa sangat ditentukan oleh kemampuan bakteri selulolitik untuk menghasilkan enzim
selulase yang mempunyai aktivitas tinggi. EM4 (Effective Microorganisme) merupakan bahan
yang mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam proses fermentasi.
Effective mikroorganisme 4 merupakan campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan.
Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam EM 4 sangat banyak, sekitar 80 jenis.
Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan
bahan organik. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme adalah
sebagai berikut:
1. Suplai Gizi
Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, phosfor,
magnesium, zat besi dan sejumlah jenis logam lainnya.
2. Waktu
Waktu antara masing-masing pembelahan sel berbeda-beda tergantung dari spesies dan
kondisi lingkungan, tetapi untuk kebanyakan bakteri waktu ini sekitar antara 10-60
menit.
3. Suhu
Suhu adalah suatu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kehidupan dan
pertumbuhhan mikroorganik
4. Nilai PH
Kebanyakan mikrorganisme membutuhkan air untuk kehidupan. Air berperan dalam
reaksi metabolisme dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat-zat gizi atau bahan
limbah kedalam dan keluar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair
dan apabila air tersebut mengalami kristalisai dan membentuk es atau terikat secara
13
kimia dalam larutan gula atau garam. Maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh
mikroorganisme.
14
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan pupuk organik cair dengan memanfaatkan urine
kambing sebagai bahan baku dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kandungan N, P, K pada pupuk organik cair yang terbaik ialah dengan waktu fermentasi
18 hari dan volume urine kambing 300 ml, untuk nitrogen (N) 0,69%, fosfor (P2O5)
2,09%, dan kalium (K2O) 0,64%.
2. Kandungan N, P, K pada pupuk organik cair ini telah memenuhi SNI/19-7030- 2015
Badan Standarisasi Nasional dengan kadar pembanding N >0,40% P2O5 >0,10% dan
K2O >0,20%
3. Kecepatan reaksi enzimatik dipengaruhi oleh jumlah bahan baku, semakin banyak bahan
baku yang digunakan maka semakin tinggi kecepatan reaksi enzimatik
4. Kecepatan maksimum enzimatik yang tertinggi (Vmax) adalah 0,021 ml/jam dengan
waktu fermentasi selama 15 hari.
15
BAB 5
Aplikasi Pupuk Organik dan Zat Pengatur Tumbuh dalam Peningkatan
Produktivitas Tanah dan Tanaman
Yeni Pramita
Niken Rani Wandansari
Agus Salim
Andri Laksono
Pendahuluan
Sektor pertanian sejauh ini masih memegang peranan penting di dalam pembangunan
perekonomian nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai pemasok
kebutuhan pangan nasional. Akan tetapi produktivitas lahan pertanian di Indonesia semakin
tahun semakin rendah karena terjadinya penurunan kualitas lahan. Selain berhubungan dengan
karakteristik lahan yang terbentuk di wilayah toprika basah yang relatif rentan terhadap
pencucian hara dan erosi, juga disebabkan oleh faktor manusia yang tidak melakukan
pengelolaan lahan secara tepat dan berkelanjutan. Degradasi di lahan sawah maupun lahan
kering diantaranya ditandai dengan: a) ketidakseimbangan kadar hara tanah, b) pengurasan dan
defisit hara, c) penurunan kadar bahan organik tanah, d) penurunan pH tanah, e) pendangkalan
lapisan tapak bajak, f) pengerasan tanah, g) pencemaran oleh limbah pertanian dari bahan
agrokimia sintetik, h) penurunan populasi dan aktivitas mikroorganisme, serta i) salinisasi
(Hartatik, W, 2008). Bahkan sebagian besar lahan sawah terindikasi berkadar bahan organik
sangat rendah (C-organikorganik <2%). Untuk mengurangi penurunan kesuburan tanah
sebagai daya dukung kegiatan pertanian, sekaligus memperoleh peningkatan hasil panen yang
berkelanjutan, maka pemanfaatan pupuk organik yang tepat, baik dalam jumlah, kualitas
maupun kontinyuitasnya sangat diperlukan.
Pupuk organik saat ini sudah banyak dikenal masyarakat, bahkan menjadi program
pemerintah untuk meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman. Aplikasi pupuk
organik dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas tanah melalui perbaikan sifat fisika, kimia maupun biologi tanah
sebagai media tanam tanaman. Pemberian pupuk organik dapat mengurangi penggunaan dan
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, meningkatkan kemantapan agregat
16
tanah dan kapasitas menahan air, menyumbangkan unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan
KTK tanah, serta meningkatkan keragaman dan aktivitas organisme di dalam tanah (Wigati
et.al., 2006; Simanungkalit et.al., 2012). Pupuk organik dapat berasal dari bahan organik
limbah pertanian dan non pertanian (limbah industri pertanian maupun sampah organik kota)
yang selanjutnya terdekomposisi melalui teknologi pengomposan sederhana maupun dengan
penambahan dekomposer, serta pengkayaan dengan hara lain. Secara kualitatif, kandungan
unsur hara dalam pupuk organik tidak lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik, namun
penggunaannya secara terus menerus dalam rentang waktu lama akan meningkatkan kualitas
tanah yang lebih baik. Dalam penelitian ini pupuk organik yang digunakan terbuat dari
campuran limbah blotong pengolahan pabrik gula sebagai bahan baku utama dan kotoran
kambing.
Selain pemupukan, pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) juga berperan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. ZPT merupakan senyawa organik yang
bukan nutrisi (hara) yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Dewi, 2008 dalam Sahroni,
2016). ZPT dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu auksin, sitokinin, giberelin, etilen
dan inhibitor. Secara alamiah, tanaman menghasilkan hormon pertumbuhan (fitohormon) yang
mempengaruhi pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Untuk meningkatkan
kinerjanya, maka perlu dilakukan penambahan hormon eksogen agar kandungannya meningkat
dan dalam kondisi seimbang. Efektivitas ZPT pada tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi yang
diberikan, karena perbedaan konsentrasi akan menimbulkan perbedaan aktivitas. Keberadaan
dan kandungan auksin dan sitokinin yang optimal pada tanaman dapat menstimulasi proses
pembelahan dan deferensiasi sel yang mendorong dan mempercepat pertumbuhan tanaman
(Dwiati, 2016). Hormon auksin diproduksi di dalam jaringan meristem, misalnya di daerah
pucuk tanaman, tunas di ketiak daun, daun muda, dan buah yang masih muda. Hormon auksin
dalam penelitian diperoleh dari ekstrak pucuk daun legum, kecambah dan umbi bawang merah.
Sedangkan hormon sitokinin diperoleh dari ekstrak bonggol pisang dan air kelapa. Selain itu
juga digunakan ZPT yang beredar dipasaran sebagai pembanding, yaitu hormon auksin dan
sitokinin untuk tanaman yang diproduksi oleh Indo Biotech Agro. Selanjutnya kombinasi
ekstrak tanaman maupun ZPT auksin dan sitokinin tersebut diaplikasikan ke pertanaman sawi
(Brassica juncea L.) dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan daun dan akar, sehingga terjadi
peningkatan produksi tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)Pengaruh
interaksi antara pupuk organik dan ZPT yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi sawi
17
(Brasica juncea L.) (2)Pengaruh penggunaan pupuk organik dan jenis ZPT terhadap kandungan
hara tanah. (3) Dosis pupuk organik dan jenis ZPT yang terbaik terhadap tanaman sawi (Brasica
juncea L.)
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 bulan maka dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh interaksi antara pupuk organik dan jenis ZPT yang terbaik terhadap pertumbuhan
dan produksi sawi (Brasica juncea L.) adalah perlakuan dengan menggunakan dosis Pupuk
Organik (P) terlihat berbeda nyata, perlakuan Hormon (H) terlihat ≠ berbeda nyata dan
interaksi antara P x H menunjukan interaksi berbeda nyata. Pengaruh penggunaan pupuk
organik dan jenis ZPT terhadap kandungan hara tanah diketahui bahwa peningkatan unsur N
sebesar 0,2% , unsur P sebesar 061,6 ppm dan unsur K mengalami kenaikan sebesar1,85
me/100g. Dosis pupuk organik dan jenis ZPT yang terbaik terhadap tanaman sawi (Brasica
juncea L.) adalah pada perlakuan H3P3 karena menghasilkan bobot segar yang paling tinggi di
antara interaksi yang lain.
18
BAB 6
KOMBINASI LIMBAH PERTANIAN DAN PETERNAKAN SEBAGAI
ALTERNATIF PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR MELALUI
PROSES FERMENTASI ANAEROB
Dra. Kamariah Anwar, MS
M. Fachriansah Rangga P
Hasanol Kifli
I Made Ridha
Pratiwi Puji Lestari
Hermawati Wulandari
Pendahuluan
Menanggapi permasalahan yang ditimbulkan oleh paket pertanian modern, beberapa
penelitian terkait masalah lingkungan hidup bersamaan dengan kelestarian dan kesehatan
produksi tanaman pertanian telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Para pakar pertanian
mulai meneliti mengenai nutrisi tanaman yang baik bagi tanaman namun juga tidak merusak
ekosistem tanah dan mencemari lingkungan sekitar. Mulailah saat itu diperoleh temuan metode
pemberian nutrisi pada tanaman berupa pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik dengan
harapan agar tidak merusak ekosistem tanah dan mencemari lingkungan yang selanjutnya
pupuk tersebut diberi nama pupuk organik.
Adapun beberapa jenis bahan organik di lingkungan kita, seperti urin sapi, kotoran sapi, air
kelapa, susu yang sudah basi, dedaunan, buah-buahan busuk dan lainnya, ternyata mengandung
senyawa dan berbagai bekteri pengurai yang dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan
sebagai pupuk organik dengan mencampurkan berbagai komponen bahan-bahan tertentu sesuai
dengan kadar yang dibutuhkan oleh tanah dan nutrisi pada tumbuhan
Pada dasarnya bahan tersebut hanya merupakan bahan buangan yang umum terdapat di
masyarakat. Maka melalui penelitian ini diharapkan bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan
menjadi pupuk organik dengan fungsi yang lebih baik. Pupuk organik sendiri terbagi menjadi
19
dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat adalah
yang disebut pupuk kompos dan pupuk kandang. Penggunaan pupuk organik padat sudah
umum dilakukan oleh para petani. Sedangkan pupuk organik cair merupakan kombinasi
diantara kedua jenis pupuk padatan tersebut dengan memberikan tambahan bahan organik
lainnya yang memenuhi kandungan unsur hara, sehingga dihasilkan pupuk organik berbentuk
cair. Pupuk organik ini memenuhi prinsip-prinsip pertanian organik, yaitu prinsip kesehatan,
ekologi dan perlindungan. Prinsip kesehatan ialah dengan melestarikan dan meningkatkan
kesehatan tanah, tanaman dan lingkungan, prinsip ekologi dengan didasarkan pada proses dan
daur ulang ekologi, prinsip perlindungan ialah dengan menjaga kesehatan tanaman, tanah dan
lingkungan berarti juga menjaga kesehatan hidup manusia, dan prinsip keadilan berarti melalui
perbaikan kualitas tanaman, maka akan mampu menjamin kesetaraan antara kesehatan
lingkungan dan kesempatan hidup bersama (IFOAM, International Federation of Organic
Agriculture Movement).
Hasil
Limbah pertanian dan peternakan dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pembuatan
pupuk organik cair yang memenuhi kebutuhan unsur hara tanah. Sebagai pemanfaatan
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, maka pupuk organik cair merupakan teknologi
yang proses pembuatannya tidak menghasilkan hasil samping yang merugikan (zero waste),
bahkan hasil padatannya dapat dijadikan sebagai pupuk padat. Karena pembuatannya yang
sangat sederhana, para petani dapat membuatnya secara mandiri dan dengan bahan baku yang
umum terdapat di masyarakat tentunya akan mengurangi biaya produksi, sehingga
kesejahteraan petani meningkat. Dengan meminimalisir penggunaan produk/paket modern
yang serba instan, dan pencanagan pupuk organik diharapkan pertanian Indonesia dapat
memberikan kualitas produk yang sehat, sehingga dapat menjadi solusi terhdap permasalahan
pangan Indonesia.
20
BAB 7
Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan
Tanaman
Wiwik Hartatik
Husnain
Ladiyani R. Widowati
Pendahuluan
Pada umumnya kondisi lahan pertanian di Indonesia mengalami kemunduran
kesuburan dan kerusakan tanah serta telah mengalami penurunan produktivitas, khususnya
lahan sawah intensifikasi. Penyebabnya diantaranya adalah: a) ketidakseimbangan kadar hara
dalam tanah; b) pengurasan dan defisit hara; c) penurunan kadar bahan organik tanah; d)
pendangkalan lapisan tapak bajak; e) pencemaran oleh bahan agrokimia atau limbah;f)
penurunan populasi dan aktivitas mikroba; dan g) salinisasi/alkalinisasi.Akibat pengelolaan
hara yang kurang bijaksana, sebagian besar lahan sawah terindikasi berkadar bahan organik
sangat rendah (Corganik) di Indonesia memiliki kandungan bahan organik rendah sampai
sangat rendah (C-organik <2%), sekitar 17% mempunyai kadar total P tanah yang rendah dan
sekitar 12% berkadar total K rendah (Kasno et al. 2003). Di lahan sawah intensifikasi, dijumpai
pula lapisan olah tanah yang semakin dangkal sehingga perakaran tanaman padi tidak dapat
berkembang dengan sempurna.
Penggunaan pupuk di lahan kering umumnya menggunakan dosis yang kurang memadai,
sehingga diduga terjadi pengurasan hara. Selain itu, penggunaan pupuk organik atau
mengembalikan sisa panen ke lahan pertanian hampir tidak dilakukan. Khusus untuk lahan
kering di areal yang berlereng, belum menerap kan tindakan konservasi tanah yang memadai,
sehingga terjadi erosi dan aliran permukaan yang tinggi. Hal ini menyebabkan kandungan hara
dan bahan organik rendah. Untuk mengurangi kemunduran kesuburan tanah dan meningkatkan
produktivitas hasil yang berkelanjutan perlu pemanfaatan pupuk organik yang memadai baik
dalam jumlah, kualitas dan kontinui tasnya. Pupuk organik saat ini sudah banyak dikenal
masyarakat bahkan menjadi program pemerintah untuk meningkatkan kesuburan dan produksi
tanaman
21
Hasil
Pengawasan dan monitoring terhadap mutu pupuk organik seperti yang tertuang dalam
Permentan No. 70/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah perlu
ditingkatkan dalam rangka mengantisipasi semakin banyaknya peredaran pupuk organik dalam
berbagai jenis, bentuk, dan mutu yang belum terjamin dan teruji kebenarannya, serta
dikhawatirkan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik bersama
pupuk anorganik dalam sistem pengelolaan hara terpadu spesifik lokasi seperti tertuang dalam
Permentan No. 40/2007 tentang Rekomendasi Pupuk N, P, K Padi Sawah Spesifik Lokasi
untuk meningkatkan produktivitas padi sawah perlu disosialisasikan secara intensif.
Pengembalian bahan organik atau pemberian pupuk organik ke dalam tanah telah diterapkan
dalam sistem budidaya pertanian organik (organic farming) dan System rice of intensification
(SRI). Pemberian pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik, telah
diterapkan dalam sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT), sistem integrasi padi/palawija
dan ternak (SIPT), sistem pertanian mandiri yang mengintegrasikan ternak dan tanaman crop
livestock system (CLS). Pemberian pupuk organik dalam sistem pertanian tersebut bertujuan
untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah serta mengefisienkan penggunaan
pupuk anorganik. Penggunaan tanaman legum baik berupa tanaman lorong (alley cropping)
maupun tanaman penutup tanah (cover crop) serta bahan organik insitu, perlu diintensifkan
untuk mendukung pengembangan pupuk organik non komersial dan pemulihan kesuburan
tanah. Pemberdayaan masyarakat dan kelompok tani dalam pengadaan pupuk organik dapat
dilakukan mela lui: a) melatih petani membuat pupuk organik insitu yang berasal dari kotoran
ternak dan sisa tanaman yang dikomposkan menggunakan mikroba dekomposer atau mikroba
lokal (MOL); b) mendorong petani melakukan diversifikasi usaha pertanian berbasis ternak;
dan c) mendorong petani melakukan pengelolaan bahan organik insitu terutama pada lahan
kering.
22
BAB 8
ANALISIS UNSUR HARA PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH
IKAN MUJAIR (Oreochromis mosambicus) DANAU LINDU DENGAN
VARIASI VOLUME MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL
PISANG
Winda Lepongbulan
Vanny M.A Tiwow
Anang Wahid M. Diah
Pendahuluan
Kekayaan ikan di kawasan Indonesia berlimpah dan usaha untuk meningkatkan hasil
tangkapannya terus menerus diupayakan. Hasil tangkapan ikan yang berlimpah menjadi ikan
sisa atau ikan buangan yang disebabkan oleh berbagai hal misalnya keterbatasan pengetahuan
dan sarana para nelayan dalam cara pengolahan ikan. Sisa ikan atau ikan ikan yang terbuang
tersebut ternyata masih dapat dimanfaatkan (Hapsari & Welasi, 2013). Limbah baik berupa
padatan, cairan, atau gas bila tidak dikelola dan diolah dengan baik akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi manusia dan lingkungan, bahkan dapat mencemari dan merusak
lingkungan (Indriani, dkk., 2013). Limbah ikan banyak ditemukan di Kota Palu dan salah satu
sumber penghasilan ikan di Kota Palu berasal dari danau Lindu. Danau Lindu merupakan salah
satu sumber daya perairan yang potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein
dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat. Danau Lindu kaya akan berbagai jenis ikan
seperti mujair, ikan mas, lele, gabus, sidat dan lain-lain (Baedah, 2010). Secara umum limbah
ikan mengandung banyak nutrien yaitu N (Nitrogen), P (Phosforus) dan K (Kalium) yang
merupakan komponen penyusun pupuk organik (Hapsari & Welasi, 2013). Pemanfaatan ikan
mujair seperti limbah jeroan yang banyak dihasilkan dari kegiatan perikanan memiliki
kandungan yang diharapkan dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
pupuk organik cair. Pupuk buatan yang beredar di pasaran selain harganya mahal juga memiliki
dampak buruk bagi lingkungan seperti menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga timbul
pemikiran untuk menggunakan pupuk organik. Penggunaan Pupuk Anorganik yang
berkepanjangan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah secara signifikan sehingga
menurunkan tingkat produktifitas tanaman (Kasim, dkk., 2011). Penggunaan pupuk organik
23
cair dapat meningkatkan kesuburan tanah yang dirusak oleh penggunaan pupuk anorganik.
Pupuk organik cair berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman (Ganefati, dkk., 2014).
Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan alam dan memiliki ciri kandungan
haranya banyak tetapi dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk organik pada tanaman tidak
hanya memberikan unsur unsur yang dibutuhkan tanaman, tetapi juga dapat memperbaiki
struktur tanah. Pupuk organik memiliki dua jenis yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik
padat (Mazaya, dkk., 2013). Proses pembuatan pupuk organik cair berlangsung secara anaerob
(dalam kondisi tidak membutuhkan oksigen) atau secara fermentasi tanpa bantuan sinar
matahari. Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik. Sumber bahan
baku organik ini dapat diperoleh dari berbagai limbah. Biasanya untuk membuat pupuk organik
ini ditambahkan larutan mikroorganisme untuk mempercepat pendegradasian (Prihandarini,
2014). Pupuk organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pemanfaatan limbah ikan juga mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan limbah
hasil pengolahan ikan yang dibuang begitu saja tanpa memperhatikan dampak negatifnya
terhadap lingkungan. Pemanfaatan limbah ikan menjadi pupuk organik bertujuan untuk
menghasilkan pupuk yang kaya berbagai nutrien yang diperlukan tanaman, mengatasi
kelangkaan pupuk, dan mendukung program pemerintah yaitu “Go Organic’ (Hapsari &
Welasi, 2013).
MOL bonggol pisang adalah mikroorganisme lokal yang dibuat dari bonggol pisang sebagai
penambah nutrisi unsur hara tanaman dan digunakan sebagai biovaktor untuk mempercepat
fermentasi. Tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan kondisi optimum pembuatan
pupuk organik cair dari limbah ikan mujair dengan membandingkan pupuk yang ditambahkan
oleh mikroorganisme lokal yaitu MOL bonggol pisang dengan yang tidak ditambahkan dan
untuk menentukan kandungan unsur hara NPK pada pupuk organik cair dari limbah ikan
Mujair yang berasal dari danau Lindu
Hasil
Hasil analisis kadar unsur hara NPK pada pupuk organik cair dari limbah ikan mujair yang
berasal dari danau Lindu yaitu dengan nilai maksimum terhadap variasi volume MOL bonggol
pisang dalam penelitian ini yaitu untuk nitrogen (N) sebesar 0,311% pada penambahan 100 mL
MOL bonggol pisang, phosfor 0,167% pada penambahan 150 mL MOL bonggol pisang, dan
kalium 0,037% pada penambahan 150 mL MOL bonggol pisang.
24
BAB 9
KANDUNGAN KALIUM DAN RASIO C/N PUPUK ORGANIK CAIR
(POC) BERBAHAN DAUN-DAUNAN DAN URINE KAMBING DENGAN
PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR RAGI TAPE (Saccharomyces
cerevisiae)
T. I. Rahmawati
A. Asriany
S. Hasan
Pendahuluan
Permasalahan lingkungan di berbagai tempat, termasuk permasalahan sampah daun-daunan
di lingkup kampus Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Permasalahan itu
menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air, dan udara. Pencemaran tersebut
diakibatkan oleh aktivitas manusia maupun alam. Pencemaran tanah misalnya, banyaknya
sampah daun – daunan yang tertimbun di tempat sampah serta sampah daun – daunan yang
gugur, apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat.
Sampah dikelompokkan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik contohnya adalah sampah dedaunan, limbah ternak dan lain-lain. Pencemaran akibat
sampah daun-daunandilingkungan kampus Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar, bila dibiarkan akan mengganggu estetika lingkungan. Sampah daun-dauan ini
mempunyai potensi yang cukup besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka dari itu
perlu dilakukan upaya untuk mengurangi pencemaran akibat sampah daun-daunansalah
satunya dengan memanfaatkan sampah daun-daunan sebagai pupuk organik cair.
Pupuk organik cair merupakan pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau tumbuh-
tumbuhan yang telah mengalami proses fermentasi dan produk akhirnya berbentuk cair. Urine
kambing merupakan limbah ternak yang potensial untuk digunakan sebagai pupuk organik cair.
Urine kambing memiliki kandungan kalium tinggi dibandingkan dengan urine ternak lain.
Dalam proses fermentasi pupuk cair, peranan mikroba sangat menentukan produk yang
dihasilkan. Salah satu mikroba yang dapat berfungsi sebagai aktivator dalam proses fermentasi
pupuk organik cair adalah ragi Saccharomyces cerevisiae. Pupuk organik cair mampu
menyediakan unsur hara makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) untuk tanah
25
maupun tanaman. Pupuk organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman, karena senyawa
kompleks yang terdapat dalam pupuk cair sudah terurai dan dalam bentuk cair sehingga mudah
diserap oleh tanaman, baik melalui akar ataupun daun. Salah satu aspek terpenting dalam
keseimbangan unsur hara adalah rasio organik karbon dengan nitrogen (Rasio C/N). Rasio C/N
bahan organik adalah perbandingan antara banyaknya unsur karbon (C) terhadap banyaknya
kandungan unsur nitrogen (N) yang ada pada suatu bahan organik. Mikroorganisme
membutuhkan karbon dan nitrogen untuk aktifitas hidupnya (Djuarnani, 2005)
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan kalium dan rasio
C/N pupuk organik cair berbahan daun – daunan dan urine kambing dengan penambahan
bioaktivator ragi tape Saccharomyces cerevisiae
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa level persentase bahan baku
pembuatan pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kandungan kalium dan rasio C/N pupuk organik cair.
26
BAB 10
PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea Var. Bathytis
L.) PADA OXIC DYSTRUDEPTS LEMBANTONGOA
Kurnia Mustika Sari
Anshar Pasigai
Imam Wahyudi
Pendahuluan
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan pertanian semakin
meningkat, namun jumlah lahan pertanian yang subur juga semakin terbatas ketersediaannya
karena telah beralih fungsi menjadi lahan-lahan pemukiman. Salah satu penyebab kurangnya
produksi pertanian di Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah yaitu kurangnya penggunaan
tanah masam yaitu Oxic Dystrudepts, sebagai lahan produksi pertanian. Faktor utama Oxic
Dystrudepts adalah derajat keasaman yang tinggi, kekurangan unsur hara penting, dan kadar
bahan organik yang rendah.
Darman (2005) menyatakan bahwa tanah di Lembantongoa tergolong ke dalam Ordo
Inceptisols Sub Grup Oxic Dystrudepts. Oleh karena itu, jenis tanah Oxic Dystrudepts dari
Lembantongoa adalah salah satu areal yang potensial untuk dikembangkan. Sehingga perlu
adanya pemanfaatan tanah Oxic Dystrudepts sebagai tanah pertanian yang produktif guna
meningkatkan hasil produksi, terutama tanaman kubis bunga.
Kubis bunga merupakan jenis sayuran yang cukup banyak disukai oleh masyarakat
Indonesia. Konsumsi kubis bunga setiap tahunnya adalah lebih tinggi dari jumlah produksi.
Dari data yang diperoleh produksi tanaman kubis bunga daerah Sulawesi Tengah dari tahun
2010 hingga 2014 mengalami peningkatan dan penurunan produksi. Terhitung pada tahun 2010
produksi mencapai 173 ton ha-1 , dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 239 ton ha-1 .
Sementara pada tahun 2012 produksi kubis mengalami penurunan menjadi 169 ton ha-1 dan
pada tahun 2013 produksi kubis sebesar 158 ton ha-1 , sedangkan pada tahun 2014 produksi
kubis mengalami peningkatan menjadi 361 ton ha-1 . Meningkatnya jumlah produksi pada
tahun terakhir menunjukkan bahwa potensi sayur dari jenis kubis masih tergolong tinggi
(Direktorat Jendral Hortikultura, 2010). Angka tersebut menunjukkan bahwa potensi sayur dari
27
jenis kubis masih tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari distribusi pemasaran kubis asal Palu
telah dapat dipasarkan antar pulau khususnya pada daerah Kalimantan (Ramli, 2010). Kubis
bunga merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek pengembangan karena
mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi (Fitriani, 2009).
untuk memelihara, memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah. Muhsin (2003)
menyatakan bahwa pupuk kandang ayam mempunyai potensi yang baik, karena selain berperan
dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pupuk kandang ayam juga mempunyai
kandungan N, P, dan K yang lebih tinggi bila dibandingkan pupuk kandang lainnya.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka penelitian mengenai pengaruh pupuk kandang ayam
terhadap tumbuh kembang tanaman kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts Lembantongoa
dianggap perlu dilakukan. Sehingga dapat diharapkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman di tanah Oxic Dystrudepts tidak lagi terhambat. Penelitian ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pupuk kandang ayam terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga pada tanah Oxic Dystrudepts Lembantongoa.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Pupuk Kandang Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea Var. Bathytis L.) Pada Oxic
Dystrudepts LembanTongoa, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian dosis pupuk kandang
ayam yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis
bunga. Pemberian dosis pupuk kandang ayam mampu meningkatkan kesuburan tanah dan
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada tanah masam, hal ini terlihat dari hasil
pengamatan bahwa perlakuan kontrol memiliki nilai terendah dibandingkan perlakuan dosis
pupuk kandang ayam lainnya.
28
BAB 11
MANFAAT PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK UNTUK KESUBURAN
TANAH
Ida Syamsu Roidah
Pendahuluan
Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam
diterapkan oleh nenek moyang kita. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional
dan menggunakan bahan–bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan
jumlah populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat revolusi hijau di
Indonesia yang memberikan hasil signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.
Penggunaan pupuk sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety),
penggunaan pestisida intensifikasi lahan mengalami peningkatan. Namun dengan
perkembangan jaman, belakangan ini banyak ditemukan berbagai permasalahan akibat
kesalahan manajemen di lahan pertanian yaitu pencemaran oleh pupuk kimia dan pestisida
kimia akibat pemakaian bahan – bahan tersebut secara berlebihan dan berdampak terhadap
penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat tercemarnya bahan–bahan
sintesis tersebut
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena sekitar 70% penduduknya tinggal di daerah
pedesaan. Kondisi seperti ini mengakibatkan peranan dalam sektor pertanian menjadi andalan
utama mata pencaharian penduduk Indonesia. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) diprediksikan akan terus menurun pada masa yang akan datang. Hal ini
harus dilakukan pencegahan yaitu dengan cara meningkatkan produksi pertanian baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Gaya hidup sehat dengan slogan ”Back to nature” telah menjadi hidup baru masyarakat
dunia. Masyarakat banyak yang menyadari tentang efek negatif dari penggunaan bahan – bahan
kimia, seperti pupuk dan pestisida kimia sintetis serta hormon tumbuh dalam produksi
pertanian terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.Sebagai negara yang dianugerahi oleh
keanekaragaman hayati yang banyak,kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya
masyarakat yang menghormati alam. Maka Indonesia mempunyai modal dasar yang sangat
besar untuk mengembangkan pertanian organik, karena tidak berlebihan jika nilai jual yang
akan dicapai dalam pengembangan pertanian organik lebih tinggi dibandingkan dengan
29
pertanian anorganik. Jika dikaitkan dengan tugas untuk menyediakan makanan yang cukup,
kualitas, dan berkelanjutan bagi masyarakat maka pengembangan pertanian organik adalah
salah satu pilihan yang tepat dalam menunjang ketahanan pangan lokal (local food security).
Berkaitan dengan permasalahan pembangunan pertanian, Indonesia telah mengupayakan
perubahan orientasi sistem pertanian, yaitu dari sistem pertanian tradisional menuju sistem
pertanian modern. Masalah tersebut berkaitan dengan peranan pupuk dalam kegiatan usahatani
menjadi sangat penting. Adanya kelangkaan pupuk serta kenaikan harga pupuk akan
membebani petani sebagai pengeluaran biaya sarana produksi dalam berusahatani, sehingga
petani dapat melaksanakan praktek tentang pertanian alternatif dengan pembuatan pupuk
bokasi yang menitik beratkan pada penggunaan masukan dari dalam usahatani dalam
membangun kesuburan tanah. Hal tersebut ditandai dengan berkembangnya sebagai usaha
pertanian dengan menggunakan pupuk organik dengan tujuan mempertahankan kesuburan
tanah dalam rangka meningkatkan kebutuhan pangan, produktivitas secara berkelanjutan serta
meningkatkan pendapatan usahatani.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa apabila kita berbicara tentang agribisnis, kita
tidak dapat lepas dari peran petani dalam memenuhi kebutuhan pangan yang sehat tanpa
merusak lingkungan pertanian itu sendiri.
30
BAB 12
PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN
SERAPAN NITROGEN SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
SAWI (Brassica juncea L.) PADA TANAH BERPASIR
Monica Febrianna
Sugeng Prijono
Novalia Kusumarini
Pendahuluan
Sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari di kalangan masyarakat. Mengingat
permintaan yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk, maka perlu adanya
usaha-usaha pengembangan pembudidayaan dalam budidaya sawi agar tumbuh dengan baik.
Adapun syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak
mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat
keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 2004). Penelitian ini
menggunakan tanah dominan berpasir yang diambil dari Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang, yang merupakan jenis tanah miskin unsur hara makro dan mikro, salah
satunya adalah unsur Nitrogen. Peranan nitrogen bagi tanaman sawi adalah untuk memacu
pertumbuhan daun dan batang, sehingga menguntungkan pada tanaman yang menghasilkan
batang dan daun (fase vegetatif) karena nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3
- dan NH4 - .
Hal tersebut disebabkan karena tanah tidak mampu menahan unsur hara dan mudah meloloskan
air sehingga terjadi proses pencucian (leaching) (Hardjowigeno, 1995). Upaya untuk
meningkatkan nitrogen dalam tanah tersebut adalah pemberian pemupukan. Penelitian ini
menggunakan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman
karena unsur- unsur di dalamnya sudah terurai. Kelebihan dari pupuk cair adalah kandungan
haranya bervariasi yaitu mengandung hara makro dan mikro, penyerapan haranya berjalan
lebih cepat karena sudah terlarut, (Hadisuwito, 2007). Sumber bahan baku hara yang digunakan
sebagai POC dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan alami yang mengandung unsur
nitrogen, salah satunya adalah daun gamal, kotoran ayam, dan limbah air kelapa. Gamal adalah
salah satu tanaman dari famili leguminosae yang mengandung berbagai hara esensial yang
31
cukup tinggi bagi pemenuhan hara bagi tanaman pada umumnya. Jaringan daun tanaman gamal
mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg (Ibrahim, 2002).
Daun gamal di dapatkan dari lahan ngijo, yang hanya dijadikan sebagai bahan pakan ternak,
dan tanaman pagar. Selain daun gamal, kotoran ayam juga dijadikan sebagai sumber bahan
baku hara pada penelitian ini. Menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa kotoran ayam
mengandung unsur N tiga kali lebih besar apabila dibandingkan dengan pupuk kandang
lainnya. Kotoran ayam ini didapatkan dalam bentuk kotoran kering yang sudah siap kemas dan
telah diperjual-belikan di Peternakan Karangploso, Malang. Selain daun gamal dan kotoran
ayam, limbah air kelapa juga dijadikan sebagai sumber bahan baku hara pada penelitian ini.
Limbah air kelapa dalam industri pangan belum begitu menonjol, sehingga banyak air kelapa
yang terbuang begitu saja di beberapa pasar tradisional. Oleh karena itu pada penelitian ini
dilakukan pengaplikasian daun gamal, kotoran ayam, dan limbah air kelapa sebagai Pupuk
Organik Cair (POC) untuk meningkatkan serapan nitrogen serta pertumbuhan dan produksi
sawi. Pemanfaataan pupuk organik cair ini diharapkan dapat menghasilkan produksi sawi yang
baik.
Hasil
Pemberian POC dengan dosis 100% dan interval waktu 4 hari sekali mampu meningkatkan
serapan nitrogen tanaman sawi sebesar 23,80% dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengaplikasian POC pada tanah berpasir mampu memperbaiki sifat kimia tanah (meningkatkan
pH tanah sebesar 14,31%, C-Organik, dan N total tanah sebesar 62,97%). Meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman sawi sebesar 19,06%, jumlah daun sebesar 18,75%, produksi
berat basah tanaman sebesar 55,84%, dan produksi berat kering tanaman sebesar 53,09%
32
BAB 13
Analisis kandungan unsur hara makro dalam kompos dari serasah daun
bambu dan limbah padat pabrik gula (blotong)
Annisa’ul Baroroh
Prabang Setyono
Ratna Setyaningsih
Pendahuluan
Penggunaan bahan kimiawi oleh petani dapat menyebabkan degradasi lahan dan merusak
kesehatan khususnya bagi lingkungan. Pemakaian pupuk organik pada saat ini sudah banyak
dilakukan oleh pemerhati lingkungan dan pertanian yang ingin mengurangi penggunaan bahan-
bahan kimiawi. Oleh karena itu, saat ini mulai diterapkan pertanian organik karena adanya
kecenderungan masyarakat yang memilih mengkonsumsi produk pertanian yang sehat dan
berkualitas sekalipun harganya lebih mahal (Yelianti et al. 2009). Serasah daun bambu
mengandung banyak unsur P dan K. Kedua unsur ini sangat berguna bagi perbaikan struktur
tanah dan bagi pertumbuhan tanaman. Petani Dukuh Waru, Desa Pengkol, Kecamatan
Karanggede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah telah mencoba di lahannya sendiri dengan
menambahkan serasah daun bambu ke lahan sawah, maka tidak perlu lagi menggunakan pupuk
P dan K. Dengan demikian petani tersebut tidak lagi menggunakan pupuk kimia setelah
memakai pupuk kompos ditambah dengan serasah daun bambu (Sutoyo 2003)
ari hasil uji pendahuluan, serasah daun bambu memiliki kandungan P2O5 sebesar 0,74 %
dan K2O sebesar 0,91 % yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Serasah daun bambu
memiliki rasio C/N yang tinggi yaitu 37,05 sehingga perlu adanya penambahan bahan baku
lain yang mempunyai nilai rasio C/N rendah. Limbah dari pabrik gula (blotong) mempunyai
nilai rasio C/N yang rendah yaitu 7,28 sehingga diharapkan dapat menurunkan nilai rasio C/N
pupuk kompos (Leovici, 2012). Menurut SNI 19-7030-2004 kompos yang baik memiliki rasio
C/N sebesar 10-20. Blotong adalah hasil endapan dari nira kotor proses pemurnian (sebelum
dimasak dan dikristalkan menjadi gula pasir) yang disaring di rotary vacuum filter. Blotong
merupakan limbah pabrik gula berbentuk padat seperti tanah berpasir berwarna hitam,
mengandung air, dan memiliki bau tidak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering
blotong akan menimbulkan bau busuk yang menyengat (Purwaningsih 2011). Blotong belum
33
dimanfaatkan secara maksimal, hanya dibuang dengan cara penumpukan (open dumping).
Penumpukan blotong dalam jumlah besar akan menjadi salah satu sumber pencemaran
lingkungan. Pada musim penghujan, tumpukan blotong akan basah sehingga menimbulkan bau
busuk dan mencemari lingkungan (Muhsin 2011). Aktivator pengomposan telah banyak
beredar di pasaran. Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Dalam penelitian ini
aktivator yang digunakan yaitu effective microorganism 4 (EM4). EM4 adalah kultur
campuran dari beberapa mikroorganisme yang bermanfaat dan hidup secara alami yang dapat
digunakan sebagai inokulum sehingga menambah keragaman mikroorganisme tanah (Mey
2013). Mikroorganisme pengurai bahan organik yang digunakan pada penelitian ini adalah
mikroorganisme yang terkandung dalam kotoran sapi. Menurut Hapsari (2013), kotoran sapi
merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik. Kotoran sapi lebih
kaya akan berbagai unsur hara dan kaya akan mikroorganisme, dibanding dengan limbah
pertanian. Kadar hara kotoran sapi berbeda-beda tergantung jenis makanannya. Kotoran sapi
ratarata mengandung 0,5% N-total; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O.
Hasil
Kandungan unsur hara makro pada pupuk kompos yang dihasilkan dari serasah daun bambu
dan blotong secara umum memenuhi standar yang telah ditentukan oleh SNI 19-7030- 2004
berupa C-organik, Bahan organik, N-total, P2O5, K2O, rasio C/N dan kadar air. Perlakuan
yang menghasilkan kandungan unsur hara makro pupuk kompos paling baik dan memenuhi
standar mutu yaitu pada perlakuan II ( 0,5 kg serasah daun bambu: 0,5 kg blotong: 1 kg kotoran
sapi )
34
BAB 14
PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENINGKATKAN
SERAPAN NITROGEN SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
SAWI (Brassica juncea L.) PADA TANAH BERPASIR
Monica Febrianna
Sugeng Prijono
Novalia Kusumarini
Pendahuluan
Sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari di kalangan masyarakat. Mengingat
permintaan yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk, maka perlu adanya
usaha-usaha pengembangan pembudidayaan dalam budidaya sawi agar tumbuh dengan baik.
Adapun syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak
mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat
keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 2004). Penelitian ini
menggunakan tanah dominan berpasir yang diambil dari Desa Wonoayu, Kecamatan Wajak,
Kabupaten Malang, yang merupakan jenis tanah miskin unsur hara makro dan mikro, salah
satunya adalah unsur Nitrogen. Peranan nitrogen bagi tanaman sawi adalah untuk memacu
pertumbuhan daun dan batang, sehingga menguntungkan pada tanaman yang menghasilkan
batang dan daun (fase vegetatif) karena nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3
- dan NH4 - . Hal tersebut disebabkan karena tanah tidak mampu menahan unsur hara dan
mudah meloloskan air sehingga terjadi proses pencucian (leaching) (Hardjowigeno, 1995).
Upaya untuk meningkatkan nitrogen dalam tanah tersebut adalah pemberian pemupukan.
Penelitian ini menggunakan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk cair lebih mudah terserap oleh
tanaman karena unsur- unsur di dalamnya sudah terurai. Kelebihan dari pupuk cair adalah
kandungan haranya bervariasi yaitu mengandung hara makro dan mikro, penyerapan haranya
berjalan lebih cepat karena sudah terlarut, (Hadisuwito, 2007). Sumber bahan baku hara yang
digunakan sebagai POC dalam penelitian ini berasal dari bahan-bahan alami yang mengandung
unsur nitrogen, salah satunya adalah daun gamal, kotoran ayam, dan limbah air kelapa. Gamal
adalah salah satu tanaman dari famili leguminosae yang mengandung berbagai hara esensial
yang cukup tinggi bagi pemenuhan hara bagi tanaman pada umumnya. Jaringan daun tanaman
gamal mengandung 3,15% N, 0,22% P, 2,65% K, 1,35% Ca, dan 0,41% Mg (Ibrahim, 2002).
35
Daun gamal di dapatkan dari lahan ngijo, yang hanya dijadikan sebagai bahan pakan ternak,
dan tanaman pagar. Selain daun gamal, kotoran ayam juga dijadikan sebagai sumber bahan
baku hara pada penelitian ini. Menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa kotoran ayam
mengandung unsur N tiga kali lebih besar apabila dibandingkan dengan pupuk kandang
lainnya. Kotoran ayam ini didapatkan dalam bentuk kotoran kering yang sudah siap kemas dan
telah diperjual-belikan di Peternakan Karangploso, Malang. Selain daun gamal dan kotoran
ayam, limbah air kelapa juga dijadikan sebagai sumber bahan baku hara pada penelitian ini.
Limbah air kelapa dalam industri pangan belum begitu menonjol, sehingga banyak air kelapa
yang terbuang begitu saja di beberapa pasar tradisional. Oleh karena itu pada penelitian ini
dilakukan pengaplikasian daun gamal, kotoran ayam, dan limbah air kelapa sebagai Pupuk
Organik Cair (POC) untuk meningkatkan serapan nitrogen serta pertumbuhan dan produksi
sawi. Pemanfaataan pupuk organik cair ini diharapkan dapat menghasilkan produksi sawi yang
baik.
Hasil
Pemberian POC dengan dosis 100% dan interval waktu 4 hari sekali mampu meningkatkan
serapan nitrogen tanaman sawi sebesar 23,80% dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Pengaplikasian POC pada tanah berpasir mampu memperbaiki sifat kimia tanah (meningkatkan
pH tanah sebesar 14,31%, C-Organik, dan N total tanah sebesar 62,97%). Meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman sawi sebesar 19,06%, jumlah daun sebesar 18,75%, produksi
berat basah tanaman sebesar 55,84%, dan produksi berat kering tanaman sebesar 53,09%.
36
BAB 15
ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP PUPUK ORGANIK DI
KECAMATAN WALENRANG UTARA KABUPATEN LUWU UTAR
Intisari
Srida Mitra Ayu
Rosnina
Dewi Marwati Nuryanti
Pendahuluan
Pupuk organik memiliki kelebihan antara lain mengandung unsur hara yang lengkap, dalam
hal ini unsur hara makro dan mikro; dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah; dan lain sebagainya. Namun
pupuk organik di tingkat petani permintaannya atau penggunaannya belum terlalu signifikan,
karena mereka menganggap bahwa jumlah produksi sedikit jika menggunakan pupuk organik.
Banyak faktor yang menyebabkan petani bertindak dalam pemilihan pupuk yang akan
digunakan dalam usahataninya, antara lain persepsi mereka terhadap suatu hal. Setiap petani
memiliki persepsi mereka sendiri-sendiri terhadap pupuk organik maupun anorganik. Dan
persepsi ini bisa mempengaruhi mereka untuk bersikap dan mengambil tindakan apakah
menggunakan pupuk organik atau anorganik pada usahatani mereka. Persepsi ini pulalah yang
dapat mendorong seseorang untuk melakukan atau memilih sesuatu, termasuk dalam
pengambilan keputusan penggunaan suatu jenis pupuk. Persepsi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan memaknakan kesan-kesan indera untuk
dapat memberikan arti terhadap lingkungannya. Apa yang seseorang persepsi terhadap sesuatu
dapat berbeda dengan kenyataan yang objektif. Persepsi dapat mempengaruhi petani dalam
mengambil keputusan pada kegiatan usahataninya. Persepsi yang keliru atau negatif terhadap
suatu produk akan menyebabkan sikap yang negatif, perilaku yang kurang bagus terhadap
produk tersebut dan tentunya akan mempengaruhi pada keputusan untuk menggunakan atau
tidak menggunakan produk tersebut. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menganalisis
persepsi tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi petani
terhadap pupuk organik.
Hasil
37
Tingkat persepsi petani terhadap pupuk organik adalah negatif (35,3), yaitu ramah lingkungan,
tidak ada kandungan zat kimianya, harganya lebih murah, mudah di dapat, mudah di buat,
produk yang dihasilkan lebih banyak di cari orang, simbol dari gaya hidup yang sehat, harga
dari produk yang dihasilkan lebih mahal, hasil yang banyak dalam jangka panjang, pupuk yang
dianjurkan oleh pemerintah, harga dari produk yang dihasilkan mahal, produk yang dihasilkan
lebih bergengsi, pupuk yang terbuat dari kotoran hewan dan bahan alami lainnya serta tidak
mengandung bahan kimia, pupuk organik terbatas produksinya dan susah didapatkan apabila
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak sekaligus.
38
DAFTAR PUSTAKA
ANNISA’UL BAROROH, dkk. 2015. Analisis kandungan unsur hara makro
dalam kompos dari serasah daun bambu dan limbah padat pabrik gula
(blotong). Bioteknologi 12 (2): 46-51, November 2015, ISSN: 0216-6887,
EISSN: 2301-8658, DOI: 10.13057/biotek/c120203
Anwar, Kamariah, dkk. 2008. KOMBINASI LIMBAH PERTANIAN DAN
PETERNAKAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN PUPUK
ORGANIK CAIR MELALUI PROSES FERMENTASI ANAEROB.
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Kimia
Febrianna, Monica, dkk. 2018. PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR
UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN NITROGEN SERTA
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.) PADA
TANAH BERPASIR. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 2 :
1009-1018, 2018 e-ISSN:2549-9793
Hartatik, Wiwik, dkk. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan
Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 9 No. 2,
Desember 2015; 107-120
Ida Syamsu Roidah. 2013. MANFAAT PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
UNTUK KESUBURAN TANA. Jurnal Universitas Tulungagung
BONOROWO Vol. 1.No.1 Tahun 2013
Intisari. 2019. ANALISIS PERSEPSI PETANI TERHADAP PUPUK
ORGANIK DI KECAMATAN WALENRANG UTARA KABUPATEN
LUWU UTARA. Journal TABARO Vol. 3 No. 2, Desember 2019
Kurniawan, Eddy. 2017. PEMANFAATAN URINE KAMBING PADA
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP KUALITAS
UNSUR HARA MAKRO (NPK). Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
39
Lepongbulan, Winda, dkk. 2017. ANALISIS UNSUR HARA PUPUK
ORGANIK CAIR DARI LIMBAH IKAN MUJAIR (Oreochromis
mosambicus) DANAU LINDU DENGAN VARIASI VOLUME
MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG. Jurnal
Akademika Kimia Volume 6, No. 2, 2017: 92-97
Mustika Sari, Kurnia. 2016. PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS
BUNGA (Brassica oleracea Var. Bathytis L.) PADA OXIC
DYSTRUDEPTS LEMBANTONGOA. e-J. Agrotekbis 4 (2) :151-159 ,
April 2016
Pramita, Yeni, dkk. 2018. Aplikasi Pupuk Organik dan Zat Pengatur Tumbuh
dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Seminar Nasional
Program StudiAgribisnisFakultasPertanianUniversitas Jember 03
November 2018
Rahmawati, dkk. KANDUNGAN KALIUM DAN RASIO C/N PUPUK
ORGANIK CAIR (POC) BERBAHAN DAUN-DAUNAN DAN URINE
KAMBING DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR RAGI TAPE
(Saccharomyces cerevisiae)
Sundari, Irma, dkk. 2014. PENGARUH PENGGUNAAN BIOAKTIVATOR
EM4 DAN PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERHADAP SPESIFIKASI
PUPUK ORGANIK CAIR RUMPUT LAUT Gracilaria sp. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomer 3, Tahun
2014, Halaman 88-94
Susi, Neng. Dkk. 2018. Pengujian Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
(POC) Limbah Kulit Nenas. Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 14 No.2, Februari
2018
40
YuniartI, Anni, dkk. 2019. EFEK PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N,P,K
TERHADAP C-Organik, N-Total, C/N, SERAPAN N, SERTA HASIL
PADI HITAM PADA INCEPTISOLS. Jurnal Pertanian Presisi Vol. 3 No. 2
Desember 2019
41